Anda di halaman 1dari 20

PUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP KORPORASI TANPA

DIDAKWAKAN DALAM PERSPEKTIF ”VICARIOUS LIABILITY”


Kajian Putusan Nomor 2239 K/PID.SUS/2012

THE CORPORATE CRIMINAL LIABILITY WITHOUT CHARGES


IN THE PERSPECTIVE OF VICARIOUS LIABILITY
An Analysis of Court Decision Number 2239 K/PID.SUS/2012

Budi Suhariyanto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan MA RI
Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 58 Jakarta Pusat 10510
E-mail: penelitihukumma@gmail.com

Naskah diterima: 14 Februari 2017; revisi: 7 Maret 2017; disetujui: 27 Maret 2017

ABSTRAK Kata kunci: putusan pemidanaan, pemidanaan korporasi,


vicarious liability.
Korporasi telah ditetapkan sebagai subjek tindak pidana,
maka terhadapnya dapat dituntutkan pertanggungjawaban
pidana. Sebagai subjek hukum, korporasi juga
ABSTRACT
ditentukan mekanisme pemidanaannya mulai dari
proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di A corporation has been set as the subject of criminal
sidang pengadilan. Mahkamah Agung dalam Putusan offense, and so criminal liability on this subject is
Nomor 2239 K/PID.SUS/2012 mengesampingkan enforceable by law. As the subject of law, a corporation
prosedur hukum acara dengan menjatuhkan putusan has its own mechanism in term of criminal liability,
pemidanaan terhadap korporasi tanpa didakwakan. starting from investigation process, prosecution and
Permasalahannya bagaimanakah eksistensi pemidanaan examination before trial. The Supreme Court Decision
korporasi menurut hukum acara pidana di Indonesia, Number 2239 K/PID.SUS/2012 overruled the ordinances
dan bagaimanakah pemidanaan korporasi dalam of the procedural law by imposing a sentencing decision
praktik penegakan hukum, serta bagaimana putusan against a corporation without charges. The problems
pemidanaan terhadap korporasi tanpa didakwakan are: how does the corporate criminal liability exist
dalam perspektif vicarious liability? Metode penelitian according to the criminal procedural law in Indonesia,
normatif digunakan untuk menjawab permasalahan ini. and how is the corporate criminal liability implemented
Terdapat tiga pendekatan untuk mengkaji permasalahan in the practices of law enforcement, as well as how
yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan is the corporate criminal liability without charges
kasus, dan pendekatan konseptual. Metode analisis examined through the perspective of vicarious liability?
yang diterapkan untuk mendapatkan kesimpulan atas Normative research method is applied in responding
permasalahan yang dibahas adalah melalui analisis to this problem. Three approaches to examine these
yuridis kualitatif. Dari hasil pembahasan dapat problems are the statutory regulations, the case-based,
disimpulkan bahwa dalam perspektif vicarious liability, and conceptual approaches. The analytical method
korporasi dapat dipertanggungjawabkan atas perilaku applied to come to the conclusion of the issues discussed
seseorang yang secara personifikasi mewakili korporasi is through the qualitative juridical analysis. The results
sehingga dapat dijatuhkan putusan pemidanaan. of discussions deduce that in the perspective of vicarious

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 17


liability, a corporation is liable for the criminal conduct Keywords: sentencing decision, corporate criminal
of a person who is in personification of the corporation liability, vicarious liability.
and may be subject to corporate criminal liability.

I. PENDAHULUAN sebagai yang bertanggung jawab motivasinya


adalah dengan memerhatikan perkembangan
A. Latar Belakang
korporasi itu sendiri, yaitu bahwa ternyata untuk
Peranan korporasi baik nasional maupun beberapa delik tertentu, ditetapkannya pengurus
trans/multinasional dalam kehidupan modern saja sebagai orang yang dapat dipidana ternyata
di era globalisasi semakin penting dan strategis tidak cukup (Pangaribuan, 2016: 51).
(Muladi & Sulistyani, 2013: 89). Namun tidak
Sebagaimana subjek tindak pidana orang,
jarang kedudukan strategis dari korporasi ini
pemeriksaan kepada korporasi itu adalah untuk
digunakan untuk mendapatkan keuntungan yang
kepentingan penyelidikan dan penyidikan aparat
banyak dari hasil kejahatan yang dilakukan oleh
penegak hukum (baik perbuatan perdata atau pun
pengurusnya. Begitu juga kerugian yang dialami
tindak pidana) yang dilakukan oleh korporasi
masyarakat yang disebabkan oleh tindakan
dapat dilanjutkan menjadi proses pemeriksaan
pengurus korporasi (Ali, 2013: 66), termasuk
di sidang pengadilan, jika korporasi dianggap
di dalamnya adalah dengan cara melakukan
telah memenuhi persyaratan surat dakwaan
pelanggaran hukum (Sintung, 2015: 205).
yang dibuat/menurut penuntut umum sehingga
Sebagaimana orang, korporasi diyakini dan
korporasi dapat dipertanggungjawabkan atas
diprediksi memiliki potensi melakukan tindak
perbuatan melawan hukum secara pidana
pidana (Danil, 2012: 110).
(Koesoemahatmadja, 2011: 135). Dalam hal
Korporasi sebagai pelaku tindak pidana ini tuntutan bisa ditujukan pada korporasi, atau
dalam hukum pidana sudah diakui, maka dapat orang yang mengendalikan terjadinya tindak
dipertanggungjawabkan secara pidana (Muladi pidana, atau keduanya (Keijzer, 2013: 14) secara
& Priyatna 2010: 120), oleh karena itu dapat bersamaan sesuai dengan mekanisme pemidanaan
dikonkretisasi kesalahannya dalam bentuk dalam perundang-undangan masing-masing.
penjatuhan pidana (Syamsu, 2014: 122). Dalam
Secara praktik, korporasi diputuskan
hukum pidana jika menyangkut korporasi,
pemidanaannya melalui proses penetapan dan
adresat pada pengurus (Hiariej, 2016: 3). Ada
pemeriksaan sebagai tersangka, terdakwa, dan
tiga sistem pertanggungjawaban korporasi
dituntut oleh jaksa penuntut umum di hadapan
sebagai subjek tindak pidana yaitu: 1) Pengurus
persidangan. Hal ini sebagaimana dalam Putusan
korporasi sebagai pembuat, maka penguruslah
Nomor 04/PID.SUS/2011/PT.BJM dan Putusan
yang bertanggung jawab; 2) Korporasi sebagai
Nomor 65/Pid.Sus/TPK/2016/PN.Bdg yang mana
pembuat, maka penguruslah yang bertanggung
korporasi sebelum dijatuhi putusan pemidanaan
jawab; dan 3) Korporasi sebagai pembuat dan
terlebih dahulu diproses baik sebagai tersangka
juga sebagai yang bertanggung jawab (Effendy,
dan terdakwa serta dituntut oleh jaksa penuntut
2012: 93). Korporasi sebagai pembuat dan juga
umum dalam persidangan. Berbeda dengan

18 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


kedua putusan pemidanaan korporasi tersebut, tiga tahun dikurangi selama terdakwa berada
Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor 2239 dalam tahanan sementara dengan perintah agar
K/PID.SUS/2012 mengesampingkan prosedur terdakwa segera ditahan, ditambah dengan denda
hukum (tanpa penetapan korporasi sebagai sebesar Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah)
tersangka dan terdakwa) dengan menjatuhkan subsider enam bulan kurungan, menetapkan
putusan pemidanaan terhadap korporasi tanpa agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar
didakwa dan dituntutkan oleh jaksa penuntut Rp5.000,- (lima ribu rupiah). Atas tuntutan ini,
umum. majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dalam Putusannya Nomor 234/PID.B/2011/
Pada awalnya SL didakwa oleh jaksa
PN.JKT.PST memutuskan mengabulkan eksepsi
penuntut umum melakukan beberapa perbuatan
prematur dari penasihat hukum terdakwa dan
meskipun masing-masing merupakan kejahatan
menyatakan surat dakwaan jaksa penuntut umum
atau pelanggaran ada hubungannya sehingga
terhadap terdakwa karena prematur tidak dapat
harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,
diterima.
wakil, kuasa, atau pegawai dari wajib pajak,
yang menyuruh melakukan, yang turut serta Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri
melakukan, yang menganjurkan, atau yang Jakarta Pusat tersebut, jaksa penuntut umum
membantu melakukan tindak pidana di bidang mengajukan upaya hukum banding. Pengadilan
perpajakan, dengan sengaja menyampaikan surat Tinggi Jakarta melalui Putusan Nomor 241/
pemberitahuan dan atau keterangan yang isinya PID/2012/PT.DKI menerima permintaan banding
tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat dari jaksa penuntut umum dan memutuskan
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. menguatkan Putusan Nomor 234/PID.B/2011/
Olehnya didakwa primer melanggar Pasal 39 ayat PN.JKT.PST yang dimohonkan banding tersebut.
(1) huruf c jo. Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Tidak terima atas putusan Pengadilan Tinggi
Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum tersebut, jaksa penuntut umum mengajukan
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah kasasi. Melalui Putusan Nomor 2239 K/PID.
diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun SUS/2012, Mahkamah Agung mengabulkan
2000 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP dan subsider permohonan kasasi dari jaksa penuntut umum
melanggar Pasal 38 huruf b jo. Pasal 43 ayat (1) dan membatalkan Putusan Nomor 241/PID/2012/
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang PT.DKI tanggal 23 Juli 2012 yang menguatkan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Putusan Nomor 234/PID.B/2011/PN.JKT.PST.
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Selanjutnya Mahkamah Agung mengadili sendiri
Undang Nomor 16 Tahun 2000 jo. Pasal 64 ayat dan memutuskan:
(1) KUHP.
1. Menyatakan terdakwa SL tersebut
Jaksa penuntut umum mengajukan di atas telah terbukti secara sah dan
tuntutan agar majelis hakim memutuskan dengan meyakinkan bersalah melakukan
menyatakan terdakwa SL bersalah melakukan tindak pidana ”menyampaikan surat
tindak pidana perpajakan yaitu telah sebagaimana pemberitahuan dan/atau keterangan
dalam surat dakwaan primer dan menjatuhkan yang isinya tidak benar atau tidak
pidana terhadapnya berupa pidana penjara selama lengkap secara berlanjut”;

