Anda di halaman 1dari 7

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

UJIAN TENGAH SEMESTER


GENAP 2019/2020

Kode Mata Kuliah : …………………………………


Nama Mata Kuliah : Hukum Pidana
Kelas :D
Program Studi : Ilmu Hukum
Semester : Genap
Hari / Tanggal : Senin, 06 April 2020
Waktu : 90 Menit
Dosen Pengampu : Dewi Muti’ah S.H., M.H
Sifat Ujian : Terbuka

Soal :

1. Menurut Simons, hukum pidana dibagi menjadi hukum pidana dalam arti Obyektif
(strafrecht in objectivezin) dan hukum pidana dalam arti Subyektif (strafrecht in
subjectievezin). Jelaskan maksud dari hukum pidana dalam arti Obyektif dan hukum
pidana dalam arti Subyektif serta berikan contohnya masing-masing!
2. Pada dasarnya, ilmu hukum pidana membutuhkan ilmu-ilmu pengetahuannya lainnya
dalam penerapannya. Sebutkan ilmu-ilmu pengetahuan lain yang dapat membantu
hukum pidana dalam penerapannya dan berikan contohnya!
3. Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, Dai Nippon memberlakukan kembali
peraturan-peratuan jaman Belanda termasuk peraturan dalam hukum pidana. Coba
jelaskan mengapa Dai Nippon memberlakukan kembali peraturan jaman Belanda dan
apa dasar yang digunakannya?
4. Sebutkan dan jelaskan asas-asas yang terdapat dalam hukum pidana!
5. A berada dinunukan, Kalimantan Timur, dengan menggunakan senajata laras panjang
menembak B yang sedang berada diwilayah teritorial Malaysia dan mati seketika.
Menurut saudara, hukum mana yang digunakan? Berikan analisis saudara
menggunakan teori-teori locus delicti!
-Semoga Sukses-
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

Nama:Yunandha Hartanti
Nim: 190111100077
Kelas:D
Mata Kuliah: Hukum Pidana

Jawaban:
1. menurut Simons ada pembagian Hukum pidana terbagi menjadi dua yaitu :

a. Hukum pidana dalam arti obyektif (Strafrecht.)


b. Hukum pidana dalam arti subyektif (strafrecht in subjectieve zin.)

 Hukum pidana dalam arti OBYEKTIF (Ius Poenale/ Hukum Positif )


Hukum Pidana Positif adalah sebagai sejumlah peraturan hukum yang mengandung larangan
atau perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan pidana bagi
mereka yang melanggar nya. yang terdiri dari:
a. Perintah dan larangan ,yang atas pelanggarannya telah ditetapkan saksi terlebih dahulu.
b. Ketentuan-Ketentuan yang menetapkan dengan cara apa atau alat apa untuk dapat
digunakan terhadap pelanggaran tersebut.
c. Kaidah-Kaidah yang menentukan ruang lingkup berlakunya peraturan-peraturan
tersebut pada waktu dan di wilayah negara tertentu.

 Hukum pidana dalam arti SUBYEKTIF ( Ius Puniendi) adalah peraturan hukum yang
menetapkan tentang penyidikan, penuntutan, penjatuhan dan pelaksanaan pidana.

2. Ilmu Bantu Hukum Pidana berserta contohnya adalah :


 Antropologi Hukum
(contoh kasus:Sengketa Keluarga: Perebutan Lokasi Pemakaman Anak)
 Sosiologi Hukum
(contoh kasus :Penjatuhan vonis 5 tahun penjara kepada nenek berusia 60 tahun yang dituduh
mencuri di sebuah ladang dinilai tidak adil dengan penjatuhan vonis kepada koruptor yang
hanya diberi hukuman 3 tahun penjara).
 politik Hukum Pidana
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

(contoh kasus: Tindak pidana Politik uang)

 statistik
(contoh :statistik kriminal, yaitu (1) Data berbasis registrasi (administrative based data) yakni
data kriminal yang dihimpun oleh Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) dan (2) Data
berbasis survei (survey based data) yakni data kriminal yang bersumber dari Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) dan Pendataan Potensi Desa (Podes) yang dihasilkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS).

