Anda di halaman 1dari 16

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019


Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

NAGIH UTANG (DEBT COLLECTOR) PINJAMAN ONLINE BERBASIS


FINANCIAL TECHNOLOGY
Gika Asdina Firanda, Paramita Prananingtyas, Sartika Nanda Lestari
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. –Tembalang Semarang, Indonesia 50275
Email: gikafiranda@gmail.com

Abstrak

P2P Lending atau yang lebih dikenal dengan Pinjaman Online merupakan salah satu alternatif
pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi. Berbeda dengan kredit yang ada di
perbankan, P2P Lending tidak menganut prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral,
Condition) sebagai acuan kelayakan. Sehingga banyak permasalahan gagal bayar pada P2P
Lending, hal inilah yang memicu maraknya permasalahan penagihan utang yang dilakukan oleh
para penagih utang (debt collector). Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga regulator yang
berwenang mengawasi P2P Lending secara keseluruhan. Maka permasalahan yang menjadi dasar
penelitian ini adalah bagaimana pengawasan dan tindak lanjut Otoritas Jasa Keuangan terhadap
permasalahan penagihan utang oleh penagih utang (debt collector) pada P2P Lending. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif
dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis dan metode analisa yang digunakan adalah
kualitatif. Penelitian ini menggunakan data sekuder yang diperoleh dari studi kepustakaan terdiri
dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Berdasarkan hasil penelitian dalam penulisan
hukum ini, dapat disimpulkan kewenangan dan pengawasan Otoritas Jasa Keuangan dalam
mengawasi P2P Lending berdasarkan tiga cara yaitu pengawasan langsung, tidak langsung, dan
market conduct. Pada pengawasan market conduct, Otoritas Jasa Keuangan menunjuk asosiasi
yang nantinya membantu Otoritas Jasa Keuangan dalam hal regulasi dan pengawasan pada P2P
Lending. Tindak lanjut Otoritas Jasa Keuangan terhadap permasalahan penagihan utang yang
dilakukan debt collector dapat berupa sanksi tertulis hingga pencabutan izin usaha Penyelenggara
P2P Lending.

Kata Kunci : P2P Lending; Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan; Penagihan Utang

Abstract
P2P Lending or better known as Online Loans is an alternative way to borrowing money based on
information technology. Unlike credit in banking, P2P Lending does not adhere to the principle of
5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition) as a reference for eligibility. So many
problems of default on P2P Lending, this is what triggers the rise of debt collector problems
carried out by debt collectors. Otoritas Jasa Keuangan is a regulatory agency authorized to
oversee P2P Lending as a whole. Then the problem that forms the basis of this research is how
Otoritas Jasa Keuangan supervision and follow up towards debt collector’s problems in P2P
Lending. The method used in this research was normative juridical approach with descriptive-
analytical research specifications and the analysis method used is qualitative. This research uses
the secondary data obtained from the literature study consisting of primary, secondary, and
tertiary legal materials. Based on the research, it can conclude authority and supervision of
Otoritas Jasa Keuangan in P2P Lending based on three ways that are on-site, off-site, and market
conduct. In market conduct, Otoritas Jasa Keuangan appoints an association that will assist
Otoritas Jasa Keuangan in terms of regulation and supervision of P2P Lending. The follow up of
the Otoritas Jasa Keuangan regarding the problem of debt collectors can be in the form of written
sanctions to revocation of the P2P Lending provider’s business license.

Keywords : P2P Lending; Otoritas Jasa Keuangan Supervision; Debt Collection

2523
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN awam disebut sebagai pinjaman


