Anda di halaman 1dari 69

PUTUS AN

Nomor : 27/PID.SUS/2015/PT.PBR

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

---------Pengadilan Tinggi Pekanbaru, yang mengadili perkara-perkara pidana


dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut
dibawah ini dalam perkara atas nama Terdakwa :

Nama Lengkap : PT. NATIONAL SAGO PRIMA ;-------------------


Nomor dan Tanggal Akta : Berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10 Maret
Pendirian Korporasi 2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN,
beserta Perubahannya. SH. MKn., yang berkedudukan di Jakarta
Selatan Sesuai dengan Keputusan Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor :
AHU-11540-AH.01.01. Tahun 2009 Tanggal 07
April 2009 Tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan, sebagaimana diubah
antara lain dengan Akta Nomor : 35 Tanggal
26 Desember 2013 yang telah mendapat
pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI No. :
AHU-AH 01.10-08917 tanggal 06 Maret 2014,
dan Perubahan Terakhir dengan Akta Nomor :
20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan
perubahan susunan Direksi dan Dewan
Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor :
12 Tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat
dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH.
MKn., berkedudukan di Jakarta Selatan;--------
Nomor dan tanggal Akta : Berdasarkan Akta Nomor : 35 Tanggal 26
Korporasi pada saat Desember 2013 yang dibuat dihadapan
peristiwa pidana. Notaris LIESTIANI WANG, SH.,MKn,
berkedudukan di Jakarta Selatan;------------------
Tempat Kedudukan. : Sampoerna Strategic Square North Tower,
28th Floor Jl. Jenderal Sudirman KAV 45
Jakarta 12930 Indonesia / Kantor Perwakilan
PT. NATIONAL SAGO PRIMA (NSP) di Jalan
Tebing Tinggi Nomor :66 Selat Panjang
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau;--

Hal 1 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Kebangsaan. : Indonesia;-------------------------------------------------
Jenis/Bidang Usaha. : Pertanian, Perindustrian, Perdagangan,
Pengangkutan Darat;----------------------------------
NPWP. : 2.873.766.2-218-001 Tanggal 28 Juli 2010;----
Yang diwakili oleh Pengurus/Kuasa, bertindak untuk dan atas nama Terdakwa
yaitu :
Nama : ERIS ARIAMAN, SH.;---------------------------------
Tempat Lahir : Ciamis;----------------------------------------------------
Umur / Tanggal Lahir : 35 Tahun / 07 Nopember 1978;-------------------
Tempat tinggal : Jl. Arun I Nomor : 28 RT/RW 008/004
Kelurahan Ujung Menteng Kecamatan Cakung
Jakarta Timur;-------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki;--------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia;------------------------------------------------
a Agama : Islam;------------------------------------------------------
Terdakwa tidak ditahan;--------------------------------------------------------------------------

PENGADILAN TINGGI tersebut ; -------------------------------------------------------------

Setelah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Pekanbaru tanggal 23


Maret 2015 Nomor 27/PID.SUS/2015/PT.PBR, Tentang Penunjukan Majelis
Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara Terdakwa tersebut diatas ;--------
Setelah membaca berkas perkara dan surat-surat yang bersangkutan serta
salina resmi Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 547 / Pid.Sus / 2014 /
PN.Bls tanggal 22 Januari 2015, dalam perkara Terdakwa tersebut di atas ;------
---------Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
tanggal 24 Nopember 2014 Nomor Register Perkara PDM-245/BKS/11/2014,
Terdakwa diajukan ke persidangan dengan dakwaan sebagai berikut :

KESATU
PRIMAIR

---------Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA, sebagai Badan Usaha


yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian, perdagangan dan
pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10 Maret
2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn., yang berkedudukan di
Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-
AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor : 35
Hal 2 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Tanggal 26 Desember 2013 yang telah mendapat pengesahan Menteri Hukum
dan HAM RI No. : AHU-AH 01.10-08917 tanggal 06 Maret 2014, dan Perubahan
Terakhir dengan Akta Nomor : 20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
Tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., berkedudukan di Jakarta Selatan, pada hari yang tidak dapat
ditentukan lagi secara pasti sekira tanggal 30 Januari 2014 sampai dengan
pertengahan bulan Maret tahun 2014 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu
lain masih dalam tahun 2014, bertempat di lahan areal IUPHH-BK (Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.77/Menhut-II/2013 Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Penetapan Batas Areal
Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHH-BK) Pada
Hutan Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. NATIONAL SAGO
PRIMA Seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus delapan belas) Hektar di
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau tepatnya pada Petak K 26, K 25, K
24, J 26, J 25, Petak X 8, Y 13, Blok IX, X, XI dan XII, Petak A 36, Blok IV dan
VI, Blok 1 Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa
Lukun, Desa Tanjung Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing Tinggi
Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti atau setidak-tidaknya pada tempat-
tempat lain di mana Pengadilan Negeri Bengkalis berwenang mengadilinya,
melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (1)
huruf h, yakni melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. Perbuatan
tersebut Terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT. NSP), sebagai Badan
Usaha yang bergerak di bidang usaha Pertanian, Perindustrian,
Perdagangan, Pengangkutan Darat berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10
Maret 2009 yang dibuat dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan yang sudah mendapat pengesahan badan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07
April 2009 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan dengan susunan
pengurus perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Soenarijo,
Direktur Hadi Antono dan Komisaris Utama Heriyanto;-------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP melakukan perubahan Angaran Dasar
berdasarkan : Akta Nomor 54 tanggal 13 April 2010 yang dibuat dihadapan
Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor 16 tanggal 10 Mei 2010 yang
dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor 71 tanggal
Hal 3 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
26 Juli 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta
Nomor 24 tanggal 7 September 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA
MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor 108 tanggal 18 Mei 2011 yang dibuat
dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor 29 tanggal 04
Februari 2013 yang dibuat dihadapan Notaris TINTIN SURTINI, SH. MH.
MKn., Akta Nomor 35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG, SH.,MKn., Akta Nomor 31 tanggal 14 Maret 2014
yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., Akta Nomor 9
tanggal 16 Juni 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH.
MKn., Akta Nomor 20 tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG, SH. MKn. Sedangkan perubahan susunan Direksi dan
Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 26 Agustus
2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., yang
berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan susunan pengurus Perseroan
sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan Bona
Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin, dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih;-----------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Akta Nomor 71 tertanggal 26 Juli 2010 Terdakwa PT.
NSP mendirikan Cabang Perseroan di Selat Panjang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau. Kegiatan usaha Kantor Cabang melakukan segala
kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat, dengan maksud dan tujuan :
a. Menjalankan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan
tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu);-------------------------------------
b. Menjalankan usaha budidaya tanaman sagu;----------------------------------------
c. Menjalankan usaha industri pengolahan hasil hutan tanaman industri
dalam hutan tanaman sagu;--------------------------------------------------------------
d. Menjalankan usaha perdagangan hasil hutan tanaman industri dalam
hutan tanaman sagu.;----------------------------------------------------------------------
e. Menjalankan usaha pengusahaan hutan ;--------------------------------------------
f. Mendirikan perusahaan atau melakukan penyertaan pada perusahaan lain
untuk mendukung maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;---
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP tersebut semula berasal dari areal PT.
National Timber and Forest Product sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.353 / Menhut-II / 2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National
Timber and Forest Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua
puluh satu ribu enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;-------------------

Hal 4 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Dan kemudian menjadi areal Terdakwa PT. NSP berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.380/Menhut- II/2009 tanggal 25 Juni 2009
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.353/Menhut-II/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Pemberian Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri
Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National Timber And Forest
Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu
enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;-----------------------------------------
- Bahwa pada tahun 2011 terhadap luasan areal IUPHH-BK dalam Hutan
Tanaman (Sagu) Terdakwa PT. NSP seluas ± 21.620 hektar tersebut
dilakukan penataan batas temu gelang sebagaimana laporan TBT No. 1536,
sehingga luasan konsesi Terdakwa PT. NSP menjadi seluas 21.418 (dua
puluh satu ribu empat ratus delapan belas) hektar sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4 Februari 2013;---------
- Bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
jo Lampiran I huruf c Bidang Pertanian Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Amdal, yakni “jenis kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
adalah jenis kegiatan budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya skala / besaran ≥ 2000 ha”;--------------------------------------------
Dengan demikian Terdakwa PT. NSP yang bergerak di bidang Hutan
Tanaman Industri jenis Sagu dengan luas lahan lebih dari 2000 hektar yakni
seluas 21.418 hektar tersebut wajib memiliki AMDAL dan Izin Lingkungan.
Namun dalam melakukan kegiatannya Terdakwa PT. NSP menggunakan
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri Murni Sagu Milik atas nama PT. National Timber and Forest Product
yang disetujui dan disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen
Kehutanan dan Perkebunan untuk PT. National Timber and Forest Product
dengan surat Nomor 134/DJ-P/ANDAL/99 Tanggal 31 Agustus 1999. Dengan
kata lain, AMDAL PT. National Timber and Forest Product hanya untuk PT.
National Timber and Forest Product karena pemrakarsanya adalah PT.
National Timber and Forest Product.;------------------------------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak melakukan prakarsa untuk merevisi AMDAL
dari yang semula AMDAL PT. National Timber and Forest Product menjadi
AMDAL PT. NSP sendiri, karena sesungguhnya PT. NSP belum memiliki
AMDAL;--------------------------------------------------------------------------------------------
Hal 5 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
- Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan,
dalam melakukan pembukaan lahan harus mempersiapkan :
1. Sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan
atau lahan;-----------------------------------------------------------------------------------
2. Alat pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan;------------------------------
3. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan;------------------------------------------------------
4. Perangkat organisasi yang bertanggungjawab dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan;-----------------
5. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara
berkala;---------------------------------------------------------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, meliputi :
1. Peralatan tangan;--------------------------------------------------------------------------
2. Perlengkapan perorangan;--------------------------------------------------------------
3. Pompa air dan perlengkapannya;-----------------------------------------------------
4. Peralatan telekomunikasi;---------------------------------------------------------------
5. Pompa bertekanan tinggi;---------------------------------------------------------------
6. Peralatan mekanis;------------------------------------------------------------------------
7. Peralatan transportasi;-------------------------------------------------------------------
8. Peralatan logistik, medis dan Sarana Gedung;------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan
sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan ; pemilik izin pemanfaatan
hutan melakukan kegiatan :
1. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;-----------------------
2. Mengiventarisasi faktor penyebab kebakaran;-------------------------------------
3. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;--------------------------------------
4. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;-----------------------
5. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan, dan;----------------------
6. Membuat sekat bakar;--------------------------------------------------------------------
Penanggungjawab usaha juga wajib menyediakan :
a. Fasilitas dan peralatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi baik
untuk menyiapkan bahan-bahan maupun untuk menyajikan informasi
seperti audio visual (Komputer, kamera, radio, televisi, tape dan video
recorder, film projektor), sarana pusat informasi dan lain-lain, fasilitas dan
Hal 6 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
peralataan tersebut harus dimiliki oleh setiap Brigdalkarhut pada tiap
tingkatan;-------------------------------------------------------------------------------------
b. Fasilitas dan peralatan untuk peringatan dan pendeteksian kebakaran
seperti menara pengamat api dan perlengkapan pendukungnya misalnya
kompas, rang finder (penentu arah dan pengukur jarak), teropong, peta-
peta, stasiun penerima dan pengolah data dan informasi citra satelit,
global positioning system (GPS);------------------------------------------------------
- Bahwa pembukaan lahan dengan cara Land Clearing pada areal IUPHH-BK
Terdakwa PT. NSP dengan menyerahkan pekerjaan tersebut antara lain
kepada PT. Nuansa Pertiwi dan PT. Sumatera Multi Indah dimulai sejak bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2013 yang luas secara
keseluruhan yang sudah dilakukan land clearing lebih kurang 7.000 (tujuh
ribu) hektar dengan membuat petak-petak blok dan membuat parit/kanal
serta jalan disisi kanal dengan ukuran satu petak yaitu lebih kurang 1000
meter X 500 meter = 50 hektar, dengan cara melakukan imas tumbang
(secara manual/tebang pakai mesin potong maupun parang dan alat berat
berupa exavator) kemudian potongan kayu tersebut dirumpuk sesuai dengan
jalur rumpukan yang ditentukan selanjutnya untuk dapat dilakukan
penanaman sagu;-------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2014 sekira pukul 06.00 Wib saksi Suparno
(karyawan Terdakwa PT. NSP) mendapat telpon dari saksi Pandumaan
Siregar, SP., agar kembali ke lokasi PT. NSP untuk memadamkan api di
lokasi Blok J 26 dan K 26, sehingga saksi Suparno membawa 7 (tujuh) orang
anggota pemadam dari Blok XI dan XII dan 1 (satu) unit mesin air merek
Robin, namun setelah dilakukan upaya pemadaman, api tetap menyala pada
lokasi Blok J 26 dan semakin mendekat dengan areal tanaman sagu
masyarakat karena angin mengarah ke areal tanaman sagu masyarakat;------
- Bahwa pada tanggal 02 Februari 2014 sekira pukul 15.30 Wib saksi Reinhard
Simbolon, SP., (karyawan Terdakwa PT. NSP) bertemu dengan saksi
Padumaan Siregar, SP., di dermaga parit I yang menginformasikan di areal
PT. NSP tepatnya di Blok IX dan X terjadi kebakaran sambil menunjuk kearah
sumber asap dan setelah didekati oleh saksi Reinhard Simbolon, SP.,
ternyata sumber asap tersebut berada di Petak X8 areal PT. NSP, sehingga
saksi Reinhard Simbolon, SP., bersama beberapa orang karyawan Terdakwa
PT. NSP lainnya dengan menggunakan peralatan berupa ember, cangkul
dan parang berusaha memadamkan api ternyata tidak bisa dipadamkan.
Selanjutnya pada tanggal 03 Februari 2014 ternyata pada Petak U9, U10,
U11, U12, V8, V9, V10, V11, V12, V13, W8 dan X8 juga ditemukan adanya
kebakaran lahan;--------------------------------------------------------------------------------
Hal 7 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
- Oleh karena kebakaran diareal Terdakwa PT. NSP tersebut tidak dapat
dipadamkan maka pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 6 Maret 2014 areal
kebakaran sudah mencapai Petak N23, N22, N21, N20, N19, P22, P21, P20,
P19, O22, O21, O20, O19, dan upaya pemadaman berlangsung sampai
tanggal 11 Maret 2014 dengan menggunakan 2 (dua) unit mesin Robin
sehingga luas kebakaran lahan milik Terdakwa PT. NSP secara keseluruhan
lebih kurang 2.200 (dua ribu dua ratus) hektar;-----------------------------------------
- Bahwa meskipun upaya kegiatan pemadaman dilakukan pada lokasi-lokasi
kebakaran lahan diatas tetapi itu dilakukan ketika api hampir menuntaskan
tugasnya membakar lahan yang menyisakan abu dan arang yang menumpuk
pada lokasi telah terbakar yang relatif merata. Hal inilah yang memang
diharapkan Terdakwa PT. NSP agar supaya tidak timbul bagian-bagian yang
tidak terbakar yang nantinya justru akan merugikan karena merupakan
sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanamannya;------------------
- Bahwa terjadinya kebakaran diareal PT. NSP, dan kemudian api menjadi
tidak terkendali sehingga turut membakar areal kebun masyarakat yang
berada disekitar areal konsesinya, disebabkan karena Terdakwa PT. NSP
membiarkan tidak dilengkapinya syarat-syarat pencegahan untuk
menanggulangi kebakaran tersebut sebagaimana diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan Lahan, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
Tentang Perlindungan Hutan, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12
Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan;--------------------------------
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP dengan luas 21.418 (dua puluh satu ribu
empat ratus delapan belas) hektar tersebut dengan rincian sebagai berikut :
a. Tanaman sagu produktif seluas lebih kurang 4000 (empat ribu) hektar
dengan tahun tanam 1996 yaitu pada Blok I, II, III dan IV sesuai dengan
petak kerja dan areal tersebut yang terbakar yaitu Blok I seluas 200 (dua
ratus) hektar, Blok II seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok IV seluas
400 (empat ratus) hektar;----------------------------------------------------------------
b. Tanaman sagu yang harus ditanam ulang seluas 7000 (tujuh ribu) hektar
yaitu Blok V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan sebagian Blok XIII, areal
tersebut pada umumnya sudah ditanam tanaman sagu dengan tahun
tanam 2011-2013 setelah dilakukan imas tumbang dan land clearing
dengan luas yang terbakar lebih kurang 1.200. (seribu dua ratus) hektar
yaitu pada Blok VI dan Blok VII seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok X-
XII seluas 1000 (seribu) hektar;--------------------------------------------------------

Hal 8 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


c. Areal semak belukar seluas lebih kurang 3000 (tiga ribu) hektar yaitu Blok
XIV dan Blok XV, areal ini tidak ada yang terbakar;------------------------------
d. Areal yang berupa kawasan lindung seluas 2000 (dua ribu) hektar berupa
areal yang wajib dialokasikan sebesar 10 % dari luasan konsesi yang
diperuntukkan sebagai hutan penyangga, kawasan pelindung satwa dan
flora, areal ini tidak ada yang terbakar;-----------------------------------------------
e. Tanaman kehidupan, tanaman unggulan setempat dan sarana dan
prasarana seluas 5000 (lima ribu) hektar dengan rincian yang sudah
ditanam sagu seluas 70 (tujuh puluh) hektar sedangkan yang terbakar
lebih kurang 1 (satu) hektar;------------------------------------------------------------
f. Sarana dan prasarana meliputi sekat bakar berupa reparian dengan
kondisi hutan yang luasnya 550 (lima ratus lima puluh) hektar, dan yang
terbakar lebih kurang 130 (seratus tiga puluh) hektar;---------------------------
- Bahwa pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 10 Maret 2014 Tim Penyidik
dari Dit Reskrimsus Polda Riau dengan didampingi oleh ahli kebakaran hutan
dan lahan Prof. DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., ahli perusakan
lingkungan melalui pembakaran DR. Ir. Basuki Wasis, M.Si., ahli kehutanan
dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Meranti Kaselan, S.Hut., yang
turut dihadiri oleh yang mewakili dari Terdakwa PT. NSP (Setyo Budi Utomo),
telah dilakukan pengambilan sampel tanah bekas terbakar di lahan Terdakwa
PT. NSP, sebagaimana Berita Acara Pengambilan Sampel tanggal 11 Maret
2014. Pengambilan sampel dilakukan sesuai titik koordinat yang telah diambil
dengan menggunakan alat Global Position System (GPS) oleh Kaselan,
S.Hut;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan Prof.
DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., tanggal 7 April 2014, dari hasil
analisa Laboratorium yang dilakukan terhadap barang bukti/sampel berupa
tanah gambut bekas terbakar, arang bekas terbakar, abu hasil pembakaran,
bahan bakar bekas terbakar, tanah tidak terganggu terbakar, tanah tidak
terbakar di hutan alam, umbi bibit tanaman sagu di areal bekas terbakar dan
fakta-fakta yang dikumpulkan dilapangan dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi pembakaran dengan sengaja dan sistimatis di konsesi Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu PT. NSP dengan alasan sebagai
berikut :

a. Berdasarkan pengamatan lapangan khususnya pada areal yang


disampling ditemukan areal yang telah terbakar nyaris sempurna karena
seluruh areal terbakar dan menghitam akibat permukaannya ditutupi oleh
arang bekas kebakaran, pada areal bekas terbakar tersebut ditemukan
Hal 9 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
pula telah ditanam sagu khususnya pada lokasi tanaman sagu belum
produktif. Kebakaran yang terjadi dapat dinyatakan nyaris sempurna
karena tampak tidak ada upaya untuk menahan laju api yaitu melalui
tindakan pemadaman bahkan tampak dibiarkan;-----------------------------------
b. Berdasarkan data hotspot (titik panas) yang berhasil terdeteksi khususnya
pada priode waktu 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 pada petak-
petak bekas terbakar tersebut tampak berkelompok dan terjadi pada
priode dan blok-blok tertentu saja. Hasil analisa data hotspot modis (Terra
Aqua) memastikan bahwa titik hotspot yang terdeteksi tersebut benar titik
api artinya memang benar telah terjadi kebakaran. Hal tersebut
menegaskan kembali bahwa seluruh titik api yang terdeteksi di PT. NSP
berasal dari dalam kawasan yaitu terdapat di dalam IUPHHBK-HTI
Tanaman Sagu PT. NSP;------------------------------------------------------------------
c. Pergerakan hotspot yang terus bergerak dari hari ke hari baik yang
melanjutkan hotspot hari sebelumnya maupun timbulnya hotspot baru
dilain petak memastikan bahwa upaya pengendalian kebakaran yang
dilakukan oleh PT. NSP nyaris hampir tidak dilakukan, kalaupun dilakukan
itu diduga dilakukan ketika api akan menuntaskan tugasnya
menghanguskan isi petak tersebut, hal itu terjadi karena sarana dan
prasarana pengendalian kebakaran seperti early warning system, early
detection system, system komunikasi, peralatan pemadaman, personil
pemadaman tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan sesuai
peruntukkannya, hal tersebut didukung pula oleh alat transportasi, akses
jalan yang tidak memadai sehingga upaya pengendalian nyaris tidak
dilakukan dan akhirnya dibiarkan;-------------------------------------------------------
d. Sebagian besar tanaman yang tidak produktif yang telah terbakar adalah
tanaman sagu muda dan daerah yang sedang di land clering artinya petak-
petak tanaman tersebut sesungguhnya dalam keadaan sensitif terhadap
ancaman kemungkinan terjadinya kebakaran yang disebabkan baik oleh
karena kesengajaan maupun akibat kelalaian, dan oleh karena itu maka
sudah sepantasnya petak-petak tersebut mendapatkan perlindungan yang
optimal oleh perusahaan dari ancaman bahaya kebakaran selama potensi
terjadinya kebakaran cukup tinggi;------------------------------------------------------
e. Fakta lapangan memastikan bahwa tanaman sagu yang telah terbakar
terbukti hidup kembali baik pada petak-petak tanaman sagu yang belum
produktif yang telah terbakar maupun pada petak-petak tanaman sagu
yang produktif yang juga telah terbakar. Khususnya pada petak-petak
tanaman sagu yang produktif yang telah terbakar menunjukkan bahwa

