Anda di halaman 1dari 18

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENERAPAN DOKTRIN VICARIOUS LIABILITY DALAM TINDAK


PIDANA PENGGELAPAN PAJAK OLEH KORPORASI (STUDI
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2239 K/PID.SUS/2012)

Raymond Joshua Marudut Sibarani*, Nyoman Serikat Putrajaya, Umi Rozah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : rsibarani08@gmail.com

ABSTRAK

Bagaimanakah apabila wajib pajak badan yang dalam hal ini adalah korporasi melakukan
suatu penghindaran pajak yang dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana penggelapan pajak?
Dalam hal bagaimana suatu korporasi dapat dimintakan pertanggungjawaban secara pidana?
Penelitian ini mengambil permasalahan bagaimana pertimbangan hakim dalam penerapan salah
satu doktrin pertanggungjawaban pidana korporasi yaitu doktrin Vicarious Liability dalam suatu
tindak pidana penggelapan pajak yang dilakukan oleh korporasi dalam Putusan Mahkamah Agung
No: 2239K/PID.SUS/2012 dan bagaimana pemidanaan terhadap penerapan Pertanggungjawaban
Vicarious Liability dalam putusan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa perbuatan terpidana berbasis pada kepentingan bisnis 14 (empat belas) korporasi
yang diwakilinya untuk menghindari Pajak Penghasilan dan Pajak Badan, dan pertimbangan
majelis hakim yaitu bahwa sekalipun secara individual perbuatan terpidana terjadi karena mens rea
dari terpidana, namun karena perbuatan tersebut semata-mata untuk kepentingan dari korporasi
maka Mahkamah Agung berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh terpidana adalah
dikehendaki atau mens rea dari 14 (korporasi) yang diwakilinya. Dalam hal ini diterapkan
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi atas perbuatan atau prilaku Terdakwa sebagai
personifikasi dari korporasi yang diwakilinya. Lalu berdasarkan penelitian diketahui dalam perkara
a quo majelis hakim menerapkan pidana bersyarat kepada terpidana yang mana syarat khusus yang
ditetapkan oleh majelis hakim bukan sebagai syarat khusus penjatuhan pidana bersyarat terhadap
individu.

Kata kunci : Pajak, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi.

ABSTRACT

How if the taxpayer in this case is a corporation committed a tax evasion qualifies as a
criminal offense of tax evasion? In terms of how a corporation can be criminally held
accountable? This study takes the problem of how consideration of the judge in the application of
one doctrine of corporate criminal liability, namely the doctrine of Vicarious Liability in tax
evasion a criminal offense committed by the corporation in the Supreme Court decision No:
2239K / PID.SUS / 2012 and how the criminal prosecution of the application of Vicarious
Liability in the decision.
The method used in this study is juridical normative. Based on the results of this research
is that the actions of the convict based on business interests 14 (fourteen) corporation which
represents to avoid Income Tax and Corporate Tax, and the consideration of the judges which is
that even individual acts convict occurs because the mens rea of the convict, but because the act
solely for the benefit of the corporation, the Supreme Court found what was done by the convict is
desired or mens rea of 14 (corporation) it represents. In this case applied to corporate criminal
responsibility for the actions or behavior of the defendant as the personification of the corporation
they represent. Then based on the research note in the case a quo judges apply conditional
punishment to the convicts where special conditions set by the judge rather than as a special
condition of sentences conditional on individuals.

Keywords: Tax, Corporate Criminal Responsibility.

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN Hukum Pajak juga disebut


Pajak merupakan sumber hukum fiskal yaitu adalah keseluruhan
penerimaan Negara di samping peraturan mengenai wewenang
penerimaan dari sumber migas dan non pemerintah untuk mengambil kekayaan
migas. Dengan posisi yang sedemikian seseorang dan menyerahkannya
penting itu pajak merupakan kembali kepada masyarakat melalui kas
penerimaan strategis yang harus negara. Dengan demikian, hukum pajak
dikelola dengan baik oleh negara. merupakan bagian dari hukum publik
Dalam struktur keuangan Negara tugas yang mengatur hubungan-hubungan
dan fungsi penerimaan pajak dijalankan hukum antara negara dan orang-orang
oleh Direktorat Jenderal Pajak di atau badan-badan (hukum) yang
bawah Kementerian Keuangan berkewajiban membayar pajak
Republik Indonesia. (selanjutnya disebut Wajib Pajak).1
Pajak adalah beban bagi Hubungan antara pemerintah
perusahaan, sehingga wajar jika tidak sebagai fiskus dengan rakyat sebagai
satupun perusahaan (wajib pajak) yang Wajib Pajak tersebut mencakup
dengan senang hati dan suka rela penggunaan uang hasil pajak, yang
membayar pajak. Mengingat pajak pada gilirannya harus
adalah beban yang akan mengurangi dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
laba bersih perusahaan- maka Karena pajak itu dipungut dari
perusahaan akan berupaya semaksimal sebagian harta kekayaan sebagian
mungkin agar dapat membayar pajak warga masyarakat untuk memenuhi
sekecil mungkin dan berupaya untuk kebutuhan umum, maka penggunaan
menghindari pajak. Namun demikian hasil pungutan pajak harus dapat
penghindaran pajak harus dilakukan dirasakan oleh masyarakat secara
dengan cara-cara yang legal agar tidak umum. Hasil pungutan pajak tersebut
merugikan perusahaan di kemudian tidak boleh disalahgunakan untuk
hari. Penghindaran pajak dengan cara kepentingan pribadi atau kelompok
illegal adalah penggelapan pajak. Hal tertentu, karena jika demikian, maka
ini perbuatan kriminal, karena hubungan yang dimaksud dalam
menyalahi aturan yang berlaku. hukum pajak menjadi tidak terealisasi.2
Pemerintah dinilai terlalu Hubungan hukum dalam
menyederhanakan kasus mafia pajak Hukum Pajak antara pemerintah
yang melibatkan GHT. Akibatnya, sebagai fiskus dengan rakyat sebagai
pengungkapan kasusnya tidak tuntas Wajib Pajak merupakan hubungan
dan penegakan hukumnya juga tidak hukum yang lahir dari Undang-
maksimal. Oleh sebab itu, tak heran Undang. Dalam hal ini tidak diperlukan
jika di saat kasus GHT masih adanya kesepakatan atau kesesuaian
ditangani, muncul lagi kasus DW. DW pendapat di antara para pihak.
adalah PNS di Direktorat Jenderal Demikian pula tidak diperlukan adanya
Pajak Kementerian Keuangan, yang perjanjian antara Pemerintah sebagai
punya uang puluhan miliar di pihak yang memungut pajak dengan
rekeningnya. Membiarkan mafia pajak
1
terus merajalela sudah melahirkan Santoso Brotodihardjo, 1991, Pengantar Ilmu
kesimpulan bahwa pemerintahan ini Hukum Pajak, (Bandung: PT.Eresco) hlm.1.
2
tidak serius memberantas korupsi. Marihot Pahala Siahaan.2010. Hukum Pajak
Elementer, (Yogyakarta: Graha Ilmu)