Pada era digital ini, segala online.
P2P Lendingberlandaskan pada
sesuatunya mudah diakses dan
payung hukum setelah
didapat. Dampak dari semakin
pesatnya perkembangan teknologi dikeluarkannya Peraturan Otoritas
juga merambah pada industri Jasa Keuangan (POJK) Nomor
keuangan Indonesia. Saat ini pelaku 77/POJK.01/2016 tentang Layanan
ekonomi tidak perlu bersusah payah Pinjam Meminjam Uang Berbasis
karena segala bentuk transaksi dapat Teknologi Informasi. Pada aturan
dilakukan secara online. Maka hal ini tersebut OJK mengatur berbagai hal
mendorong munculnya suatu sistem yang harus ditaati khususnya bagi
perekonomian yang baru guna para pelaku P2P Lending. Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) merupakan
membangun ekonomi digital
Indonesia, disebut dengan Teknologi sebuah lembaga independen yang
Finansial atau Financial Technology memiliki fungsi dan tugas dalam
atau biasa disingkat menjadi Fintech. penyelenggaran sistem pengaturan
Ada beberapa klasifikasi pada dan pengawasan terhadap jasa
Fintech yaitu startup pembayaran, keuangan secara integrasi salah satu
peminjaman (lending), perencanaaan yang dibawahinya ialah Fintech.
keuangan (personal finance), Meski sudah memiliki regulasi,
investasi ritel, pembiayaan namun masih terdapat beberapa
(crowdfunding), remintasi, riset kekurangan serta kekosongan hukum
keuangan, dan lain-lain pada P2P Lending.
Permasalahan yang ditimbulkan
P2P Lending menjadi salah satu
produk Fintech yang paling diminati. berbagai macam, salah satu yang
Hal ini dibuktikan dengan maraknya paling marak mengenai penagihan
perusahaan P2P lending di utang yang tidak sesuai dan
melanggar hukum yang dilakukan
Indonesia. Akhir 2018, nilai
pinjaman P2P lending mencapai Rp oleh para penagih utang (Debt
Collector). OJK dalam hal ini yang
13,83 triliun. Bahkan, sumbangan
melakukan pengawasan terhadap
P2Plending terhadap domestik
mencapai Rp 22,67 triliun di tahun Fintech sudah seharusnya
merumuskan dan mengkaji peraturan
20181. P2Plending sendiri ialah
mengenai Debt Collector ini, guna
penyelenggaraan layanan jasa
keuangan untuk mempertemukan memberikan perlindungan hukum
bagi konsumen selaku peminjam dan
pemberi pinjaman dengan penerima
investor selaku pemberi pinjaman.
pinjaman untuk melakukan suatu
Berdasarkan uraian latar belakang
perjanjian pinjam meminjam melalui
diatas maka perlu dirumuskan apa
sistem teknologi informasi atau lebih
yang menjadi permasalahan.
Perumusan masalah yang
1 akandibahas dalam penulisan hukum
Noverius Laoli, Ini Daftar 99 Fintech
Lending yang Terdaftar dan Berizin Di ini adalah:
OJK,https://keuangan.kontan.co.id/news/ini- 1. Bagaimana kewenangan dan
daftar-99-fintech-lending-yang-terdaftar- pengawasan Otoritas Jasa
dan-berizin-di-ojk, diakses pada 9 April Keuangan (OJK) terhadap
pukul 19.41

2524
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

penagih utang (Debt Collector) diteliti.2 Penelitian dilakukan dengan


pinjaman online berbasis cara menelaah serta melihat hukum
Financial Technology di yang bersifat teoritis terkait asas-asas
Indonesia? hukum, perbandingan hukum dan
2. Bagaimana pengawasan dan apa yang terjadi di lapangan terkait
penindakan Otoritas Jasa permasalahan-permasalahan.
Keuangan (OJK) atas penagihan
utang yang dilakukan penagih A. Spesifikasi Penelitian
utang (Debt Collector) pada Penelitian deskriptif analitis
pinjaman online berbasis adalah suatu metode yang berfungsi
Financial Technology? untuk mendeskripsikan atau memberi
Adapun tujuan yang akan dicapai gambaran terhadap objek yang
dengan adanya penelitian ini adalah diteliti melalui data atau sampel yang
sebagai berikut : telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa melakukan analisis dan
1. Untuk mengetahui dan membuat kesimpulan yang berlaku
menganalisis kewenangan dan untuk umum.3
pengawasan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) terhadap B. Sumber dan Jenis Data
Penagih Utang (Debt Collector) Jenis data yang akan digunakan
Financial Technology di dalam penulisan hukum ini adalah
Indonesia. data sekunder yang terdiri atas bahan
2. Untuk mengetahui dan hukum primer, bahan hukum
menganalisis bagaimana tindak sekunder, dan bahan hukum tersier.
lanjut Otoritas Jasa Keuangan Selain itu penelitian terdahulu yang
(OJK) apabila terjadi berkaitan dengan permasalahan yang
permasalahan dalam sistem akan dibahas juga menjadi salah satu
penagihan utang yang dilakukan sumber data yang dapat berupa
oleh Debt Collector. undang-undang, peraturan-peraturan,
literatur dan karya tulis ilmiah
terkait. Data sekunder yang akan
digunakan nanti terdiri dari:
II. METODE
Metode Pendekatan yang Bahan hukum yang diambil
digunakan dalam penulisan hukum peneliti terdiri dari bahan hukum
ini adalah metode pendekatan yuridis primer:
normatif. Soerjano Soekanto
berpendapat bahwa pendekatan a. Undang-Undang Nomor 21 Tahun
yuridis normatif adalah penelitian 2011 tentang Otoritas Jasa
hukum yang dilakukan dengan cara Keuangan
meneliti bahan pustaka atau data b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
sekunder sebagai bahan dasar untuk Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan- 2
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji,
peraturan dan literatur-literatur yang Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
berkaitan dengan permasalahan yang Singkat), (JakartaL Rajawali Pers, 2009),
hlm. 13-14.
3
Ibid, hlm. 29.