Hal 10 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


daun/pelepah tanaman sagu telah ditebas/di potong sebelum kebakaran
terjadi;------------------------------------------------------------------------------------------
f. Ditemukan badan jalan yang tidak terbakar meskipun blok yang berada
disebelah kiri-kanan badan jalan tersebut telah terbakar dengan merata, ini
menunjukkan bahwa kebakaran tidak bergerak bebas seperti layaknya api
yang menjalar bebas;-----------------------------------------------------------------------
g. Terjadinya penumpukan abu dan arang pada lokasi telah terbakar yang
relatif merata, hal ini memang yang diharapkan agar supaya tidak timbul
bagian-bagian yang tidak terbakar yang nantinya justru akan merugikan
karena merupakan sarang hama dan penyakit yang akan menyerang
tanamannya, kebakaran yang terjadi seperti ini tidak mungkin terjadi bila
kebakarannya adalah kebakaran normal, hanya kebakaran yang
dikendalikan dan dibiarkan berlangsung hingga usailah yang ditargetkan
karena mempunyai tujuan tertentu dibalik pembakaran tersebut;--------------
h. Dari hasil pengamatan (Investigasi) yang dilakukan dilokasi IUPHHBK- HTI
PT. NSP yang terletak di konsesi izin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu PT. NSP di Kepulauan Meranti Provinsi Riau pada tanggal 9
maret, 10 maret dan 22 maret 2014 menunjukkan memang penyiapan
lahan dengan pembakaran sengaja dilakukan, hal tersebut dilapangan
terlihat dengan jelas dimana areal terbakar penuh dengan arang dan abu
hasil pembakaran dan masih menghitam pada log yang membakar.
Kebakaran hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, hal ini
dilakukan selain untuk memudahkan dalam melakukan
pekerjaan/pengolahan lahan berikutnya juga untuk mendapatkan abu hasil
pembakaran yang kaya mineral yang dapat berfungsi sebagai pengganti
pupuk sementara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman;----------------
i. Areal land clearing yang terbakar pada umumnya pada bagian rumpukan
bekas steking yang menjadi salah satu bahan bakar terjadinya kebakaran
tersebut;----------------------------------------------------------------------------------------
j. Diareal bekas terbakar tersebut tidak ditemukan adanya tower pemantau
api sebagai sarana dan prasarana deteksi dini pengendalian kebakaran.
Akibat dari tidak bekerjanya early warning system dan early detection
system yang didukung oleh tidak tersedianya sarana dan prasarana
pendukung sistem tersebut bekerja serta didukung pula oleh sarana
pendukung lainnya termasuk personil dan struktur organisasi yang jelas
dan operasional, disokong pula oleh akses jalan dan sarana transportasi
yang tidak memadai membuat upaya pengendalian kebakaran di PT. NSP
menjadi tumpul atau dapat dikatakan nyaris tidak dilakukan bahkan
dibiarkan. Hal ini terbukti ketika verifikasi lapangan dilakukan dan diketahui
Hal 11 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
terdapat kebakaran pada berbagai lokasi, namun upaya pengendalian
khususnya pemadaman tidak dilakukan, meskipun air tersedia cukup
banyak di dalam kanal yang bersebelahan dengan petak yang sedang
terbakar;----------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dengan menggunakan data hotspot
dari satelit Modis (Terra Aqua) maka petak yang telah terbakar di areal PT.
NSP pada priode 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 adalah sebagai
berikut : Pada petak tanaman sagu belum produktif meliputi : Petak X5,
X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, Y10, Y11, Y12, Y13, W5, W6, W7,
W8, W9, W10, W11, W12, W13, V5, V6, V7, V8, V9, V10, V11, V12, V13,
U5, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, sementara untuk petak tanaman
produktif meliputi Petak P17, P19, P20, P21, P22, Q17, Q18, Q19, Q20,
Q21, Q22, N19, N20, N21, N22, K25, K26, J25, J26, H28, H29, H30, G28,
G29, G30;--------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa dalam rangka pemulihan lahan gambut yang rusak akibat
kebakaran lahan diareal IUPHHBK-HTI Tanaman Sagu PT NSP. Seluas
3.000 Ha melalui pemberian kompos, serta biaya yang harus dikeluarkan
untuk memfungsikan faktor ekologis yang hilang maka dibutuhkan biaya
sebesar Rp.1. 046.018.923.000,- (Satu Trilyun Empat Puluh Enam Milyar
Delapan Belas Juta Sembilan Ratus Dua puluh Tiga Ribu Rupiah).
- Bahwa dari kegiatan pembukaan lahan di areal konsesi PT. NSP tempat
terjadinya kebakaran, Terdakwa PT. NSP sengaja membiarkan terjadinya
kebakaran pada petak-petak yang terbakar dan tidak mempunyai itikad baik
dalam melindungi areal kegiatan usaha dari ancaman bahaya kebakaran,
karena kebakaran tersebut sesungguhnya memang diharapkan dalam
rangka penyiapan lahan;----------------------------------------------------------------------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 108 jo Pasal 69 ayat (1) huruf h jo Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-
Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;----------------------------------------------------------------------------------

SUBSIDIAIR
---------Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA, sebagai Badan Usaha
yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian, perdagangan dan
pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10 Maret
2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn., yang berkedudukan di
Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-
AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan Badan
Hal 12 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor : 35
Tanggal 26 Desember 2013 yang telah mendapat pengesahan Menteri Hukum
dan HAM RI No. : AHU-AH 01.10-08917 tanggal 06 Maret 2014, dan Perubahan
Terakhir dengan Akta Nomor : 20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
Tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., berkedudukan di Jakarta Selatan, pada hari yang tidak dapat
ditentukan lagi secara pasti sekira tanggal 30 Januari 2014 sampai dengan
pertengahan bulan Maret tahun 2014 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu
lain masih dalam tahun 2014, bertempat di lahan areal IUPHH-BK (Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
SK.77/Menhut-II/2013 Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Penetapan Batas Areal
Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA
Seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus delapan belas) Hektar di
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau tepatnya pada Petak K 26, K 25, K
24, J 26, J 25, Petak X 8, Y 13, Blok IX, X, XI dan XII, Petak A 36, Blok IV dan
VI, Blok 1 Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa
Lukun, Desa Tanjung Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing Tinggi
Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti atau setidak-tidaknya pada tempat-
tempat lain di mana Pengadilan Negeri Bengkalis berwenang mengadilinya,
dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku
mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup. Perbuatan tersebut Terdakwa lakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :
- Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT. NSP), sebagai Badan
Usaha yang bergerak di bidang usaha Pertanian, Perindustrian,
Perdagangan, Pengangkutan Darat berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10
Maret 2009 yang dibuat dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan yang sudah mendapat pengesahan badan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07
April 2009 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan dengan susunan
pengurus perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Soenarijo,
Direktur Hadi Antono dan Komisaris Utama Heriyanto;-------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP melakukan perubahan Angaran Dasar
berdasarkan ; Akta Nomor : 54 tanggal 13 April 2010 yang dibuat dihadapan
Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 16 tanggal 10 Mei 2010 yang
Hal 13 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 71 tanggal
26 Juli 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta
Nomor : 24 tanggal 7 September 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA
MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 108 tanggal 18 Mei 2011 yang dibuat
dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 29 tanggal 04
Februari 2013 yang dibuat dihadapan Notaris TINTIN SURTINI, SH. MH.
MKn., Akta Nomor : 35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG, SH.,MKn., Akta Nomor : 31 tanggal 14 Maret 2014
yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., Akta Nomor : 9
tanggal 16 Juni 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH.
MKn., Akta Nomor : 20 tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG, SH. MKn. Sedangkan perubahan susunan Direksi dan
Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12 tanggal 26 Agustus
2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., yang
berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan susunan pengurus Perseroan
sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan Bona
Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin, dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih;-----------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Akta Nomor : 71 tertanggal 26 Juli 2010 Terdakwa PT.
NSP mendirikan Cabang Perseroan di Selat Panjang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau. Kegiatan usaha Kantor Cabang melakukan segala
kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat, dengan maksud dan tujuan :
a. Menjalankan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan
tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu).
b. Menjalankan usaha budidaya tanaman sagu.
c. Menjalankan usaha industri pengolahan hasil hutan tanaman industri
dalam hutan tanaman sagu.
d. Menjalankan usaha perdagangan hasil hutan tanaman industri dalam
hutan tanaman sagu.
e. Menjalankan usaha pengusahaan hutan.
f. Mendirikan perusahaan atau melakukan penyertaan pada perusahaan lain
untuk mendukung maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan.
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP tersebut semula berasal dari areal PT.
National Timber and Forest Product sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National
Timber and Forest Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua
puluh satu ribu enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau.
Hal 14 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Dan kemudian menjadi areal Terdakwa PT. NSP berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.380/Menhut- II/2009 Tanggal 25 Juni 2009
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang Pemberian Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri
Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National Timber And Forest
Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu
enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau.
- Bahwa pada tahun 2011 terhadap luasan areal IUPHH-BK dalam Hutan
Tanaman (Sagu) Terdakwa PT. NSP seluas ± 21.620 hektar tersebut
dilakukan penataan batas temu gelang sebagaimana laporan TBT No. 1536,
sehingga luasan konsesi Terdakwa PT. NSP menjadi seluas 21.418 (dua
puluh satu ribu empat ratus delapan belas) hektar sesuai Keputusan Menteri
Kehutanan RI No. : SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4 Februari 2013.
- Bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
jo Lampiran I huruf c Bidang Pertanian Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Amdal, yakni “jenis kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
adalah jenis kegiatan budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya skala / besaran ≥ 2000 ha”.

Dengan demikian Terdakwa PT. NSP yang bergerak di bidang Hutan


Tanaman Industri jenis Sagu dengan luas lahan lebih dari 2000 hektar yakni
seluas 21.418 hektar tersebut wajib memiliki AMDAL dan Izin Lingkungan.
Namun dalam melakukan kegiatannya Terdakwa PT. NSP menggunakan
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri Murni Sagu Milik atas nama PT. National Timber and Forest Product
yang disetujui dan disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen
Kehutanan dan Perkebunan untuk PT. National Timber and Forest Product
dengan surat Nomor : 134/DJ-P/ANDAL/99 Tanggal 31 Agustus 1999.
Dengan kata lain, AMDAL PT. National Timber and Forest Product hanya
untuk PT. National Timber and Forest Product karena pemrakarsanya adalah
PT. National Timber and Forest Product.
- Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak melakukan prakarsa untuk merevisi AMDAL
dari yang semula AMDAL PT. National Timber and Forest Product menjadi

Hal 15 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


AMDAL PT. NSP sendiri, karena sesungguhnya PT. NSP belum memiliki
AMDAL.
- Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan,
dalam melakukan pembukaan lahan harus mempersiapkan :
1. Sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan.
2. Alat pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan.
3. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan.
4. Perangkat organisasi yang bertanggungjawab dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan.
5. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara
berkala.
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : 12
Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, meliputi :
1. Peralatan tangan.
2. Perlengkapan perorangan.
3. Pompa air dan perlengkapannya.
4. Peralatan telekomunikasi,
5. Pompa bertekanan tinggi,
6. Peralatan mekanis,
7. Peralatan transportasi,
8. Peralatan logistik, medis dan Sarana Gedung.
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor : 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan ; pemilik izin
pemanfaatan hutan melakukan kegiatan :
1. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;--------------------------
2. Mengiventarisasi faktor penyebab kebakaran;---------------------------------------
3. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;----------------------------------------
4. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;-------------------------
5. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan, dan ;----------------------
6. Membuat sekat bakar;----------------------------------------------------------------------
Penanggungjawab usaha juga wajib menyediakan :
a. Fasilitas dan peralatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi baik
untuk menyiapkan bahan-bahan maupun untuk menyajikan informasi
Hal 16 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
seperti audio visual (Komputer, kamera, radio, televisi, tape dan video
recorder, film projektor), sarana pusat informasi dan lain-lain, fasilitas dan
peralataan tersebut harus dimiliki oleh setiap Brigdalkarhut pada tiap
tingkatan;--------------------------------------------------------------------------------------
b. Fasilitas dan peralatan untuk peringatan dan pendeteksian kebakaran
seperti menara pengamat api dan perlengkapan pendukungnya misalnya
kompas, rang finder (penentu arah dan pengukur jarak), teropong, peta-
peta, stasiun penerima dan pengolah data dan informasi citra satelit, global
positioning system (GPS);-----------------------------------------------------------------
- Bahwa pembukaan lahan dengan cara land clearing pada areal IUPHH-BK
Terdakwa PT. NSP dengan menyerahkan pekerjaan tersebut antara lain
kepada PT. Nuansa Pertiwi dan PT. Sumatera Multi Indah dimulai sejak bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2013 yang luas secara
keseluruhan yang sudah dilakukan land clearing lebih kurang 7.000 (tujuh
ribu) hektar dengan membuat petak-petak blok dan membuat parit/kanal
serta jalan disisi kanal dengan ukuran satu petak yaitu lebih kurang 1000
meter X 500 meter = 50 hektar, dengan cara melakukan imas tumbang
(secara manual/tebang pakai mesin potong maupun parang dan alat berat
berupa exavator) kemudian potongan kayu tersebut dirumpuk sesuai dengan
jalur rumpukan yang ditentukan selanjutnya untuk dapat dilakukan
penanaman sagu;-------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2014 sekira pukul 06.00 Wib saksi Suparno
(karyawan Terdakwa PT. NSP) mendapat telpon dari saksi Pandumaan
Siregar, SP., agar kembali ke lokasi PT. NSP untuk memadamkan api di
lokasi Blok J 26 dan K 26, sehingga saksi Suparno membawa 7 (tujuh) orang
anggota pemadam dari Blok XI dan XII dan 1 (satu) unit mesin air merek
Robin, namun setelah dilakukan upaya pemadaman, api tetap menyala pada
lokasi Blok J 26 dan semakin mendekat dengan areal tanaman sagu
masyarakat karena angin mengarah ke areal tanaman sagu masyarakat;------
- Bahwa pada tanggal 02 Februari 2014 sekira pukul 15.30 Wib saksi Reinhard
Simbolon, SP., (karyawan Terdakwa PT. NSP) bertemu dengan saksi
Padumaan Siregar, SP., di dermaga parit I yang menginformasikan di areal
PT. NSP tepatnya di Blok IX dan X terjadi kebakaran sambil menunjuk kearah
sumber asap dan setelah didekati oleh saksi Reinhard Simbolon, SP.,
ternyata sumber asap tersebut berada di Petak X8 areal PT. NSP, sehingga
saksi Reinhard Simbolon, SP., bersama beberapa orang karyawan Terdakwa
PT. NSP lainnya dengan menggunakan peralatan berupa ember, cangkul
dan parang berusaha memadamkan api ternyata tidak bisa dipadamkan.
Selanjutnya pada tanggal 03 Februari 2014 ternyata Petak U9, U10, U11,
Hal 17 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
U12, V8, V9, V10, V11, V12, V13, W8 dan X8 juga ditemukan adanya
kebakaran lahan;--------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa oleh karena kebakaran diareal Terdakwa PT. NSP tersebut tidak
dapat dipadamkan maka pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 6 Maret
2014 areal kebakaran sudah mencapai Petak N23, N22, N21, N20, N19, P22,
P21, P20, P19, O22, O21, O20, O19, dan upaya pemadaman berlangsung
sampai tanggal 11 Maret 2014 dengan menggunakan 2 (dua) unit mesin
Robin sehingga luas kebakaran lahan milik Terdakwa PT. NSP secara
keseluruhan lebih kurang 2.200 (dua ribu dua ratus) hektar;------------------------
- Bahwa meskipun upaya kegiatan pemadaman dilakukan pada lokasi-lokasi
kebakaran lahan diatas tetapi itu dilakukan ketika api hampir menuntaskan
tugasnya membakar lahan yang menyisakan abu dan arang yang menumpuk
pada lokasi telah terbakar yang relatif merata. Hal inilah yang memang
diharapkan Terdakwa PT. NSP agar supaya tidak timbul bagian-bagian yang
tidak terbakar yang nantinya justru akan merugikan karena merupakan
sarang hama dan penyakit yang akan menyerang tanamannya;-------------------
- Bahwa terjadinya kebakaran diareal PT. NSP, dan kemudian api menjadi
tidak terkendali sehingga turut membakar areal kebun masyarakat yang
berada disekitar areal konsesinya, disebabkan karena Terdakwa PT. NSP
membiarkan tidak dilengkapinya syarat-syarat pencegahan untuk
menanggulangi kebakaran tersebut sebagaimana diamanatkan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan
Kebakaran Hutan dan Lahan, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004
Tentang Perlindungan Hutan, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12
Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan;--------------------------------
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP dengan luas 21.418 hektar tersebut dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tanaman sagu produktif seluas lebih kurang 4000 (empat ribu) hektar
dengan tahun tanam 1996 yaitu pada Blok I, II, III dan IV sesuai dengan
petak kerja dan areal tersebut yang terbakar yaitu Blok I seluas 200 (dua
ratus) hektar, Blok II seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok IV seluas 400
(empat ratus) hektar;------------------------------------------------------------------------
b. Tanaman sagu yang harus ditanam ulang seluas 7000 (tujuh ribu) hektar
yaitu Blok V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan sebagian Blok XIII, areal
tersebut pada umumnya sudah ditanam tanaman sagu dengan tahun
tanam 2011-2013 setelah dilakukan imas tumbang dan land clearing
dengan luas yang terbakar lebih kurang 1.200. (seribu dua ratus) hektar