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rakyat selaku Wajib Pajak. Agar yaitu badan hukum yang padanya
pemerintah selaku fiskus dapat melekat hak dan kewajiban hukum
mengenakan pajak maka pemerintah layaknya orang perseorangan sebagai
harus dilengkapi dengan kewenangan subjek hukum. Atas dasar itu, untuk
istimewa. Sementara rakyat sebagai mencari tahu apa yang dimaksud
Wajib Pajak tidak memiliki dengan korporasi, tidak dapat
kewenangan ini. Adanya kewajiban dilepaskan dari bidang hukum perdata.
yang lahir dari Undang-Undang Hal ini disebabkan oleh istilah
menyebabkan rakyat selaku Wajib korporasi yang sangat erat kaitannya
Pajak atau Penanggung pajak harus dengan istilah ‘badan hukum’ yang
membayar pajak kepada negara yang dikenal dalam bidang hukum perdata.
diwakili oleh pemerintah selaku fiskus. Perlu pula dikemukakan bahwa
Pemerintah dalam hubungan itu menurut Rudi Prasetya, kata korporasi
dilengkapi dengan kewenangan hukum adalah sebutan yang lazim
publik yang merupakan kewenangan dipergunakan di kalangan pakar hukum
istimewa. Konsekuensinya adalah pidana untuk menyebut apa yang biasa
bahwa pihak pemerintah dapat dalam bidang hukum lain khususnya
menentukan secara sepihak tanpa harus bidang hukum perdata, sebagai badan
menunggu untuk memperoleh hukum atau yang dalam Bahasa
persetujuan dari rakyat selaku Wajib Belanda disebut sebagai rechtpersoon
pajak. Adanya keputusan yang atau yang dalam Bahasa Inggris disebut
ditentukan secara sepihak tersebut legal entities atau corporation4.
dapat dilihat dalam berbagai hal. Di samping berkaitan dengan
Misalnya, meskipun Wajib Pajak telah apa sebenarnya yang dimaksud dengan
menghitung dan melaporkan korporasi (dalam rangka memintakan
penghasilannya, tetapi bila dari hasil pertanggungjawaban pidana) tentu
pemeriksaan ternyata ditemukan akan berkaitan pula dengan berbagai
adanya bukti bahwa penghasilan Wajib permasalahan. Permasalahan tersebut
Pajak lebih besar dari yang dilaporkan, misalnya: kapan dan dalam hal
maka pihak fiskus dapat menetapkan bagaimana suatu korporasi dapat
besarnya pajak berdasarkan dimintakan pertanggungjawaban secara
penghasilan yang diperoleh dari pidana (untuk selanjutnya dirumuskan
pemeriksaan tersebut tanpa meminta dengan menggunakan istilah
persetujuan dari Wajib Pajak. Dan ‘klasifikasi perbuatan’)?5 Dikaitkan
seperti namanya, Wajib Pajak pun dengan pertanggungjwaban pidana
mempunyai kewajiban untuk Indonesia yang menganut asas
membayar Pajak sesuai dengan besaran kesalahan (mens rea), maka akan
yang ditetapkan oleh fiskus.3 timbul pertanyaan bagaimana
Secara umum, hukum tidak kesalahan (mens rea) sebagaimana
hanya mengatur orang (manusia tergambar dari asas tiada pidana tanpa
alamiah) sebagai subjek hukum, akan kesalahan (geen straf zonder schuld;
tetapi selain orang perseorangan
dikenal pula subjek hukum yang lain, 4
Muladi dan Dwidja Priyatno,
Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum
Pidana, STHB, Bandung¸1991, hlm 47.
3 5
Adrian Sutedi, Hukum Pajak, (Jakarta: Sinar Kristian, Hukum Pidana Korporasi (Bandung:
Grafika) hlm. 7. Nuansa Aulia) hlm. 53.

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

keine strafe ohne schuld) diterapkan PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG


terhadap korporasi? Siapa yang NOMOR 2239 K/PID.SUS/2012)”
dimintakan pertanggungjawaban 1. Rumusan Masalah
pidana (untuk selanjutnya dirumuskan Atas dasar latar belakang tersebut
dengan menggunakan istilah ‘subjek diatas, maka dapat dirumuskan
hukum’)? Atau bagaimana stelsel permasalahan sebagai berikut :
pemidanaan bagi korporasi? Dan 1. Bagaimana pertimbangan hakim
bentuk pertanggungjawaban (sanksi pada penerapan doktrin Vicarious
pidana) seperti apakah yang dapat Liability dalam Putusan MA No. 2239
dimintakan terhadap korporasi? K/PID.SUS/2012?
Apakah hanya pidana denda (sanksi 2. Bagaimana analisis yuridis terhadap
pidana tunggal) ataukah dapat pula penjatuhan pidana bersyarat bagi
diterapkan sanksi pidana lain seperti Korporasi dalam Putusan MA No. 2239
pidana mati atau pidana penjara? Pada K/PID.SUS/2012?
dasarnya terdapat beberapa doktrin 2. Tujuan Penelitian
yang mengesampingkan atau bahkan 1. Untuk mengetahui pertimbangan
meniadakan asas kesalahan dalam hakim dalam menerapkan doktrin
rangka meminta pertanggungjawaban Vicarious Liability dalam Putusan MA
pidana korporasi, dalam kasus Tindak No. 2239 K/PID.SUS/2012
Pidana di bidang perpajakan salah 2. Untuk mengetahui analisis yuridis
satunya adalah kasus PT. ASIAN dalam penjatuhan pidana bersyarat bagi
AGRI GROUP yang termuat dalam Korporasi dalam Putusan MA No. 2239
Putusan Mahkamah Agung Nomor K/PID.SUS/2012
2239 K/PID.SUS/2012 atas nama
Terakwa Suwir Laut yang bertindak II. METODE PENELITIAN
sebagai Tax Manager Asian Agri Metode yang dipergunakan oleh
Group (AAG). Pada putusan penulis dalam penulisan hukum ini
Mahkamah Agung tersebut Suwir Laut adalah yuridis normatif. Penelitian
dianggap bertindak mewakili Hukum adalah metode penelitian
perusahaan dengan doktrin hukum yang dilakukan dengan meneliti
pertanggungjawaban pengganti bahan pustaka atau data sekunder
(vicarious liability). Padahal dalam belaka.6 Adapun metode normatif,
amar putusan tingkat pertama dan adalah metode yang dilakukan dengan
tingkat banding dinyatakan bahwa cara meneliti bahan pustaka atau data
Surat Dakwaan Penuntut Umum tidak sekunder terhadap azas-azas hukum
dapat diterima. serta studi kasus yang dengan kata lain
Berdasarkan uraian tersebut di sering disebut sebagai penelitian
atas maka menarik untuk dilakukan hukum kepustakaan.7 Metode yuridis
penelitian dan pembelajaran yang normatif digunakan karena dalam
kemudian dituangkan dalam bentuk
penulisan hukum dengan judul : 6
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian
“PENERAPAN DOKTRIN Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat),
VICARIOUS LIABILITY DALAM Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hlm. 13-14.
7
TINDAK PIDANA PENGGELAPAN Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
PAJAK OLEH KORPORASI (STUDI Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,
2004), halaman 13.