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 21


2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu doktrin vicarious liability diterapkan tanggung
kepada terdakwa tersebut dengan jawab pidana kepada korporasi atas perbuatan
pidana penjara selama dua tahun; atau perilaku terdakwa sebagai personifikasi dari
korporasi yang diwakilinya menjadi tugas dan
3. Menetapkan bahwa pidana tersebut
tanggung jawab, lagi pula apa yang dilakukan
tidak akan dijalani, kecuali jika di
terdakwa telah diputuskan secara kolektif.
kemudian hari ada perintah lain dalam
Atas pertimbangan hukum yang demikian
putusan hakim karena terdakwa
maka menarik dikaji tentang persoalan putusan
dipersalahkan melakukan sesuatu
pemidanaan terhadap korporasi tanpa didakwakan
kejahatan atau tidak mencukupi
dalam perspektif vicarious liability.
suatu syarat yang ditentukan sebelum
berakhirnya masa percobaan selama
tiga tahun, dengan syarat khusus B. Rumusan Masalah
dalam waktu satu tahun, 14 perusahaan Berdasarkan latar belakang di atas,
yang tergabung dalam AAG yang maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
pengisian SPT tahunan diwakili oleh bagaimanakah putusan pemidanaan terhadap
terdakwa untuk membayar denda korporasi tanpa didakwakan dalam perspektif
dua kali pajak terutang yang kurang vicarious liability?
dibayar masing-masing secara tunai
yang keseluruhannya berjumlah
C. Tujuan dan Kegunaan
2 x Rp1.259.977.695.652,- =
Rp2.519.955.391.304,- (dua triliun Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
lima ratus sembilan belas miliar menganalisis putusan pemidanaan terhadap
sembilan ratus lima puluh lima juta korporasi tanpa didakwakan dalam perspektif
tiga ratus sembilan puluh satu ribu vicarious liability. Adapun kegunaan yang
tiga ratus empat rupiah). diperoleh secara praktis adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman bagi penegak
Penjatuhan pidana terhadap 14 korporasi
hukum khususnya hakim dalam menghadapi
dalam putusan pemidanaan terhadap terdakwa
perkara korporasi serta bagi pembentuk undang-
SL ini oleh majelis hakim berdasarkan atas
undang dalam rangka melakukan pembaruan
pertimbangan bahwa sekalipun secara individual
hukum pidana yang terkait kebijakan kriminalisasi
perbuatan terdakwa terjadi karena mensrea dari
korporasi di masa yang akan datang.
terdakwa, namun karena perbuatan tersebut
semata-mata untuk kepentingan dari korporasi,
D. Tinjauan Pustaka
maka Mahkamah Agung berpendapat bahwa apa
yang dilakukan oleh terdakwa adalah dikehendaki 1. Putusan Pemidanaan
atau mensrea dari 14 korporasi, sehingga dengan
demikian pembebanan tanggung jawab pidana Pada dasarnya pidana memberikan nestapa
individual liability dengan corporate liability kepada pembuat delik. Namun, penjatuhan pidana
harus diterapkan secara simultan sebagai yang mengakibatkan nestapa bukanlah tujuan
cerminan dari doktrin respondeat superior atau utama dari pidana, melainkan masih terdapat

22 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


upaya melalui tindakan-tindakan. Hukum pidana 3. Korporasi
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang perlu
Secara etimologis, korporasi dikenal dalam
diancam dengan hukum pidana dan jenis pidana
beberapa bahasa, yaitu: Belanda dengan istilah
serta cara penerapannya sehingga kedudukan
corporatie; Inggris dengan istilah corporation;
sanksi sangatlah penting (Alim et.al., 2013:
Jerman dengan istilah korporation; dan bahasa
19-20). Walaupun pembentuk undang-undang
Latin dengan istilah corporatio (Muladi &
memberikan kebebasan menentukan batas
Priyatna, 1991: 12). Penggunaan istilah korporasi
maksimal dan minimal lama pidana (sanksi) yang
merupakan sebutan yang lazim dipergunakan
harus dijalani terdakwa, hal ini bukan berarti
dalam kalangan pakar hukum pidana untuk
hakim dapat dengan seenaknya menjatuhkan
menyebutkan apa yang biasa digunakan dalam
pidana tanpa dasar pertimbangan yang lengkap.
bidang hukum lain, khususnya dalam bidang
Pada hakikatnya, putusan pemidanaan merupakan
hukum perdata yang disebut dengan “badan
putusan hakim yang berisikan suatu perintah
hukum” atau rechtspersoon (Yunara, 2012: 25).
kepada terdakwa untuk menjalani hukuman atas
Sekalipun ia bukan manusia alamiah, melainkan
perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan amar
melalui hukum dikonstruksikan sebagai badan
putusan (Mulyadi, 2012: 126).
ini dapat melakukan perbuatan-perbuatan
2. Dakwaan hukum, yang dari perbuatannya itu jika timbul
keuntungan-keuntungan, maka keuntungan itu
Hakim dalam menjatuhkan putusan
dianggap sebagai keuntungan badan hukum
pemidanaan, berarti dirinya telah yakin
yang bersangkutan. Konstruksi badan hukum
berdasarkan alat-alat bukti yang sah serta fakta-
semacam itulah yang menurut common law
fakta di persidangan bahwa terdakwa melakukan
dinamakan separate legal entity (Prasetya,
perbuatan sebagaimana dalam surat dakwaan
2011: 5). Di dalam aktivitas korporasi di bidang
(Mulyadi, 2012: 126). Surat dakwaan menurut
hukum perdata terdapat kemungkinan adanya
Soetomo adalah surat yang dibuat atau disiapkan
penyimpangan yang dikenal dengan ultra vires,
oleh penuntut umum yang dilampirkan pada
yang dapat diminta pertanggungjawaban pribadi
waktu melimpahkan berkas perkara ke pengadilan
pengurusnya secara perdata. Demikian pula
yang memuat nama dan identitas pelaku
halnya jika terjadi penyimpangan dalam bentuk
perbuatan pidana, kapan dan di mana perbuatan
melanggar ketentuan hukum pidana, akan terjadi
dilakukan, serta uraian secara cermat, jelas,
tindak pidana korporasi (Sjawie, 2013: 267).
dan lengkap mengenai perbuatan tersebut yang
didakwakan telah dilakukan oleh terdakwa yang 4. Vicarious Liability
memenuhi unsur-unsur pasal-pasal tertentu dari
Vicarious liability atau doktrin
undang-undang yang tertentu pula yang nantinya
pertanggungjawaban pengganti (Hiariej, 2014:
merupakan dasar dan titik tolak pemeriksaan
164) diartikan oleh Black’s Law Dictionary
terdakwa di sidang pengadilan untuk dibuktikan
sebagai: liability that a supervisory party (such as
apakah benar perbuatan yang didakwakan itu
an employer) bears for the actionable conduct of
betul dilakukan dan apakah betul terdakwa adalah
a subordinate or associate (such as an employee)
pelakunya yang dapat dipertanggungjawabkan
based on the relationship between the two parties
untuk perbuatan tersebut (Soetomo, 1989: 4).