Hal 18 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


yaitu pada Blok VI dan Blok VII seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok X-
XII seluas 1000 (seribu) hektar;----------------------------------------------------------
c. Areal semak belukar seluas lebih kurang 3000 (tiga ribu) hektar yaitu Blok
XIV dan Blok XV, areal ini tidak ada yang terbakar;--------------------------------
d. Areal yang berupa kawasan lindung seluas 2000 (dua ribu) hektar berupa
areal yang wajib dialokasikan sebesar 10 % dari luasan konsesi yang
diperuntukkan sebagai hutan penyangga, kawasan pelindung satwa dan
flora, areal ini tidak ada yang terbakar;------------------------------------------------
e. Tanaman kehidupan, tanaman unggulan setempat dan sarana dan
prasarana seluas 5000 (lima ribu) hektar dengan rincian yang sudah
ditanam sagu seluas 70 (tujuh puluh) hektar sedangkan yang terbakar
lebih kurang 1 (satu) hektar;--------------------------------------------------------------
f. Sarana dan prasarana meliputi sekat bakar berupa reparian dengan
kondisi hutan yang luasnya 550 (lima ratus lima puluh) hektar, dan yang
terbakar lebih kurang 130 (seratus tiga puluh) hektar;-----------------------------
- Bahwa pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 10 Maret 2014 Tim Penyidik
dari Dit Reskrimsus Polda Riau dengan didampingi oleh ahli kebakaran hutan
dan lahan Prof. DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., ahli perusakan
lingkungan melalui pembakaran DR. Ir. Basuki Wasis, M.Si., ahli kehutanan
dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Meranti Kaselan, S.Hut., yang
turut dihadiri oleh yang mewakili dari Terdakwa PT. NSP (Setyo Budi Utomo),
telah dilakukan pengambilan sampel tanah bekas terbakar di lahan Terdakwa
PT. NSP sebagaimana Berita Acara Pengambilan Sampel tanggal 11 Maret
2014. Pengambilan sampel dilakukan sesuai titik koordinat yang telah diambil
dengan menggunakan alat Global Position System (GPS) oleh Kaselan,
S.Hut;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan Prof.
DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., tanggal 7 April 2014, dari hasil
analisa Laboratorium yang dilakukan terhadap barang bukti/sampel berupa
tanah gambut bekas terbakar, arang bekas terbakar, abu hasil pembakaran,
bahan bakar bekas terbakar, tanah tidak terganggu terbakar, tanah tidak
terbakar di hutan alam, umbi bibit tanaman sagu di areal bekas terbakar dan
fakta-fakta yang dikumpulkan dilapangan dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi pembakaran dengan sengaja dan sistimatis di konsesi Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu PT. NSP dengan alasan sebagai
berikut :
a. Berdasarkan pengamatan lapangan khususnya pada areal yang
disampling ditemukan areal yang telah terbakar nyaris sempurna karena
seluruh areal terbakar dan menghitam akibat permukaannya ditutupi oleh
Hal 19 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
arang bekas kebakaran, pada areal bekas terbakar tersebut ditemukan
pula telah ditanam sagu khususnya pada lokasi tanaman sagu belum
produktif. Kebakaran yang terjadi dapat dinyatakan nyaris sempurna
karena tampak tidak ada upaya untuk menahan laju api yaitu melalui
tindakan pemadaman bahkan tampak dibiarkan;-----------------------------------
b. Berdasarkan data hotspot (titik panas) yang berhasil terdeteksi khususnya
pada priode waktu 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 pada petak-
petak bekas terbakar tersebut tampak berkelompok dan terjadi pada
priode dan blok-blok tertentu saja. Hasil analisa data hotspot modis (Terra
Aqua) memastikan bahwa titik hotspot yang terdeteksi tersebut benar titik
api artinya memang benar telah terjadi kebakaran. Hal tersebut
menegaskan kembali bahwa seluruh titik api yang terdeteksi di PT. NSP
berasal dari dalam kawasan yaitu terdapat di dalam IUPHHBK-HTI
Tanaman Sagu PT. NSP;------------------------------------------------------------------
c. Pergerakan hotspot yang terus bergerak dari hari ke hari baik yang
melanjutkan hotspot hari sebelumnya maupun timbulnya hotspot baru
dilain petak memastikan bahwa upaya pengendalian kebakaran yang
dilakukan oleh PT. NSP nyaris hampir tidak dilakukan, kalaupun dilakukan
itu diduga dilakukan ketika api akan menuntaskan tugasnya
menghanguskan isi petak tersebut, hal itu terjadi karena sarana dan
prasarana pengendalian kebakaran seperti early warning system, early
detection system, system komunikasi, peralatan pemadaman, personil
pemadaman tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan sesuai
peruntukkannya, hal tersebut didukung pula oleh alat transportasi, akses
jalan yang tidak memadai sehingga upaya pengendalian nyaris tidak
dilakukan dan akhirnya dibiarkan;-------------------------------------------------------
d. Sebagian besar tanaman yang tidak produktif yang telah terbakar adalah
tanaman sagu muda dan daerah yang sedang di land clering artinya petak-
petak tanaman tersebut sesungguhnya dalam keadaan sensitif terhadap
ancaman kemungkinan terjadinya kebakaran yang disebabkan baik oleh
karena kesengajaan maupun akibat kelalaian, dan oleh karena itu maka
sudah sepantasnya petak-petak tersebut mendapatkan perlindungan yang
optimal oleh perusahaan dari ancaman bahaya kebakaran selama potensi
terjadinya kebakaran cukup tinggi;------------------------------------------------------
e. Fakta lapangan memastikan bahwa tanaman sagu yang telah terbakar
terbukti hidup kembali baik pada petak-petak tanaman sagu yang belum
produktif yang telah terbakar maupun pada petak-petak tanaman sagu
yang produktif yang juga telah terbakar. Khususnya pada petak-petak
tanaman sagu yang produktif yang telah terbakar menunjukkan bahwa
Hal 20 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
daun/pelepah tanaman sagu telah ditebas/di potong sebelum kebakaran
terjadi;------------------------------------------------------------------------------------------
f. Ditemukan badan jalan yang tidak terbakar meskipun blok yang berada
disebelah kiri-kanan badan jalan tersebut telah terbakar dengan merata, ini
menunjukkan bahwa kebakaran tidak bergerak bebas seperti layaknya api
yang menjalar bebas;-----------------------------------------------------------------------
g. Terjadinya penumpukan abu dan arang pada lokasi telah terbakar yang
relatif merata, hal ini memang yang diharapkan agar supaya tidak timbul
bagian-bagian yang tidak terbakar yang nantinya justru akan merugikan
karena merupakan sarang hama dan penyakit yang akan menyerang
tanamannya, kebakaran yang terjadi seperti ini tidak mungkin terjadi bila
kebakarannya adalah kebakaran normal, hanya kebakaran yang
dikendalikan dan dibiarkan berlangsung hingga usailah yang ditargetkan
karena mempunyai tujuan tertentu dibalik pembakaran tersebut;--------------
h. Dari hasil pengamatan (Investigasi) yang dilakukan dilokasi IUPHHBK- HTI
PT. NSP yang terletak di konsesi izin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu PT. NSP di Kepulauan Meranti Provinsi Riau pada tanggal 9
maret, 10 maret dan 22 maret 2014 menunjukkan memang penyiapan
lahan dengan pembakaran sengaja dilakukan, hal tersebut dilapangan
terlihat dengan jelas dimana areal terbakar penuh dengan arang dan abu
hasil pembakaran dan masih menghitam pada log yang membakar.
Kebakaran hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, hal ini
dilakukan selain untuk memudahkan dalam melakukan
pekerjaan/pengolahan lahan berikutnya juga untuk mendapatkan abu hasil
pembakaran yang kaya mineral yang dapat berfungsi sebagai pengganti
pupuk sementara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman;---------------
i. Areal land clearing yang terbakar pada umumnya pada bagian rumpukan
bekas steking yang menjadi salah satu bahan bakar terjadinya kebakaran
tersebut;----------------------------------------------------------------------------------------
j. Diareal bekas terbakar tersebut tidak ditemukan adanya tower pemantau
api sebagai sarana dan prasarana deteksi dini pengendalian kebakaran.
Akibat dari tidak bekerjanya early warning system dan early detection
system yang didukung oleh tidak tersedianya sarana dan prasarana
pendukung sistem tersebut bekerja serta didukung pula oleh sarana
pendukung lainnya termasuk personil dan struktur organisasi yang jelas
dan operasional, disokong pula oleh akses jalan dan sarana transportasi
yang tidak memadai membuat upaya pengendalian kebakaran di PT. NSP
menjadi tumpul atau dapat dikatakan nyaris tidak dilakukan bahkan
dibiarkan. Hal ini terbukti ketika verifikasi lapangan dilakukan dan diketahui
Hal 21 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
terdapat kebakaran pada berbagai lokasi, namun upaya pengendalian
khususnya pemadaman tidak dilakukan, meskipun air tersedia cukup
banyak di dalam kanal yang bersebelahan dengan petak yang sedang
terbakar;----------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dengan menggunakan data hotspot
dari satelit Modis (Terra Aqua) maka petak yang telah terbakar di areal PT.
NSP pada priode 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 adalah sebagai
berikut : Pada petak tanaman sagu belum produktif meliputi : Petak X5,
X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, Y10, Y11, Y12, Y13, W5, W6, W7,
W8, W9, W10, W11, W12, W13, V5, V6, V7, V8, V9, V10, V11, V12, V13,
U5, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, sementara untuk petak tanaman
produktif meliputi Petak P17, P19, P20, P21, P22, Q17, Q18, Q19, Q20,
Q21, Q22, N19, N20, N21, N22, K25, K26, J25, J26, H28, H29, H30, G28,
G29, G30 dan terhadap petak-petak terbakar tersebut telah merusak
lapisan permukaan gambut dengan tebal rata-rata 5-10 cm sehingga
3.000.000 m3 terbakar dan tidak kembali lagi sehingga akan menganggu
keseimbangan ekosistem dilahan bekas terbakar tersebut;----------------------
Bahwa akibat terjadinya kebakaran baik pada petak-petak yang belum
produktif maupun yang sudah produktif maka telah dilepaskan gas-gas
rumah kaca sebagai berikut, yaitu 27.000 ton Karbon, 9.450 ton C02,
98.28 ton CH4, 43.47 ton NOX, 120, 96 ton NH3, 100.17 ton O3, 1748.25
ton CO serta 2.100 ton partikel. Seluruh gas rumah kaca ini telah
menambah akumulasi gas rumah kaca sebelumnya, serta bila
dibandingkan dengan baku mutu gas yang ada tersebut terbukti telah
melewati batas ambang sehingga akibatnya adalah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan yang tidak dapat dicegah dan ini tentu saja
membahayakan lingkungan dan manusia serta makhluk hidup lainnya;----
Bahwa dalam rangka pemulihan lahan gambut yang rusak akibat
kebakaran lahan diareal IUPHHBK-HTI Tanaman Sagu PT NSP. Seluas
3.000 Ha melalui pemberian kompos, serta biaya yang harus dikeluarkan
untuk memfungsikan faktor ekologis yang hilang maka dibutuhkan biaya
sebesar Rp.1. 046.018.923.000,- (Satu Trilyun Empat Puluh Enam Milyar
Delapan Belas Juta Sembilan Ratus Dua puluh Tiga Ribu Rupiah);-----------
- Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Perusakan Lingkungan Melalui
Pembakaran dari Fakultas Kehutanan IPB. DR. Ir. Basuki Wasis, M.SI.
tertanggal 21 April 2014, sesuai dengan kegiatan investigasi yang dilakukan
dilahan dan hutan PT NSP Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau pada
tanggal 9 – 10 Maret 2014 dan pada tanggal 22 Maret 2014, telah diambil
sampel tanah di areal kebakaran pada lahan areal Terdakwa PT. NSP, yang
Hal 22 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
dianalisa di Laboratorium Pengaruh Hutan Bagian Ekologi Hutan Departemen
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, ditarik suatu kesimpulan :
- Hasil pengamatan lapangan dan analisa sampel tanah di laboratorium
menunjukan bahwa memang benar pada lokasi penelitian memang TELAH
TERJADI PERUSAKAN TANAH dan LINGKUNGAN akibat kebakaran
hutan dan lahan di PT. National Sago Prima;------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah telah terbakar dan terjadi
kerusakan lingkungan sifat kimia tanah karena telah masuk kriteria baku
kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk parameter subsidence pH tanah,
C organic, dan nitrogen tanah;---------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah telah terbakar dan terjadi
kerusakan lingkungan sifat biologi tanah karena telah masuk kriteria baku
kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk total mikroorganisme, total
fungsi dan respirasi tanah;--------------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa memang tanah telah terbakar dan
telah terjadi kerusakan lingkungan sifat fisik tanah, karena telah masuk
kriteria baku kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk porositas dan bobot
isi tanah;-------------------------------------------------------------------------------------------
- Hasil pengamatan lapangan dan analisa vegetasi dan fauna (biota tanah)
menunjukkan bahwa memang tanah tersebut terbakar dan telah terjadi
kerusakan lingkungan aspek flora dan fauna karena telah masuk kriteria
baku kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk keragaman spesies dan
populasi;-------------------------------------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa memang tanah tersebut dibakar hal
tersebut ditunjukan terjadinya peningkatan kadar Ca, dan Mg tanah;-------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP sengaja membiarkan terjadinya kebakaran pada
petak-petak yang terbakar tersebut dan tidak melindungi areal kegiatan
usaha dari ancaman bahaya kebakaran sehingga kebakaran yang terjadi di
lahan areal IUPHH-BK PT. NSP telah mengakibatkan terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2001 tentang
Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang
Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan;---------------------------------------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 98 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik
Indonesia Nomor : 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;----------------------------------------------------------------------------------

LEBIH SUBSIDIAIR.
Hal 23 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
---------Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA, sebagai Badan Usaha
yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian, perdagangan dan
pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10 Maret
2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn., yang berkedudukan di
Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-
AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor : 35
Tanggal 26 Desember 2013 yang telah mendapat pengesahan Menteri Hukum
dan HAM RI No. : AHU-AH 01.10-08917, tanggal 06 Maret 2014 dan perubahan
terakhir dengan Akta 20 Tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan perubahan susunan
Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12 Tanggal 26
Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan, pada hari yang tidak dapat ditentukan lagi
secara pasti sekira tanggal 30 Januari 2014 sampai dengan pertengahan bulan
Maret tahun 2014 atau setidak tidaknya pada waktu-waktu lain masih dalam
tahun 2014, bertempat di lahan areal IUPHH-BK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.77/Menhut-
II/2013 Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Penetapan Batas Areal Kerja Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHH-BK) Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA
Seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus delapan belas) Hektar di
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau tepatnya pada Petak K 26, K 25, K
24, J 26, J 25, Petak X 8, Y 13, Blok IX, X, XI dan XII, Petak A 36, Blok IV dan
VI, Blok 1 Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa
Lukun, Desa Tanjung Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing Tinggi
Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti atau setidak-tidaknya pada tempat-
tempat lain di mana Pengadilan Negeri Bengkalis berwenang mengadilinya,
karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien,
baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Perbuatan tersebut Terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

- Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT. NSP), sebagai Badan
Usaha yang bergerak di bidang usaha Pertanian, Perindustrian,
Perdagangan, Pengangkutan Darat berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10
Maret 2009 yang dibuat dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan yang sudah mendapat pengesahan badan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Hal 24 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07
April 2009 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan dengan susunan
pengurus perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Soenarijo,
Direktur Hadi Antono dan Komisaris Utama Heriyanto;-------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP melakukan perubahan Angaran Dasar
berdasarkan ; Akta Nomor : 54 Tanggal 13 April 2010 yang dibuat dihadapan
Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 16 Tanggal 10 Mei 2010 yang
dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 71 Tanggal
26 Juli 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta
Nomor : 24 Tanggal 7 September 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA
MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 108 Tanggal 18 Mei 2011 yang dibuat
dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 29 Tanggal 04
Februari 2013 yang dibuat dihadapan Notaris TINTIN SURTINI, SH. MH.
MKn., Akta Nomor : 35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., Akta Nomor : 31 Tanggal 14 Maret
2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn. Akta
Nomor : 9 Tanggal 16 Juni 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
WANG, SH. MKn., Akta Nomor : 20 Tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat
dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., yang berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan susunan pengurus
Perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan
Bona Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin, dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih;-----------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan Akta Nomor : 71 tertanggal 26 Juli 2010 Terdakwa PT.
NSP mendirikan Cabang Perseroan di Selat Panjang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau. Kegiatan usaha Kantor Cabang melakukan segala
kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat, dengan maksud dan tujuan :
a. Menjalankan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan
tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu);-------------------------------------
b. Menjalankan usaha budidaya tanaman sagu;----------------------------------------
c. Menjalankan usaha industri pengolahan hasil hutan tanaman industri
dalam hutan tanaman sagu;--------------------------------------------------------------
d. Menjalankan usaha perdagangan hasil hutan tanaman industri dalam
hutan tanaman sagu;-----------------------------------------------------------------------
e. Menjalankan usaha pengusahaan hutan;---------------------------------------------
f. Mendirikan perusahaan atau melakukan penyertaan pada perusahaan lain
untuk mendukung maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;---
Hal 25 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP tersebut semula berasal dari areal PT.
National Timber and Forest Product sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National
Timber and Forest Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua
puluh satu ribu enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;--------------------
Dan kemudian menjadi areal Terdakwa PT. NSP berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.380/Menhut-II/2009 Tanggal 25 Juni 2009
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang Pemberian Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri
Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National Timber And Forest
Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu
enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;-----------------------------------------
- Bahwa pada tahun 2011 terhadap luasan areal IUPHH-BK dalam Hutan
Tanaman (Sagu) Terdakwa PT. NSP seluas ± 21.620 hektar dilakukan
penataan batas temu gelang sebagaimana laporan TBT No. 1536, sehingga
luasan konsesi Terdakwa PT. NSP menjadi seluas 21.418 hektar sesuai
Keputusan Menteri Kehutanan RI No. : SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4
Februari 2013;-----------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
jo Lampiran I huruf c Bidang Pertanian Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Amdal, yakni “jenis kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
adalah jenis kegiatan budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya skala / besaran ≥ 2000 ha”;--------------------------------------------
Dengan demikian Terdakwa PT. NSP yang bergerak di bidang Hutan
Tanaman Industri jenis Sagu dengan luas lahan lebih dari 2000 hektar yakni
seluas 21.418 hektar tersebut wajib memiliki AMDAL dan Izin Lingkungan.
Namun dalam melakukan kegiatannya Terdakwa PT. NSP menggunakan
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri Murni Sagu Milik atas nama PT. National Timber and Forest Product
yang disetujui dan disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen
Kehutanan dan Perkebunan untuk PT. National Timber and Forest Product
dengan surat Nomor : 134/DJ-P/ANDAL/99 Tanggal 31 Agustus 1999.
Hal 26 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Dengan kata lain, AMDAL PT. National Timber and Forest Product hanya
untuk PT. National Timber and Forest Product karena pemrakarsanya adalah
PT. National Timber and Forest Product;-------------------------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak melakukan prakarsa untuk merevisi AMDAL
dari yang semula AMDAL PT. National Timber and Forest Product menjadi
AMDAL PT. NSP sendiri, karena sesungguhnya PT. NSP belum memiliki
AMDAL;--------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan,
dalam melakukan pembukaan lahan harus mempersiapkan :
1. Sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan;-------------------------------------------------------------------------------------------
2. Alat pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan;--------------------------------
3. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan;--------------------------------------------------------
4. Perangkat organisasi yang bertanggungjawab dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan;-------------------
5. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara
berkala;-----------------------------------------------------------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : 12
Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, meliputi :
1. Peralatan tangan;--------------------------------------------------------------------------
2. Perlengkapan perorangan;---------------------------------------------------------------
3. Pompa air dan perlengkapannya;-------------------------------------------------------
4. Peralatan telekomunikasi;-----------------------------------------------------------------
5. Pompa bertekanan tinggi;-----------------------------------------------------------------
6. Peralatan mekanis;-------------------------------------------------------------------------
7. Peralatan transportasi;---------------------------------------------------------------------
8. Peralatan logistik, medis dan Sarana Gedung;--------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor : 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan pemilik izin
pemanfaatan hutan melakukan kegiatan :
7. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;--------------------------
8. Mengiventarisasi faktor penyebab kebakaran;---------------------------------------
9. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;----------------------------------------