 Filsafat Hukum
 (contoh : Hukum yang abstrak umum yaitu hukum kodrat
 . Hukum yang tingkatnya lebih tinggi dari hukum kodrat yaitu keadilan)
 Medicine Forensic (Ilmu Kedokteran Kehakiman)
(contoh:IDENTIFIKASI, VISUM ET REPERTUM, Akuntansi Forensik).
 Kriminologi
(contoh :Kriminolgi Positif
kriminologi Positif bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-
faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor biologis maupun kultural. ini berarti,
manusia bukan mahkluk yang bebas untuk menuruti dorongan keinginannya dan
intelegensinya, akan tetapi mhkluk yang dibatasi atau ditentukan perangkat biologisnya dan
situasi kulturalnya. manusia berubah dan berkembang bukan semata-mata karena
intelegensinya, akan tetapi melalui proses yang berjalan secara perlahan-lahan dari aspek
biologisnya atau evolusi kultural. aliaran positif dapat dipandang sebagai yang pertama kali
dalam bidang kriminologi yang menformulasikan dan menggunakan cara pandang,
metodologi, dan logika dari ilmu pengetahuan alam di dalam mempelajari perbuatan manusia.
Dasar yang sesungguhnya dari positivisme dalam kriminologi adalah konsep tentang sebab
kejahatan yang banyak (multiple factor causation), yakni faktor-faktor yang alami atau yang
dibawa manusia dan dunianya, yang sebagian bersifat biologis dan sebagian karena pengaruh
lingkungan.

 Penolgy
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

(contoh : pidana dan pemidanaan)


 Viktimologi
 (contoh:) Fase Pertama : Pada awalnya Viktimologi hanya mempelajari korban
kejahatan saja. Pada fase ini dikatakan sebagai penal or special victimology.
 Fase Kedua : telah mencakup korban kecelakaan, pada fase ini disebut sebagai general
victimology.
 Fase Ketiga : Viktimologi sudah berkembang lebih luas lagi yaitu mengkaji
permasalahan korban penyalahgunaan kekuasaan dan hak-hak asasi manusia, pada fase
ini dikatakan new victimology.

3. Dai Nippon memberlakukan kembali peraturan Belanda terdahulu dengan dasar Gun Seirei
melalui Osamu Sirei karena untuk Untuk melengkapi hukum pidana yang telah ada
sebelumnya,pemerintahan militer Jepang di
Indonesia mengeluarkan Gun Seirei nomor
istimewa 1942, Osamu Seirei Nomor 25 Tahun
1944 dan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942. Gun
Seirei Nomor istimewa Tahun 1942 dan Osamu
Seirei Nomor 25 Tahun 1944 berisi tentang hukum
pidana umum dan hukum pidana khusus.
Sedangkan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942
mengatur tentang pengadilan di Hindia Belanda.

4. asas-asas dalam Hukum Pidana adalah sebagai berikut:


a.Asas Legalitas
Asas legalitas tercantum di dalam pasal 1 ayat 1 KUHP. Kalau kata-katanya yang asli di dalam
bahasa Belanda disalin ke dalam bahasa Indonesia kata demi kata, maka akan berbunyi: “
Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat dipidana selain berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang mendahuluinya”.
Asas legalitas yang tercantum di dalam pasal 1 ayat 1 KUHP dirumuskan di dalam bahasa
Latin: “Nullum delictum nulla poena sine praevia legi poenali”, yang dapat disalin ke dalam
bahasa Indonesia kata demi kata dengan: “Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan
pidana yang mendahuluinya”. Sering juga dipakai istilah Latin: “Nullum crimen sine lege
stricta”, yang dapat disalin kata demi kata pula dengan: “Tidak ada delik tanpa ketentuan yang
tegas”.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