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 23


(Garner, 1999: 934). Vicarious liability bertolak maupun ius constituendum terkait pemidanaan
dari doktrin respondeat superior yang berarti korporasi. Pendekatan kasus digunakan untuk
bahwa a mater is liable in certain cases for the mengkaji masalah dari segi praktik peradilan
wrongful acts of his servant, and a principal for yang berkembang dalam merespon dan
those of his agent. Adapun dasarnya ada pada mengaktualisasikan hukum secara in concreto.
employment principle yang menegaskan bahwa Pendekatan konseptual digunakan untuk
majikan (employer) adalah penanggung jawab mengkaji masalah visi pembaruan hukum terkait
utama dari perbuatan para buruh/karyawan pemidanaan korporasi dalam pertimbangan
(Arief, 2013: 196-197). Berbeda dengan teori hukum yang tercantum pada putusan pengadilan
identifikasi yang mensyaratkan harus dilakukan dihubungkan dengan pandangan dan doktrin-
oleh pejabat korproasi yang memiliki jabatan doktrin ahli hukum (Panggabean, 2014: 170).
tinggi, vicarious liability merujuk pada kesalahan
Sumber data yang digunakan adalah data
semua karyawan (Laufer, 2014: 290). Peter
sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer
Gillies menjelaskan bahwa suatu perusahaan
berupa peraturan perundang-undangan dan
(seperti halnya dengan manusia sebagai pelaku/
putusan pengadilan, serta bahan hukum sekunder
pengusaha) dapat bertanggung jawab secara
berupa literatur dan hasil penelitian. Peraturan
mengganti untuk perbuatan yang dilakukan
perundang-undangan yang digunakan antara lain
oleh karyawan/agennya. Tidaklah penting
yang berkaitan dengan pengaturan pemidanaan
bahwa majikan, baik sebagai korporasi maupun
korporasi yaitu KUHAP dan Undang-Undang
secara alami, tidak telah mengarahkan atau
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
memberi petunjuk/perintah pada karyawan untuk
Kehakiman. Putusan pengadilan yang dikaji adalah
melakukan pelanggaran terhadap hukum pidana.
yang terkait dengan perkara pemidanaan korporasi
oleh karena itu, apabila perusahaan terlibat,
yaitu Putusan Nomor 234/PID.B/2011/PN.JKT.
pertanggungjawaban muncul sekalipun perbuatan
PST, Putusan Nomor 241/PID/2012/PT.DKI, dan
itu dilakukan tanpa menunjuk pada orang senior
Putusan Nomor 2239 K/PID.SUS/2012.
di dalam perusahaan (Arief, 2013: 196-197).
Adapun literatur yang digunakan dalam
II. METODE kajian agar terhindar dari kekeliruan pandangan
adalah yang berkaitan dengan pemidanaan,
Metode yuridis normatif digunakan dalam
pertanggungjawaban pidana korporasi, dan teori
melakukan pengkajian putusan pemidanaan
penafsiran hukum. Bahan-bahan hukum dan
terhadap korporasi tanpa didakwakan dalam
literatur tersebut dikumpulkan melalui metode
perspektif vicarious liability ini. Terdapat tiga
sistematis dan dicatat dalam kartu antara lain
pendekatan untuk mengkaji permasalahan
permasalahannya, asas-asas, argumentasi,
yaitu pendekatan perundang-undangan (statute
implementasi yang ditempuh, alternatif
approach), pendekatan kasus (case approach),
pemecahannya, dan lain sebagainya. Data yang
serta pendekatan konseptual (conceptual
telah dikumpulkan kemudian dideskripsikan dan
approach). Pendekatan perundang-undangan
diinterpretasikan sesuai pokok permasalahan
digunakan untuk mengkaji masalah secara
selanjutnya disistematisasi, dieksplanasi, dan
normatif baik dari perspektif ius constitutum
diberikan argumentasi. Metode analisis yang

24 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


diterapkan untuk mendapatkan kesimpulan Pernyataan Berlakunya Undang-Undang
atas permasalahan yang dibahas adalah melalui Pengawasan Perburuhan Tahun 1948
analisis yuridis kualitatif. Nomor 23 dari RI untuk seluruh Indonesia;
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 12 Drt
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Tahun 1951 tentang Senjata Api; Pasal
3 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang
Pada awalnya hukum pidana positif yang Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembukaan
berlaku di Indonesia belum mengatur tentang Apotik; Pasal 34 Undang-Undang Nomor
korporasi sebagai subjek hukum pidana, karena 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
KUHP hanya menentukan bahwa subjek hukum Pasal 35 Undang-Undang Nomor 3 Tahun
pidana hanya orang pribadi (alami). Hal tersebut 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan; dan
berkaitan dengan pembentukan KUHP yang Pasal 46 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7
dipengaruhi pandangan bahwa badan hukum Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10
tidak dapat dipidana (Hutauruk, 2013: 2), karena Tahun 1998 tentang Perbankan.
hanya dianggap sebagai fiksi hukum sehingga
tidak mempunyai nilai moral yang disyaratkan 2. Yang menyatakan korporasi sebagai subjek
untuk dapat dipersalahkan secara pidana (Rifai, tindak pidana dan secara tegas dapat
2014: 90). Namun sejalan dengan perkembangan dipertanggungjawabkan pidana secara
perundang-undangan yang bersifat khusus, langsung. Peraturan perundang-undangan
korporasi dikategorikan sebagai subjek hukum yang menempatkan korporasi sebagai
pidana. Pengaturan korporasi sebagai subjek subjek tindak pidana dan secara langsung
tindak pidana dapat digolongkan dalam dua dapat dipertanggungjawabkan secara
kategori pengaturan, yaitu: pidana, antara lain diatur dalam Pasal 15 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun
1. Yang menyatakan korporasi sebagai 1955 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
subjek tindak pidana, akan tetapi Peradilan Tindak Pidana Ekonomi; Pasal 1
pertanggungjawaban pidananya angka 13, Pasal 43, Pasal 44, Pasal 45, Pasal
dibebankan terhadap anggota atau pengurus 46, dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor
korporasi di mana ketentuan-ketentuan 38 Tahun 2009 tentang Pos; Pasal 20 ayat
peraturan perundang-undangan menurut (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
kategori pertama antara lain terdapat dalam jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Pasal 19 Undang-Undang Nomor 1 Tahun tentang Pemberantasan Tindak Pidana
1951 tentang Pernyataan Berlakunya Korupsi; dan Pasal 1 angka 9 dan Pasal
Undang-Undang Kerja Tahun 1948 Nomor 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
12 dari RI untuk seluruh Indonesia; Pasal tentang Pencegahan dan Pemberantasan
30 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 Tindak Pidana Pencucian Uang (Priyatna,
tentang Pernyataan Berlakunya Undang- 2004: 164).
Undang Kecelakaan 1947 Nomor 43 RI
untuk seluruh Indonesia; Pasal 7 Undang- Dari pengamatan terhadap pengaturan
Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pertanggungjawaban pidana korporasi dalam
berbagai undang-undang tersebut dapat

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 25


disimpulkan, bahwa pola pengaturannya sangat dan Mahkamah Agung yang menerbitkan
bervariasi dan tidak memiliki pola yang baku Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor
(Muladi & Sulistyani, 2013: 53). Belum ada aturan 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan
pemidanaan korporasi yang seragam dan konsisten Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi.
mengenai: 1) Kapan korporasi melakukan tindak
Secara khusus Peraturan Jaksa Agung
pidana dan kapan dapat dipertanggungjawabkan
diperuntukkan pada aparat penegak hukum
(ada yang merumuskan dan ada yang tidak); 2)
khususnya jaksa/penuntut umum dalam kegiatan
Siapa yang dapat dipertanggungjawabkan (ada
penyidikan, penuntutan, dan pelaksanaan putusan
yang merumuskan dan ada yang tidak); 3) Jenis
pengadilan perkara pidana yang melibatkan
sanksi (ada yang mengatur pidana pokok saja, ada
korporasi. Peraturan Jaksa Agung ini memberikan
yang pidana pokok dan tambahan, dan ada yang
aturan tentang mekanisme yang detail khususnya
ditambah lagi dengan tindakan tata tertib); 4)
yang berkaitan dengan identifikasi perbuatan
Perumusan sanksi (ada yang merumuskan secara
korporasi dan pengurusnya. Hubungan kausalitas
alternatif, komulatif, dan gabungan komulatif-
yang bersifat fungsional di antara keduanya
alternatif); dan 5) Ada yang mengatur pidana
semakin ditampakkan sehingga tapal batas
pengganti denda yang tidak dibayar oleh korporasi
di antara keduanya semakin jelas. Secara
dan ada yang tidak mengatur (Arief, 2013: 188).
rinci disebutkan kriteria perbuatan korporasi
Mengingat kejahatan korporasi sangat yang dapat dimintakan pertanggungjawaban
kompleks, di samping karakternya sebagai crime pidana dan perbuatan pengurus korporasi
by powerful sehingga para penegak hukum yang dapat dimintakan pertanggungjawaban
harus memiliki kemampuan ekstra dan mental pidananya. Selain itu diatur pula mengenai
yang tangguh (Muladi & Sulistyani, 2013: mekanisme pemidanaan korporasi mulai dari
94). Olehnya tidak mudah bagi aparat penegak tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
hukum dalam menetapkan korporasi sebagai pelaksanaan putusan pengadilan, dan penanganan
subjek hukum pelaku tindak pidana dan oleh harta kekayaan/aset. Bahkan Peraturan Jaksa
hakim berhasil dijatuhi putusan pemidanaan. Agung ini memberikan pedoman formulir
Kalaupun ada berarti merupakan hal baru dan dakwaan terhadap korporasi, formulir dakwaan
dapat dikategorikan sebagai sebuah langkah terhadap pengurus korporasi, formulir dakwaan
penegakan hukum yang progresif (Suhariyanto, terhadap korporasi dan pengurus korporasi,
2016a: 202). Namun demikian upaya pembaruan maupun formulir surat tuntutannya.
hukum pidana terkait pemidanaan korporasi yang
Berbeda dengan Peraturan Jaksa Agung,
lebih komprehensif dan integral harus diupayakan
Perma Nomor 13 Tahun 2016 ini selain
guna mengisi kekosongan hukum, sekalipun
diberlakukan untuk kalangan hakim atau
melalui peraturan kebijakan penegakan hukum
pengadilan tetapi juga dapat dijadikan sebagai
institusional. Sebagaimana yang dilakukan oleh
pedoman bagi penegak hukum dalam penanganan
Kejaksaan Agung yang menerbitkan Peraturan
perkara pidana dengan pelaku korporasi dan/atau
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor Per-
pengurus. Perma memberikan definisi khusus
028/A/JA/10/2014 tentang Pedoman Penanganan
terkait tindak pidana korporasi yaitu tindak
Perkara Pidana dengan Subjek Hukum Korporasi;
pidana yang dilakukan oleh orang berdasarkan