2525
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Layanan Pinjam Meminjam Uang seseorang untuk melakukan


Berbasis Financial Teknologi pinjaman. Namun sisi sebaliknya,
Informasi; masih minimnya regulasi yang
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengatur jasa layanan keuangan ini
Nomor 33/POJK.02/2018 tentang justru menimbulkan banyak kasus.
Inovasi Keuangan Digital Di Sektor Kasus yang ditimbulkan bermacam-
Jasa Keuangan; macam mulai dari bunga pinjaman
d. Pedoman Perilaku Pemberian yang dirasa mencekik para
Layanan Pinjam Meminjam Uang peminjam, penyalahgunaan data
Berbasis Teknologi Informasi pribadi, hingga yang paling marak
Secara Bertanggung Jawab oleh adalah masalah penagihan utang
Asosiasi Fintech Indonesia. yang melewati batas norma dan
hukum.
Bahan hukum sekunder terdiri dari:
1. Buku-buku; Di Indonesia, terdapat lembaga
2. Jurnal-jurnal; yang bertugas untuk mengawasi
3. Disertasi, Tesis, dan Skripsi kegiatan jasa keuangan P2P Lending.
Hukum; dan Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang
4. Makalah. Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan menyatakan
Bahan hukum tersier terdiri dari: bahwa OJK berfungsi
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia; menyelenggarakan sistem pengaturan
2. Kamus Ilmiah Populer; dan pengawasan yang terintegrasi
3. Kamus Hukum; terhadap keseluruhan kegiatan di
4. Ensiklopedia Hukum; dan dalam sektor jasa keuangan.
5. Internet.
Dalam hal ini Fintech masuk
kedalam sektor Industri Keuangan
Non Bank (IKNB). Lebih lanjut
III. HASIL PENELITIAN DAN
mengenai pengawasan, sesuai
PEMBAHASAN
dengan pasal 6 dan 9 Undang-
A. Kewenangan dan Pengawasan
Undang Nomor 21 Tahun 2001
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tentang Otoritas Jasa Keuangan,
Terhadap Penagih Utang (Debt
bahwa OJK memiliki wewenang
Collector) Financial Technology
untuk melakukan pengawasan,
di Indonesia
pemeriksaan, penyidikan,
Hadirnya Fintech di Indonesia
perlindungan konsumen, dan
memang memiliki dampak tersendiri
tindakan lain terhadap lembaga jasa
bagi perkembangan sektor jasa
keuangan, pelaku, dan/atau
keuangan. Ibarat dua sisi mata uang,
penunjang kegiatan jasa keuangan
industri ini memiliki dampak baik
sebagaimana dimaksud dalam
dan buruk. Sisi baiknya dengan
peraturan perundang-undangan di
adanya industri ini mendorong
sektor jasa keuangan serta
perluasan akses pinjaman keuangan
menetapkan sanksi admnistratif
kepada masyarakat yang tidak
terhadap pihak yang melakukan
memiliki rekening bank atau kredit
pelanggaran terhadap perundang-
terbatas, sehingga memudahkan
undangan di sektor jasa keuangan.

2526
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Pengawasan terhadap P2P Bentuk konkrit dari market conduct