Hal 27 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


10. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;------------------
-------
11. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan, dan ;----------------
------
12. Membuat sekat bakar;---------------------------------------------------------------
-------
Penanggungjawab usaha juga wajib menyediakan :
a. Fasilitas dan peralatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi baik
untuk menyiapkan bahan-bahan maupun untuk menyajikan informasi
seperti audio visual (Komputer, kamera, radio, televisi, tape dan video
recorder, film projektor), sarana pusat informasi dan lain-lain, fasilitas dan
peralataan tersebut harus dimiliki oleh setiap Brigdalkarhut pada tiap
tingkatan;--------------------------------------------------------------------------------------
b. Fasilitas dan peralatan untuk peringatan dan pendeteksian kebakaran
seperti menara pengamat api dan perlengkapan pendukungnya misalnya
kompas, rang finder (penentu arah dan pengukur jarak), teropong, peta-
peta, stasiun penerima dan pengolah data dan informasi citra satelit, global
positioning system (GPS);-----------------------------------------------------------------
- Bahwa pembukaan lahan dengan cara land clearing pada areal IUPHH-BK
Terdakwa PT. NSP dengan menyerahkan pekerjaan tersebut antara lain
kepada PT. Nuansa Pertiwi dan PT. Sumatera Multi Indah dimulai sejak bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2013 yang luas secara
keseluruhan yang sudah dilakukan land clearing lebih kurang 7.000 (tujuh
ribu) hektar dengan membuat petak-petak blok dan membuat parit/kanal
serta jalan disisi kanal dengan ukuran satu petak yaitu lebih kurang 1000
meter X 500 meter = 50 hektar, dengan cara melakukan imas tumbang
(secara manual/tebang pakai mesin potong maupun parang dan alat berat
berupa exavator) kemudian potongan kayu tersebut dirumpuk sesuai dengan
jalur rumpukan yang ditentukan selanjutnya untuk dapat dilakukan
penanaman sagu;-------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa dengan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Pada Hutan Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. National
Sago Prima seluas 21.418 hektar yang dalam keadaan sensitif terhadap
ancaman kemungkinan terjadinya kebakaran, seharusnya Terdakwa PT. NSP
melakukan sosialisasi pendeteksian dini menangulangi bahaya kebakaran
hutan dan lahan baik kepada karyawannya maupun kepada masyarakat
sekitar, menyediakan papan pengumuman atau rambu-rambu peringatan
bahaya kebakaran lahan dan hutan, menyediakan menara pengamat api
dalam jumlah yang memadai, menyediakan sarana dan prasarana antara lain
Hal 28 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
seperti jumlah mesin pompa air yang memadai, termasuk menyediakan
personil dan struktur organisasi tim pemadam kebakaran yang jelas dan
operasional serta sarana dan prasarana lainnya;---------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2014 sekira pukul 06.00 Wib saksi Suparno
(karyawan Terdakwa PT. NSP) mendapat telpon dari saksi Pandumaan
Siregar, SP., agar kembali ke lokasi PT. NSP untuk memadamkan api di
lokasi Blok J 26 dan K 26, sehingga saksi Suparno membawa 7 (tujuh) orang
anggota pemadam dari Blok XI dan XII dan 1 (satu) unit mesin air merek
Robin, namun setelah dilakukan upaya pemadaman, api tetap menyala pada
lokasi Blok J 26 dan semakin mendekat dengan areal tanaman sagu
masyarakat karena angin mengarah ke areal tanaman sagu masyarakat;------
- Bahwa pada tanggal 02 Februari 2014 sekira pukul 15.30 Wib saksi Reinhard
Simbolon, SP., (karyawan Terdakwa PT. NSP) bertemu dengan saksi
Padumaan Siregar, SP., di dermaga parit I yang menginformasikan di areal
PT. NSP tepatnya di Blok IX dan X terjadi kebakaran sambil menunjuk kearah
sumber asap dan setelah didekati oleh saksi Reinhard Simbolon, SP;
ternyata sumber asap tersebut berada di Petak X8 areal PT. NSP, sehingga
saksi Reinhard Simbolon, SP., bersama beberapa orang karyawan Terdakwa
PT. NSP lainnya dengan menggunakan peralatan berupa ember, cangkul
dan parang berusaha memadamkan api ternyata api tidak bisa dipadamkan.
Selanjutnya pada tanggal 03 Februari 2014 ternyata Petak U9, U10, U11,
U12, V8, V9, V10, V11, V12, V13, W8 dan X8 juga ditemukan adanya
kebakaran lahan;--------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa oleh karena kebakaran diareal Terdakwa PT. NSP tersebut tidak
dapat dipadamkan maka pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 6 Maret
2014 areal kebakaran sudah mencapai Petak N23, N22, N21, N20, N19, P22,
P21, P20, P19, O22, O21, O20, O19, dan upaya pemadaman berlangsung
sampai tanggal 11 Maret 2014 dengan menggunakan 2 (dua) unit mesin
Robin sehingga luas kebakaran lahan milik Terdakwa PT. NSP secara
keseluruhan lebih kurang 2.200 (dua ribu dua ratus) hektar;------------------------
- Bahwa terjadinya kebakaran diareal PT. NSP, dan kemudian api menjadi
tidak terkendali sehingga turut membakar areal kebun masyarakat yang
berada disekitar areal konsesinya, disebabkan karena Terdakwa PT. NSP
tidak melengkapi syarat-syarat dan tidak menyediakan sarana dan prasarana
pencegahan yang cukup untuk menanggulangi kebakaran tersebut
sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001
Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan, Peraturan Pemerintah

Hal 29 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan, dan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP dengan luas 21.418 hektar tersebut dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tanaman sagu produktif seluas lebih kurang 4000 (empat ribu) hektar
dengan tahun tanam 1996 yaitu pada Blok I, II, III dan IV sesuai dengan
petak kerja dan areal tersebut yang terbakar yaitu Blok I seluas 200 (dua
ratus) hektar, Blok II seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok IV seluas 400
(empat ratus) hektar;------------------------------------------------------------------------
Tanaman sagu yang harus ditanam ulang seluas 7000 (tujuh ribu) hektar
yaitu Blok V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan sebagian Blok XIII, areal
tersebut pada umumnya sudah ditanam tanaman sagu dengan tahun
tanam 2011-2013 setelah dilakukan imas tumbang dan land clearing
dengan luas yang terbakar lebih kurang 1.200. (seribu dua ratus) hektar
yaitu pada Blok VI dan Blok VII seluas 200 (dua ratus) hektar dan Blok X-
XII seluas 1000 (seribu) hektar;----------------------------------------------------------
b. Areal semak belukar seluas lebih kurang 3000 (tiga ribu) hektar yaitu Blok
XIV dan Blok XV, areal ini tidak ada yang terbakar;--------------------------------
c. Areal yang berupa kawasan lindung seluas 2000 (dua ribu) hektar berupa
areal yang wajib dialokasikan sebesar 10 % dari luasan konsesi yang
diperuntukkan sebagai hutan penyangga, kawasan pelindung satwa dan
flora, areal ini tidak ada yang terbakar;------------------------------------------------
d. Tanaman kehidupan, tanaman unggulan setempat dan sarana dan
prasarana seluas 5000 (lima ribu) hektar dengan rincian yang sudah
ditanam sagu seluas 70 (tujuh puluh) hektar sedangkan yang terbakar
lebih kurang 1 (satu) hektar;--------------------------------------------------------------
e. Sarana dan prasarana meliputi sekat bakar berupa reparian dengan
kondisi hutan yang luasnya 550 (lima ratus lima puluh) hektar, dan yang
terbakar lebih kurang 130 (seratus tiga puluh) hektar;-----------------------------
- Bahwa pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 10 Maret 2014 Tim Penyidik
dari Dit Reskrimsus Polda Riau dengan didampingi oleh ahli kebakaran hutan
dan lahan Prof. DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., ahli perusakan
lingkungan melalui pembakaran DR. Ir. Basuki Wasis, M.Si., ahli kehutanan
dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Meranti Kaselan, S.Hut., yang
turut dihadiri oleh yang mewakili dari Terdakwa PT. NSP (Setyo Budi Utomo),
telah dilakukan pengambilan sampel tanah bekas terbakar di lahan Terdakwa
PT. NSP sebagaimana Berita Acara Pengambilan Sampel tanggal 11 Maret
2014. Pengambilan sampel dilakukan sesuai titik koordinat yang telah diambil

Hal 30 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


dengan menggunakan alat Global Position System (GPS) oleh Kaselan,
S.Hut;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan Prof.
DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., tanggal 7 April 2014, dari hasil
analisa Laboratorium yang dilakukan terhadap barang bukti/sampel berupa
tanah gambut bekas terbakar, arang bekas terbakar, abu hasil pembakaran,
bahan bakar bekas terbakar, tanah tidak terganggu terbakar, tanah tidak
terbakar di hutan alam, umbi bibit tanaman sagu di areal bekas terbakar dan
fakta-fakta yang dikumpulkan dilapangan dapat disimpulkan antara lain
sebagai berikut :
· Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dengan menggunakan data hotspot
dari satelit Modis (Terra Aqua) maka petak yang telah terbakar di areal PT.
NSP pada priode 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 adalah sebagai
berikut : Pada petak tanaman sagu belum produktif meliputi : Petak X5,
X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, Y10, Y11, Y12, Y13, W5, W6, W7,
W8, W9, W10, W11, W12, W13, V5, V6, V7, V8, V9, V10, V11, V12, V13,
U5, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, sementara untuk petak tanaman
produktif meliputi Petak P17, P19, P20, P21, P22, Q17, Q18, Q19, Q20,
Q21, Q22, N19, N20, N21, N22, K25, K26, J25, J26, H28, H29, H30, G28,
G29, G30 dan terhadap petak-petak terbakar tersebut telah merusak
lapisan permukaan gambut dengan tebal rata-rata 5-10 cm sehingga
3.000.000 m3 terbakar dan tidak kembali lagi sehingga akan menganggu
keseimbangan ekosistem dilahan bekas terbakar tersebut;----------------------
· Akibat terjadinya kebakaran baik pada petak-petak yang belum produktif
maupun yang sudah produktif maka telah dilepaskan gas-gas rumah kaca
sebagai berikut, yaitu 27.000 ton Karbon, 9.450 ton C02, 98.28 ton CH4,
43.47 ton NOX, 120.96 ton NH3, 100.17 ton O3, 1748.25 ton CO serta
2.100 ton partikel. Gas-gas rumah kaca yang dilepaskan selama
kebakaran berlangsung tersebut dengan pendekatan persamaan Seiler
dan Crutzen tahun 1980 telah melewati batas ambang terjadinya
pencemaran, yang berarti bahwa gas-gas yang dihasilkan selama
pembakaran telah mencemarkan lingkungan dilahan terbakar dan
sekitarnya. Seluruh gas rumah kaca ini telah menambah akumulasi gas
rumah kaca sebelumnya, serta bila dibandingkan dengan baku mutu gas
yang ada tersebut terbukti telah melewati batas ambang sehingga
akibatnya adalah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang tidak
dapat dicegah dan ini tentu saja membahayakan lingkungan dan manusia
serta makhluk hidup lainnya;-------------------------------------------------------------

Hal 31 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


· Dalam rangka pemulihan lahan gambut yang rusak akibat kebakaran lahan
diareal IUPHHBK-HTI Tanaman Sagu PT NSP. Seluas 3.000 Ha melalui
pemberian kompos, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk
memfungsikan faktor ekologis yang hilang maka dibutuhkan biaya sebesar
Rp.1. 046.018.923.000,- (Satu Trilyun Empat Puluh Enam Milyar Delapan
Belas Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Rupiah);-----------------------
- Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Perusakan Lingkungan Melalui
Pembakaran dari Fakultas Kehutanan IPB. DR. Ir. Basuki Wasis, M.SI.
tertanggal 21 April 2014, telah diambil sampel tanah di areal kebakaran pada
lahan areal Terdakwa PT. NSP, yang dianalisa di Laboratorium Pengaruh
Hutan Bagian Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB,
ditarik suatu kesimpulan :
- Hasil pengamatan lapangan dan analisa sampel tanah di laboratorium
menunjukan bahwa memang benar pada lokasi penelitian memang TELAH
TERJADI PERUSAKAN TANAH dan LINGKUNGAN akibat kebakaran hutan
dan lahan di PT. National Sago Prima.
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah telah terbakar dan terjadi
kerusakan lingkungan sifat kimia tanah karena telah masuk kriteria baku
kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk parameter subsidence pH tanah,
C organic, dan nitrogen tanah;----------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa tanah telah terbakar dan terjadi
kerusakan lingkungan sifat biologi tanah karena telah masuk kriteria baku
kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk total mikroorganisme, total fungsi
dan respirasi tanah;------------------------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa memang tanah telah terbakar dan
telah terjadi kerusakan lingkungan sifat fisik tanah, karena telah masuk
kriteria baku kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk porositas dan bobot
isi tanah;---------------------------------------------------------------------------------------------
- Hasil pengamatan lapangan dan analisa vegetasi dan fauna (biota tanah)
menunjukkan bahwa memang tanah tersebut terbakar dan telah terjadi
kerusakan lingkungan aspek flora dan fauna karena telah masuk kriteria
baku kerusakan (PP Nomor : 4 tahun 2001) untuk keragaman spesies dan
populasi;---------------------------------------------------------------------------------------------
- Hasil analisa tanah menunjukan bahwa memang tanah tersebut dibakar hal
tersebut ditunjukan terjadinya peningkatan kadar Ca, dan Mg tanah;------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak mengantisipasi dan atau tidak melakukan
tindakan-tindakan yang perlu untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan
tersebut, mengingat kondisi areal tersebut sensitif terhadap ancaman

Hal 32 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


kemungkinan terjadinya kebakaran apalagi pada saat itu situasi setempat
cuaca kering dan minim hujan, sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran
lahan yang telah menimbulkan pencemaran udara dan/atau kerusakan fungsi
lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4
tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan;---------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 99 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;----------------------------------------------------------------------------------
DAN
KEDUA
---------Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA, sebagai Badan Usaha
yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian, perdagangan dan
pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10 Maret
2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn., yang berkedudukan di
Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-
AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan Badan
Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor : 35
Tanggal 26 Desember 2013 yang telah mendapat pengesahan Menteri Hukum
dan HAM RI No. : AHU-AH 01.10-08917, tanggal 06 Maret 2014 dan perubahan
terakhir dengan Akta Nomor 20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
Tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., berkedudukan di Jakarta Selatan, pada hari yang tidak dapat
ditentukan lagi secara pasti sekira tanggal 30 Januari 2014 sampai dengan
pertengahan bulan Maret tahun 2014 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu
lain masih dalam tahun 2014, bertempat di reparian dengan kondisi tanaman
kayu-kayu (pohon alam) seluas 130 ha yang terletak di Blok I sampai dengan
Blok XIII dengan ukuran 100 M x 500 M setiap 2 Km dalam lahan areal IUPHH-
BK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu) PT. NATIONAL SAGO
PRIMA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : SK.77/Menhut-II/2013 Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Penetapan
Batas Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHH-
BK) Pada Hutan Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT.
NATIONAL SAGO PRIMA seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus
delapan belas) Hektar di Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau, atau setidak-tidaknya pada tempat-tempat
Hal 33 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
lain di mana Pengadilan Negeri Bengkalis berwenang mengadilinya, dengan
sengaja membakar hutan. Perbuatan tersebut Terdakwa lakukan dengan cara-
cara sebagai berikut :
- Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT. NSP), sebagai Badan
Usaha yang bergerak di bidang usaha Pertanian, Perindustrian,
Perdagangan, Pengangkutan Darat. berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10
Maret 2009 yang dibuat dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan yang sudah mendapat pengesahan badan
hukum berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07
April 2009 Tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan dengan susunan
pengurus perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Soenarijo,
Direktur Hadi Antono dan Komisaris Utama Heriyanto;-------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP melakukan perubahan Angaran Dasar
berdasarkan ; Akta Nomor : 54 Tanggal 13 April 2010 yang dibuat dihadapan
Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 16 Tanggal 10 Mei 2010 yang
dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 71 Tanggal
26 Juli 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta
Nomor : 24 Tanggal 7 September 2010 yang dibuat dihadapan Notaris MALA
MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 108 Tanggal 18 Mei 2011 yang dibuat
dihadapan Notaris MALA MUKTI, SH. LLM., Akta Nomor : 29 Tanggal 04
Februari 2013 yang dibuat dihadapan Notaris TINTIN SURTINI, SH. MH.
MKn., Akta Nomor : 35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn., Akta Nomor : 31 Tanggal 14 Maret
2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn. Akta
Nomor : 9 Tanggal 16 Juni 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
WANG, SH. MKn., Akta Nomor : 20 Tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat
dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., yang berkedudukan di Jakarta Selatan, dengan susunan pengurus
Perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan
Bona Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin, dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih;-----------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan Akta Nomor : 71 tertanggal 26 Juli 2010 Terdakwa PT.
NSP mendirikan Cabang Perseroan di Selat Panjang Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau. Kegiatan usaha Kantor Cabang melakukan segala
kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat, dengan maksud dan tujuan :

Hal 34 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


a. Menjalankan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan
tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu);-------------------------------------
b. Menjalankan usaha budidaya tanaman sagu;----------------------------------------
c. Menjalankan usaha industri pengolahan hasil hutan tanaman industri
dalam hutan tanaman sagu;--------------------------------------------------------------
d. Menjalankan usaha perdagangan hasil hutan tanaman industri dalam
hutan tanaman sagu;-----------------------------------------------------------------------
e. Menjalankan usaha pengusahaan hutan;---------------------------------------------
f. Mendirikan perusahaan atau melakukan penyertaan pada perusahaan lain
untuk mendukung maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;----
Bahwa areal Terdakwa PT. NSP tersebut semula berasal dari areal PT.
National Timber and Forest Product sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor : SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang
Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National
Timber and Forest Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua
puluh satu ribu enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;--------------------
Dan kemudian menjadi areal Terdakwa PT. NSP berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.380/Menhut- II/2009 Tanggal 25 Juni 2009
Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :
SK.353/Menhut-II/2008 Tanggal 24 September 2008 Tentang Pemberian Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri
Dalam Hutan Tanaman (Sagu) Kepada PT. National Timber And Forest
Product Atas Areal Hutan Produksi Seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu
enam ratus dua puluh) Hektar di Provinsi Riau;-----------------------------------------
Bahwa pada tahun 2011 terhadap luasan areal IUPHHK-BK dalam Hutan
Tanaman (Sagu) Terdakwa PT. NSP seluas ± 21.620 hektar dilakukan
penataan batas temu gelang sebagaimana laporan TBT No. 1536, sehingga
luasan konsesi Terdakwa PT. NSP menjadi seluas 21.418 hektar sesuai
Keputusan Menteri Kehutanan RI No. : SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4
Februari 2013;-----------------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
jo Lampiran I huruf c Bidang Pertanian Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Amdal, yakni “jenis kegiatan yang wajib memiliki AMDAL

Hal 35 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


adalah jenis kegiatan budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya skala / besaran ≥ 2000 ha”;--------------------------------------------
Dengan demikian Terdakwa PT. NSP yang bergerak di bidang Hutan
Tanaman Industri jenis Sagu dengan luas lahan lebih dari 2000 hektar yakni
seluas 21.418 hektar tersebut wajib memiliki AMDAL dan Izin Lingkungan.
Namun dalam melakukan kegiatannya Terdakwa PT. NSP menggunakan
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri Murni Sagu Milik atas nama PT. National Timber and Forest Product
yang disetujui dan disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen
Kehutanan dan Perkebunan untuk PT. National Timber and Forest Product
dengan surat Nomor : 134/DJ-P/ANDAL/99 Tanggal 31 Agustus 1999.
Dengan kata lain, AMDAL PT. National Timber and Forest Product hanya
untuk PT. National Timber and Forest Product karena pemrakarsanya adalah
PT. National Timber and Forest Product;-------------------------------------------------
Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak melakukan prakarsa untuk merevisi AMDAL
dari yang semula AMDAL PT. National Timber and Forest Product menjadi
AMDAL PT. NSP sendiri, karena sesungguhnya PT. NSP belum memiliki
AMDAL;--------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan,
dalam melakukan pembukaan lahan harus mempersiapkan :
1. Sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan;-------------------------------------------------------------------------------------------
2. Alat pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan;--------------------------------
3. Prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan;--------------------------------------------------------
4. Perangkat organisasi yang bertanggungjawab dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan;------------------
5. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara
berkala;-----------------------------------------------------------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : 12
Tahun 2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan, meliputi :
1. Peralatan tangan;--------------------------------------------------------------------------
2. Perlengkapan perorangan;---------------------------------------------------------------
3. Pompa air dan perlengkapannya;-------------------------------------------------------
4. Peralatan telekomunikasi;-----------------------------------------------------------------
5. Pompa bertekanan tinggi;-----------------------------------------------------------------
Hal 36 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
6. Peralatan mekanis;--------------------------------------------------------------------------
7. Peralatan transportasi;---------------------------------------------------------------------
8. Peralatan logistik, medis dan Sarana Gedung;--------------------------------------
Sarana dan prasarana pencegahan terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor : 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan ; -------------
Pemilik izin pemanfaatan hutan melakukan kegiatan :
1. Melakukan inventarisasi lokasi rawan kebakaran hutan;--------------------------
2. Mengiventarisasi faktor penyebab kebakaran;---------------------------------------
3. Menyiapkan regu-regu pemadam kebakaran;----------------------------------------
4. Membuat prosedur tetap pemadaman kebakaran hutan;-------------------------
5. Mengadakan sarana pemadaman kebakaran hutan, dan;------------------------
6. Membuat sekat bakar;----------------------------------------------------------------------
Penanggung jawab usaha juga wajib menyediakan :
a. Fasilitas dan peralatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi baik
untuk menyiapkan bahan-bahan maupun untuk menyajikan informasi
seperti audio visual (Komputer, kamera, radio, televisi, tape dan video
recorder, film projektor), sarana pusat informasi dan lain-lain, fasilitas dan
peralataan tersebut harus dimiliki oleh setiap Brigdalkarhut pada tiap
tingkatan;--------------------------------------------------------------------------------------
b. Fasilitas dan peralatan untuk peringatan dan pendeteksian kebakaran
seperti menara pengamat api dan perlengkapan pendukungnya misalnya
kompas, rang finder (penentu arah dan pengukur jarak), teropong, peta-
peta, stasiun penerima dan pengolah data dan informasi citra satelit, global
positioning system (GPS);-----------------------------------------------------------------
- Bahwa areal Terdakwa PT. NSP dengan luas 21.418 hektar tersebut dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tanaman sagu produktif seluas lebih kurang 4000 (empat ribu) hektar
dengan tahun tanam 1996 yaitu pada Blok I, II, III dan IV sesuai dengan
petak kerja;------------------------------------------------------------------------------------
b. Tanaman sagu yang harus ditanam ulang seluas 7000 (tujuh ribu) hektar
yaitu Blok V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan sebagian Blok XIII, areal
tersebut pada umumnya sudah ditanam tanaman sagu dengan tahun
tanam 2011-2013 setelah dilakukan imas tumbang dan lend clering;--------
c. Areal semak belukar seluas lebih kurang 3000 (tiga ribu) hektar yaitu Blok
XIV dan Blok XV;----------------------------------------------------------------------------
d. Areal yang berupa kawasan lindung seluas 2000 (dua ribu) hektar berupa
areal yang wajib dialokasikan sebesar 10 % dari luasan konsesi yang