26 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan pemidanaan terhadap korporasi di antaranya, yaitu:
lain, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama Pertama, korporasi dijadikan terdakwa dan dituntut
yang bertindak untuk dan atas nama korporasi di persidangan serta diputus pemidanaannya
di dalam maupun di luar lingkungan korporasi. setelah pengurusnya terlebih dahulu diproses dan
Selain mengemukakan definisi khusus tentang diputuskan pemidanaannya hingga berkekuatan
tindak pidana korporasi, Perma juga menentukan hukum tetap (inkracht). Salah satu contohnya
bahwa keterangan korporasi adalah alat bukti adalah perkara PT GJW yang didakwa telah
yang sah. Secara rinci pula Perma mengatur melakukan tindak pidana korupsi dan dituntut ke
tentang mekanisme pemidanaan korporasi persidangan oleh jaksa penuntut umum setelah
beserta kemungkinan bilamana korporasi tersebut terlebih dahulu direktur utamanya (SW) dipidana
melakukannya secara grup atau gabungan, baik (berdasarkan Putusan Nomor 908/Pid.B/2008/
dalam perjalanannya terjadi peleburan maupun PN.Bjm tanggal 18 Desember 2008 yang mana
pemisahan. Berikut juga dengan mekanisme putusan tersebut telah dikuatkan dengan Putusan
pengembalian aset hasil tindak pidananya tak Nomor 02/PID/SUS/2009/PT.BJM tanggal 25
luput dari pengaturannya. Februari 2009 dan kasasi terdakwa telah ditolak
berdasarkan Putusan Nomor 936 K/Pid.Sus/2009
Pada dasarnya telah ada lebih dari seratus
tanggal 25 Mei 2009).
undang-undang yang mengatur secara khusus
tentang tanggung jawab pidana korporasi, Majelis hakim melalui Putusann Nomor
tetapi sangat sedikit korporasi yang dituntut 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm memutuskan persis
ke pengadilan (Syarif, 2016: 4). Realitasnya sama dengan tuntutan yaitu menyatakan PT GJW
proses pemidanaan banyak yang berhenti telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
pada pengurusnya saja dan tidak ada tindak melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut
lanjut untuk menjerat dan melakukan proses sebagaimana dalam dakwaan primer, karenanya
pemidanaan terhadap korporasinya (Suhariyanto, kepada PT GJW dijatuhkan pidana denda sebesar
2016b: 428). Penegak hukum masih sangat jarang Rp1.300.000.000,- (satu miliar tiga ratus juta
menyentuh kejahatan yang dilakukan korporasi. rupiah) serta pidana tambahan berupa penutupan
Jika suatu tindak pidana dilakukan atau bahkan sementara PT GJW selama enam bulan.
hanya diperintahkan oleh pengurus korporasi.
Atas putusan tersebut, terdakwa melalui
Seharusnya korporasi itu bisa dijerat. Adapun
penasihat hukumnya mengajukan upaya hukum
sanksi pidana yang harus diberikan kepada
banding. Adapun Pengadilan Tinggi Banjarmasin
korporasi tidak cukup hanya pidana denda saja.
melalui Putusan Nomor 04/PID.SUS/2011/
Korporasi yang melakukan kejahatan, seharusnya
PT.BJM memutuskan menerima permintaan
dikenai pidana pengembalian aset (Toruan, 2014:
banding dari penasihat hukum terdakwa dan
398).
menguatkan Putusan Nomor 812/Pid.Sus/2010/
Pada praktik penegakan hukum selama ini, PN.Bjm tanggal 09 Juni 2011 yang dimintakan
terdapat variasi bentuk pemidanaan korporasi banding tersebut, dengan perbaikan sekedar
akibat adanya multi tafsir dalam penerapan mengenai besarnya denda sehingga untuk
korporasi sebagai subjek hukum. Berdasarkan selengkapnya berbunyi: menyatakan terdakwa
penelitian Penulis terdapat empat pola putusan PT GJW telah terbukti secara sah dan meyakinkan

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 27


bersalah melakukan tindak pidana “korupsi pelaku yang dapat dikenakan dalam satu tindak
secara berlanjut” dan karenanya menjatuhkan pidana korupsi, yaitu orang/person yang menjadi
kepada terdakwa PT GJW pidana denda sebesar directing mind daripada korporasi tersebut
Rp1.317.782.129,- (satu miliar tiga ratus maupun korporasi itu sendiri yang dalam hal
tujuh belas juta tujuh ratus delapan puluh dua ini diwakili oleh SW selaku direktur utamanya,
ribu seratus dua puluh sembilan rupiah) serta oleh karenanya walaupun terhadap SW telah
menjatuhkan pidana tambahan berupa penutupan dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman atas
sementara PT GJW selama enam bulan. tindak pidana korupsi namun PT GJW selaku
korporasi yang terlibat di dalamnya juga dapat
Secara normatif, jaksa penuntut umum
dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan/
dengan sangat tepat membidik korporasi (setelah
penyimpangan yang telah dilakukan.
pengurusnya terbukti dan secara sah dinyatakan
bersalah serta dipidana oleh hakim) ini berdasarkan Kedua, korporasi dijadikan terdakwa
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan dan dituntut di persidangan serta diputus
Korupsi di mana mengatur bahwa dalam hal pemidanaannya tanpa (didahului dengan)
tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama suatu pemidanaan terhadap pengurusnya. Salah satu
korporasi maka tuntutan dan penjatuhan pidana contohnya adalah perkara PT CN didakwa
dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 jo. Pasal
pengurusnya. Jika memperhatikan kronologis 20 Undang-Undang Pemberantasan Korupsi
dan konteks perkara PT GJW ini, selain (primer) dan Pasal 3 jo. Pasal 18 jo. Pasal
menggunakan Undang-Undang Pemberantasan 20 Undang-Undang Pemberantasan Korupsi
Tindak Pidana Korupsi, jaksa penuntut umum (subsider). YW selaku direktur PT CN mewakili
juga mengindahkan Surat Edaran Kejaksaan di persidangan dan menyaksikan tuntutan
Agung RI Nomor B-036/A/Ft.1/06/2009 perihal terhadap korporasinya. Majelis hakim mengadili
Korporasi sebagai Tersangka/Terdakwa dalam dan memutuskan melalui Putusan Nomor 65/
Tindak Pidana Korupsi yang memberikan Pid.Sus/TPK/2016/PN.Bdg yang menyatakan
pedoman bahwa mendudukan korporasi sebagai terdakwa PT CN terbukti secara sah dan
tersangka dalam tindak pidana korupsi, bukan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
berarti meniadakan pertanggungjawaban pidana korupsi secara bersama-sama sebagaimana dalam
yang dilakukan oleh pengurusnya, akan tetapi dakwaan primer. Oleh karenanya menjatuhkan
pertanggungjawaban pidana terhadap korporasi pidana kepada terdakwa PT CN dengan pidana
tersebut harus dipandang sebagai perluasan denda sebesar Rp700.000.000,- (tujuh ratus juta
pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana rupiah) dengan ketentuan jika terdakwa PT CN
korupsi (petunjuk nomor 2). tidak membayar denda tersebut dalam tenggang
waktu satu bulan terhitung sejak putusan tersebut
Langkah penegakan hukum yang diambil
berkekuatan hukum tetap, maka harta benda
Kejaksaan Tinggi Banjarmasin tersebut di
terpidana PT CN dapat disita oleh jaksa dan
atas disetujui dan dibenarkan oleh Pengadilan
dilelang untuk membayar denda tersebut.
Negeri (a quo Pengadilan Tinggi) Banjarmasin
dengan legal reasoning yang menyatakan bahwa Secara normatif, dalam proses penuntutan
undang-undang mengatur adanya lebih dari satu dan pemidanaan korporasi menurut Pasal 20 ayat