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penulisan hukum ini meneliti substansi dari penelitian dan menyimpulkan


hukum penjatuhan pidana pembayaran sesuai dengan permasalahan.10 Dengan
uang pengganti dalam tindak pidana adanya objek penelitian dan adanya
korupsi dan agar penulisan hukum ini data-data yang mendukung yang
dapat memecahkan permasalahan- berkaitan dengan permasalahan yang
permasalahan dengan objektif diungkapkan diharapkan akan
berdasarkan bahan-bahan pustaka memberikan penjelasan secara cermat
terkait. Metode berpikir yang serta sistematis tentang rumusan
digunakan adalah metode berpikir masalah yang telah disampaikan.
deduktif, yaitu cara berpikir dalam Dikarenakan metode yang penulis
penarikan kesimpulan yang ditarik dari ambil dalam penulisan hukum adalah
sesuatu yang sifatnya umum yang yuridis normatif maka data yang
sudah dibuktikan bahwa dia benar dan digunakan adalah data sekunder yang
kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu mencakup :
yang sifatnya khusus. 8 a. Bahan Hukum Primer
Ada 3 (tiga) tipe penelitian yang Yaitu bahan-bahan hukum yang
lazim digunakan dalam penelitian mengikat terdiri dari:
hukum yaitu:9 1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
a. Penelitian yang bersifat 2007 tentang Ketentuan Umum
eksploratif, yang bertujuan untuk dan Tata Cara Perpajakan;
menyelidiki suatu masalah. 2) Putusan Mahkamah Agung Nomor
b. Penelitian yang bersifat deskriptif, 2239 K/PID.SUS/2012;
yang berrtujuan untuk memberikan 3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
gambaran-gambaran dan 1981 (Kitab Undang-Undang
memaparkan objek penelitian Hukum Acara Pidana)
berdasarkan kenyataan secara b. Bahan Hukum Sekunder
kronologis sistematis. Yaitu bahan yang erat hubungannya
c. Penelitian yang bersifat dengan bahan hukum primer dan dapat
eksplanatoris, yang bertujuan membantu menganalisis dan
untuk mengungkapkan atau memahami bahan hukum primer,
menjelaskan suatu masalah. terdiri dari:
Spesifikasi penelitian yang 1) Buku-buku yang berkaitan dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah pajak;
deskriptif yaitu riset yang 2) Buku-buku yang berkaitan dengan
menggambarkan peraturan perundang- pidana dan tindak pidana;
undangan yang berlaku dikaitkan 3) Buku-buku yang berkaitan dengan
dengan teori-teori hukum dan praktek kasus dari Putusan Putusan
pelaksanaan hukum positif yang Mahkamah Agung Nomor 2239
menyangkut permasalahan diatas. K/PID.SUS/2012.
Selain menggambarkan obyek yang c. Bahan Hukum Tersier
menjadi permasalahan juga Yaitu bahan yang memberikan
menganalisis data yang telah diperoleh petunjuk maupun penjelasan terhadap

8
Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat,
Metodologi Penelitian, CV. Mandar Maju,
10
Bandung, 2002, hlm. 23 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum,
9
Roni Hanitijo Soemitro, Op Cit, hlm. 97 (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm 26.

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

bahan hukum primer dan sekunder, tingkat banding pada Pengadilan


terdiri dari: Tinggi Jakarta dengan Nomor
1) Kamus hukum 241/PID.2012/PT.DKI tanggal 23
2) Kamus ilmiah popular Juli 2012 majelis hakim
3) Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan menguatkan Putusan
Seluruh data yang telah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
terkumpul kemudian diolah dan dengan Nomor
dianalisis dengan menggunakan 234/PID.B/2011/PN.JKT.PST.
metode kualitatif. Metode kualitatif Namun dalam Putusan Kasasi
yaitu metode yang menganalisis Mahkamah Agung Nomor 2239
terhadap data kualitatif yaitu data-data K/PID.SUS/2012 majelis hakim
yang terdiri dari rangkaian kata-kata.11 menyatakan membatalkan Putusan
Dengan menganalisis data yang telah Pengadilan Tinggi Jakarta dengan
terkumpul tersebut, kemudian Nomor 241/PID.2012/PT.DKI dan
diuraikan dan dihubungkan antara data menyatakan terdakwa Suir Laut
yang satu dengan data yang lainnya alias Liu Che Sui alias Atak
secara sistematis, pada akhirnya terbukti secara sah dan
disusun atau disajikan dalam bentuk meyakinkan bersalah melakukan
penulisan hukum. tindak pidana sesuai dengan yang
didakwakan oleh Jaksa / Penuntut
III. HASIL PENELITIAN DAN Umum dan Terdakwa dianggap
PEMBAHASAN mewakili perusahaan dan 14 anak
A. Pertimbangan Hakim dalam perusahaan / korporasi dalam
Menerapkan Doktrin Vicarious pertanggungjawaban pidana
Liability dalam Putusan MA No. dimana dalam putusan tingkat
2239 K/PID.SUS/2012 pertama dan tingkat banding tidak
Putusan yang diteliti dalam terbukti. Sebelum dilakukan
penulisan hukum ini merupakan pembahasan mengenai
suatu perkara tindak pidana pajak pertimbangan hakim dalam
yang menggunakan modus Putusan Kasasi tersebut, terlebih
operandi penghindaran pajak (tax dahulu akan diuraikan secara jelas
evation) atas nama terpidana dan lengkap mengenai kasus posisi
Suwir Laut alias Liu Che Sui alias perkara sebagai berikut :12
Atak. Dimana dalam amar putusan Terpidana Suwir Laut sejak tahun
tingkat pertama pada Pengadilan 2002 terdaftar sebagai pegawai
Negeri Jakarta Pusat dengan pada PT. Inti Indosawit Subur
Nomor (PT.IIS) yang merupakan salah
234/PID.B/2011/PN.JKT.PST satu perusahaan di bawah Asian
tanggal 12 Maret 2012 majelis Agri Group (AAG) namun secara
hakim menyatakan bahwa surat fungsional terpidana bertugas
dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagai Tax Manager AAG yang
terhadap Terdakwa tidak dapat berkantor di Kantor Perwakilan
diterima karena Prematur. Jakarta (JRO atau Jakarta
Kemudian, dalam amar putusan
12
Putusan Mahkamah Agung No. 2239
11
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm 7. K/PID.SUS/2012

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Regional Office) yang beralamat di kemudian SPT Tahunan PPh WP


Jalan Teluk Betung No. 31-32 Badan dan Laporan Keuangan
Jakarta Pusat. Tugas utama Neraca (Neraca dan Rugi Laba)
terpidana sebagai Tax Manager tersebut dikirimkan ke Medan (u.p
AAG adalah menerima laporan Kho Yo Gie) lalu dikonfirmasikan
keuangan (neraca dan rugi laba) ke Vincentius Amin Sutanto
yang dikirim oleh kantor Medan kemudian ditandatangani oleh
berupa data parsial seluruh kantor, Direktur masing-masing
pabrik, dan kebun di Medan, Riau, perusahaan yang berada di bawah
dan Jambi. Data yang terpidana AAG. Setelah selesai
peroleh berupa text file (soft copy) ditandatangani, kemudian oleh
dan diterima sebulan sekali, Kho Yo Gie dikirimkan kembali
kemudian berdasarkan data kepada terpidana untuk
tersebut terpidana menyusun perusahaan-perusahaan yang PPh
Laporan Keuangan Konsolidasi Badannya terdaftar di Jakarta,
(Neraca dan Laporan Rugi Laba setelah diterima di Kantor
dan pada akhir tahun terpidana Perwakilan Jakarta kemudian
mempersiapkan dan mengisi SPT distempel dan oleh Robert
PPh Wajib Pajak Badan untuk disampaikan ke KPP terkait atas
seluruh perusahaan di bawah perintah terpidana, sedangkan
AAG, SPT tersebut dibuat untuk SPT PPh Badan perusahaan
bersadarkan laporan keuangan yang terdaftar di KPP Kisaran
konsolidasi. terpidana juga disampaikan langsung oleh Kho
memiliki tugas untuk Yo Gie ke KPP Kisaran.
mempersiapkan data dan dokumen Pada tanggal 4 Agustus 2002, 5
untuk pemeriksaan pajak. Agustus 2002, 2 September 2002
Pengisian SPT Tahunan PPh WP dan 18-19 Desember 2002,
Badan untuk seluruh perusahaan di terpidana bersama-sama dengan
bawah AAG, terpidana lakukan Eddy Lukas (EL), Lee Boon Heng
berdasarkan laporan keuangan (LBH), Yoe Gie (YG), Vincentius
konsolidasi yang terpidana buat Amin Sutanto (VAS), Djoko
setelah diverifikasi oleh Vincentius Soesanto Oetomo (DO) dan
Amin Sutanto (VAS) dan Laporan Paulina Shih (PS) mengadakan tax
Konsolidasi yang terpidana susun planning meeting di kantor Jakarta
mendapat persetujuan (secara (Jakarta Regional Office/JRO) di
lisan) dari Vincentius Amin Jalan Teluk Betung No. 31-32
Sutanto, kemudian terpidana Tanah Abang Jakarta Pusat dan di
membuat konsep pengisian SPT Kantor Medan beralamat di
Tahunan PPh WP Badan untuk Gedung Uniland Jalan MT
seluruh perusahaan yang berada di Haryono Medan untuk membahas
bawah AAG. Konsep pengisian mengenai perencanaan guna
SPT Tahunan PPh WP Badan itu, mengecilkan pembayaran pajak
terpidana serahkan kepada Robert melalui beberapa cara.
untuk diketik. Setelah diketik Selanjutnya terpidana membuat
diserahkan kembali kepada Laporan Keuangan dan SPT
terpidana untuk dicek dan Tahunan PPh WP Badan 14