Lending secara umum ada 3 (tiga) ini adalah dengan membentuk
yaitu pengawasan off-site (tidak sebuah asosiasi yang nantinya ikut
langsung), on-site (langsung) dan mengawasi dan ikut membantu OJK
market conduct. Terkait untuk merumuskan regulasi terkait
pengawasan off-site (tidak P2P Lending, maka dapat
langsung) dilakukan dengan disimpulkan asosiasi adalah
pemeriksaan dokumen-dokumen perpanjangan tangan dari OJK
dan laporan-laporan yang diberikan terkait regulasi dan pengawasan6.
oleh Penyelenggara P2P Lending Pembentukan asosiasi terdapat pada
yang nantinya OJK akan memeriksa Pasal 21 ayat (1) POJK Nomor
berdasarkan laporan dan dokumen 13/POJK.02/2018 Inovasi
yang diberikan oleh Penyelenggara Keuangan Digital, bahwa
P2P Lending. Sedangkan penyelenggara membentuk asosiasi
pengawasan on-site (langsung) penyelenggara. Lebih lanjut
dilakukan berdasarkan rencana dijelaskan pada Pasal 21 ayat (3),
pemeriksaan secara berkala asosiasi nantinya memiliki
umumnya dilakukan 1 (tahun) wewenang untuk menetapkan
sekali. Terakhir market conduct, standar dengan mempergunakan
pengawasan ini dilakukan OJK pendekatan disiplin pasar yang
dengan mengajak para pelaku berlaku bagi anggotanya paling
industri baik penyelenggara, sedikit meliputi:
masyarakat, maupun lembaga a. Merumuskan aturan operasi,
terkait untuk ikut mengawasi standar industri dan kode etik,
Fintech. Dalam hal ini asosiasi sesuai dengan jenis bisnis yang
ditunjuk sebagai lembaga yang ikut berbeda;
mengawasi jalannya Fintech.4 b. Menerima dan meneruskan
Market conduct merupakan laporan serta menerima keluhan;
bagian dari aturan dan pengawasan c. Menyusun statistik keuangan dan
terhadap lembaga keuangan yang memantau risiko serta penelitian
berfokus kepada perilaku tentang isu makro dan mikro
penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan;
kekuasaan dalam penyertaan d. Menjadi penghubung antara
informasi, hal ini bertujuan untuk Otoritas Jasa Keuangan dan
memastikan bahwa lembaga Penyelenggara untuk
keuangan memberikan pelayanan meningkatkan dukungan
yang baik kepada konsumen.5 pengaturan dan pertukaran
informasi;
4
Hasil wawancara dengan Perwakilan e. Menetapkan mekanisme
Otoritas Jasa Keuangan Regional 3, pengaturan diri dan sanksi atas
Semarang, pada 27 Agustus 2019.
5
Otoritas Jasa Keuangan, Siaran Pers: OJK
Dukung Kemajuan Teknologi Keuangan
Digital, https://www.ojk.go.id/id/berita-dan- dikakses pada tanggal 22 Agustus 2019
kegiatan/siaran- Pukul 12.43
6
pers/Documents/Pages/Siaran-Pers-OJK- Hasil wawancara dengan Perwakilan
Dukung-Kemajuan-Teknologi-Keuangan- Otoritas Jasa Keuangan Regional 3,
Digital/SP%20IKD%20Makassar.pdf, Semarang, pada 27 Agustus 2019.

2527
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

pelanggaran anggota terhadap besar pengaturan (principles) saja,


aturan dan kode etik; dan sementara terjemahan dari
f. Melaksanakan pendidikan, pengaturan ini akan dibuat oleh para
pelatihan, dan perlindungan pelaku industri.7
konsumen serta kerja sama Berdasarkan prinsip principle
domestik dan internasional based regulation, OJK sebagai
lembaga regulator hanya membuat
Sesuai amanat POJK Nomor pengaturan berbasis prinsip
13/POJK.02/2018, OJK menunjuk2 sedangkan pengaturan lebih lanjut
(dua) asosiasi resmi yang diakui terkait standar operasional bisnisnya
oleh OJK yaitu Asosiasi Fintech dirumuskan oleh para pelaku
Pendanaan Bersama Indonesia industri. Dapat disimpulkan selain
(AFPI) dan Asosiasi Fintech OJK mengawasi sendiri, OJK juga
Indonesia (AFTECH). Sesuai Pasal mengawasi melalui asosiasi. Hal ini
21 ayat (3) POJK bersinggungan dengan prinsip
No.13/POJK.02/2018, asosiasi pemantauan secara mandiri, dimana
memiliki wewenang untuk para pelaku industri mengawasi
merumuskan aturan operasi, standar bisnisnya sendiri meliputi prinsip
industri, dan kode etik dengan tata kelola teknologi informasi,
membuat pedoman atau code of perlindungan konsumen, edukasi
conduct yang wajib dipatuhi oleh dan sosialisasi, kerahasiaan data
penyelenggara P2P Lending yang termasuk informasi transaksi,
terdaftar dalam asosiasi. Dalam hal prinsip manajemen risiko dan
ini AFPI dan AFTECH telah kehati-hatian, prinsip anti pencucian
membentuk Pedoman Perilaku uang dan pendanaan terorisme, serta
Pemberian Layanan Pinjam inklusif dan prinsip keterbukaan
Meminjam Uang Berbasis informasi.
Teknologi Informasi. Meski bukan Prinsip pro-inovasi juga
dikeluarkan langsung oleh OJK, diterapkan oleh OJK melalui
namun dengan OJK memberikan penerapan regulatory sandbox, yang
otoritas kepada asosiasi untuk merupakan mekanisme pengujian
membuat regulasi maka pedoman oleh OJK untuk menilai keandalan
tersebut wajib dipatuhi oleh proses bisnis, model bisnis,
Penyelenggara P2P Lending. Selain instrumen keuangan, dan tata kelola
itu, asosiasi memiliki peran sebagai penyelenggara. Regulatory sandbox
jembatan atau wadah bagi para ini diatur dalam POJK
pelaku Fintech, guna memberikan No.13/POJK.02/2018 tentang
perlindungan hukum bagi para Inovasi Keuangan Digital. Jika
pengguna layanan Fintech dan sebelumnya OJK melakukan
meningkatkan dukungan pengaturan langkah represif yaitu mengawasi
dan pertukaran informasi. Pada P2P Lending melalui asosiasi
pelaksanaan market conduct, OJK dengan saling mengkaji dan melihat
juga membuat pendekatan baru permasalahan yang ada di P2P
yaitu principle based regulation dan Lending, berbeda dengan regulatory
activity based licensing, yang
berarti OJK hanya membuat garis 7
Ibid.