28 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


(1) Undang-Undang Pemberantasan Korupsi umum dan majelis hakim dalam perkara ini
dapat dilakukan terhadap salah satu pihak, baik patut diapresiasi sehingga terbingkailah dengan
korporasi atau pengurus. Dalam perkara ini, sempurna pertanggungjawaban pidana korporasi
jaksa penuntut umum mendakwa dan menuntut sebagai pembuat sekaligus sebagai pihak yang
korporasi tanpa diturut-sertakan pengurusnya. bertanggung jawab secara hukum.
Bilamana merujuk pada kronologi dan konteks
Ketiga, putusan pemidanaan terhadap
penanganan perkara PT CN ini maka tidak dapat
korporasi berdasarkan tuntutan jaksa penuntut
dilepaskan dari perspektif penerapan Peraturan
umum tanpa dijadikan sebagai terdakwa. Salah
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor Per-
satu contohnya adalah putusan pemidanaan
028/A/JA/10/2014. Kualifikasi perkara PT CN
terhadap PT IM2. Pada perkara ini yang ditetapkan
ini ditetapkan oleh jaksa penuntut umum sebagai
dan diperiksa sebagai tersangka dan terdakwa di
perbuatan korporasi yang dapat dimintakan
persidangan pengadilan tindak pidana korupsi
pertanggungjawaban pidana dengan fakta
adalah direktur utamanya yaitu IA. IA didakwa
bahwa segala bentuk perbuatan yang didasarkan
melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (1)
pada keputusan pengurus korporasi dan bentuk
dan (3) Undang-Undang Pemberantasan Korupsi
perbuatan tersebut dilakukan pengurus untuk
jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana (primer)
kepentingan korporasi karena pekerjaannya
dan melanggar Pasal 3 jo. Pasal 18 ayat (1) dan
serta segala perbuatan tersebut dilakukan dengan
(3) Undang-Undang Pemberantasan Korupsi jo.
menggunakan sumber daya manusia, dana, dan/
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.
atau segala bentuk dukungan atau fasilitas lainnya
dari korporasi. Atas dakwaan tersebut, jaksa penuntut
umum menuntut agar pengadilan menyatakan
Berdasarkan fakta di atas maka majelis
terdakwa IA bersalah melakukan tindak pidana
hakim mempertimbangkan bahwa keputusan
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
jajaran direksi dan komisaris mengenai tindak
diatur dan diancam pidana dalam pasal perbuatan
lanjut pembebasan tanah dengan cara ruslag
terdakwa tersebut sebagaimana dalam surat
melalui jasa Drs. Gatot Sutejo adalah keputusan
dakwaan primer dan menjatuhkan pidana terhadap
yang tidak bijak, tidak cermat, dan tidak hati-
terdakwa berupa pidana penjara selama sepuluh
hati serta telah menyalahi mekanisme yang
tahun, dikurangi selama terdakwa berada dalam
berlaku terkait ruslag menyangkut tanah negara
tahanan, dan dengan membebankan terdakwa
atau aset Pemerintah Kota Bekasi. Sebagai
untuk membayar denda sebesar Rp500.000.000,-
konsekuensinya segala akibat yang timbul dari
(lima ratus juta rupiah), subsider enam bulan
perbuatan tersebut harus ditanggung oleh PT
kurungan dan dengan perintah terdakwa segera
itu sendiri, yaitu dengan harta kekayaan PT
ditahan di rutan serta uang pengganti sebesar
yang bersangkutan, tanpa sedikit pun dapat
Rp1.358.343.346.674,- (satu triliun tiga ratus lima
meminta pertanggungjawaban dan atau menuntut
puluh delapan miliar tiga ratus empat puluh tiga
untuk dibayar dari harta kekayaan pribadi yang
juta tiga ratus empat puluh enam ribu enam ratus
melakukan perbuatan. Merupakan hal yang tidak
tujuh puluh empat rupiah) dibebankan kepada
adil jika pemidanaan tersebut juga ditimpakan
PT Indosat dan PT IM2, yang penuntutannya
kepada pengurusnya. Kejelian jaksa penuntut
dilakukan secara terpisah.

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 29


Majelis hakim melalui Putusan Nomor sehingga amarnya menyatakan terdakwa IA
01/Pid.Sus/2013/PN.Jkt.Pst memutuskan dan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
menyatakan terdakwa IA terbukti secara sah melakukan tindak pidana “korupsi dilakukan
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak secara bersama-sama” dan menjatuhkan pidana
pidana “korupsi dilakukan secara bersama- terhadap terdakwa tersebut dengan pidana
sama”, menjatuhkan pidana terhadap terdakwa penjara selama delapan tahun dan menjatuhkan
tersebut dengan pidana penjara selama empat pidana denda sebesar Rp300.000.000,- (tiga
tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar ratus juta rupiah) dan bila denda tersebut tidak
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan dibayar diganti pidana kurungan selama enam
bila denda tersebut tidak dibayar diganti pidana bulan serta menghukum PT IM2 membayar
kurungan selama tiga bulan dan menghukum uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674,-
PT IM2 membayar uang pengganti sebesar (satu triliun tiga ratus lima puluh delapan miliar
Rp1.358.343.346.674,- (satu triliun tiga ratus tiga ratus empat puluh tiga juta tiga ratus empat
lima puluh delapan miliar tiga ratus empat puluh puluh enam ribu enam ratus tujuh puluh empat
tiga juta tiga ratus empat puluh enam ribu enam rupiah) dengan ketentuan apabila PT IM2 tidak
ratus tujuh puluh empat rupiah) paling lama dalam membayar uang pengganti tersebut paling lambat
waktu satu tahun setelah putusan ini mempunyai satu bulan sesudah putusan mempunyai kekuatan
kekuatan hukum tetap. hukum tetap, maka harta benda PT IM2 disita
oleh jaksa dan dilelang untuk membayar uang
Atas putusan ini, baik penuntut umum dan
pengganti tersebut. Atas putusan kasasi tersebut,
penasihat hukum terdakwa mengajukan banding.
terdakwa IA mengajukan peninjauan kembali.
Melalui Putusan Nomor 33/PID/TPK/2013/
Mahkamah Agung pada tingkat peninjauan
PT.DKI menerima permintaan banding tersebut
kembali memutuskan menolak permohonan
dan mengubah Putusan Nomor 01/Pid.Sus/2013/
peninjauan kembali dari pemohon peninjauan
PN.Jkt.Pst berkaitan dengan meniadakan
kembali/terpidana IA tersebut dan menetapkan
putusan pidana pada PT IM2 yang sebelumnya
putusan yang dimohonkan peninjauan kembali
dihukum membayar uang pengganti sebesar
tersebut tetap berlaku.
Rp1.358.343.346.674,- (satu triliun tiga ratus
lima puluh delapan miliar tiga ratus empat puluh Hal menarik dalam perkara ini adalah
tiga juta tiga ratus empat puluh enam ribu enam berkaitan dengan permasalahan putusan
ratus tujuh puluh empat rupiah) paling lama dalam pemidanaan terhadap korporasi yang tidak
waktu satu tahun setelah putusan ini mempunyai didakwakan. Pada pengadilan tingkat pertama
kekuatan hukum tetap. Sementara untuk putusan mempertimbangkan tuntutan jaksa penuntut
pemidanaan terhadap terdakwa IA adalah tetap umum yang meskipun PT IM2 tidak dijadikan
dan sesuai dengan putusan pengadilan negeri. sebagai terdakwa tetapi turut dituntutkan
pemidanaannya. Berdasarkan dakwaan dan
Pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung
tuntutan penuntut umum, proses penuntutan
memperbaiki amar Putusan Nomor 33/PID/
terhadap PT IM2 akan dilakukan terpisah, hal ini
TPK/2013/PT.DKI yang mengubah Putusan
telah menjelaskan bahwa PT IM2 belum diajukan
Nomor 01/Pid.Sus/TPK/2013/PN.Jkt.Pst sekadar
sebagai terdakwa dalam suatu persidangan.
mengenai pidana denda dan uang pengganti

30 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


Majelis hakim menimbang bahwa kerugian karenanya meskipun jaksa/penuntut umum tidak
keuangan negara sebagaimana Laporan Hasil melakukan penuntutan secara khusus terhadap
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara BPKP korporasi (PT IM2), namun peran terdakwa
tersebut di atas, tidak memperkaya terdakwa dalam surat dakwaan adalah dalam kapasitas
secara pribadi namun telah memperkaya PT IM2 sebagai direktur utama PT IM2, sehingga pidana
sebesar Rp1.358.343.346.674,- (satu triliun tiga tambahan berupa uang pengganti sebagaimana
ratus lima puluh delapan miliar tiga ratus empat telah disebutkan di atas dapat dijatuhkan kepada
puluh tiga juta tiga ratus empat puluh enam ribu terdakwa dalam kapasitas dalam hal ini sebagai
enam ratus tujuh puluh empat rupiah), sehingga direktur utama PT IM2 dan/atau terhadap
dengan demikian terhadap terdakwa tidak korporasi PT IM2. Oleh karenanya Mahkamah
dibebani membayar uang pengganti sejumlah Agung berpendapat perlu memperbaiki amar
tersebut di atas melainkan akan membebankan putusan pengadilan tinggi dengan menjatuhkan
penggantiannya kepada korporasi yaitu PT IM2. uang pengganti kepada korporasi. Terhadap
pertimbangan yang demikian maka dapat
Berbeda pertimbangan dari pengadilan
dicatatkan beberapa hal penting di antaranya:
tingkat pertama tersebut, putusan Pengadilan
Tinggi Jakarta berpendapat bahwa korporasi 1. Tindak pidana yang dilakukan terdakwa
adalah juga subjek hukum, seandainya adalah atas nama PT IM2 dalam kapasitas
korporasi tersebut dihukum maka korporasi sebagai direktur utama.
karena merupakan subjek hukum harus turut
2. Hasil tindak pidana korupsi yang dilakukan
didakwakan. Karena in casu perkara ini korporasi
terdakwa semuanya masuk ke PT IM2,
tidak masuk dalam dakwaan sehingga tidak
sehingga yang mendapatkan keuntungan
dapat dihukum untuk membayar uang pengganti.
atas perbuatan terdakwa adalah PT IM2.
Dengan demikian uang pengganti dalam perkara
ini tidak dapat dibebankan kepada PT IM2 3. Korupsi adalah perbuatan yang sangat
sebagai korporasi. merugikan keuangan negara dan
perekonomian negara (exstra ordinary
Menyikapi perbedaan pemidanaan
crime) sehingga upaya penegakan hukum
korporasi beserta pertimbangan hukum dari
melalui peradilan harus mendukung
pengadilan negeri dan pengadilan tinggi,
pengembalian keuangan negara.
Mahkamah Agung berpendapat bahwa terhadap
alasan pengadilan tinggi (judex facti) yang 4. Mahkamah Agung telah melakukan
tidak membebankan uang pengganti kepada interpretasi atau penemuan hukum atas
terdakwa, bahwa berdawarkan Pasal 20 ayat ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang
(1) Undang-Undang Pemberantasan Korupsi Pemberantasan Korupsi yang berbunyi:
pertanggungjawaban dilakukan oleh korporasi “dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan
dan/atau pengurusnya. Hal ini mengandung oleh atau atas nama suatu korporasi, maka
arti bahwa undang-undang menganut sistem tuntutan dan penjatuhan pidana dapat
pertangggungjawaban secara kumulatif-alternatif dilakukan terhadap korporasi dan/atau
dalam penuntutan dan penjatuhan sanksi pidana pengurusnya“. Tindak pidana korupsi in
yakni terhadap korporasi atau pengurusnya. Oleh casu ternyata dilakukan oleh terdakwa atas