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(empat belas) anak perusahaan Umum dan Tata Cara


yang tergabung dalam AAG sesuai Perpajakan sebagaimana telah
yang telah direncanakan diubah dengan UU No. 16
sebelumnya yang isinya tidak Tahun 2000 jo. Pasal 64 ayat
benar atau tidak sesuai dengan (1) KUHP.
yang sebenarnya. Dalam SPT 2. SUBSIDAIR: Pasal 38 huruf b
Tahunan PPH WP Badan Tahun jo. Pasal 43 ayat (1) Undang-
Pajak 2002 sampai dengan tahun Undang No. 6 Tahun 1983
2005 yang dibuat oleh terpidana tentang Ketentuan Umum dan
tersebut terpidana menyatakan Tata Cara Perpajakan
bahwa Laporan Keuangan tidak sebagaimana telah diubah
diaudit oleh Kantor Akuntan dengan UU No. 16 Tahun
Publik (KAP), namun sebenarnya 2000 jo. Pasal 64 ayat (1)
Laporan Keuangan berupa Neraca KUHP.
dan Rugi Laba untuk 14 Putusan Pengadilan Negeri
perusahaan tersebut diaudit oleh Jakarta Pusat
KAP yaitu: Tahun 2002 dan 2003, Putusan Pengadilan Negeri Jakarta
oleh KAP Purwantono, Sarwoko & Pusat Nomor
Sandjaja (Ernst and Young), 234/PID.B/2011/PN.JKT.PST.
Tahun 2004 dan 2005, oleh KAP tanggal 15 Maret 2012 yang amar
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono lengkapnya sebagai berikut:
dan Rekan (PKF). Meskipun SPT 1) Mengabulkan Eksepsi Prematur
telah diaudit oleh KAP, terpidana dari Penasihat Hukum
tidak melakukan perubahan atau Terdakwa;
pembetulan yang disampaikan oleh 2) Menyatakan surat dakwaan
KPP terkait walaupun secara sadar Jaksa Penuntut Umum terhadap
terpidana telah mengetahui bahwa Terdakwa Suwir Laut karena
ada perbedaan Neraca dan Rugi prematur tidak dapat diterima;
Laba antara SPT yang terpidana 3) Menetapkan barang bukti
buat dan telah dikirimkan ke KPP berupa: (terlampir) tetap
dengan hasil audit KAP. terlampir dalam berkas perkara;
Perbuatan terpidana tersebut 4) Menetapkan biaya perkara ini
mengakibatkan kerugian pada dibebankan kepada Negara.
pendapatan Negara sebesar Rp. Putusan Pengadilan Tinggi
1.259.977.695.652,- (satu trilyun Jakarta
dua ratus lima puluh sembilan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
milyar sembilan ratus tujuh puluh Nomor 241/PID.2012/PT.DKI.
tujuh juta enam ratus sembilan tanggal 23 Juli 2012 yang amar
puluh lima ribu enam ratus lima lengkapnya sebagai berikut:
puluh dua rupiah). Karena 1) Menerima permintaan banding
perbuatannya terpidana dijerat dari Jaksa Penuntut Umum;
dengan Dakwaan Subsidair, yaitu: 2) Menguatkan Putusan
1. PRIMAIR: Pasal 39 ayat (1) Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
huruf c jo. Pasal 43 ayat (1) Nomor
Undang-Undang No. 6 Tahun 234/PID.B/2011/PN.JKT.PST.
1983 tentang Ketentuan

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tanggal 15 Maret 2012 yang Hakim karena Terdakwa


dimohonkan banding tersebut; dipersalahkan melakukan sesuatu
3) Membebankan biaya perkara kejahatan atau tidak mencukupi
dalam kedua tingkat pengadilan suatu syarat yang ditentukan
kepada Negara. sebelum berakhirnya masa
Putusan Kasasi Mahkamah percobaan selama 3 (tiga) tahun,
Agung Republik Indonesia dengan syarat khusus dalam
Putusan Mahkamah Agung waktu 1 (satu) tahun, 14 (empat
Republik Indonesia Noor 2239 belas) perusahaan yang tergabung
K/PID.SUS/2012 tanggal 18 dalam Asian Agri Group (AAG)
Desember 2012 yang amar yang pengisian SPT Tahunan
lengkapnya sebagai berikut: diwakili oleh Terdakwa untuk
MENGADILI membayar denda 2 (dua) kali
1) Mengabulkan permohonan kasasi pajak terutang yang kurang
dari pemohon kasasi Jaksa dibayar yang keseluruhannya
Penuntut Umum pada Kejaksaan berjumlah Rp.
Negeri Jakarta Pusat tersebut; 2.529.955.391.304,- (Dua Trilyun
2) Membatalkan putusan pengadilan Lima Ratus Sembilan Belas
Tinggi Jakarta Nomor Milyar Sembilan Ratus Lima
241/PID.2012/PT.DKI. tanggal Puluh Lima Juta Tiga Ratus
23 Juli 2012 yang menguatkan Sembilan Puluh Satu Ribu Tiga
Putusan Pengadilan Negeri Ratus Empat Rupiah) secara
Jakarta Pusat Nomor tunai;
234/PID.B/2011/PN.JKT.PST. 4) Menetapkan barang bukti berupa:
tanggal 15 Maret 2012 (terlampir)
MENGADILI SENDIRI 5) Membebankan kepada Terdakwa
1) Menyatakan Terdakwa Suwir tersebut untuk membayar biaya
Laut alias Liu Che Sui alias Atak perkara dalam semua tingkat
tersebut di atas telah terbukti peradilan dan dalam tingkat
secara sah dan meyakinkan kasasi ini sebesar Rp. 2.500,-
bersalah (Dua Ribu Lima Ratus Rupiah)
melakukan tindak pidana A. Pertimbangan Hakim
”MENYAMPAIKAN SURAT Pertimbangan Hakim dalam
PEMBERITAHUAN DAN / menerapkan doktrin Vicarious
ATAU KETERANGAN YANG Liability terhadap terpidana yang
ISINYA TIDAK BENAR ATAU tertulis dalam Putusan ini adalah:
TIDAK LENGKAP SECARA Menimbang, bahwa Terdakwa
BERLANJUT” selaku Tax Manager Asian Agri
2) Menjatuhkan pidana oleh karena Group (AAG) sekaligus sebagai
itu kepada Terdakwa tersebut Kuasa Pegawai wakil dari Wajib
dengan pidana penjara selama 2 Pajak telah secara sengaja
(dua) tahun ; menganjurkan, membantu
3) Menetapkan bahwa pidana melakukan tindak pidana di bidang
tersebut tidak akan dijalani, perpajakan untuk dan atas nama 14
kecuali jika di kemudian hari ada (empat belas) perusahaan
perintah lain dalam putusan (korporasi) yang tergabung di