2528
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

sandbox. Pendekatan ini dipilih Prinsip-prinsip yang disebutkan


karena pesatnya perkembangan diatas berkaitan dengan hal-hal yang
teknologi digital yang tidak mampu harus Penyelenggara lakukan pada
diimbangi oleh kecepatan penagihan utang. Tetapi tidak
pembuatan aturan. Cara kerja menjelaskan secara rinci bagaimana
regulatory sandbox ini adalah tata cara penagihan utang yang baik
sebelum ide bisnis dari platform dan benar maupun pengaturan
Fintech beroperasi atau diluncurkan mengenai jasa pihak ketiga atau debt
harus melalui tahapan uji coba collector saat penagihan utang.
untuk mendapatkan izin. Dikarenakan hal itu maka asosiasi
Secara khusus, pengawasan yang membentuk peraturan lebih
terhadap penagihan utang maupun rinci terkait penagihan utang.
debt collector tidak diatur secara AFTECH dan AFPI sebagai
eksplisit pada POJK. Seperti yang asosiasi P2P Lending telah
dijelaskan sebelumnya berdasarkan mengeluarkan Pedoman Perilaku
prinsip principle based regulation, Pemberian Layanan Pinjam
OJK hanya mengatur prinsip-prinsip Meminjam Uang Berbasis Teknologi
dasar yang harus dipatuhi oleh para Informasi yang berisikan pedoman
pelaku industri Fintech sedangkan perilaku, prinsip, dan proses yang
aktivitas dan standar operasional harus dilakukan untuk memberikan
diatur oleh para pelaku industri acuan etika perilaku tanggung jawab
melalui asosiasi. Maka pengaturan bagi Penyelenggara secara sukarela,
mengenai penagihan utang maupun bersama, dan mengikat. Pedoman
debt collector merupakan perilaku disusun berdasarkan tiga
wewenang asosiasi untuk prinsip dasar yang salah satunya
mengaturnya dikarenakan berkaitan penerapan prinsip itikad baik,
dengan kode etik dan aturan operasi. dijelaskan bahwa dalam
Namun ketentuan umum yang harus memfasilitasi kegiatan penawaran
dilakukan oleh Penyelenggara dan pemberian pinjaman sebagai
termasuk mengenai penagihan utang platform atau marketplace, setiap
tetap diatur secara implisit oleh Penyelenggara tetap wajib
OJK. Contohnya pada Pasal 31 menerapkan prinsip itikad baik
POJK Nomor 13/POJK.02/2018, dengan memperhatikan kepentingan
Penyelenggara wajib menerapkan seluruh pihak yang terlibat, serta
prinsip dasar perlindungan tanpa merendahkan harkat dan
konsumen yaitu: martabat pengguna.8
a. Transparansi; Penerapan prinsip itikad baik
b. Perlakuan adil; jika dikaitkan dengan penagihan
c. Keandalan;
d. Kerahasiaan dan keamanan
8
data/informasi konsumen; dan Asosiasi FinTech Pendanaan Bersama
Indonesia, Pedoman Perilaku Pemberian
e. Penanganan pengaduan serta
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
penyelesaian sengketa konsumen Teknologi Informasi Secara Bertanggung
secara sederhan, cepat, dan biaya Jawab,
terjangkau. https://www.afpi.or.id/detailsnews/pedoman
-perilaku, diakses pada 22 Agustus 2019
pukul 14.41 WIB.