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 31


nama korporasi maka penjatuhan sanksi perkara a quo untuk disidangkan dengan
dilakukan terhadap terdakwa dan korporasi dakwaan baru yang disusun secara benar menurut
tanpa menunggu proses penuntutan baru. KUHAP (Biro Hukum dan Humas Mahkamah
Agung, 2015: 97). Pada dasarnya persidangan
5. Penjatuhan sanksi terhadap korporasi
tidak boleh melakukan pemeriksaan terhadap
tanpa dakwaan khusus merupakan
kejahatan dan keadaan lain. Maka perkara tidak
langkah progresif sekaligus melaksanakan
boleh menyimpang dari apa yang dirumuskan
prinsip penyelenggaraan peradilan secara
dalam dakwaan. Hal ini sejalan dengan Putusan
sederhana, murah, dan cepat (Biro Hukum
Mahkamah Agung Nomor 68 K.KR/1973 tanggal
dan Humas Mahkamah Agung, 2015: 96).
16 Desember 1976, yang menyatakan: “Putusan
Keempat, putusan pemidanaan terhadap pengadilan harus berdasarkan pada tuduhan, yang
korporasi tanpa didakwakan dan dituntutkan dalam hal ini berdasarkan Pasal 315 KUHP”.
oleh jaksa penuntut umum. Terkait dengan model
Pihak lain berpendapat bahwa penjatuhan
putusan pemidanaan terhadap korporasi yang
sanksi terhadap korporasi dapat dilakukan tanpa
demikian, terdapat perbedaan pandangan (pro
didakwakan. Sebagaimana kronologis dan
dan kontra) di kalangan hakim. Pada satu pihak
kasus posisi yang diuraikan pada latar belakang
berpendapat bahwa penjatuhan sanksi terhadap
berkaitan dengan Putusan Nomor 2239 K/
korporasi hanya dapat dilakukan bilamana
PID.SUS/2012 yang mana mengesampingkan
suatu korporasi telah diajukan sebagai terdakwa
prosedur hukum (tanpa penetapan korporasi
dalam suatu perkara yang diadakan khusus untuk
sebagai tersangka dan terdakwa) dengan
itu. KUHAP sudah mengatur secara terperinci
menjatuhkan putusan pemidanaan berupa
bahwa pengajuan terdakwa ke pengadilan adalah
pembayaran uang pengganti kepada 14 korporasi
didasarkan pada surat dakwaan dan kalau pada
tanpa didakwa dan dituntutkan oleh jaksa
perkara perdata didasarkan pada surat gugatan.
penuntut umum. Dalam pertimbangan hukumnya,
Atas dasar itulah hakim memeriksa perkara
Mahkamah Agung menyadari gagasan menuntut
sebatas yang didakwakan termasuk dalam
pertanggungjawaban pidana korporasi belum
penjatuhan sanksi kepada korporasi.
diterima seutuhnya karena alasan yang sangat
Putusan Nomor 982 K/Pid/1998 formal bahwa korporasi dalam perkara a quo
memutuskan membatalkan putusan Pengadilan tidak didakwakan. Namun perkembangan
Tinggi Maluku dan pengadilan negeri, dan praktik hukum pidana telah mengintrodusir
menyatakan bahwa dakwaan yang didakwakan adanya pembebanan pertanggungjawaban
kepada terdakwa adalah batal demi hukum seorang pekerja di lingkungan suatu korporasi
sehingga penuntutan oleh penuntut umum tidak kepada korporasi di tempat ia bekerja dengan
dapat diterima. Oleh karena dakwaan dinyatakan menerapkan pertanggungjawaban fungsional.
batal demi hukum selanjutnya Mahkamah Agung Perbuatan terdakwa SW berbasis pada
menyatakan pula bahwa penuntut umum tidak kepentingan bisnis 14 korporasi yang diwakilinya
dapat diterima dan bukan dilepas dari segala untuk menghindari pajak penghasilan dan pajak
tuntutan hukum maka penuntutan oleh jaksa badan yang seharusnya dibayar, oleh karena itu
penuntut umum masih dapat dilakukan pengajuan tidaklah adil jika tanggung jawab pidana hanya

32 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


dibebankan kepada terdakwa selaku individu akan perbuatan terdakwa terjadi karena mensrea dari
tetapi sepatutnya juga menjadi tanggung jawab terdakwa, namun karena perbuatan tersebut
korporasi yang menikmati atau memperoleh dari semata-mata untuk kepentingan dari korporasi
hasil tax evation tersebut. maka Mahkamah Agung berpendapat bahwa apa
yang dilakukan oleh terdakwa adalah dikehendaki
Model putusan pemidanaan korporasi
atau mensrea dari 14 korporasi, sehingga dengan
beserta pertimbangan hukum dalam perkara
demikian pembebanan tanggung jawab pidana
dengan terdakwa SW di atas juga dianut Putusan
individual liability dengan corporate liability
Nomor 1577 K/Pid.Sus/2016 (a/n 2428 K/Pid.
harus diterapkan secara simultan sebagai
Sus/2014 (a/n WIS, mantan kepala divisi VII PT
cerminan dari doktrin respondeat superior
AK). Mahkamah Agung melakukan terobosan
atau doktrin vicarious liability diterapkan
hukum dengan memvonis korporasi konstruksi
pertanggungjawaban pidana kepada korporasi
pelat merah, PT AK membayar uang pengganti
atas perbuatan atau perilaku terdakwa sebagai
sebesar Rp3,3 miliar. Putusan itu disebut
personifikasi dari korporasi yang diwakilinya
sebagai terobosan hukum karena PT AK tidak
menjadi tugas dan tanggung jawab lagi pula apa
masuk dakwaan mantan kepala divisi tersebut.
yang dilakukan terdakwa telah diputuskan secara
Adapun pertimbangan Mahkamah Agung yaitu
kolektif.
BUMN itu ikut bertanggung jawab dalam
korupsi proyek konstruksi jaringan air minum Secara umum tidak dimungkinkan
di empat kecamatan di Kabupaten Karangasem, adanya permintaan pertanggungjawaban
Bali dan kerugian negara sebesar Rp3,3 miliar secara pidana kepada seseorang atas tindak
tersebut lebih tepat dibebankan kepada PT AK, pidana yang dilakukan oleh orang lain, karena
walaupun PT AK tidak turut dijadikan terdakwa pertanggungjawaban pidana itu sifatnya pribadi
oleh penuntut umum, karena terdakwa bertindak atau personal, dan seseorang itu dipidana akibat
melaksanakan Surat Perjanjian Kerja untuk dan dari kesalahannya sendiri, dan bukan akibat dari
atas nama PT AK dan seluruhnya kerugian negara kesalahan orang lain (Sjawie, 2015: 29). Apalagi
tersebut masuk ke rekening PT AK. Menurut yang dipidana tanpa didakwakan dan juga
Alkostar bahwa tanggung jawab pidana antara menjadi permasalahan hukum acara pidana di
pengurus dengan korporasi bersifat alternatif- pengadilan yang cukup sering ditemukan adalah
komulatif, sehingga penjatuhan pidananya bisa permasalahan berwenang/tidaknya pengadilan
dikenakan secara kolektif (vicarious liability) di menjatuhkan pidana berdasarkan pasal yang
samping dikenakan kepada pengurus juga secara tidak didakwakan oleh jaksa penuntut umum
bersamaan terhadap korporasinya (Alkostar, (Arsil, 2015: 29).
2016: 41).
Hakim dalam memeriksa suatu perkara
Pada praktik penegakan hukum yang tidak boleh menyimpang dari apa yang
mana korporasi dipidana tanpa didakwakan, dirumuskan dalam surat dakwaan. Kalau begitu,
mendasarkan argumentasinya menerapkan seorang terdakwa yang dihadapkan ke sidang
doktrin vicarious liability. Misalnya dalam pengadilan hanya dapat dijatuhi hukuman karena
Putusan Nomor 2239 K/PID.SUS/2012, telah terbukti melakukan tindak pidana seperti
menimbang bahwa sekalipun secara individual yang disebutkan atau dinyatakan jaksa dalam