Ucapan nullum delictum nulla poena sine praevia lege berasal dari von Feuerbach, sarjana
hukum pidana Jerman (1775-1833). Dialah yang merumuskannya dalam pepatah latin tadi
dalam bukunya: “Lehrbnuch des pein leichen recht” 1801.
Hal ini oleh Anselm von Feuerbach dirumuskan sebagai berikut:
“Nulla poena sine lege
Nulla poena sine Crimine
Nullum Crimen sine poena legali”.
Artinya:
“Tidak ada hukuman, kalau tak ada Undang-undang,
Tidak ada hukuman, kalau tak ada kejahatan
Tidak ada kejahatan, kalau tidak ada hukuman, yang berdasarkan Undang-undang .

keadaan boleh diterimanya sebagai suatu perubahan dalam undang-undang menurut arti kata
pasal 1 ayat 2 KUH Pidana.
b. Asas Keberlakuan Hukum pidana
Kekuasaan berlakunya KUHP dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi negatif dan segi positif.
Segi negatif dikaitkan berlakunya KUHP dengan waktu terjadinya perbuatan pidana. Artinya
bahwa KUHP tidak berlaku surut. Hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan pasal 1 ayat 1
KUHP. Bunyi pasal 1 ayat 1 KUHP yaitu : “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas
kekuatan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan.
Kekuasaan berlakunya KUHP ditinjau dari segi positif artinya bahwa kekuatan berlakunya
KUHP tersebut dikaitkan dengan tempat terjadinya perbuatan pidana. Kekuasaan berlakunya
KUHP yang dikaitkan dengan tempat diatur dalam pasal 1 sampai 9 KUHP.
Asas berlakunya undang-undang hukum pidana menurut tempat dapat dibedakan menjadi
empat asas, yaitu territorial (territorialiteitsbeginsel), asas personal (personaliteitsbeginsel),
asas perlindungan atau nasional yang pasif (bescermingsbeginsel atau passief
nationaliteitbeginsel), dan asas universal (universaliteitsbeginsel).

c .Asas personalitas Aktif dan Nasionalitas Aktif

Asas personalitas ini bertumpu pada kewarganegaraan pembuat delik. Hukum pidana
Indonesia mengikuti warganegaranya kemana pun ia berada. Asas ini bagaikan ransel yang
melekat negara Indonesia kemana pun ia pergi. Inti asas ini tercantum di dalam pasal 5 KUHP.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

d .Asas Universalitas

Asas universalitas ialah suatu asas yang memberlakukan KUHP terhadap perbuatan pidana
yang terjadi di luar wilayah Indonesia yang bertujuan untuk merugikan kepentingan
internasional. Peristiwa pidana yang terjadi dapat berada di daerah yang tidak termasuk
kedaulatan negara mana pun. Jadi yang diutamakan oleh asas tersebut adalah keselamatan
internasional.
5. Locus Delicti
Locus delicti perlu diketahui untuk:

Menentukan apakah hukum pidana Indonesia berlaku terhadap perbuatan pidana tersebut atau
tidak.
Menentukan kejaksaan dan pengadilan mana yang harus mengurus perkaranya (kompetisi
relative).
Sebagai salah satu syarat mutlak sahnya surat dakwaan.
menurut saya berdasarkan soal diatas menurut locus delicti nya adalah Teori Alat yang
digunakan atau teori instrumental dan teori akibat karena dimana alat yang digunakan
menimbulkan akibat pidana Yaitu kerugian atau akibat yang lain.akibatnya ialah Kematian .
dan hukum yang digunakan adalah hukum indonesia karena locus delictinya berada di
Nunukan Kalimantan timur.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
FAKULTAS HUKUM
Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan-Madura
Telp. (031) 3011146, Fax. (031) 3011506
Laman : www.trunojoyo.ac.id
Email: hukum@trunojoyo.ac.id

Anda mungkin juga menyukai