Hal 37 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


diperuntukkan sebagai hutan penyangga, kawasan pelindung satwa dan
flora;---------------------------------------------------------------------------------------------
e. Tanaman kehidupan, tanaman unggulan setempat dan sarana dan
prasarana seluas 5000 (lima ribu) hektar dengan rincian yang sudah
ditanam sagu seluas 70 (tujuh puluh) hektar;----------------------------------------
f. Sarana dan prasarana meliputi sekat bakar berupa reparian dengan
kondisi hutan yang luasnya 550 (lima ratus lima puluh) hektar;---------------
- Bahwa pembukaan lahan dengan cara land clearing pada areal IUPHH-BK
Terdakwa PT. NSP dengan menyerahkan pekerjaan tersebut antara lain
kepada PT. Nuansa Pertiwi dan PT. Sumatera Multi Indah dimulai sejak bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2013 yang luas secara
keseluruhan yang sudah dilakukan land clearing lebih kurang 7.000 (tujuh
ribu) hektar dengan membuat petak-petak blok dan membuat parit/kanal
serta jalan disisi kanal dengan ukuran satu petak yaitu lebih kurang 1000
meter X 500 meter = 50 hektar, dengan cara melakukan imas tumbang
(secara manual/tebang pakai mesin potong maupun parang dan alat berat
berupa exavator) kemudian potongan kayu tersebut dirumpuk sesuai dengan
jalur rumpukan yang ditentukan selanjutnya untuk dapat dilakukan
penanaman sagu;-------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2014 sekira pukul 06.00 Wib saksi Suparno
(karyawan Terdakwa PT. NSP) mendapat telpon dari saksi Pandumaan
Siregar, SP., agar kembali ke lokasi PT. NSP untuk memadamkan api di
lokasi Blok J 26 dan K 26, sehingga saksi Suparno membawa 7 (tujuh) orang
anggota pemadam dari Blok XI dan XII dan 1 (satu) unit mesin air merek
Robin, namun setelah dilakukan upaya pemadaman, api tetap menyala pada
lokasi Blok J 26 dan semakin mendekat dengan areal tanaman sagu
masyarakat karena angin mengarah ke areal tanaman sagu masyarakat;------
- Bahwa pada tanggal 02 Februari 2014 sekira pukul 15.30 Wib saksi Reinhard
Simbolon, SP., (karyawan Terdakwa PT. NSP) bertemu dengan saksi
Padumaan Siregar, SP., di dermaga parit I yang menginformasikan di areal
PT. NSP tepatnya di Blok IX dan X terjadi kebakaran sambil menunjuk kearah
sumber asap dan setelah didekati oleh saksi Reinhard Simbolon, SP.,
ternyata sumber asap tersebut berada di Petak X8 areal PT. NSP, sehingga
saksi Reinhard Simbolon, SP., bersama beberapa orang karyawan PT. NSP
lainnya dengan menggunakan peralatan berupa ember, cangkul dan parang
berusaha memadamkan api ternyata tidak bisa dipadamkan. Selanjutnya
pada tanggal 03 Februari 2014 ternyata Petak U9, U10, U11, U12, V8, V9,
V10, V11, V12, V13, W8 dan X8 juga ditemukan adanya kebakaran lahan;----

Hal 38 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Bahwa oleh karena kebakaran diareal Terdakwa PT. NSP tersebut tidak
dapat dipadamkan maka pada tanggal 5 sampai dengan tanggal 6 Maret
2014 areal kebakaran sudah mencapai Petak N23, N22, N21, N20, N19, P22,
P21, P20, P19, O22, O21, O20, O19. Meskipun upaya kegiatan pemadaman
dilakukan pada lokasi-lokasi kebakaran lahan diatas tetapi itu dilakukan
ketika api hampir menuntaskan tugasnya membakar lahan sehingga
kebakaran mencapai reparian dengan kondisi tanaman kayu-kayu (pohon
alam) seluas 130 ha yang seharusnya dipertahankan sebagai sekat bakar
dari luas reparian 550 ha;---------------------------------------------------------------------
- Bahwa pada saat terjadinya kebakaran reparian diareal konsesi PT. NSP,
Terdakwa PT. NSP membiarkan tidak dilengkapinya syarat-syarat
pencegahan untuk menanggulangi kebakaran dalam kegiatan pembukaan
lahan diareal konsesinya tersebut sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan
dan Lahan, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang
Perlindungan Hutan, dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan;-----------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 9 sampai dengan tanggal 10 Maret 2014 Tim Penyidik
dari Dit Reskrimsus Polda Riau dengan didampingi oleh ahli kebakaran hutan
dan lahan Prof. DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., ahli perusakan
lingkungan melalui pembakaran DR. Ir. Basuki Wasis, M.Si., ahli kehutanan
dari Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Meranti Kaselan, S.Hut., yang
turut dihadiri oleh yang mewakili dari Terdakwa PT. NSP (Setyo Budi Utomo),
telah dilakukan pengambilan sampel tanah bekas terbakar di lahan Terdakwa
PT. NSP sebagaimana Berita Acara Pengambilan Sampel tanggal 11 Maret
2014. Pengambilan sampel dilakukan sesuai titik koordinat yang telah diambil
dengan menggunakan alat Global Position System (GPS) oleh Kaselan,
S.Hut;-----------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa berdasarkan Surat Keterangan Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan Prof.
DR. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr., tanggal 7 April 2014, antara lain : dari
hasil analisa Laboratorium yang dilakukan terhadap barang bukti/sampel
berupa tanah gambut bekas terbakar, arang bekas terbakar, abu hasil
pembakaran, bahan bakar bekas terbakar, tanah tidak terganggu terbakar,
tanah tidak terbakar di hutan alam, umbi bibit tanaman sagu di areal bekas
terbakar dan fakta-fakta yang dikumpulkan dilapangan dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi pembakaran dengan sengaja dan sistimatis di konsesi
Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu PT. NSP dengan alasan
sebagai berikut :
Hal 39 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
a. Berdasarkan pengamatan lapangan khususnya pada areal yang
disampling ditemukan areal yang telah terbakar nyaris sempurna
karena seluruh areal terbakar dan menghitam akibat permukaannya
ditutupi oleh arang bekas kebakaran, pada areal bekas terbakar
tersebut ditemukan pula telah ditanam sagu khususnya pada lokasi
tanaman sagu belum produktif. Kebakaran yang terjadi dapat dinyatakan
nyaris sempurna karena tampak tidak ada upaya untuk menahan laju api
yaitu melalui tindakan pemadaman bahkan tampak dibiarkan;-----------------
b. Berdasarkan data hotspot (titik panas) yang berhasil terdeteksi khususnya
pada priode waktu 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 pada petak-
petak bekas terbakar tersebut tampak berkelompok dan terjadi pada
priode dan blok-blok tertentu saja. Hasil analisa data hotspot modis (Terra
Aqua) memastikan bahwa titik hotspot yang terdeteksi tersebut benar titik
api artinya memang benar telah terjadi kebakaran. Hal tersebut
menegaskan kembali bahwa seluruh titik api yang terdeteksi di PT. NSP
berasal dari dalam kawasan yaitu terdapat di dalam IUPHHBK-HTI
Tanaman Sagu PT. NSP;------------------------------------------------------------------
c. Pergerakan hotspot yang terus bergerak dari hari ke hari baik yang
melanjutkan hotspot hari sebelumnya maupun timbulnya hotspot baru
dilain petak memastikan bahwa upaya pengendalian kebakaran yang
dilakukan oleh PT. NSP nyaris hampir tidak dilakukan, kalaupun dilakukan
itu diduga dilakukan ketika api akan menuntaskan tugasnya
menghanguskan isi petak tersebut, hal itu terjadi karena sarana dan
prasarana pengendalian kebakaran seperti early warning system, early
detection system, system komunikasi, peralatan pemadaman, personil
pemadaman tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan sesuai
peruntukkannya, hal tersebut didukung pula oleh alat transportasi, akses
jalan yang tidak memadai sehingga upaya pengendalian nyaris tidak
dilakukan dan akhirnya dibiarkan;-------------------------------------------------------
d. Sebagian besar tanaman yang tidak produktif yang telah terbakar adalah
tanaman sagu muda dan daerah yang sedang di land clering artinya petak-
petak tanaman tersebut sesungguhnya dalam keadaan sensitif terhadap
ancaman kemungkinan terjadinya kebakaran yang disebabkan baik oleh
karena kesengajaan maupun akibat kelalaian, dan oleh karena itu maka
sudah sepantasnya petak-petak tersebut mendapatkan perlindungan yang
optimal oleh perusahaan dari ancaman bahaya kebakaran selama potensi
terjadinya kebakaran cukup tinggi;------------------------------------------------------
e. Fakta lapangan memastikan bahwa tanaman sagu yang telah terbakar
terbukti hidup kembali baik pada petak-petak tanaman sagu yang belum
Hal 40 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
produktif yang telah terbakar maupun pada petak-petak tanaman sagu
yang produktif yang juga telah terbakar. Khususnya pada petak-petak
tanaman sagu yang produktif yang telah terbakar menunjukkan bahwa
daun/pelepah tanaman sagu telah ditebas/di potong sebelum kebakaran
terjadi.
f. Ditemukan badan jalan yang tidak terbakar meskipun blok yang berada
disebelah kiri-kanan badan jalan tersebut telah terbakar dengan merata, ini
menunjukkan bahwa kebakaran tidak bergerak bebas seperti layaknya api
yang menjalar bebas;-----------------------------------------------------------------------
g. Terjadinya penumpukan abu dan arang pada lokasi telah terbakar yang
relatif merata, hal ini memang yang diharapkan agar supaya tidak timbul
bagian-bagian yang tidak terbakar yang nantinya justru akan merugikan
karena merupakan sarang hama dan penyakit yang akan menyerang
tanamannya, kebakaran yang terjadi seperti ini tidak mungkin terjadi bila
kebakarannya adalah kebakaran normal, hanya kebakaran yang
dikendalikan dan dibiarkan berlangsung hingga usailah yang ditargetkan
karena mempunyai tujuan tertentu dibalik pembakaran tersebut;--------------
h. Dari hasil pengamatan (Investigasi) yang dilakukan dilokasi IUPHHBK- HTI
PT. NSP yang terletak di konsesi izin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu PT. NSP di Kepulauan Meranti Provinsi Riau pada tanggal 9
maret, 10 maret dan 22 maret 2014 menunjukkan memang penyiapan
lahan dengan pembakaran sengaja dilakukan, hal tersebut dilapangan
terlihat dengan jelas dimana areal terbakar penuh dengan arang dan abu
hasil pembakaran dan masih menghitam pada log yang membakar.
Kebakaran hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, hal ini
dilakukan selain untuk memudahkan dalam melakukan
pekerjaan/pengolahan lahan berikutnya juga untuk mendapatkan abu hasil
pembakaran yang kaya mineral yang dapat berfungsi sebagai pengganti
pupuk sementara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman;-----------------
i. Areal land clearing yang terbakar pada umumnya pada bagian rumpukan
bekas steking yang menjadi salah satu bahan bakar terjadinya kebakaran
tersebut;----------------------------------------------------------------------------------------
j. Diareal bekas terbakar tersebut tidak ditemukan adanya tower pemantau
api sebagai sarana dan prasarana deteksi dini pengendalian kebakaran.
Akibat dari tidak bekerjanya early warning system dan early detection
system yang didukung oleh tidak tersedianya sarana dan prasarana
pendukung sistem tersebut bekerja serta didukung pula oleh sarana
pendukung lainnya termasuk personil dan struktur organisasi yang jelas
dan operasional, disokong pula oleh akses jalan dan sarana transportasi
Hal 41 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
yang tidak memadai membuat upaya pengendalian kebakaran di PT. NSP
menjadi tumpul atau dapat dikatakan nyaris tidak dilakukan bahkan
dibiarkan. Hal ini terbukti ketika verifikasi lapangan dilakukan dan diketahui
terdapat kebakaran pada berbagai lokasi, namun upaya pengendalian
khususnya pemadaman tidak dilakukan, meskipun air tersedia cukup
banyak di dalam kanal yang bersebelahan dengan petak yang sedang
terbakar;----------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan hasil verifikasi lapangan dengan menggunakan data hotspot
dari satelit Modis (Terra Aqua) maka petak yang telah terbakar di areal PT.
NSP pada priode 31 Januari 2014 hingga 10 Maret 2014 adalah sebagai
berikut : Pada petak tanaman sagu belum produktif meliputi : Petak X5,
X6, X7, X8, X9, X10, X11, X12, X13, Y10, Y11, Y12, Y13, W5, W6, W7,
W8, W9, W10, W11, W12, W13, V5, V6, V7, V8, V9, V10, V11, V12, V13,
U5, U6, U7, U8, U9, U10, U11, U12, U13, sementara untuk petak tanaman
produktif meliputi Petak P17, P19, P20, P21, P22, Q17, Q18, Q19, Q20,
Q21, Q22, N19, N20, N21, N22, K25, K26, J25, J26, H28, H29, H30, G28,
G29, G30 dan terhadap petak-petak terbakar tersebut telah merusak
lapisan permukaan gambut dengan tebal rata-rata 5-10 cm sehingga
3.000.000 m3 terbakar dan tidak kembali lagi sehingga akan menganggu
keseimbangan ekosistem dilahan bekas terbakar tersebut;----------------------
Bahwa kebakaran diareal Terdakwa PT NSP tersebut diatas, juga
mencapai reparian dengan kondisi tanaman kayu-kayu (pohon alam)
seluas 130 ha yang seharusnya dipertahankan sebagai sekat bakar dari
luas reparian keseluruhan 550 ha;------------------------------------------------------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 50 ayat (3) huruf d jo pasal 78 ayat (3), (14) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor : 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;-------------------------------

DAN
KETIGA
---------Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT.NSP), sebagai
Korporasi yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian, perdagangan
dan pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4 Tanggal 10
Maret 2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn., yang
berkedudukan di Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan
Badan Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor :
35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
Hal 42 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
WANG, SH., MKn, yang telah mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM
RI No. : AHU-AH 01.10-08917, tanggal 06 Maret 2014, dan perubahan terakhir
dengan Akta Nomor : 20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan perubahan susunan
Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12 Tanggal 26
Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG, SH. MKn.,
berkedudukan di Jakarta Selatan, pada kurun waktu antara bulan Agustus 2010
sampai dengan tanggal 10 Maret 2014 atau setidak-tidaknya pada waktu
tertentu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, bertempat di Desa Kepau
Baru, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi
Riau atau setidak-tidaknya pada tempat lain di mana Pengadilan Negeri
Bengkalis berwenang mengadilinya, melakukan kegiatan perkebunan tanpa Izin
Menteri didalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat
(2) huruf b.Perbuatan tersebut Terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
- Bahwa berawal PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No. : SK.353/Menhut-II/2008,
tanggal 24 September 2008 diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (IUPHH-BK) pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman (Sagu) seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu enam ratus dua puluh)
hektar. Sebagai pemegang konsesi terhadap luasan areal hutan produksi,
yang berlokasi di Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari,
Desa Lukun, Desa Tanjung Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing
Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti Propinsi Riau, PT. National
Timber And Forest Product melakukan kegiatan perkebunan, yakni dari
luasan konsesi itu telah dilakukan perawatan tanaman sagu sekira seluas
4000 hektar dengan tahun tanam 1996;--------------------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 10 Maret 2009 didirikan PT. NATIONAL SAGO PRIMA
(PT. NSP) sebagaimana Akta Nomor : 04 yang dibuat dihadapan NANDA
FAUZ IWAN, SH.M.Kn, Notaris di Jakarta, dan terhadap Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor : SK.353/Menhut-II/2008, tanggal 24 September 2008
tentang pemberian IUPHH-BK pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman (Sagu) kepada PT. National Timber And Forest Product Atas Areal
Hutan Produksi seluas ± 21.620 hektar di Propinsi Riau, dilakukan perubahan
dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.380/Menhut-II/2009
tanggal 25 Juni 2009 yang memutuskan perubahan pemegang konsesi dari
yang semula PT. National Timber And Forest Product menjadi PT. National
Sago Prima (PT.NSP), dengan lokasi dan luasan areal yang sama
sebagaimana pemegang konsesi pertama;----------------------------------------------

Hal 43 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Bahwa Akta Nomor : 04 tanggal 10 Maret 2009 dalam perkembangannya
telah beberapa kali mengalami perubahan antara lain dengan Akta Nomor :
35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
WANG, SH., MKn yang berkedudukan di Jakarta Selatan yang telah
mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : AHU-AH 01.10-
08917 tanggal 06 Maret 2014, dan perubahan terakhir dengan Akta Nomor :
20 tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH., MKn. yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., yang berkedudukan di Jakarta Selatan, maka susunan pengurus
Perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan
Bona Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih; yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya itu
Terdakwa PT. NSP berkantor pusat di Gedung Sampoerna Strategic Square,
North Tower Lantai 28, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 45-46 Karet Semanggi,
Setiabudi, Jakarta Selatan 12930;----------------------------------------------------------
- Bahwa selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT. NSP Nomor :
245/NSP/VII/10/HQ/CD tanggal 20 Juli 2010, dinyatakan Perseroan
memandang perlu untuk mendirikan cabang PT. NSP di Selat Panjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau, sehingga berdasarkan Akta
Pendirian Cabang dari Perseroan Terbatas PT. NSP No. 71 tanggal 26 Juli
2010 yang dibuat dihadapan Mala Mukti SH., LL,M., Notaris di Jakarta
didirikan cabang (Perwakilan) PT. NSP yang berkantor di Jl. Tebing Tinggi
No.66 Selat Panjang, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan
Meranti, Propinsi Riau;------------------------------------------------------------------------
Kegiatan usaha Kantor Cabang (Perwakilan) PT. NSP di Selat Panjang
tersebut melakukan segala kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat
yakni bergerak dibidang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Hutan
Tanaman Industri (HTI) dan juga bergerak dibidang Perindustrian
Pengolahan Tepung Sagu, sehingga sesuai dengan kegiatan usahanya itu
Terdakwa PT. NSP mempersiapkan pendirian pabrik;--------------------------------
- Bahwa selanjutnya berdasarkan Keputusan Bupati Kepulauan Meranti No. :
156, tanggal 30 September 2010 tentang Pemberian Izin Lokasi
Pembangunan Pabrik Pengolahan Sagu atas nama PT. NSP, kemudian
Terdakwa PT. NSP mendirikan Pabrik Pengolahan Sagu dan fasilitas
pendukungnya diatas lahan seluas ± 12 hektar yakni dengan rincian ± 7
hektar luas pabrik, dan ± 5 hektar luas sarana prasarana yang berlokasi di