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam Asean Agre Group (AAG) Menimbang, bahwa sekalipun


yaitu : 1. PT. Dasa Anugerah secara individual perbuatan
Sejati, 2. PT. Raya Garuda Mas Terdakwa terjadi karena
Sejati, 3. PT. Saudara Sejati Luhur, ”mensrea” dari Terdakwa, namun
4. PT. Indo Sepadan Jaya, 5. PT. karena perbuatan tersebut semata-
Nusa Pusaka Kecana, 6. PT. mata untuk kepentingan dari
Andalas Inti Agro Lestari, 7. PT. korporasi maka Mahkamah Agung
Tunggal Junus Estate, 8. PT. berpendapat bahwa apa yang
Riguna Agre Utama, 9. PT. Rantau dilakukan oleh Terdakwa adalah
Sinar Karsa, 10. PT. Supra Matra dikehendaki atau ”mensrea” dari
Abadi, 11. PT. Mitra Unggul 14 (empat belas) korporasi,
Pusaka, 12. PT. Hari Sawit Jaya, sehingga dengan demikian
13. PT. Inti Indo Sawit Subur, 14. pembebanan tanggung jawab
PT. Gunung Melayu. Perbuatan pidana ”Individual Liability”
dari Terdakwa a quo berbasis pada dengan corporate liability harus
kepentingan bisnis yang diterapkan secara simultan sebagai
menguntungkan bagi 14 (empat cerminan dari doktrin respondeat
belas) korporasi namun disisi lain superior atau doktrin ”Vicarious
telah mengakibatkan berkutangnya Liability” diterapkan
pendapatan Negara dari sektor pertanggungan jawab pidana
pajak dari Pajak Penghasilan dan kepada korporasi atas perbuatan
Pajak Badan yang jumlahnya atau prilaku Terdakwa sebagai
menurut perhitungan dari personifikasi dari korporasi yang
Direktorat Jenderal Pajak sebesar diwakilinya menjadi tugas dan
Rp. 1.259.977.695.752,- (satu tanggung jawab lagi pula apa yang
trilyun dua ratus lima puluh dilakukan Terdakwa telah
sembilan milyar sembilan ratus diputuskan secara kolektif ;
tujuh puluh tujuh juta senam ratus Menimbang, bahwa Mahkamah
sembilan puluh lima ribu tujuh Agung menyadari gagasan
ratus lima puluh dua rupiah) ; menuntut pertanggung jawaban
Menimbang, bahwa sebagaimana pidana korporasi belum diterima
dipertimbangkan di atas bahwa seutuhnya karena alasan yang
perbuatan Terdakwa berbasis pada sangat formal bahwa korporasi
kepentingan bisnis 14 (empat dalam perkara a quo tidak
belas) korporasi yang diwakilinya didakwakan; Namun
untuk menghindari Pajak perkembangan praktek hukum
Penghasilan dan Pajak Badan yang pidana telah mengintrodusir
seharusnya dibayar oleh karena itu adanya pembebanan
tidaklah adil jika tanggung jawab pertanggungan jawab seorang
pidana hanya dibebankan kepada pekerja di lingkungan suatu
Terdakwa selaku individu akan korporasi kepada korporasi di
tetapi sepatutnya juga menjadi tempat ia bekerja dengan
tanggung jawab korporasi yang menerapkan pertanggung jawaban
menikmati atau memperoleh dari fungsional sebagaimana telah
hasil Tax Evation tersebut ; dipertimbangkan di atas ;
Perkembangan hukum pajak di

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Belanda telah pula menerima bersifat melawan hukum (actus


pertanggung jawaban pidana dari reus). Untuk pemidanaan masih
korporasi karena pajak menjadi perlu syarat, bahwa orang yang
andalan anggaran pendapatan melakukan perbuatan itu
Negara yang dilandasi pada mempunyai kesalahan atau sikap
kepentingan praktis untuk batin bersalah (mens rea). Jadi
menegakan hukum khususnya untuk dapat menjatuhkan pidana
terhadap tindak pidana pajak badan kepada seseorang harus ada
atau korporasi dan Indonesia telah perbuatan yang melawan hukum
perlu mempertimbangkan untuk (actus reus) dan sikap batin
mengadopsi sendi-sendi penegakan bersalah (mens rea). Untuk
hukum di sektor perpajakan di membahas tentang kesalahan
Belanda ; dalam pertanggungjawaban
Menimbang, bahwa tentang pidana pidana, dalam hal ini
yang akan dijatuhkan kepada pertanggungjawaban pidana
Terdakwa diterapkan sistim korporasi harus diterima konsep
pemidanaan Pasal 14 a, 14 b dan Pertanggungjawaban Pidana
14 c sekalipun difahami mungkin Fungsional atau kepelakuan
dipandang tidak tepat, namun hal fungsional (fungsional
tersebut mencerminkan titik berat daderschap). Ciri khas dari
tanggung jawab pidana lebih pada kepelakuan fungsional ini yaitu
ketentuan pemidanaan yang diatur perbuatan fisik dari yang satu
di dalam undang-undang (yang sebenarnya melakukan)
perpajakan dan tidak pada menghasilkan perbuatan
pendekatan retributif kepada fungsional terhadap yang lain .
pelaku individualnya tetapi lebih Dengan demikian kemampuan
bertitik berat pada rasa keadilan bertanggungjawab orang-orang
khususnya pembayaran Pajak yang berbuat untuk dan atas nama
Pendapatan Penghasilan dan Pajak korporasi dialihkan menjadi
Badan dari 14 (empat belas) kemampuan bertanggungjawab
korporasi tersebut. korporasi sebagai subjek tindak
Dalam pertimbangan majelis pidana. Terhadap konsep ini,
hakim tersebut di atas terdapat Muladi secara kongkrit
beberapa hal yang perlu dianalisis. merekomendasikan untuk melihat
Pertama perlu dianalisis mengenai apakah perbuatan sesuai dengan
pertimbangan hakim tentang tujuan statuta perusahaan dan atau
adanya mens rea pada terpidana dengan kebijakan perusahaan, dan
yang juga merupakan mens rea yang terpenting adalah apabila
dari 14 (empat belas) korporasi. tindakan tersebut sesuai dengan
Dalam hal ini membahas mengenai ruang lingkup pekerjaan dari
subjek hukum yang dapat dimintai perusahaan . Dengan kata lain
pertanggungjawaban pidana. apabila perbuatan yang terlarang
Dipidananya seseorang tidaklah pertanggungjawabannya akan
cukup apabila orang itu telah dibebankan pada perusahaan, maka
melakukan perbuatan yang perbuatan itu harus dilakukan
bertentangan dengan hukum atau dalam rangka pelaksanaan tugas