2529
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

utang, maka Penyelenggara tidak menyelesaikan pinjaman mereka.


dapat semena-mena melakukan Meskipun Penerima Pinjaman gagal
penagihan kepada Penerima bayar, Penyelenggara tetap harus
Pinjaman yang gagal bayar. Sebelum memperhatikan perlindungan
melakukan penagihan, konsumen Penerima Pinjaman
Penyelenggara wajib menyampaikan karena itu merupakan hak yang tetap
prosedur penyelesaian dan penagihan harus diberikan dan dijamin
kepada Pemberi dan Penerima kepastian hukumnya berdasarkan
Pinjaman. Hal ini dilakukan agar Pasal 3 POJK Nomor
Pemberi dan Penerima Pinjaman 1/POJK.07/2013 tentang
mengetahui apa saja prosedur yang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
harus dilakukan untuk Keuangan bahwa:
menyelesaikan permasalahan jika “Pelaku Usaha Jasa Keuangan
terjadi Penerima Pinjaman yang berhak untuk memastikan adanya
gagal bayar. Langkah-langkah yang itikad baik Konsumen dan
ditempuh Penyelenggara dalam mendapatkan informasi dan/atau
menyelesaikan permasalahan dokumen mengenai Konsumen yang
berdasarkan hierarki yang harus akurat, jujur, jelas, dan tidak
dilakukan Penyelenggara terlebih menyesatkan.”
dahulu seperti pemberian surat Sama hal nya dengan Penerima
peringatan bahwa pembayaran sudah Pinjaman, Penyelenggara dan
atau melewati batas jatuh tempo Pemberi Pinjaman juga memiliki hak
sesuai yang kesepakatan. Apabila untuk dibayar hutangnya oleh
sudah ada surat peringatan, Penerima Penyelenggara. Maka sudah
Pinjaman tidak kunjung membayar seharusnya Penerima Pinjaman,
maka Penyelenggara membuat Pemberi Pinjaman, dan
persyaratan penjadwalan atau Penyelenggara mengetahui hak dan
restrukturisasi pinjaman. kewajibannya sebagai pelaku usaha
Penyelenggara dalam melakukan P2P Lending agar tidak terjadi
penagihan secara jarak jauh dapat permasalahan dikemudian hari.
dilakukan melalui telepon, email, Pada Pedoman Perilaku
atau bentuk percakapan lainnya Pemberian Layanan Pinjam
sedangkan jika ingin mengunjungi Meminjam Uang Berbasis Teknologi
langsung Penyelenggara melalui tim Informasi Secara Bertanggung Jawab
penagihan harus berkomunikasi disebutkan pada Poin ke-4 bahwa
terlebih dahulu kepada Penerima penggunaan pihak ketiga dalam
Pinjaman. penagihan utang atau disebut debt
Penyelenggara tidak collector diperbolehkan di P2P
diperbolehkan melakukan penagihan Lending. Namun jika Penyelenggara
secara langsung apabila telah menggunakan jasa pihak ketiga maka
melewati batas keterlambatan lebih harus memperhatikan beberapa hal,
dari 90 (sembilan puluh) hari yaitu:
dihitung dari tanggal jatuh tempo. a. Setiap Penyelenggara
Penyelenggara juga diwajibkan diperbolehkan menggunakan
menginformasikan risiko secara detil pihak ketiga perusahaan jasa
kepada Penerima Pinjaman jika tidak pelayanan penagihan yang telah