Hal 44 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Tanjung Bandul, Desa Kepau Baru, Kecamatan Tebing Tinggi Timur,
Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau;------------------------------------------
Bahwa sebelum keluarnya Keputusan Bupati Kepulauan Meranti yang
memberikan Izin Lokasi Pembangunan Pabrik Pengolahan Sagu PT. NSP
tersebut, Terdakwa PT. NSP telah memberikan pekerjaan pemborongan
kepada PT Sumatera Multi Indah (PT. SMI) untuk membuat jalan dan kanal
yang menghubungkan areal konsesi Perkebunan PT NSP, yakni dari Petak
Kerja O 11- O 12 ke lokasi pendirian pabrik di Tanjung Bandul, Desa Kepau
Baru, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti,
Propinsi Riau;------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa kegiatan pembuatan jalan dan kanal yang dibangun secara
berdampingan sepanjang ± 3 Km dengan lebar jalan ± 7,5 meter dan lebar
kanal ± 12 Meter tersebut dikerjakan oleh PT. SMI mulai pada bulan
Agustus 2010 dan selesai pada bulan September 2010, sehingga setelah
jalan dan kanal itu selesai dibangun kemudian digunakan oleh Terdakwa PT
NSP sebagai akses jalan untuk melaksanakan kegiatan perkebunan dari
areal pabrik ke areal konsesinya dan sebaliknya antara lain untuk
pengangkutan bibit sagu, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan transportasi
karyawan Terdakwa PT. NSP serta sebagai pengelolaan tata air. Selanjutnya
seiring dengan dimulainya kegiatan pengolahan sagu di Pabrik PT NSP
tersebut, maka log sagu dari areal lokasi tanaman produktif seluas 4000
hektar yang telah memasuki masa panen diangkut dari areal konsesi
perkebunan PT NSP dengan cara ditarik melalui kanal tersebut menuju
pabrik untuk diolah menjadi tepung sagu, dengan kapasitas hasil produksi
perharinya antara 15 sampai dengan 18 ton, yang kemudian diangkut
kegudang PT. NSP di Cirebon untuk dilakukan pendistribusian;------------------
Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor :
SK.353/Menhut-II/2008 tanggal 24 September 2008 dan Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor : SK.380/Menhut-II/2009 tanggal 25 Juni 2009 yang
menunjuk areal IUPHH-BK Terdakwa PT. NSP, maka lokasi jalan dan kanal
yang menghubungkan areal konsesi Perkebunan PT. NSP ke lokasi
Pabrik Pengolahan Sagu PT. NSP tersebut berada diluar IUPHH-BK pada
Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. NSP. Hal
tersebut dipertegas dengan adanya penataan batas temu gelang pada tahun
2011 sebagaimana laporan TBT No. 1536, yang telah dikuatkan oleh
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4
Februari 2013;-----------------------------------------------------------------------------------
Bahwa walaupun Terdakwa PT. NSP telah mengetahui lokasi jalan dan kanal
tersebut berada diluar konsesinya, namun Terdakwa PT. NSP masih tetap
Hal 45 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
menggunakan jalan dan kanal tersebut untuk kegiatan usaha perkebunan
Terdakwa PT. NSP;----------------------------------------------------------------------------
Bahwa pada tanggal 9 dan 10 Maret 2014 Tim Penyidik dari Dit Reskrimsus
Polda Riau dengan didampingi oleh Ahli Kebakaran Hutan dan Lahan dan
Ahli Perusakan Lingkungan melalui Pembakara dari Fakultas Kehutanan IPB,
Ahli Kehutanan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Kepulauan Meranti serta turut dihadiri oleh yang mewakili dari Terdakwa PT
NSP, melakukan pengecekan dilokasi;----------------------------------------------------
Bahwa Ahli Kehutanan KASELAN S. Hut dari Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti sebagaimana Berita Acara
Pemeriksaan TKP yang dibuat penyidik tanggal 11 Maret 2014 yang ditanda-
tangani masing-masing yang hadir ketika pemeriksaan dilokasi tersebut,
mengambil beberapa titik koordinat, yaitu antara lain :
· Pada titik koordinat N 00 º 47 ' 43,2 " E 102 º 46 ' 35, 6 " pintu air
pertama dari Industri Sagu PT. NSP;---------------------------------------------------
· Pada titik koordinat N 00 º 48 ' 53,3 " E 102 º 46 ' 32, 5 " pintu air kedua
dari Industri Sagu PT. NSP;---------------------------------------------------------------
· Pada titik koordinat N 00 º 47 ' 24,2 " E 102 º 46 ' 24, 4 " ujung kanal
dekat pabrik;----------------------------------------------------------------------------------
· Pada titik koordinat N 00 º 47 ' 28,2 " E 102 º 46 ' 21, 8 " kantor pabrik;---
Bahwa dari ke 4 (empat) titik koordinat yang diambil oleh Ahli Kehutanan
KASELAN S. Hut. tersebut diatas, selanjutnya oleh ahli tersebut diplotingkan
kepada Peta Lampiran SK Menteri Kehutanan RI. Nomor : 173/Kpts-II/1986
tanggal 6 Juni 1986 Tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) di
Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Riau, diketahui bahwa lokasi jalan dan
kanal tersebut termasuk Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi dan berada
diluar areal konsesi IUPHHBK-HTI Terdakwa PT. NSP;------------------------------
Bahwa Terdakwa PT. NSP dalam melakukan kegiatan perkebunan dilokasi
kanal dan jalan yang berada diluar areal konsesi yang termasuk dalam
kawasan hutan IUPHHBK-HTI tersebut tanpa izin dari Menteri Kehutanan
Republik Indonesia;-----------------------------------------------------------------------------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 92 ayat (2) huruf a jo pasal 17 ayat (2) huruf b Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor : 18 Tahun 2013, Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan;-----------------------------------------------------------------------------------

DAN
KEEMPAT

Hal 46 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Bahwa Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA (PT.NSP), sebagai
Badan Usaha yang bergerak di bidang usaha pertanian, perindustrian,
perdagangan dan pengangkutan darat didirikan berdasarkan Akta Nomor : 4
Tanggal 10 Maret 2009 dihadapan Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. MKn.,
yang berkedudukan di Jakarta Selatan dan Pengesahannya Sesuai dengan
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
AHU-11540-AH.01.01.Tahun 2009 Tanggal 07 April 2009 Tentang Pengesahan
Badan Hukum Perseroan sebagaimana diubah antara lain dengan Akta Nomor :
35 Tanggal 26 Desember 2013 yang telah mendapat pengesahan Menteri
Hukum dan HAM RI No. : AHU-AH 01.10-08917, tanggal 06 Maret 2014, dan
perubahan terakhir dengan Akta Nomor : 20 tanggal 18 Juli 2014. Sedangkan
perubahan susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta
Nomor : 12 Tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
WANG, SH. MKn., berkedudukan di Jakarta Selatan,pada kurun waktu antara
tanggal 26 Juli 2010 sampai dengan tanggal 10 Juni 2014 atau setidak-tidaknya
dalam kurun waktu antara bulan Juli 2010 sampai dengan bulan Juni 2014 atau
setidak-tidaknya pada waktu-waktu tertentu dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2014,bertempat di lahan areal IUPHH-BK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : SK.77/Menhut-
II/2013 Tanggal 4 Februari 2013 Tentang Penetapan Batas Areal Kerja Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHH-BK) Pada Hutan
Tanaman Industri Dalam Hutan Tanaman (Sagu) PT. NATIONAL SAGO PRIMA
Seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus delapan belas) hektar di
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, yang terletak di Desa Kepau
Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa Lukun, Desa Tanjung
Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing Tinggi Timur Kabupaten
Kepulauan Meranti atau setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain di mana
Pengadilan Negeri Bengkalis berwenang mengadilinya,yang melakukan usaha
dan / atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 36 ayat (1), yakni setiap usaha dan / atau kegiatan yang wajib
memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki Ijin Lingkungan.Perbuatan
tersebut Terdakwa PT. NSP lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
- Bahwa bermula PT. NATIONAL TIMBER AND FOREST PRODUCT
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No. : SK.353/Menhut-II/2008,
tanggal 24 September 2008 diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu (IUPHH-BK) pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman (Sagu) seluas ± 21.620 (dua puluh satu ribu enam ratus dua puluh)
hektar. Sebagai pemegang konsesi terhadap luasan areal hutan produksi,
Hal 47 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
yang berlokasi di Desa Kepau Baru, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari,
Desa Lukun, Desa Tanjung Gadai dan Desa Batin Suir, Kecamatan Tebing
Tinggi Timur Kabupaten Kepuluan Meranti Propinsi Riau, PT. National Timber
And Forest Product melakukan kegiatan perkebunan, yakni dari luasan
konsesi itu telah dilakukan perawatan tanaman sagu sekira seluas 4000
hektar dengan tahun tanam 1996;----------------------------------------------------------
- Bahwa pada tanggal 10 Maret 2009 didirikan PT. NATIONAL SAGO PRIMA
(PT. NSP) sebagaimana Akta Nomor : 04 yang dibuat dihadapan Nanda Fauz
Iwan, SH.M.Kn, Notaris di Jakarta, dan terhadap Keputusan Menteri
Kehutanan RI Nomor : SK.353/Menhut-II/2008, tanggal 24 September 2008
Tentang pemberian IUPHH-BK pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman (Sagu) Kepada PT. National Timber And Forest Product Atas Areal
Hutan Produksi seluas ± 21.620 hektar di Propinsi Riau, dilakukan perubahan
dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK.380/Menhut-II/2009,
tanggal 25 Juni 2009 yang memutuskan perubahan pemegang konsesi dari
yang semula PT. National Timber And Forest Product menjadi PT. National
Sago Prima (PT.NSP), dengan lokasi dan luasan areal yang sama
sebagaimana pemegang konsesi pertama;----------------------------------------------
- Bahwa Akta Nomor : 04 tanggal 10 Maret 2009 dalam perkembangannya
telah beberapa kali mengalami perubahan antara lain dengan Akta Nomor :
35 Tanggal 26 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI
WANG, SH. MKn yang berkedudukan di Jakarta Selatan yang telah
mendapat pengesahan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : AHU-AH 01.10-
08917, tanggal 06 Maret 2014, dan perubahan terakhir dengan Akta Nomor :
20 tanggal 18 Juli 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn. yang berkedudukan di Jakarta Selatan. Sedangkan perubahan
susunan Direksi dan Dewan Komisaris terakhir berdasarkan Akta Nomor : 12
tanggal 26 Agustus 2014 yang dibuat dihadapan Notaris LIESTIANI WANG,
SH. MKn., yang berkedudukan di Jakarta Selatan, maka susunan pengurus
Perseroan sebagai berikut : Direktur Utama Tuan Eris Ariaman, Direktur Tuan
Bona Ranto Pasaribu, Tuan Arief, Tuan Erwin dan Komisaris Tuan Eka
Dharmajanto Kasih; yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya itu
Terdakwa PT. NSP berkantor pusat di Gedung Sampoerna Strategic Square,
North Tower Lantai 28, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 45-46 Karet Semanggi,
Setiabudi, Jakarta Selatan 12930;----------------------------------------------------------
- Bahwa selanjutnya berdasarkan Keputusan Direksi PT. NSP tertanggal 20
Juli 2010 Nomor : 245/NSP/VII/10/HQ/CD, dinyatakan Perseroan
memandang perlu untuk mendirikan cabang PT. NSP di Selat Panjang,
Kabupaten Kepulauan Meranti, Propinsi Riau, sehingga berdasarkan Akta
Hal 48 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
Pendirian Cabang dari Perseroan Terbatas PT.NSP Nomor : 71 tanggal 26
Juli 2010 yang dibuat dihadapan Mala Mukti SH., LL,M., Notaris di Jakarta
didirikan cabang (Perwakilan) PT. NSP yang berkantor di Jl. Tebing Tinggi
No.66 Selat Panjang, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan
Meranti, Propinsi Riau;-------------------------------------------------------------------------
Kegiatan usaha Kantor Cabang (Perwakilan) PT. NSP di Selat Panjang
tersebut melakukan segala kegiatan kerja yang sama dengan kantor pusat
yakni bergerak dibidang Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Hutan
Tanaman Industri (HTI) dan juga bergerak dibidang Perindustrian
Pengolahan Tepung Sagu;-------------------------------------------------------------------
- Bahwa kemudian terhadap luasan areal IUPHH-BK dalam Hutan Tanaman
(Sagu) seluas ± 21.620 hektar yang pemegang konsesinya telah beralih dari
semula oleh PT. National Timber And Forest Product kepada PT. NSP
tersebut, pada tahun 2011 dilakukan penataan batas temu gelang
sebagaimana laporan TBT No. 1536, sehingga luasan konsesi Terdakwa PT.
NSP menjadi seluas 21.418 hektar yang kemudian mendapat Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor : SK-77/Menhut-II/2013, tanggal 4 Februari
2013;-----------------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup : “Setiap usaha dan atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau
UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”, dan berdasarkan Pasal 2 ayat (2)
jo Lampiran I huruf c Bidang Pertanian Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Amdal, yakni “jenis kegiatan yang wajib memiliki AMDAL
adalah jenis kegiatan budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit
pengolahannya skala / besaran ≥ 2000 ha”;--------------------------------------------
- Bahwa berdasarkan pasal 40 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menentukan bahwa “Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami
perubahan, penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui
izin lingkungan“ dan dalam Pasal 50 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan menentukan
bahwa “Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan
permohonan perubahan izin lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan
yang telah memperoleh izin lingkungan direncanakan dilakukan perubahan”,
dan ayat (2) “Perubahan usaha/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Perubahan kepemilikan usaha dan/atau kegiatan;--------------------------------
Hal 49 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup”;---------------
Dengan demikian Terdakwa PT. NSP yang bergerak di bidang Hutan
Tanaman Industri jenis Sagu dengan luas lahan lebih dari 2000 hektar yakni
seluas 21.418 hektar tersebut wajib memiliki AMDAL dan Izin Lingkungan.
Namun dalam melakukan kegiatannya, Terdakwa PT. NSP menggunakan
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Hak Pengusahaan Hutan Tanaman
Industri Murni Sagu Milik atas nama PT. National Timber and Forest Product
yang disetujui dan disahkan oleh Komisi Pusat AMDAL Departemen
Kehutanan dan Perkebunan untuk PT. National Timber and Forest Product
dengan surat Nomor : 134/DJ-P/ANDAL/99 Tanggal 31 Agustus 1999.
Dengan kata lain, AMDAL PT. National Timber and Forest Product hanya
untuk PT. National Timber and Forest Product karena pemrakarsanya adalah
PT. National Timber and Forest Product;-------------------------------------------------
- Bahwa Terdakwa PT. NSP tidak melakukan prakarsa untuk merevisi AMDAL
dari yang semula AMDAL PT. National Timber and Forest Product menjadi
AMDAL PT. NSP sendiri, karena sesungguhnya Terdakwa PT. NSP tidak
memiliki AMDAL, sehingga juga tidak memiliki Izin Lingkungan;-------------------
- Bahwa pembukaan lahan dengan cara land clearing pada areal IUPHH-BK
Terdakwa PT. NSP dengan menyerahkan pekerjaan tersebut antara lain
kepada PT. Nuansa Pertiwi dan PT. Sumatera Multi Indah dimulai sejak bulan
Maret 2011 sampai dengan bulan Desember 2013 yang luas secara
keseluruhan yang sudah dilakukan land clearing lebih kurang 7.000 (tujuh
ribu) hektar dengan membuat petak-petak blok dan membuat parit/kanal
serta jalan disisi kanal dengan ukuran satu petak yaitu lebih kurang 1000
meter X 500 meter = 50 hektar, dengan cara melakukan imas tumbang
(secara manual/tebang pakai mesin potong maupun parang dan alat berat
berupa exavator) kemudian potongan kayu tersebut dirumpuk sesuai dengan
jalur rumpukan yang ditentukan selanjutnya untuk dapat dilakukan
penanaman sagu;-------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa areal Terdakwa PT NSP dengan luas 21.418 hektar tersebut dengan
rincian sebagai berikut :
a. Pada Blok I, II III dan IV sesuai dengan petak kerja telah ditumbuhi
tanaman sagu produktif seluas lebih kurang 4000 ha, dengan tahun tanam
1996;--------------------------------------------------------------------------------------------
b. Pada Blok V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII, XIII sesuai dengan petak kerja
merupakan tanaman sagu yang harus ditanam ulang seluas lebih kurang
7000 ha dan areal tersebut hampir seluruhnya telah ditanam ulang
(direhabilitasi) dengan cara :

Hal 50 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Tahun 2010 melakukan imas tumbang, land clearing dan ditindaklanjuti
dengan melakukan penanaman sagu pada Blok V, VI, VII, dan VIII;----------
- Tahun 2011 melakukan imas tumbang, land clearing dan ditindaklanjuti
dengan melakukan penanaman sagu pada Blok IX, X dan XI;-----------------
- Tahun 2012 hanya melanjutkan RKT tahun 2011;----------------------------------
- Tahun 2013 melakukan imas tumbang, land clearing dan ditindaklanjuti
dengan melakukan penanaman sagu pada Blok XII, dan XIII;------------------
c. Pada Blok XIV dan Blok XV merupakan areal semak belukar seluas lebih
kurang 3000 ha, dan sekira 500 ha telah dikerjakan dengan cara
menumbangkan tegakan kayunya, kemudian disteking yang akan ditanam
dengan tanaman sagu;---------------------------------------------------------------------
d. Areal kawasan hutan lindung seluas 2000 ha yang kondisinya adalah
tegakan kayu meranti, kelat, geronggang yang terdapat pada Blok I, II, III,
IV, VI, VIII, IX, XII, XIII dan XIV;----------------------------------------------------------
e. Tanaman Kehidupan, tanaman unggulan setempat dan sarana prasarana
seluas 5000 hektar;-------------------------------------------------------------------------
- Bahwa dari kondisi dan luasan areal yang sudah dimulai kegiatan
perkebunan sebagimana tersebut diatas, utamanya tanaman sagu yang tidak
produktif atau masih muda dan baru ditanam pada lahan areal lebih kurang
7000 ha dan sebagiannya dari luas lahan itu yang sedang proses di land
clearing serta adanya tanaman sagu yang baru saja di tanam pada areal
tanaman kehidupan, sesungguhnya adalah dalam keadaan sangat sensitif
terhadap ancaman kemungkinan terjadinya kebakaran, sehingga berdampak
penting dan potensial akan terjadinya pencemaran udara dan / atau
kerusakan fungsi lingkungan hidup, apalagi pada saat itu situasi setempat
cuaca kering dan minim hujan maka Terdakwa PT. NSP seharusnya
memberikan perlindungan yang optimal dari ancaman bahaya kebakaran
yang potensi terjadinya cukup tinggi tersebut yakni melengkapi kegiatan
usahanya dengan AMDAL atau UKL-UPL yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau
kegiatannya itu, akan tetapi Terdakwa PT. NSP membiarkan tidak
dilengkapinya AMDAL atau UKL-UPL atas nama PT. NSP dalam kegiatan
usahanya;-----------------------------------------------------------------------------------------
- Bahwa dengan tidak dimilikinya AMDAL atau UKL-UPL atas nama PT. NSP,
maka pada tanggal 10 Juni 2014, PT. NSP mengajukan revisi / perubahan
AMDAL sebagaimana surat PT. NSP Nomor : 273/NSP/VI/14/RO/GC
tanggal 10 Juni 2014 yang ditujukan kepada Kepala Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti dengan tembusannya antara lain
kepada Bupati Kepulauan Meranti. Dengan demikian semakin memperkuat
Hal 51 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
dan mempertegas sesungguhnya Terdakwa PT NSP memang tidak memiliki
AMDAL atau UKL-UPL apalagi Izin Lingkungan sejak awal melaksanakan
kegiatan perkebunannya, karena Izin Lingkungan diterbitkan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;------------
Perbuatan Terdakwa PT. NSP sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
pasal 109 jo pasal 36 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-undang
Republik Indonesia Nomor : 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;----------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap Dakwaan Penuntut Umum tersebut
Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya mengajukan keberatan (eksepsi)
secara tertulis yang dibacakan di persidangan tanggal 20 Agustus 2014 yang
pada intinya mohon agar Pengadilan Negeri Bengkalis menjatuhkan Putusan
sebagai berikut :
1. Menerima dan mengabulkan keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa PT.
NATIONAL SAGO PRIMA yang diwakili oleh Direktur Utaman Eris Ariaman ;-
2. Menyatakan Dakwaan Penuntut Umum Nomor PDM-245/BKS/11/2014
tanggal 24 Nopember 2014 batal demi hukum atau setidak-tidaknya
menyatakan Dakwaan Penuntut Umum tersebut tidak dapat diterima ;----------
3. Mengembalikan seluruh dokumen-dokumen yang disita ;---------------------------
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara ;-----------------------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap keberatan (eksepsi) dari Penasihat Hukum
Terdakwa tersebut Penuntut Umum telah menyatakan pendapat/tanggapan
yang dibacakan dan diserahkan di persidangan pada tanggal 3 Desember
2014, yang pada pokoknya mohon agar Pengadilan Negeri Bengkalis
menjatuhkan Putusan Sela sebagai berikut :