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dan/atau pencapaian tujuan-tujuan fungsional, perlu diperhatikan


dari perusahaan13. Dalam perkara a bahwa penuntutan dan pemidanaan
quo terpidana selaku Tax Manager korporasi dikenal dengan apa yang
sekaligus sebagai Kuasa Pegawai dinamakan ‘punishment
wakil Wajib Pajak bertindak untuk provisions’14 artinya baik pelaku
dan atas nama 14 (empat belas) (pengurus) maupun korporasi itu
korporasi yang tergabung dalam sendiri dapat dijadikan subjek
Asian Agri Group (AAG) dan pemidanaan. Dalam perkara a quo,
bahwa urgensi terpidana dalam majelis hakim hanya menjatuhkan
melakukan perbuatannya adalah pidana kepada terpidana yang
untuk kepentingan 14 (empat dianggap sebagai personifikasi dari
belas) korporasi tersebut untuk korporasi yang diwakilinya namun
menghindari Pajak Penghasilan jika kita melihat bahwa korporasi
dan Pajak Badan yang seharusnya lah yang memperoleh hasil dari
dibayar. Hal ini sesuai dengan penghindaran pajak (tax evation)
pendapat Muladi bahwa perbuatan tersebut, maka majelis hakim
fungsional yang dilakukan kurang mengakomodir apa yang
terpidana adalah sesuai dengan menjadi konsep pemidanaan
tujuan perusahaan yaitu terhadap pertanggungjawaban
menghindari pajak, dan terpidana fungsional yakni provision
melakukan perbuatan itu dalam punishment itu sendiri, padahal
rangka pelaksanaan tugas dan/atau dalam pertimbangannya majelis
pencapaian tujuan-tujuan dari hakim menyatakan bahwa ‘Namun
perusahaan. Maka menurut perkembangan praktek hukum
pertanggungjawaban pidana pidana telah mengintrodusir
fungsional kemampuan adanya pembebanan
bertanggungjawab orang-orang pertanggungan jawab seorang
yang berbuat untuk dan atas nama pekerja di lingkungan suatu
korporasi dialihkan menjadi korporasi kepada korporasi di
kemampuan bertanggungjawab tempat ia bekerja dengan
korporasi dan pertanggungjawaban menerapkan pertanggung jawaban
pidana harus dibebankan bukan fungsional sebagaimana telah
kepada terpidana saja melainkan dipertimbangkan di atas’ secara
korporasi juga harus langsung majelis hakim
bertanggungjawab atas perbuatan menerapkan pertanggungjawaban
tersebut karena korporasi lah yang fungsional kepada terpidana,
memperoleh hasil dari namun hanya menjatuhkan pidana
penghindaran pajak (tax evation) kepada terpidana tanpa adanya
tersebut. pemidanaan yang nyata kepada
Berkaitan dengan korporasi.
pertanggungjawaban pidana

13 14

http://hasanudinnoor.blogspot.co.id/2010/05/ http://achmadnizamfuturelawyer.blogspot.co.
penerapan-pertanggungjawaban- id/2013/09/pengaturan-korporasi-sebagai-
korporasi.html terakhir diakses pada hari subjek.html terakhir diakses pada hari Kamis,
Selasa 5 April 2016 pukul 13.17 WIB 21 April 2016 pukul 22.29 WIB

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

17maksudnya
Selanjutnya dalam pertimbangan adalah bahwa
majelis hakim ‘bahwa apa yang majikan (employer) adalah
dilakukan oleh Terdakwa adalah penanggung jawab utama dari
dikehendaki atau ”mensrea” dari perbuatan para buruhnya atau
14 (empat belas) korporasi, karyawannya. Jadi dalam hal ini
sehingga dengan demikian terlihat prinsip ‘the servant’s act is
pembebanan tanggung jawab the master act in law’ atau yang
pidana ”Individual Liability” dikenal juga dengan prinsip the
dengan corporate liability harus agency principle yang berbunyi
diterapkan secara simultan ‘the company is liable for the
sebagai cerminan dari doktrin wrongful acts of all its employees’.
respondeat superior atau doktrin Di sisi lain, vicarious liability
”Vicarious Liability” diterapkan doctrine ini sering diartikan
pertanggungan jawab pidana sebagai pertanggungjawaban
kepada korporasi atas perbuatan pengganti (pertanggungjawaban
atau prilaku Terdakwa sebagai menurut hukum dimana seseorang
personifikasi dari korporasi yang atas perbuatan salah yang
diwakilinya menjadi tugas dan dilakukan oleh orang lain).18
tanggung jawab lagi pula apa Dalam perkara a quo dapat kita
yang dilakukan Terdakwa telah jumpai pada pertimbangan hakim
diputuskan secara kolektif’ bahwa Terpidana dianggap sebagai
membahas tentang Doktrin personifikasi korporasi yang
Pertanggungjawaban Pidana diwakilinya sehingga Terpidana
Korporasi Vicarious Liability bertanggungjawab secara pidana
Doctrine. Sutan Remi Sjahdeni atas perbuatan salah yang
selaras dengan apa yang dilakukan oleh korporasi. Pada
dikemukakan oleh Barda Nawawi dasarnya, teori atau doktrin atau
Arief, menjabarkan konsep ajaran ini diambil dari hukum
pertanggungjawaban ini dengan perdata yang diterapkan pada
istilah ‘pertanggungjawaban hukum pidana. Vicarious Liability
pengganti’.15 Lebih tepatnya, biasanya berlaku dalam hukum
Sutan Remy Sjahdeni menyatakan perdata tentang perbuatan
bahwa ajaran Vicarious Liability melawan hukum berdasarkan asas
atau yang dalam bahasa Indonesia doctrine of respondeat superior19
disebut dengan istilah menurut asas tersebut ada
’pertanggungjawaban vikarius atau hubungan antara master dan
pertanggungjawaban pengganti’ servant atau antara principal dan
adalah pertanggungjawaban pidana agent, sehingga berlaku pendapat
dari tindak pidana yang dilakukan, dari Maxim yaitu seorang yang
misalnya oleh A kepada B16. Pada berbuat melalui orang lain
dasarnya, doktrin vicarious dianggap diri sendiri yang
liability didasarkan pada prinsip melakukan perbuatan itu. Oleh
‘employment principle’ karena itu ajaran vicarious liablity
17
Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm.249
15 18
Sutan Remi Sjahdeni, Op.Cit., hlm.84 Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hlm.41
16 19
Ibid., hlm. 84 Ibid