2530
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

terdaftar di AFPI dan memiliki kerahasiaannya. Debt collector yang


sertifikat untuk melakukan sudah melanggar kode etik akan
penagihan kepada peminjam masuk dalam daftar hitam otoritas
yang juga dikeluarkan oleh AFPI maupun OJK dan tidak dapat
melalui mekanisme audit digunakan lagi jasanya. Segala
Pedoman Pelaksanaan Penagihan bentuk kekerasan fisik dan mental
dan juga audit Finansial serta pada saat penagihan juga dilarang
Operasional perusahaan. Seluruh keras, larangan ini disebutkan bahwa
karyawan penagihan dari setiap Penyelenggara selaku kuasa
perusahaan jasa pelaksanaan Pemberi Pinjaman dilarang
penagihan juga diwajibkan untuk melakukan penagihan dengan
memperoleh sertifikasi Agen intimidasi, kekerasan fisik dan
Penagihan yang dikeluarkan oleh mental, ataupun cara-cara lain yang
AFPI; menyinggung SARA atau
b. Setiap Penyelenggara merendahkan harkat, martabat, serta
diperbolehkan menggunakan harga diri Penerima Pinjaman, di
pihak ketiga perusahaan jasa dunia fisik maupun di dunia maya
pelaksanaan penagihan yang (cyber bullying) baik terhadap
telah diakui untuk tagihan yang Penerima Pinjaman, harta bendanya,
telah melewati batas ataupun kerabat dan keluarganya.
keterlambatan lebih dari 90 Code of conduct berupa
(sembilan puluh) hari dihitung Pedoman Perilaku Pemberian
dari tanggal jatuh tempo Layanan Pinjam Meminjam Uang
pinjaman; Berbasis Teknologi yang dibuat oleh
c. Setiap Penyelenggara dilarang asosiasi wajib dipatuhi oleh
menggunakan pihak ketiga Penyelenggara P2P Lending karena
perusahaan jasa pelaksanaan aturan asosiasi juga merupakan
penagihan (baik orang aturan OJK. Sehingga apabila
perseorangan maupun korporasi) Penyelenggara P2P Lending
yang tergolong dalam daftar melanggar code of conduct tersebut,
hitam otoritas dan/atau dari OJK dapat menindak tegas
Asosiasi. berdasarkan sanksi-sanksi yang
d. Daftar hitam sebagaimana sudah ditetapkan baik oleh asosiasi
dimaksud di atas akan disusun maupun OJK. Jadi, tata cara
kemudian di dalam pembaruan penagihan yang sudah dijelaskan
berkala Pedoman Perilaku. dalam pedoman tersebut wajib
Penyelenggara dalam dipatuhi oleh Penyelenggara P2P
menggunakan jasa pihak ketiga harus Lending yang terdaftar.9
memperhatikan tata cara penagihan Berdasarkan penjelasan lebih
yang dilakukan berdasarkan prinsip lanjut mengenai pengawasan OJK
itikad baik. Permasalahan pada P2P terhadap P2P Lending yang sudah
Lending yang kerap kali terjadi dijabarkan, OJK sebagai lembaga
dikarenakan penagihan utang yang regulator melakukan pengawasan
tidak sesuai dengan prinsip itikad
baik dan penyalahgunaan data 9
Hasil wawancara dengan Perwakilan
pribadi yang seharusnya dilindungi Otoritas Jasa Keuangan Regional 3,
Semarang, pada 27 Agustus 2019.

2531
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

berdasarkan prinsip principle based Pada tahun 2019, Yayasan


regulation dan activity based Lembaga Konsumen Indonesia
licensing yang artinya OJK hanya (YLKI) menerima 77 (tujuh puluh
mengatur mengenai prinsip-prinsip tujuh) keluhan terkait Fintech. Dari
dasar regulasi selebihnya mengenai total jumlah pengaduan tersebut,
aturan main dirumuskan oleh para konsumen paling banyak
pelaku industri P2P Lending. mengeluhkan cara penagihan
Pengaturan lain mengenai standar pinjaman online yaitu berjumlah 26
aspek operasional, conduct business, (dua puluh enam) pengaduan.
dan etika bisnis dirumuskan oleh Selanjutnya dari kategori gagal bayar
para pelaku industri yang diakui dan sebanyak 21 (dua puluh satu)
dilakukan bersama. Dalam hal ini pengaduan, penyebaran data pribadi
Penyelenggara dan OJK membentuk 12 (dua belas) pengaduan, dan bunga
asosiasi yang mengatur mengenai hal tinggi 8 (delapan) pengaduan.10
tersebut. Asosiasi yang nantinya Sedangkan AFPI menerima 426
berkoordinasi secara intensif dengan (empat ratus dua puluh enam)
OJK agar pengawasan dapat berjalan pengaduan sejak 2019. Mayoritas
secara efektif, efisien, dan optimal. mengadu soal penagihan dengan cara
Maka berdasarkan prinsip-prinsip yang kasar dan akses terhadap data
tersebut bukan wewenang OJK untuk pribadi oleh Fintech pinjaman.
mengatur secara rinci mengenai Laporan tentang penagihan yang
penagihan utang, namun OJK tetap dilakukan secara kasar mencapai 43
melakukan pengawasan melaui persen dari total aduan. Lalu, 41
asosiasi. persen aduan terkait akses data
pribadi. Kemudian, 10 persen
B. Tindak Lanjut Otoritas Jasa melaporkan bunga dan denda Fintech
Keuangan (OJK) Terhadap pinjaman yang terlalu tinggi.11
Permasalahan Penagihan Salah satunya Mawar (nama
Utang yang Dilakukan Oleh samaran). Mawar merupakan salah
Debt Collector satu nasabah P2P Lending, pada
1. Kasus Penagihan Utang yang bulan Februari 2019 lalu ia
Bermasalah dan Melanggar meminjam Rp 2 juta pada sebuah
Hukum Penyelenggara P2P Lending, namun
Permasalahan penagihan utang karena belum bisa membayar ia
di P2P Lending semakin marak ditagih oleh para penagih utang.
terjadi. Meski sudah ada lembaga
yang mengawasi P2P Lending, 10
Retno Wulandari, Konsumen Fintech
namun masih banyak kasus yang Banyak Adukan Cara Penagihan Utang,
terjadi terkait penagihan utang yang https://republika.co.id/berita/pvjldd382/kons
tidak sesuai etika dan melanggar umen-emfintechem-paling-banyak-adukan-
hukum serta penyelewengan data cara-penagihan-utang, diakses pada tanggal
19 Agustus 2019 pukul 12.13 WIB.
nasabah. Penagihan utang menjadi 11
Desi Angriani, Meneropong Penagihan
permasalahan yang paling banyak Fintech Lending,
dikeluhkan oleh konsumen sepanjang https://www.medcom.id/ekonomi/analisa-
2019. ekonomi/JKRVoP5K-meneropong-
penagihan-fintech-lending, diakses pada
tanggal 19 Agustus 2019 pukul 17.42 WIB.