1. Menolak keberatan (eksepsi) Saudara Penasehat Hukum Terdakwa secara


keseluruhan ;------------------------------------------------------------------------------------
2. Menyatakan Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum atas nama Terdakwa PT.
NATIONAL SAGO PRIMA YANG DIWAKILI OLEH DIREKTUR UTAMA ERIS
ARIAMAN adalah sah dan dapat diterima karena telah disusun secara
cermat, jelas dan lengkap sesuai ketentuan pasal 143 ayat 2 huruf b.
KUHAP; -------------------------------------------------------------------------------------------
3. Menetapkan sidang perkara pidana atas nama Terdakwa PT. NATIONAL
SAGO PRIMA YANG DIWAKILI OLEH DIREKTUR UTAMA ERIS ARIAMAN
dapat dilanjutkan dengan acara pemeriksaan saksi-saksi ;--------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap keberatan (eksepsi) yang diajukan oleh
Penasihat Hukum Terdakwa tersebut, dan setelah mendengar pula
pendapat/tanggapan Penuntut Umum, Pengadilan Negeri Bengkalis telah
Hal 52 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
menjatuhkan Putusan Sela tanggal 3 Desember 2014 Nomor 547/Pid.Sus/
2013/PN.BLS, yang amarnya sebagai berikut :

1. Menolak Keberatan/Eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa PT.NATIONAL


SAGO PRIMA;----------------------------------------------------------------------------------
2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara
pidana Nomor : 547/PID.SUS/2014/PN.Bls, atas namaTerdakwa PT
NATIONAL SAGO PRIMA tersebut;-------------------------------------------------------
3. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;--------------------
---------Menimbang, bahwa didepan persidangan, Penuntut Umum telah
menuntut Terdakwa sesuai dengan surat tuntutannya tertanggal 23 Desember
2014 yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara ini memutuskan :

1. Menyatakan Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA yang diwakili oleh


Pengurus/Kuasa bertindak untuk dan atas nama Terdakwa ERIS
ARIAMAN, SH telah terbukti dan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Dakwaan Kumulatif
berupa Dakwaan Kesatu Subsidair melanggar Pasal 98 ayat (1) Jo Pasal
116 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, DAN
Dakwaan Kedua melanggar Pasal 50 ayat (3) huruf d Jo Pasal 78 ayat (3),
(14) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan, DAN Dakwaan Ketiga melanggar Pasal 92 ayat (2) huruf a Jo
Pasal 17 ayat (2) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan,
DAN Dakwaan Keempat melanggar Pasal 109 Jo Pasal 36 ayat (1) Jo
Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;---

2. Menjatuhkan pidana denda terhadap Terdakwa PT. NATIONAL SAGO


PRIMA sebesar Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah);------------------------

Menjatuhkan Pidana Tambahan terhadap Terdakwa PT. NATIONAL


SAGO PRIMA berupa perbaikan akibat tindak pidana untuk memulihkan
lahan yang rusak akibat kebakaran lahan, dengan biaya sebesar Rp.
1.046.018.923.000,- (satu trilyun empat puluh enam milyar delapan belas
juta sembilan ratus dua puluh tiga ribu rupiah);--------------------------------------

3. Menyatakan barang bukti berupa :

Hal 53 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Legalisir Foto Copy Akta No. 4 tanggal tanggal 10 Maret 2009 dihadapan
Notaris NANDA FAUS IWAN, SH. M Kn yang berkedudukan di Jakarta
Selatan;---------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 53 tanggal 13 April 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 54 tanggal 13 April 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 16 tanggal 10 Mei 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 71 tanggal 26 Juli 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 23 tanggal 7 September 2010 dihadapan
Notaris MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 24 tanggal 7 September 2010 dihadapan
Notaris MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 108 tanggal 18 Mei 2011 dihadapan Notaris
MALA MUKTI , SH. LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 29 tanggal 04 Februari 2013 dihadapan
Notaris TINTIN SURTINI , SH. MH. M Kn yang berkedudukan di Jakarta
Pusat;-----------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 31 tanggal 14 Maret 2014 dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG, SH. M Kn yang berkedudukan di Jakarta
Selatan;---------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 09 tanggal 16 Juni 2014 dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG, SH. M Kn yang berkedudukan di Jakarta Selatan;------
- Legalisir Foto Copy Akta No. 20 tanggal 16 Juni 2014 dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG, SH. M Kn yang berkedudukan di Jakarta Selatan;------
- Foto Copy yang dilegalisir Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHBK) pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman
(sagu) kepada PT. National Timber and Forest Product atas areal hutan
produksi seluas lebih kurang 21.620 Ha di Propinsi Riau sesuai dengan
SK.353/Menhut-II/2008;------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy SK. 380/Menhut-II/2009 tentang perubahan atas
keputusan menteri kehutanan;---------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy SK.77/Menhut-II/2013 tentang penetapan batas areal
kerja Izin Usaha Pemanfaatan hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) pada
hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu) PT. National Sago
Prima seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat ratus delapan belas)
Hektare di Kab. Kepulauan Meranti;--------------------------------------------------
Hal 54 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
- Legalisir Foto Copy Persetujuan ANDAL, RKLdan RPL HPHTI-SAGU PT.
National Timber and Forest Product Nomor 134/DJ-P/AMDAL/99 tanggal
31 agustus 1999 seluas 19.900 Ha;--------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu HTI (Sagu) Jangka waktu 10 tahun 2010 s/d 2019;--------------
- Legalisir Foto Copy Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman
(Sagu) tahun 2013 beserta surat PT. NSP Nomor 223/NSP/X/13/RO/GC
tanggal 30 Oktober 2013, serta Pakta Integritas tanggal 30 Oktober 2013.
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishut Prop. Riau
No.327/NSP/IV/13/RO/GC tanggal 15 April 2013;--------------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishutbun Kab. Kepulauan
Meranti No.247/NSP/III/14/RO/GC tanggal 17 Maret 2014.
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishutbun Kab. Kepulauan
Meranti No.245/NSP/III/14/RO/GC tanggal 05 Maret 2014;--------------------
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishutbun Kab. Kepulauan
Meranti No.239/NSP/II/14/RO/GC tanggal 06 Februari 2014.
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishutbun Kab. Kepulauan
Meranti No.238/NSP/II/14/RO/GC tanggal 05 Februari 2014;------------------
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada Kadishutbun Kab. Kepulauan
Meranti No.237/NSP/II/14/RO/GC tanggal 01 Februari 2014;------------------
- Legalisir Foto Copy Laporaan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan IV Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan IV
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan IV Laporan
penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan Dan Tenaga Kerja Indonesia dan
TKWNAP, laporan Bulanan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
tahun 2013, untuk periode Oktober - Desember 2013;--------------------------
- Legalisir Foto Copy Laporaan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan III Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan III
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan III Laporan
penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan Dan Tenaga Kerja Indonesia dan
TKWNAP, laporan Bulanan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
tahun 2013, untuk periode Juli - September 2013;--------------------------------
- Legalisir Foto Copy Laporaan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan II Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan II
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan II Laporan
Hal 55 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan Dan Tenaga Kerja Indonesia dan
TKWNAP, untuk periode April – Juni 2013;-----------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Laporaan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan I Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan I
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan I Laporan
penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan Dan Tenaga Kerja Indonesia dan
TKWNAP, laporan Bulanan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
tahun 2013, untuk periode Januari - Maret 2013;---------------------------------
- Legalisir Foto Copy 16 Lembar surat bukti pembelian perlengkapan
pemadam kebakaran oleh PT. NSP;--------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat Keputusan PT. NSP No.01/NSP-SK/PMK/I/14
tanggal 10 Januari 2014;-----------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Sampoerna Agro Standar Operasional Prosedur
Pemadaman Kebakaran No. P.NSP-KBN-PMK-01 tanggal 09 Januari
2014;------------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Sertifikat Kepesertaan Jamsostek Nomor
1100000026023 tanggal 01 Desember 2011;--------------------------------------
- Legalisir Foto Copy TDP PT. National Sago Prima nomor
09.03.1.02.65813;-------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy NPWP 2.873.766.2-218-001 atas nama PT. National
Sago Prima tanggal 28 Juli 2010;-----------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat Izin Tempat Usaha Nomor :
503/SITU/VII/209/2010 tanggal 13 Juli 2010;---------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Izin Undang - Undang Gangguan (H.O) Nomor :
508/H.O/T.T/53/VII/2010;----------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat Keterangan Nomor : 35/KLKS/VII/2010 tanggal
2 Juli 2010;----------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Perjanjian Kerja antara PT. National Sago Prima
dengan SETYO BUDI UTOMO tanggal 01 April 2010;---------------------------
- Legalisir Foto Copy Perjanjian Kerja antara PT. National Sago Prima
dengan PANDUMAAN SIREGAR tanggal 01 April 2010;-----------------------
- Legalisir Foto Copy Perjanjian Kerja antara PT. Sampoerna Bio Fuel
dengan ERWIN tanggal 15 Januari 2009;-------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat Keputusan PT. NSP
No.005/NSP/HRS/SK/P/III/2012 tanggal 15 Maret 2012;------------------------
- Legalisir Foto Copy Surat PT. NSP kepada BAJURI tanggal 23 Oktober
2013;------------------------------------------------------------------------------------------

Hal 56 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Legalisir Foto Copy Perjanian pemborongan Pekerjaan PT. National
Sago Prima - PT. Nuansa Pertiwi Nomor : NSP/SPK-LC/2013/I/0001;------
- Legalisir Foto Copy Perjanjian pemborongan Pekerjaan PT. National
Sago Prima - PT. Sumatera Multi Indah Nomor : NSP/SPK-
LC/2014/I/002;------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy PerjanJian pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu Ir. ERWIN - INDRA SYAFRIZAL Nomor
: 03/SPK/PBS/NSP/V/2013.
- Legalisir Foto Copy Perjanjian pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu PT. NSP - ACAT Nomor :
04/SPK/PBS/NSP/VIII/2013;------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Perjanian pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu PT.NSP - ACAT Nomor :
003/SPK/PBS/NSP/III/2013;------------------------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Berita Acara Pembayaran Nomor 001/BAP/NSP-
Stacking/II/2014 tanggal 03 Februari 2014;-----------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Berita Acara Pembayaran Nomor 001/BAP/NSP-
Stacking/I/2014 tanggal 04 Januari 2014;-------------------------------------------
- Legalisir Foto Copy Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Sewa
Excavator untuk Cuci Kanal tanggal 1 September 2010;------------------------
- Legalisir Foto Copy Peta kerja PT. NSP;--------------------------------------------
Tetap terlampir dalam berkas perkara;-----------------------------------------------

4. Menghukum Terdakwa PT. NATIONAL SAGO PRIMA untuk membayar


biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu Rupiah);--------------------------

---------Menimbang, bahwa Pengadilan Negeri Bengkalis telah menjatuhkan


Putusan Nomor 547/Pid.Sus/2014/ PN.Bls, tanggal 22 Januari 2015 yang
amarnya berbunyi sebagai berikut :
1. Menyatakan Terdakwa PT.National Sago Prima tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
dakwaan Kesatu Primair, Kesatu Subsidair, Kedua, Ketiga dan Keempat;-
2. Membebaskan Terdakwa PT.National Sago Prima dari dakwaan Kesatu
Primair, Kesatu Subsidair, Kedua, Ketiga dan Keempat tersebut;------------
3. Menyatakan Terdakwa PT. National Sago Prima telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Karena kelalaiannya
mengakibatkan dilampauinya kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”;-
4. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan pidana
denda sebesar Rp.2.000.000.000,- (dua milyar rupiah);------------------------

Hal 57 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


5. Menjatuhkan pidana tambahan terhadap Terdakwa PT.National Sago
Prima berupa kewajiban melengkapi sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran sesuai dengan petunjuk standarisasi sarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan pengawasan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun;----------------------------------------------------------------------
6. Menetapkan barang bukti berupa :

- Legalisir fotocopy Akta No.4 tanggal 10 Maret 2009 dihadapan Notaris


NANDA FAUS IWAN,SH.MKn yang berkedudukan di Jakarta Selatan;
- Legalisir fotocopy Akta No.53 tanggal 13 April 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;---------------------
- Legalisir fotocopy Akta No.54 tanggal 13 April 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;---------------------
- Legalisir fotocopy Akta No.16 tanggal 10 Mei 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;---------------------
- Legalisir fotocopy Akta No.71 tanggal 26 Juli 2010 dihadapan Notaris
MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;---------------------
- Legalisir fotocopy Akta No.23 tanggal 7 September 2010 dihadapan
Notaris MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------
- Legalisir fotocopy Akta No.24 tanggal 7 September 2010 dihadapan
Notaris MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------
- Legalisir fotocopy Akta No.108 tanggal 18 Mei 2010 dihadapan
Notaris MALA MUKTI,SH.LLM yang berkedudukan di Jakarta;-----------
- Legalisir fotocopy Akta No.29 tanggal 4 Februari 2013 dihadapan
Notaris TINTIN SURTINI,SH.MH.M Kn yang berkedudukan di Jakarta;
- Legalisir fotocopy Akta No.31 tanggal 14 Maret 2014 dihadapan
Notaris LIESTIANI WANG.SH.M Kn yang berkedudukan di Jakarta
Selatan;----------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Akta No.09 tanggal 16 Juni 2014 dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG.SH.M Kn yang berkedudukan di Jakarta Selatan;
- Legalisir fotocopy Akta No.20 tanggal 16 Juni 2014 dihadapan Notaris
LIESTIANI WANG.SH.M Kn yang berkedudukan di Jakarta Selatan;---
- Fotocopy yang dilegalisir Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan
Kayu (IUPHHBK) pada tanaman industri dalam Hutan Tanaman
(sagu) kepada PT.National Timber and Forest Product atas areal
hutan produksi seluas lebih kurang 21.620 Ha di Propinsi Riau sesuai
dengan SK.353/Menhut-II/2008;--------------------------------------------------