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 33


surat dakwaan. Apalagi ditegaskan oleh Pasal 193 2016c: 152). Dalam konteks ini lembaga peradilan
ayat (3) KUHAP yang berbunyi: “jika pengadilan di samping sebagai lembaga penerapan hukum
berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tetapi juga sebagai lembaga penemuan hukum
tindak pidana yang didakwakan kepadanya, maka (rechtsvinding) dan bahkan sebagai lembaga yang
pengadilan menjatuhkan pidana” (Suparmono, dapat menciptakan hukum (Hoesein, 2013: 101).
2014: 34-35). Olehnya dapat dikatakan putusan
Hakim berkewajiban tidak hanya sebatas
pemidanaan yang dijatuhkan terhadap korporasi
menegakkan hukum, melainkan juga sebagai
tanpa didakwakan adalah melanggar KUHAP.
penegak keadilan maka dari itu pertimbangan
Jika terjadi pelanggaran hukum acara pidana
hukum yang cukup dengan didasari sebuah
maka sesungguhnya telah terjadi pencerabutan
keyakinan yang mantap akan sebuah keadilan
hak asasi manusia (Suhariyanto, 2015: 197)
substantif bagi terdakwa dapat menjadi landasan
karena tujuan dari ditetapkannya aturan main
(Sudharmawatiningsih, 2015: 52) melakukan
dari pelaksanaan pemidanaan adalah bagian
penemuan hukum. Termasuk dalam hal putusan
utama dalam menjaga warga negara tidak
pemidanaan korporasi tanpa didakwakan ini
dipermainkan atau menjadi korban kesewenang-
sesungguhnya juga didasarkan pada kepentingan
wenangan penegak hukum hingga menimbulkan
terwujudnya keadilan substantif. Adalah putusan
ketidakpastian hukum.
yang tidak adil jika kerugian negara yang
Memang pada asasnya hakim harus notabene tidak memperkaya terdakwa secara
menjalankan hukum acara pidana sebagaimana pribadi namun telah memperkaya korporasi tetapi
ditentukan oleh undang-undang, tetapi bilamana kerugian tersebut dibebankan pengembaliannya
undang-undang dirasa tidak jelas atau perlu oleh terdakwa individu (pengurusnya). Apalagi
ditafsirkan sesuai dengan nilai keadilan yang pengurusnya tidak mungkin memiliki kemampuan
berkembang dalam masyarakat maka hakim dapat mengembalikan kerugian keuangan negara yang
melakukan penemuan hukum melalui metode telah masuk dalam keuntungan korporasi.
interpretasi, terutama interpretasi ekstensif dan
Dilihat dari perpektif hak asasi manusia
interpretasi antisipatif atau futuristik (Ali, 2014:
negara (masyarakat) yang notabene memiliki
4). Sejauh ini realitas penemuan hukum yang
hak untuk pengembalian kerugian keuangan
dilakukan oleh hakim dalam putusannya beberapa
negara (berkurangnya pendapatan negara) dari
kali menimbulkan pengaruh yang signifikan bagi
tindak pidana yang terbukti tersebut. Oleh karena
penegakan dan pembaruan serta pembentukan
itu sangat tepat pendapat majelis hakim bahwa
hukum yang progresif. Misalnya terkait dengan
perbuatan terdakwa berbasis pada kepentingan
kasasi terhadap putusan bebas, kewenangan jaksa
bisnis 14 korporasi yang diwakilinya untuk
penuntut umum mengajukan peninjauan kembali,
menghindari pajak penghasilan dan pajak badan
perluasan kewenangan praperadilan, dan putusan
yang seharusnya dibayar sehingga tidaklah adil
Mahkamah Agung lainnya yang secara responsif
jika tanggung jawab pidana hanya dibebankan
diterima oleh aparat penegak hukum lainnya
kepada terdakwa selaku individu akan tetapi
(termasuk oleh Putusan Mahkamah Konstitusi)
sepatutnya juga menjadi tanggung jawab
dan sesuai dengan perkembangan pembaruan
korporasi yang menikmati atau memperoleh dari
serta pengembangan ilmu hukum (Suhariyanto,
hasil tax evation tersebut.

34 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


Secara individual perbuatan terdakwa sebuah pergeseran paradigma corporate criminal
terjadi karena mensrea dari terdakwa, namun liability yang sudah berkembang dengan pesat
karena perbuatan tersebut semata-mata untuk di negara-negara maju. Secara historis, sebelum
kepentingan dari korporasi maka Mahkamah abad ke-18, aturan umumnya bagi ajaran
Agung berpendapat bahwa apa yang dilakukan respondeat superior ini adalah bahwa seorang
oleh terdakwa adalah dikehendaki atau mensrea majikan tidak bertanggung jawab atas perbuatan
dari 14 korporasi, sehingga dengan demikian melawan hukum bawahannya yang merugikan
pembebanan tanggung jawab pidana individual pihak ketiga, kecuali perbuatan bawahannya itu
liability dengan corporate liability harus dianjurkan atau diperintahkan oleh si majikan
diterapkan secara simultan. Dengan demikian tersebut.
diterapkanlah pertanggungjawaban pengganti
Abad ke-19, ajaran respondeat superior
yang memberikan pengecualian atas prinsip
berkembang sehingga menjadi bentuknya seperti
pertanggungjawaban suatu perbuatan, di mana
yang saat ini dikenal di mana seorang majikan
kepadanya harus melekat unsur kesalahan.
tetap saja harus bertanggung jawab atas kerugian
Pertanggungjawaban pidana yangpihak ketiga yang diakibatkan perbuatan melawan
umumnya hanya dapat terjadi jika pada diri hukum dari bawahannya, meskipun perbuatan
pembuatnya ada unsur kesalahan, maka dengan bawahannya itu dilakukannya tanpa persetujuan
ajaran vicarious liability diberikan pengecualian majikannya (Brickey, 2013: 25). Pergeseran
(Huda, 2006: 43). Suatu korporasi bisa yang terjadi sampai saat ini sangat signifikan.
dimintakan pertanggungjawaban pidana terhadap Dari yang semula mensyaratkan pengetahuan
tindak pidana yang dilakukan pegawainya, korporasi atas tindakan orang-orang yang berada
baik yang berkedudukan tinggi maupun yang di dalamnya, sampai kemudian kepada meski
tidak, baik yang dilakukan dengan melanggar tidak adanya pengetahuan itu tetapi masih bisa
kebijakan korporasi tempatnya bekerja, maupun dimintakan tanggung jawab pidana korporasi
tidak (Sjawie, 2015: 82). Pertanggungjawaban (Goode, 2013: 2).
pidana korporasi didasarkan pada tindakan
Pada perkembangan hukum modern,
agen atau pegawainya yang diteruskan kepada
doktrin ini ditujukan atas dasar bahwa korporasi
korporasinya, dengan cara mengaplikasikan
harus membayar kerugian yang diakibatkan
doktrin respondeat superior telah diterapkan di
oleh perbuatan pegawainya, sehingga korporasi
Amerika Serikat (Khanna, 2013: 16).
diharapkan lebih selektif untuk mengangkat
Di Indonesia, doktrin ini belum umum pengurus atau pegawainya yang bisa bertindak
dipahami sehingga tidak heran ketika diterapkan dalam melakukan kegiatan operasionalnya
timbul kontroversi. Namun demikian dalam (Twomey et.al., 2001: 730). Pertanggungjawaban
hal visi penemuan hukum yang mengarah pada pidana korporasi dalam perkembangan hukum
penciptaan hukum maka terobosan penerapan modern demikian sesungguhnya telah diatur
doktrin ini perlu dilakukan untuk terlaksananya dalam konsep Buku Kesatu RUU KUHP tahun
peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya 2015. RUU KUHP mengatur bahwa tindak
murah. Selain itu sikap responsif dari hakim untuk pidana dilakukan oleh korporasi jika dilakukan
mengakomodasi doktrin ini juga didasarkan atas oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 35


fungsional dalam struktur organisasi korporasi pada terdakwa selaku individu. Mengingat pula
yang bertindak untuk dan atas nama korporasi kepentingan perlindungan hak masyarakat atas
atau demi kepentingan korporasi, berdasarkan pengembalian kerugian negara yang tidak akan
hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain, mungkin mampu diganti oleh terdakwa, adalah
dalam lingkup usaha korporasi tersebut, baik logis jika korporasi diputus pemidanaannya untuk
sendiri-sendiri atau bersama-sama (Pasal 49). membayar denda. Penerapan vicarious liability
Dalam konteks masalah putusan pemidanaan oleh putusan pemidanaan tanpa didakwakan
terhadap korporasi tanpa didakwakan maka dapat terhadap korporasi ini juga merupakan
dikatakan hakim seolah memberikan inspirasi manifestasi prinsip penyelenggaraan peradilan
penguatan ius constituendum bahwa vicarious secara sederhana, murah, dan cepat.
liability sudah saatnya di”lazim”kan untuk
digunakan dan diterapkan dalam menangani
perkara tindak pidana yang diidentifikasi
pertanggungjawaban pidana pengurusnya
DAFTAR ACUAN
juga terkait secara fungsional dengan
pertanggungjawaban pidana korporasinya yang Ali, M.H. (2014). Titik singgung wewenang antara
notabene telah diuntungkan atas tindak pidana Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
yang dilakukan oleh pengurusnya. Makalah keynote speaker dalam seminar
tentang Titik Singgung Wewenang Antara
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
IV. KESIMPULAN
yang diselenggarakan oleh Badan Litbang
Mahkamah Agung melalui Putusan Diklat Hukum dan Peradilan Mahkamah
Nomor 2239 K/PID.SUS/2012 telah melakukan Agung pada tanggal 13 November 2014 di
upaya penemuan hukum dengan menjatuhkan Merlyn Park Hotel Jakarta.