13
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

juga disebut sebagai ajaran pada suatu korporasi22. Dengan


respondent superior20 demikian, dalam teori identifikasi,
Mengenai pertimbangan hakim perbuatan pidana atau tindak
bahwa apa yang dilakukan pidana yang dilakukan oleh
Terpidana adalah untuk Terpidana selaku Tax Manager
kepentingan 14 (empat belas) yang dalam Teori ini merupakan
korporasi yang diwakilinya dapat pejabat senior yang merupakan
kita bahas dengan menggunakan directing mind yang dalam hal ini
Teori Identifikasi yang mana teori adalah menentukan arah dan
ini adalah teori yang membenarkan kepentingan 14 (empat belas)
pertanggungjawaban pidana korporasi dapat diidentifikasikan
korporasi. Teori identifikasi sebagai perbuatan pidana yang
dikenal juga dengan identification dilakukan oleh korporasi.
theory atau direct liability 2. Pemidanaan Terhadap
doctrine. Menurut teori ini Penerapan
korporasi dapat melakukan tindak Pertanggungjawaban
pidana secara langsung melalui Vicarious Liability Dalam
‘pejabat senior’ (senior officer) Putusan MA No. 2239
dan diidentifikasi sebagai K/PID.SUS/2012
perbuatan perusahaan itu sendiri.21 Dalam amar putusannya,
Jadi dalam teori ini agar suatu majelis hakim menjatuhkan pidana
korporasi dapat dibebani bersyarat terhadap Terpidana yang
pertanggungjawaban pidana maka mana pidana bersyarat yang biasa
orang yang melakukan tindak disebut dengan pidana perjanjian
pidana tersebut harus dapat atau pidana secara jenggelan, yaitu
diidentifikasi terlebih dahulu. menjatuhkan pidana kepada
Pertanggungjawaban pidana baru seseorang akan tetapi pidana itu
dapat benar-benar dibebankan tidak usah dijalani kecuali
kepada korporasi apabila dikemudian hari ternyata terpidana
perbuatan pidana tersebut sebelum habis masa percobaan
dilakukan oleh orang yang melakukan tindak pidana lagi atau
merupakan directing mind dari melanggar perjanjian yang
korporasi tersebut. Directing mind diberikan oleh hakim. Jadi putusan
dalam hal ini dapat diartikan pidana tetap ada hanya pelaksana
sebagai tindakan, perbuatan atau pidana itu saja yang ditangguhkan.
kebijakan yang dibuat oleh Sedangkan Muladi memberikan
anggota direksi atau organ pengertian dari pidana bersyarat
perusahaan/korporasi atau adalah :
manager yang akan menentukan ‘Pidana bersyarat adalah suatu
arah, kegiatan dan operasional pidana dalam hal mana si terpidana
tidak usah menjalani pidana

22
Bismar Nasution, Kejahatan Korporasi dan
20
Sutan Remi Sjahdeni, Pertanggungjawaban Pertanggungjawabannya,
Pidana Korporasi, Grafiti Pers, Jakarta, 2006, http://bismar.wordpress.com/2009/12/23/kej
hlm.43 ahatan-korporasi/ terakhir diakses pada hari
21
Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm. 245 Selasa, 12 April 2016 pukul 18.32 WIB

14
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tersebut, kecuali bilamana dalam Putusan Kasasi pada perkara a quo


masa percobaan terpidana telah majelis hakim menerapkan pidana
melanggar syarat-syarat umum bersyarat bagi Terpidana atas
atau khusus yang telah ditentukan pidana yang dijatuhkan dalam
oleh pengadilan. Dalam hal ini perkara a quo. majelis hakim
pengadilan yang mengadili perkara menjatuhkan syarat umum
tersebut mempunyai wewenang penjatuhan pidana bersyarat yang
untuk melakukan perubahan- ditunjukkan dengan bunyi putusan
perubahan syarat-syarat yang telah ‘kecuali jika di kemudian hari ada
ditentukan atau memerintahkan perintah lain dalam putusan
agar pidana dijalani. Pidana Hakim karena Terdakwa
bersyarat ini merupakan dipersalahkan melakukan sesuatu
penundaan terhadap pelaksanaan kejahatan atau tidak mencukupi
pidana.’ suatu syarat yang ditentukan
Dalam salah satu amar sebelum berakhirnya masa
putusannya, majelis hakim percobaan selama 3(tiga) tahun’.
menyatakan bahwa: Namun majelis hakim juga
Menetapkan bahwa pidana menetapkan syarat khusus yaitu
tersebut tidak akan dijalani, ‘dalam waktu 1 (satu) tahun, 14
kecuali jika di kemudian hari ada (empat belas) perusahaan yang
perintah lain dalam putusan Hakim tergabung dalam AAG/Asian Agri
karena Terdakwa dipersalahkan Group yang pengisian SPT
melakukan sesuatu kejahatan atau tahunan diwakili oleh Terdakwa
tidak mencukupi suatu syarat yang untuk membayar denda 2 (dua)
ditentukan sebelum berakhirnya kali pajak terutang yang kurang
masa percobaan selama 3 (tiga) dibayar masing-masing : Yang
tahun, dengan syarat khusus dalam keseluruhannya berjumlah 2 x Rp.
waktu 1 (satu) tahun, 14 (empat 1.259.977.695.652,- = Rp.
belas) perusahaan yang tergabung 2.519.955.391.304,- (dua trilyun
dalam AAG/Asian Agri Group lima ratus sembilan belas milyar
yang pengisian SPT tahunan sembilan ratus lima puluh lima
diwakili oleh Terdakwa untuk juta tiga ratus sembilan puluh satu
membayar denda 2 (dua) kali pajak ribu tiga ratus empat rupiah)
terutang yang kurang dibayar secara tunai’ yang mana jika kita
masing-masing: Yang cermati, syarat khusus ini adalah
keseluruhannya berjumlah 2 x Rp. suatu bentuk keragu-raguan dari
1.259.977.695.652,- = Rp. majelis hakim dalam menetapkan
2.519.955.391.304,- (dua trilyun subjek hukum yang bertanggung
lima ratus sembilan belas milyar jawab secara pidana dalam perkara
sembilan ratus lima puluh lima juta a quo. Berhubungan dengan
tiga ratus sembilan puluh satu ribu pembahasan sebelumnya bahwa
tiga ratus empat rupiah) secara perbuatan Terpidana adalah juga
tunai ; merupakan perbuatan korporasi,
Jika kita cermati tentang alangkah lebih baik dan adil bahwa
konstruksi hukum dalam berpikir seharusnya dalam putusannya
majelis hakim dalam membuat majelis hakim juga menjatuhkan

15
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pidana terhadap korporasi sebagai (satu) tahun. Selain itu tentang


bentuk pertanggungjawaban penyimpangan waktu 1 (satu)
pidana korporasi. tahun, perkara a quo tidak
Selain itu, bahwa syarat khusus termasuk salah satu jenis perkara
yang ditetapkan oleh majelis yang termasuk dalam jenis perkara
hakim di atas adalah bukan sebagai yang dapat disimpangi yaitu
syarat khusus penjatuhan pidana perkara yang terdapat dalam Pasal
bersyarat terhadap individu, karena 492 KUHP, Pasal 504 KUHP,
syarat khusus dijatuhkannya Pasal 505 KUHP, Pasal 506 KUHP
pidana bersyarat terhadap individu dan Pasal 536 KUHP sehingga
sudah diatur secara tegas dalam amar mengenai penetapan tidak
pasal 14 huruf c KUHP, yakni perlu dijalaninya pidana penjara
hakim dapat menetapkan syarat tersebut dengan beberapa syarat
khusus bahwa terpidana dalam adalah bertentangan dengan
waktu tertentu, yang lebih pendek ketentuan Pasal 14a ayat (1)
daripada masa percobaannya, KUHP.
harus mengganti segala atau
sebagian kerugian yang IV. KESIMPULAN
ditimbulkan oleh tindak pidana, 1. Pertimbangan majelis hakim
semuanya atau sebagiannya saja, dalam menerapkan doktrin
yang akan ditentukan pada Vicarious Liability dalam kasus
perintah itu dalam waktu yang a quo yaitu bahwa Terpidana
akan ditentukan pada perintah itu selaku Tax Manager sekaligus
juga, yang kurang daripada masa sebagai Kuasa Pegawai wakil
percobaan itu dan pada Wajib Pajak bertindak untuk
perintahnya itu hakim boleh dan atas nama 14 (empat belas)
mengadakan syarat khusus yang korporasi yang tergabung dalam
lain pula tentang kelakuan orang Asian Agri Group (AAG) dan
yang dipidana itu, yang harus bahwa urgensi Terpidana dalam
dicukupinya dalam masa melakukan perbuatannya adalah
percobaan itu atau dalam sebagian untuk kepentingan 14 (empat
masa itu yang akan ditentukan belas) korporasi tersebut.
pada perintah itu. majelis hakim juga membahas
Jika kita cermati pula, mengenai mens rea atau sikap
berkenaan dengan syarat umum batin yang ada pada Terpidana,
penjatuhan pidana bersyarat apa yang dilakukan oleh
lainnya dalam amar putusan Terpidana adalah dikehendaki
tersebut majelis hakim atau juga merupakan mens rea
menjatuhkan pidana penjara dari 14 (empat belas) korporasi
kepada Terpidana selama 2 (dua) sehingga dengan demikian
tahun, sementara itu syarat yang pertanggungjawaban pidana
ditetapkan untuk penjatuhan korporasi sebagai cerminan dari
pidana bersyarat yang terdapat doktrin Vicarious Liability
dalam Pasal 14a ayat (1) KUHP harus diterapkan sebagai
bahwa lamanya penjatuhan pidana konsekuensi atas perbuatan
penjara atau kurungan adalah 1 Terdakwa sebagai personifikasi