Hal 58 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


- Legalisir fotocopy SK.380/Menhut-II/2009 tentang perubahan atas
keputusan menteri kehutanan;-----------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy SK.77/Menhut-II/2013 tentang penetapan batas
areal kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
(IUPHHBK) pada hutan tanaman industri dalam hutan tanaman (sagu)
PT.National Sago Prima seluas 21.418 (dua puluh satu ribu empat
ratus delapan belas) Hektar di Kab.Kepulauan Meranti;--------------------
- Legalisir fotocopy Persetujuan ANDAL, RKL dan RPL, HPHTI-SAGU
PT.National Timber and Forest Product Nomor 134/DJ-P/AMDAL/99
tanggal 31 Agustus 1999 seluas 19.900 Ha;-----------------------------------
- Legalisir fotocopy Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Bukan Kayu HTI (Sagu) jangka waktu 10 tahun 2010 s/d 2019;----------
- Legalisir fotocopy Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Bukan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan
Tanaman (Sagu) tahun 2013 beserta surat PT.NSP Nomor
223/NSP/X/13/RO/GC tanggal 30 Oktober 2013 serta Pakta Integritas
tanggal 30 Oktober 2013;-----------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy surat PT.NSP kepada Kadishut Prop.Riau
No.327/NSP/IV/13/RO/GC tanggal 15 April 2013;----------------------------
- Legalisir fotocopy Surat PT.NSP kepada Kadishutbun Kab.Kepulauan
Meranti No.247/NSP/III/14/RO/GC tanggal 17 Maret 2014;----------------
- Legalisir fotocopy Surat PT.NSP kepada Kadishutbun Kab.Kepulauan
Meranti No.245/NSP/III/14/RO/GC tanggal 05 Maret 2014;
- Legalisir fotocopy Surat PT.NSP kepada Kadishutbun Kab.Kepulauan
Meranti No.239/NSP/II/14/RO/GC tanggal 06 Februari 2014;-------------
- Legalisir fotocopy Surat PT.NSP kepada Kadishutbun Kab.Kepulauan
Meranti No.238/NSP/II/14/RO/GC tanggal 05 Februari 2014;-------------
- Legalisir fotocopy Surat PT.NSP kepada Kadishutbun Kab.Kepulauan
Meranti No.237/NSP/II/14/RO/GC tanggal 01 Februari 2014;-------------
- Legalisir fotocopy Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan IV Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan
IV Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan IV
Laporan Penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan dan Tenaga Kerja
Indonesia dan TKWNAP, Laporan Bulanan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Hutan tahun 2013 untuk periode Oktober-Desember
2013;--------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan III Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan
Hal 59 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
III Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan III
Laporan Penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan dan Tenaga Kerja
Indonesia dan TKWNAP, Laporan Bulanan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Hutan tahun 2013 untuk periode Juli-September
2013;--------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan II Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan II
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan II
Laporan Penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan dan Tenaga Kerja
Indonesia dan TKWNAP untuk periode April-Juni 2013;-------------------
- Legalisir fotocopy Laporan Pengendalian Kebakaran Hutan Tahun
2013, Laporan Triwulan I Penggunaan Peralatan, Laporan Triwulan I
Kemajuan Pembangunan IUPHHBK-HTI Sagu, Laporan Bulanan
Kegiatan Perlindungan Hutan tahun 2013, Laporan Triwulan I Laporan
Penggunaan Tenaga Teknis Kehutanan dan Tenaga Kerja Indonesia
dan TKWNAPuntuk periode Januari-Maret 2013;----------------------------
- Legalisir fotocopy 16 lembar surat bukti pembelian perlengkapan
pemadam kebakaran oleh PT.NSP;----------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Surat Keputusan PT.NSP No.01/NSP-SK/PMK/I/14
tanggal 10 Januari 2014;------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Sampoerna Agro Standar Operasional Produser
Pemadaman Kebakaran No.P.NSP-KBN-PMK-01 tanggal 09 Januari
2014;--------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Sertifikat Kepesertaan Jamsostek Nomor
1100000026023 tanggal 01 Desember 2011;---------------------------------
- Legalisir fotocopy TDP PT.National Sago Prima nomor
09.03.1.02.65813;---------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy NPWP 2.873.766.2-218-001 atas nama PT.National
Sago Prima tanggal 28 Juli 2010;-------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Surat Izin Tempat Usaha Nomor:503/SITU/VII/
209/2010 tanggal 13 Juli 2010;----------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Izin undang-undang Gangguan (HO) Nomor:508/
H.O/T.T/53/VII/2010;-----------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Surat Keterangan Nomor:35/KLKS/VII/2010 tanggal
2 Juli 2010;------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Kerja antara PT.National Sago Prima
dengan SETYO BUDI UTOMO tanggal 01 April 2010;----------------------
Hal 60 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
- Legalisir fotocopy Perjanjian Kerja antara PT.National Sago Prima
dengan PANDUMAAN SIREGAR tanggal 01 April 2010;-------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Kerja antara PT.Sampoerna Bil Fuel
dengan ERWIN tanggal 15 Januari 2009;--------------------------------------
- Legalisir fotocopy Surat Keputusan PT.NSP No.005/NSP/HRS/
SK/P/III/2012 tanggal 15 Maret 2009;--------------------------------------------
- Legalisir fotocopy surat PT.NSP kepada BAJURI tanggal 23 Oktober
2013;--------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Pemborongan pekerjaan PT.National
Sago Prima-PT.Nuansa Pertiwi Nomor:NSP/SPK-LC/2013/I/0001;-----
- Legalisir fotocopy Perjanjian Pemborongan Pekerjaan PT.National
Sago Prima-PT.Sumatera Multi Indah Nomor:NSP/SPK-LC/2014/I/
002;---------------------------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu Ir.ERWIN-INDRA SYAFRIZAL
Nomor:03/SPK/PBS/NSP/V/2013;------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu PT.NSP-ACAT
Nomor:04/SPK/PBS/NSP/VIII/2013;---------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Perjanjian Pemborongan Pekerjaan tentang
Pekerjaan Penanaman bibit sagu PT.NSP-ACAT Nomor:003/SPK/
PBS/NSP/III/2013;--------------------------------------------------------------------
- Legalisir fotocopy Berita Acara Pembayaran Nomor 001/BAP/NSP-
Stacking/II/2014 tanggal 03 Februari 2014;------------------------------------
- Legalisir fotocopy Berita Acara Pembayaran Nomor 001/BAP/NSP-
Stacking/II/2014 tanggal 04 Februari 2014;------------------------------------
- Legalisir fotocopy Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Sewa
Excavator untuk cuci Kanal tanggal 1 September 2010;-------------------
- Legalisir fotocopy Peta kerja PT.NSP;-------------------------------------------
Tetap terlampir dalam berkas perkara;-----------------------------------------------
7. Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam perkara
ini sebesar Rp.5.000,00 (Lima ribu Rupiah) ;---------------------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis
tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan permintaan banding dihadapan
Panitera Pengadilan Negeri Bengkalis pada tanggal 28 Januari 2015,
sebagaimana ternyata dari Akta Permintaan Banding Nomor 2.Bdg/Akta.Pid/
2015/PN.Bls. dan permintaan banding dari Penuntut Umum tersebut telah
diberitahukan kepada Penasihat Hukum Terdakwa melalui Jurusita Pengganti
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada hari Kamis tanggal 5 Maret 2015,
Hal 61 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
sesuai dengan Pemberitahuan Permohonan Banding Nomor 547/Pid.Sus/
2014/PN.Bls ; ---------------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa Penuntut Umum telah mengajukan Memori Banding
tanggal 26 Februari 2015 yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Bengkalis pada hari Kamis tanggal 26 Februari 2015 sebagaimana ternyata
dari Akta Penerimaan Memori Banding Nomor 2 Bdg/Akta.Pid/2015/PN.Bls
dan memori banding dari Penuntut Umum tersebut telah diberitahukan oleh
Wakil Panitera Pengadilan Negeri Bengkalis melalui Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan berdasarkan Surat tanggal 3 Maret 2015 Nomor W4.U3/541/
HN.01.10/III/2015;----------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap Memori Banding yang diajukan oleh
Penuntut Umum tersebut, Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan
Kontra Memori Banding tanggal 27 Februari 2015 yang diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Bengkalis pada hari Jumat tanggal 27 Maret 2015,
sebagaimana ternyata dari Akta Penerimaan Kontra Memori Banding Nomor 2
Bdg/Akta.Pid/2015/PN.Bls dan Kontra Memori Banding yang diajukan oleh
Penasihat Hukum Terdakwa tersebut telah diberitahukan dan diserahkan
kepada Penuntut Umum pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 sebagaimnana
ternyata dari Akta Penyerahan Kontra Memori Banding Nomor 2.Bdg/Akta.Pid/
2015/PN.Bls;-----------------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa terhadap Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis
tersebut, Penasihat Hukum Terdakwa juga telah mengajukan permintaan
banding dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Bengkalis pada hari Rabu
tanggal 28 Januari 2015 sebagaimana ternyata dari Akta Permintaan Banding
Nomor 2.Bdg/Akta.Pid/ 2015/PN.Bls dan permintaan banding dari Penasihat
Hukum Terdakwa tersebut telah diberitahukan kepada Penuntut Umum pada
hari Kamis tanggal 29 Januari 2015 sebagaimana ternyata dari Akta
Pemberitahuan Permintaan Banding Nomor 2.Bdg/Akta .Pid/ 2015/PN.Bls ;-----
---------Menimbang, bahwa Penasihat Hukum Terdakwa telah pula mengajukan
Memori Banding yang diterima diKepaniteraan Pengadilan Negeri Bengkalis
pada hari Senin tanggal 16 Februari 2015 sebagaimana ternyata dari Akta
Penerimaan Memori Banding Nomor 2.Bdg/Akta.Pid/2015/PN.Bls dan Memori
Banding dari Penasihat Hukum Terdakwa tersebut telah diberitahukan dan
diserahkan kepada Penuntut Umum pada hari Selasa tanggal 17 Februari 2015
sebagaimnana ternyata dari Akta Penyerahan Memori Banding Nomor
2.Bdg/Akta.Pid/ 2015/PN.Bls;-------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa sebelum berkas perkara Terdakwa dikirimkan ke
Pengadilan Tinggi Pekanbaru, baik kepada Penuntut Umum maupun kepada
Penasihat Hukum Terdakwa telah diberi kesempatan untuk mempelajari berkas
Hal 62 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
perkara ( inzage ), sebagaimana ternyata dari Surat Panitera/Sekretaris
Pengadilan Negeri Bengkalis masing-masing tanggal 4 Februari 2015 Nomor
W4.U.3/ 288/HN.01.10/II/2015 dan tanggal 4 Februari 2015 Nomor W4.U3/289
/HN.01.10/II/2015 ;---------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka
permintaan banding dari Penuntut Umum maupun Penasihat Hukum Terdakwa
tersebut telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara serta telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Undang-undang, oleh karena itu
permintaan banding dari Penuntut Umum dan Penasihat Hukum Terdakwa
tersebut dapat diterima;---------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa setelah membaca, memperhatikan dan meneliti
dengan seksama berkas perkara, Berita Acara Persidangan, Salinan resmi
Putusan Sela Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 547/Pid.Sus /2014/PN.Bls,
tanggal 3 Desember 2014, salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis
Nomor 547/Pid.Sus/2014/PN.Bls, tanggal 22 Januari 2015, Memori Banding dari
Penuntut Umum dan Kontra Memori Banding dari Penasihat Hukum Terdakwa
serta Memori Banding dari Penasihat Hukum Terdakwa, Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Pekanbaru berpendapat bahwa pertimbangan hukum dalam
putusan Pengadilan Tingkat Pertama telah diambil berdasarkan hukum dan
telah benar dan tepat, sehingga pertimbangan hukum tersebut diambil alih
menjadi pertimbangan Hukum Majelis hakim Tingkat Banding dalam memeriksa
perkara ini, dan akan menambahkan lagi pertimbangan sebagai mana tersebut
dibawah ini;-------------------------------------------------------------------------------------------

---------Menimbang, bahwa terhadap keberatan Penuntut Umum sebagaimana


dimaksud dalam Memori Bandingnya, yang pada intinya adalah :

1. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bengkalis, dalam pertimbangan


penjatuhan hukuman pidana denda kepada Terdakwa atas nama PT.
National Sago Prima yang diwakilkan Eris Ariaman tidak tepat, oleh sebab itu
tindak pidana sebagaimana dalam tuntutan “ setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup “ yang menurut Judex Factie terbukti dan terhadap
penjatuhan pidana dendanya seyogyanya harus sepadan dengan
perbuatannya ;----------------------------------------------------------------------------------

2. Bahwa penjatuhan hukuman pidana denda yang dijatuhkan oleh Majelis


Hakim Pengadilan Negeri Bengkalis kepada Terdakwa atas nama PT.
National Sago Prima yang diwakilkan Eris Ariaman tidak sepadan dengan
Hal 63 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
yang telah Terdakwa lakukan, hal tersebut akan kami uraikan sebagai
berikut:

- Bahwa perbuatan Terdakwa tidak mendukung program Pemerintah dalam


upaya perlindungan pengelolaan lingkungan hidup serta pencegahan dan
pemberantasan perusakan hutan ; ------------------------------------------------------

- Bahwa perbuatan Terdakwa menimbulkan kerugian Negara yang sangat


besar ;--------------------------------------------------------------------------------------------

- Bahwa Putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Bengkalis untuk


membayar pidana sebanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) terlalu
rendah dan tidak mencerminkan rasa keadilan dalam kehidupan di
masyarakat ;------------------------------------------------------------------------------------

- Bahwa Putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Bengkalis tidak


bersifat preventif bagi terjadinya tindak pidana sejenis akibat ringannya
pidana denda yang harus dibayar oleh Terdakwa ;----------------------------------

- Bahwa hukuman yang terlalu ringan tersebut tidak menimbulkan efek jera
bagi Terdakwa mengingat bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa
sudah melanggar norma-norma lingkungan hidup sehingga menimbulkan
banyaknya kerugian baik secara materiil maupun imateriil dalam skala
besar;---------------------------------------------------------------------------------------------

- Bahwa dengan dijatuhkannya hukuman yang terlalu ringan kepada


Terdakwa, akan menyebabkan oknum-oknum lain tidak takut dan resah
untuk membiarkan suatu tindak pidana lingkungan kembali terjadi;------------

- Bahwa dengan tidak dikabulkannya pidana tambahan oleh majelis hakim


berupa perbaikan akibat tindak pidana untuk memulihkan lahan yang rusak
akibat kebakaran lahan sebesar Rp 1.046.018.923.000 (Satu Triliun Empat
Puluh Enam Milyar Delapan Belas Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga
Ribu Rupiah), maka hal tersebut menyebabkan kerugian teramat besar
terhadap pulihnya lingkungan hidup, sanitasi lingkungan, sumber daya
alam, flora dan fauna, dan hal-hal lain dimana masyarakat sangat
menggantungkan jalannya roda kehidupan dan sosial kepada lahan-lahan
yang telah rusak;------------------------------------------------------------------------------

- Bahwa dibutuhkan waktu yang teramat sangat lama untuk memulihkan


kerusakan lahan yang telah terjadi;-------------------------------------------------------

- Bahwa keputusan Majelis Hakim sangat mencederai rasa keadilan


masyarakat;-------------------------------------------------------------------------------------

Dan Penunut Umum mohon agar Terdakwa dihukum lebih berat;------------


Hal 64 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
---------Menimbang, bahwa mengenai keberatan Penuntut Umum nomor 1
(satu); Pengadilan Tingkat Pertama telah mempertimbangkan sedemikian rupa,
dimana pertimbangan tersebut telah berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan dan telah pula bersesuaian dengan perbuatan Terdakwa
PT.NSP, yang diwakilkan Eris Ariaman, dan juga telah memenuhi unsur-
unsur pidana yang didakwakan Penuntut Umum yakni pada Dakwaan, kesatu
Lebih Subsidair Pasal 99 ayat (1) jo Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;----------------------------------------------------------------

---------Menimbang, bahwa adapun pasal 99 ayat (1) Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup berbunyi sebagai berikut : “Setiap orang yang karena
kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mut
air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 ( satu ) tahun dan paling lama 3 ( tiga )
tahun dan denda paling sedikit Rp. 1. 000.000.000,00 ( satu milyar Rupiah )
dan paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 ( tiga milyar Rupiah )”;----------------------

---------Menimbang, bahwa Pasal 116 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik


Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, berbunyi sebagai berikut : “ Apabila tindak Pidana
lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha,
tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada : a. badan usaha;
dan /atau dan seterusnya “;--------------------------------------------------------------------

---------Menimbang, bahwa kalau dilihat dari kedua pasal tersebut maka apa
yang diputuskan Pengadilan Tingkat pertama dengan pertimbangan yang
berdasarkan hukum, Pengadilan Tinggi berpendapat putusan tersebut sudah
benar dan tepat karena pidana denda yang yang dijatuhkan bukanlah pidana
denda minimal dan tidak pula pidana denda maximal karena terhadap
perbuatan terdakwa PT NSP, masih ada ditemukan hal-hal yang meringankan;--

---------Menimbang, bahwa mengenai tidak dikabulkannya pidana tambahan


oleh majelis hakim tingkat pertama, yakni berupa perbaikan akibat tindak pidana
untuk memulihkan lahan yang rusak akibat kebakaran lahan sebesar
Rp 1.046.018.923.000 (Satu Triliun Empat Puluh Enam Milyar Delapan Belas
Juta Sembilan Ratus Dua Puluh Tiga Ribu Rupiah), Pengadilan tingkat banding
berpendapat; Bahwa adalah tidak adil dan patut menjatuhkan pidana tambahan
,karena yang terbukti atas perbuatan Terdakwa PT.NSP, yang diwakilkan Eris
Ariaman adalah Dakwaan, kesatu Lebih Subsidair Pasal 99 ayat (1) jo Pasal

Hal 65 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


116 ayat (1) huruf a Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, namun
karena dalam kenyataan sesuai dengan fakta yang terungkap dalam
persidangan bahwa terdakwa telah terbukti telah melakukan tindak pidana
“Karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup”; Pengadilan Tingkat Pertama telah pula menjatuhkkan pidana
tambahan berupa kewajiban melengkapi sarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran sesuai dengan petunjuk standarisasi sarana
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun;--------------------------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa putusan tersebut telah bersesuaian dengan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2011 tentang Ganti Kerugian
Pasal 3 menggariskan pelanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan wajib melakukan tindakan tertentu dan/atau membayar
ganti kerugian dimana selanjutnya menurut pasal 4 bahwa tindakan tertentu
meliputi : pencegahan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup,
penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
dan/atau pemulihan fungsi lingkungan hidup;------------------------------------------
---------Menimbang bahwa, selanjutnya Pengadilan Tinggi menambah pula
pertimbangan mengenai perbuatan kelalaian Terdakwa PT.NSP, yang
diwakilkan Eris Ariaman, dalam perkara aquo sebagai berikut :

---------Menimbang, bahwa sesuai dengan keterangan saksi BUKHARI, saksi


ANWAR Bin IBRAHIM, saksi ATAN ISMAIL, Saksi AHAD LAILA, saksi RAUF,
saksi KAMARUDIN, dan saksi Drs. NURIMAN, yang telah didengar
keterangannya dibawah sumpah menyatakan tidak mengetahui apa penyebab
kebakaran dan siapa yang melakukan kebakaran dan menurut keterangan
masyarakat yang turut memadamkan api, asal kebakaran dari Sungai Pantuk
yang bersempadan dengan PT.NSP berjarak 2 km sampai ke PT. NSP, dengan
perkataan lain terjadinya kebakaran di areal konsesi PT.NSP bukan berasal dari
areal konsesi PT NSP, tetapi dari lahan yang bersepadan dengan lahan konsesi
PT.NSP yakni dari daerah sungai Pantuk;---------------------------------------------------

---------Menimbang bahwa, setelah kebakaran meluas di areal konsesi, barulah


pihak PT. NSP, mengetahuinya dan telah berusaha melakukan pemadaman
sebagai mana pengakuan saksi Bajuri, saksi Setyo Budi Utomo, Saksi
Pandumaan Siregar, Saksi Reinhard Simbolon Saksi Alfian Usman, Saksi
Suparno, Saksi M. Chairun Huda, Saksi Nasrullah Gaja yang menyatakan ikut
serta memadamkan kebakaran diareal konsesi Terdakwa, saksi Ahad Laila Isnin
Hal 66 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
selaku wartawan Riau TV yang meliput upaya pemadaman dengan bukti video
rekaman pemadaman helikopter, saksi Syamsuar selaku mekanik helikopter
yang disewa Terdakwa untuk memadamkan kebakaran didukung bukti Aircraft
Service Agreement Number IAAS/CONT/III/14-003 Date 07 March 2014, bukti
Permohonan Debit Rekening Bank Mandiri ke nomor rekening atas nama PT.
Intan Angkasa Air Service tanggal 28 Maret 2014 dan 16 Mei 2014;-----------------
---------Menimbang, bahwa akibat kebakaran tersebut PT.NSPnamun tidak
berhasil karena api yang membakar lahan / areal konsesi PT NSP yang sudah
ditanami sagu sudah demikian luasnya, dan ketidak berhasilan pemadaman
tersebut PT.NSP menderita kerugian yang cukup besar;---------------------------------
---------Menimbang, bahwa adapun penyebab sampai tidak berhasilnya PT NSP
menanggulangi kebakaran adalah karena tidak memiliki sarana dan prasarana
yang memadai untuk menanggulangi kebakaran;------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 13 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 4 tahun 2001 Tentang Pengendalian kerusakan dan atau
pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau
lahan. Menentukan : wajib memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
mencegah terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan di lokasi usahanya yang
meliputi :

a. sistem deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan atau
lahan; -----------------------------------------------------------------------------------------------
b. alat pencegahan kebakaran hutan dan atau lahan; ------------------------------------
c. prosedur operasi standar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kebakaran hutan dan atau lahan; -----------------------------------------------------------
d. perangkat organisasi yang bertanggung jawab dalam mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan;-----------------------
e. pelatihan penanggulangan kebakaran hutan dan atau lahan secara berkala;-

---------Menimbang, bahwa apabila diteliti dan dicermati rangkaian laporan –


laporan triwulan Terdakwa sejak tahun 2013, sampai terjadinya kebakaran
lahan konsesi PT NSP ternyata Terdakwa tidak memiliki sarana dan prasarana
pencegahan kebakaran yang maksimal dan sesuai standar khususnya sistem
deteksi dini untuk mengetahui terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan yang
dimiliki oleh Terdakwa, oleh karena itu Terdakwa gagal melakukan
pengendalian terhadap potensi dan kejadian kebakaran pada areal konsesi
Terdakwa;---------------------------------------------------------------------------------------------

---------Menimbang, bahwa pertimbangan tersebut diatas, adalah juga berlaku


untuk memori banding dari kontra memori banding dari terdakwa melalui kuasa
Hal 67 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR
hukumnya, dimana dengan pertimbangan tersebut, maka apa yang menjadi
alasan memori banding dari penuntut Umum dan memori banding dan kontra
memori banding dari Terdakwa melalui penasihat hukumnya tidak cukup
berharga untuk membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 547
/ Pid.Sus / 2014 / PN.Bls, tanggal 22 Januari 2015 yang dimohonkan banding
tersebut;-----------------------------------------------------------------------------------------------
---------Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Majelis
Hakim tingkat Banding sependapat dengan apa yang telah dipertimbangkan
dalam Putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama, oleh karenanya pertimbangan
hukum dalam Putusan tersebut sudah tepat dan benar dengan
mempertimbangkan alat-alat bukti dan fakta yang terungkap dipersidangan, oleh
karena itu putusan Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor
547/Pid.Sus/2014/PN.Bls Tanggal tanggal 22 Januari 2015 Dapat
dipertahankan dan dikuatkan ;------------------------------------------------------------------

---------Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan terbukti bersalah


dan dijatuhi pidana denda, maka Terdakwa harus dibebani untuk membayar
biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang untuk Pengadilan tingkat
Banding, besarnya disebutkan dalam amar putusan;-----------------------------------

----------Mengingat, ketentuan pasal 99 ayat (1) jo pasal 116 ayat (1) huruf (a)
UU. RI. Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup jo Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 jo Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP serta peraturan-peraturan lain
yang berkaitan dengan perkara ini ;-----------------------------------------------------------

M E N G A D I L I:

- Menerima permintaan banding dari Penuntut Umum dan Penasihat Hukum


Terdakwa ;

- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor 547/Pid.Sus/


2014/PN.Bls tanggal 22 Januari 2015 yang dimohonkan banding tersebut ;

- Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam kedua tingkat


peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp 2.500,- (dua ribu lima
ratus rupiah) ;

----------Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Tinggi Pekanbaru pada hari Senin tanggal 01 Juni 2015 oleh
kami Yohannes Ether Binti, S.H.,M.Hum., sebagai Ketua Majelis, Nurhaida

Hal 68 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR


Betty Aritonang S.H.,M.H. dan Tani Ginting, S.H.,M.H. masing-masing
sebagai Hakim Anggota, Putusan mana diucapkan pada hari itu juga dalam
persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis, dengan didampingi
oleh Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dihadiri oleh H.Bastarial, S.H.MH.
sebagai Panitera, akan tetapi tidak dihadiri oleh Penuntut Umum maupun
Terdakwa/Penasihat Hukumnya.

Hakim-Hakim Anggota, Hakim Ketua,

1. N. Betty Aritonang, S.H.,M.H. Yohannes Ether Binti, S.H.,M.Hum.

2. Tani Ginting S.H.,M.H.

Panitera ,

Bastarial, SH.MH.

Hal 69 dari 69 hal.Put.No.27/PID.SUS/2015/PT.PBR

Anda mungkin juga menyukai