putusan pemidanaan terhadap korporasi tanpa Ali, M. (2013). Asas-asas hukum pidana korporasi.
didakwakan demi menegakkan keadilan dengan Jakarta: Rajagrafindo Persada.
menerapkan doktrin vicarious liability. Secara
simultan pertanggungjawaban pidana dibebankan Alim, H., et.al. (2013). Pemidanaan korporasi atas
tindak pidana korupsi di Indonesia. Yogyakarta:
individual liability dengan corporate liability
Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum
berdasarkan pertimbangan bahwa mensrea dari
Universitas Gadjah Mada.
perbuatan terdakwa adalah dikehendaki atau
”mensrea” dari korporasi. Secara nyata kerugian Alkostar, A. (2016). Kedudukan dan tanggung
negara atas berkurangnya penerimaan pendapatan jawab pidana korporasi dalam tindak pidana
dari pajak (yang telah dimanipulasi) tidak dapat korupsi. Makalah dalam Seminar “Kedudukan
pulih bilamana sebatas pemidanaan (penjara dan Tanggung Jawab Korporasi dalam Tindak
dan denda) terhadap terdakwa/person saja. Pidana Korupsi” diselenggarakan oleh Badan
Mengingat perbuatan terdakwa adalah dalam Litbang Diklat Mahkamah Agung pada tanggal
15 November 2016.
rangka pelaksanaan fungsional yang mewakili
dan menguntungkan korporasi maka tidaklah adil Arief, B.N. (2013). Kapita selekta hukum pidana.
jika tanggung jawab pidana hanya dibebankan Bandung: Citra Aditya Bhakti.

36 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38


Arsil. (2015, Juli). Dapat tidaknya pengadilan Hutauruk, R.H. (2013). Penanggulangan kejahatan
menjatuhkan hukuman berdasarkan pasal yang korporasi melalui pendekatan restoratif: Suatu
tidak didakwa. Jurnal Dictum, 10, 29-34. terobosan hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung. (2015). Keijzer, Nico. (2013). Trend and development
Kompilasi penerapan hukum oleh hakim dan corporate criminal liability and it’s aplication
strategi pemberantasan korupsi. Jakarta: Biro for the enforcement related crimes. Makalah
Hukum dan Humas Mahkamah Agung. dalam Seminar “Pertanggungjawaban Pidana
Korporasi” yang diselenggarakan oleh
Brickey, K.F. (2013). Coporate criminal accountability:
Mahkamah Agung pada tanggal 22 Mei 2013.
A brief history and an observation. Diakses
dari http://digitalcommons.law.wustl.edu/cgi/ Khanna, V.S. (2013). Corporate criminal liability:
viewconten.cgi. What puspose does it serve? Diakses dari http://
papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm.
Danil, E. (2012). Korupsi: Konsep, tindak pidana,
dan pemberantasannya. Jakarta: RajaGrafindo Koesoemahatmadja, E.U.R. (2011). Hukum korporasi.
Persada. Bogor: Ghalia Indonesia

Effendy, M. (2012). Diskresi, penemuan hukum, Laufer, W.S. (2014). Where is the moral indignation
korporasi & tax amnesty dalam penegakan over corporate crime. Dalam Brodowski,
hukum. Jakarta: Referensi. Dominik, et.al. Regulating corporate criminal
liability. London: Springer Cham Heidelberg
Garner, B.A. (1999). Black’s Law Dictionary. St. Paul
New York. Diakses dari www.springer.com.
MN. USA: Thomson West.
Muladi & Priyatna, D. (1991). Pertanggungjawaban
Goode, M. (2013). Corporate criminal liability.
korporasi dalam hukum pidana. Bandung:
Diakses dari http://www.aic.gov.au/media_
STH Bandung.
library/publications/proceedings/26/goode.
________________. (2010). Pertanggungjawaban
Hiariej, E.O.S. (2014). Prinsip-prinsip hukum pidana.
pidana korporasi. Jakarta: Kencana.
Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.
Muladi & Sulistyani, D. (2013). Pertanggungjawaban
___________. (2016). Tanggung jawab pidana
pidana korporasi (Corporate criminal
korporasi. Materi dalam Seminar “Kedudukan
responsibility). Bandung: Alumni.
dan Tanggung Jawab Korporasi dalam Tindak
Pidana Korupsi” diselenggarakan oleh Badan Mulyadi, L. (2012). Hukum acara pidana Indonesia:
Litbang Diklat Mahkamah Agung pada tanggal Suatu tinjauan khusus terhadap surat dakwaan,
15 November 2016. eksepsi, dan putusan peradilan. Bandung: Citra
Aditya Bhakti.
Hoesein, Z.A. (2013). Kekuasaan kehakiman di
Indonesia. Yogyakarta: Imperium. Pangaribuan, L.M.P. (2016). Hukum pidana khusus:
Tindak pidana ekonomi, pencucian uang,
Huda, C. (2006). Dari tiada pidana tanpa kesalahan
korupsi, dan kerjasama internasional serta
menuju tiada pertanggungjawaban pidana
pengembalian aset. Depok: Pustaka Kemang.
tanpa kesalahan. Jakarta: Kencana.

Putusan Pemidanaan terhadap Korporasi Tanpa Didakwakan (Budi Suhariyanto) | 37


Panggabean, H.P. (2014). Penerapan teori hukum negara. Jurnal Rechtsvinding, 5 (3), 421-438.
dalam sistem peradilan Indonesia. Bandung:
____________. (2016b, Juni). Progresivitas putusan
Alumni.
pemidanaan terhadap korporasi pelaku tindak
Prasetya, R. (2011). Perseroan terbatas (Teori & pidana korupsi. Jurnal De Jure, 16 (2), 201-
praktik). Jakarta. Sinar Grafika. 213.

Priyatna, D. (2004). Kebijakan legislasi tentang ___________. (2016c, Maret). Masalah


sistem pertanggungjawaban pidana korporasi eksekutabilitas putusan Mahkamah Konstitusi
Indonesia. Bandung: CV Utomo. oleh Mahkamah Agung. Jurnal Konstitusi, 13
(1), 171-190.
Rifai, E. (2014, Februari). Perspektif
pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai Suparmono, R. (2014). Kewenangan hakim dalam
pelaku tindak pidana korupsi. Jurnal Mimbar memutus perkara di luar dakwaan jaksa
Hukum, 26 (1), 84-97. penuntut umum. Jakarta: Puslitbang Hukum
dan Peradilan Mahkamah Agung.
Sintung, L. (2015, Januari-Maret). Penuntutan
terhadap korporasi sebagai pelaku tindak Syamsu, M.A. (2014). Pergeseran turut serta
pidana suap. Jurnal Lex Crime, IV (1), 199- melakukan dalam ajaran penyertaan: Telaah
207. kritis berdasarkan teori pemisahan tindak
pidana dan pertanggungjawaban pidana.
Sjawie, H.F. (2013). Direksi perseroan terbatas
Jakarta: Kencana.
serta pertanggungjawaban pidana korporasi.
Bandung: Citra Aditya Bhakti. Syarif, L.M. (2016). Tanggung jawab pidana
korporasi. Materi dalam Seminar “Kedudukan
__________. (2015). Pertanggungjawaban pidana
dan Tanggung Jawab Korporasi dalam Tindak
korporasi pada tindak pidana korupsi. Jakarta:
Pidana Korupsi” diselenggarakan oleh Badan
Kencana.
Litbang Diklat Mahkamah Agung pada tanggal
Soetomo, A. (1989). Pedoman dasar pembuatan 15 November 2016.
surat dakwaan dan suplemen. Jakarta: Pradnya
Toruan, H.D.L. (2014, Desember).
Paramita.
Pertanggungjawaban pidana korupsi korporasi.
Sudharmawatiningsih. (2015). Putusan pemidanaan Jurnal Rechtsvinding, 3 (3), 397-416.
lebih tinggi dari tuntutan jaksa penuntut umum.
Twomey, D.P. et.al. (2001). Anderson’s business
Jakarta: Puslitbang Hukum dan Peradilan
law & the regulatory enviroment: Principle
Mahkamah Agung.
& cases. Mason, OH: West Legal Studies in
Suhariyanto, B. (2015, Agustus). Pelenturan hukum Business.
dalam putusan peninjauan kembali yang
Yunara, E. (2012). Korupsi & pertanggungjawaban
diajukan oleh jaksa penuntut umum. Jurnal
pidana korporasi (Berikut studi kasus).
Yudisial, 8 (2), 191-207.
Bandung: Citra Aditya Bhakti.
____________. (2016a, Desember). Restoratif justice
dalam pemidanaan korporasi pelaku korupsi
demi optimalisasi pengembalian kerugian

38 | Jurnal Yudisial Vol. 10 No. 1 April 2017: 17 - 38

Anda mungkin juga menyukai