16
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dari korporasi yang Pertanggungjawaban Pidana


diwakilinya. Korporasi di Indonesia, (Bandung:
2. Dalam Putusan No. 2239 Nuansa Aulia, 2014).
K/PID.SUS/2012 menyimpangi Nawawi Arief, Barda, Bunga Rampai
ketentuan dalam penjatuhan Kebijakan Hukum Pidana
pidana bersyarat yang menurut (Perkembangan Penyususnan
KUHP terdapat dalam Pasal 14a Konsep KUHP Baru) (Jakarta:
ayat (1) KUHP bahwa lamanya Kencana, 2008).
penjatuhan pidana penjara atau Sudarto, Hukum Pidana 1, (Semarang:
kurungan adalah 1 (satu) tahun Yayasan Sudarto, 2009).
sedanglan majelis hakim Sjahdeni, Sutan Remi,
menjatuhkan pidana penjara Pertanggungjawaban Pidana
kepada Terpidana selama 2 Korporasi, (Jakarta: Graftiti Pers,
(dua) tahun. Namun demikian 2006).
tentang penyimpangan waktu 1 Tunggal, Amin Widjaja. Pelaksanaan
(satu) tahun, perkara a quo tidak Pajak Penghasilan Perseorangan.
termasuk salah satu jenis (Jakarta: Rineka Cipta, 1991).
perkara yang termasuk dalam Siahaan, Marihot P. Utang Pajak,
jenis perkara yang dapat Pemenuhan Kewajiban, dan
disimpangi. Penagihan Pajak dengan Surat
SARAN Paksa, (Jakarta: Rajawali Pers,
1. Bagi pemerintah dan badan 2004).
legislatif sebagai pembentuk Siahaan, Marihot P. Hukum Pajak
undnag-undang harus Elementer, Konsep Dasar
menjalankan fungsinya dengan Perpajakan Indonesia.
serius dan lebih baik lagi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
sehingga menghasilkan tata Siahaan, Marihot P. Hukum Pajak
peraturan perundang-undangan Formal, Pendaftaran,
perpajakan yang lebih baik di Pembayaran, Pelaporan,
masa mendatang. Penetapan, Penagihan,
2. Bagi penegak hukum tindak Penyelesaian Sengketa, dan
pidana perpajakan hendaknya Tindak Pidana Pajak.
tetap berada dalam satu koridor (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).
peraturan perundang-undangan Ali, Mahrus. Asas-Asas Hukum Pidana
yang berlaku. Dalam peraturan Korporasi. (Jakarta: Rajagrafindo
perundang-undangan di bidang Persada, 2013).
perpajakan di Indonesia tidak Bakhri, Syaiful. Hukum Pidana
mengenal pengertian bahwa Perkembangan dan
harus mendahulukan sanksi Pertumbuhannya. (Yogyakarta:
administrasi, yang ada adalah Total Media, 2013).
penegakan hukum. Kompilasi Pasal-Pasal Ketentuan
Pidana Dalam Peraturan
V. DAFTAR PUSTAKA Perundang-Undangan di Luar
1. Buku KUHP. (Jakarta: Tatanusa, 2007).
Kristian. Kebijakan Integral (Integral Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana.
Policy) Formulasi (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

17
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Brotodihardjo, Santoso R. Pengantar 4. Internet


Ilmu Hukum Pajak. (Bandung: http://tugasakhiramik.blogspot.co.id/
Refika Aditama, 2008). 2013/02/makalah-kasus-
Sutedi, Adrian. Hukum Pajak. (Jakarta: penggelapan-pajak-oleh-pt.html
Sinar Grafika, 2011). terakhir diakses Kamis, 3 Maret
Hutauruk, Rufinus Hotmaulana. 2016 pukul 9.55 WIB
Penanggulangan Kejahatan http://saifudiendjsh.blogspot.com/20
Korporasi Melalui Pendekatan 09/08/pertanggungjawaban-
Restoratif. (Jakarta: Sinar Grafika, pidana.html terakhir diakses pada
2013). tanggal 28 Februari 2015 pukul
Muladi, dkk. Pertanggungjawaban 15.26 WIB
Pidana Korporasi. (Jakarta: http://ekstensifikasi423.blogspot.co.i
Alumni, 2013) d/2014/10/mengenal-sanksi-
pajak.html terakhir diakses 29
2. Jurnal Ilmiah Februari 2015 pukul 14.43 WIB
Dany Agustinus. PENJATUHAN http://bismar.wordpress.com/2009/12
PIDANA TAMBAHAN PEMBAYARAN /23/kejahatan-korporasi/, terakhir
UANG PENGGANTI DALAM TINDAK diakses pada hari Jumat, 15 Januari
PIDANA KORUPSI (STUDI 2016 pukul 09.50WIB
PUTUSAN http://www.gresnews.com/berita/tips/
No:54/Pid.B/TPK/2012/PN.JKT.PST 803010-hukum-pidana-
Jo. Putusan No:11/PID/TPK/2013/ perpajakan/0/ yang disadur dari
PT.DKI. Jo. Putusan No:1616 Undang-Undang Nomor 28 tahun
K/Pid.Sus/2013.). Fakultas Hukum 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Universitas Diponegoro. 2015. Tata Cara Perpajakan. Terakhir
Isti Ningrum Handayani. diakses pada tanggal 10 Maret 2016
Pertanggungjawaban Pidana Tax pukul 12.55 WIB
Manager Asian Agri Group Dalam http://hasanudinnoor.blogspot.co.id/
Perkara Pemalsuan Surat 2010/05/penerapan-
Pemberitahuan Pajak Penghasilan pertanggungjawaban-korporasi.html
Tahun 2002 Sampai Dengan 2005. terakhir diakses pada hari Selasa 5
Fakultas Hukum Universitas Sebelas April 2016 pukul 13.17 WIB
Maret. 2015. http://achmadnizamfuturelawyer.blo
gspot.co.id/2013/09/pengaturan-
3. Peraturan Perundang- korporasi-sebagai-subjek.html
Undangan terakhir diakses pada hari Kamis, 21
April 2016 pukul 22.29 WIB
Undang-Undang Nomor 28 Tahun http://eprints.uns.ac.id/18147/
2007 tentang Ketentuan Umum dan terakhir diakses pada tanggal 13
Tata Cara Perpajakan Maret 2016 pukul 19.15 WIB
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
(Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana)

18

Anda mungkin juga menyukai