2532
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Mawar bercerita dirinya sempat mengenai penagihan utang, hal ini


diancam penagih dengan bahasa dapat kita lihat pada POJK
kasar, dan pernah juga disuruh No.77/POJK.01/2016 yang baru
mengakhiri hidup agar utang- mengatur mengenai perizinan,
utangnya lunas. Tidak hanya pendaftaran, mitigasi risiko,
mengancam mawar saat melakukan kerahasiaan data, dan kedudukan
penagihan, para penagih utang juga penerima pinjaman serta penerima
menyebarkan informasi mengenai pinjaman namun belum mencakup
pinjaman yang dilakukan Mawar penagihan utang dan debt collector
kepada teman, keluarga, bahkan secara rinci. Kemudian sanksi yang
tempat kerjanya melalui SMS dan ada pada code of conduct yang
memaksa Mawar agar cepat melunasi dimiliki oleh asosiasi tidak cukup
utangnya. kuat karena tidak memiliki sanksi
Felice, juga berbagi yang tegas untuk menindak jika ada
pengalamannya dengan sebuah permasalahan penagihan utang.
perusahaan pinjaman online. Besaran Asosiasi hanya dapat memberikan
uang yang dipinjam sebanyak Rp 1 sanksi berupa teguran tertulis,
juta. Sebelum pinjamannya jatuh publikasi nama anggota dan
tempo, Felice sudah ditagih namun ketentuan yang dilanggar kepada
bahasa yang digunakan masih sopan. OJK dan masyarakat, serta
Setelah menumpuk utang di aplikasi pemberhentian tetap dari
tersebut, Felice menerima telepon keanggotaan asosiasi. Sanksi ini
dari seorang penagih utang yang dirasa kurang tegas karena kurang
menawarkan penghapusan total memberikan efek jera kepada para
semua biaya pokok maupun bunga pelaku maupun Penyelenggara yang
pinjaman namun harus menari melanggar.
telanjang di depan penagih utang
tersebut. Hal ini menjadi tekanan 2. Tindak Lanjut OJK Terhadap
besar bagi Felice dan ia akhirnya P2P Lending Khususnya Debt
melapor kepada Lembaga Bantuan Collector yang Melanggar
Hukum (LBH). Hukum
Kasus-kasus yang dijabarkan Pelanggaran pada penagihan
cukup menjelaskan polemik yang utang di P2P Lending akan terus
terjadi pada penagihan utang di P2P menjadi sebuah masalah jika OJK
Lending. Meski Penyelenggara maupun Pemerintah tidak mengambil
memiliki hak untuk dibayarkan langkah tegas kepada para pelaku.
utangnya sebagaimana yang sudah OJK sebagai lembaga regulator yang
diperjanjikan oleh Penerima memiliki wewenang untuk menindak
Pinjaman namun tetap para pelaku usaha P2P Lending yang
Penyelenggara tidak boleh menagih melanggar prinsip dasar
utang menggunakan kekerasan dan perlindungan konsumen antara lain
ancaman serta Penyelenggara transparansi, perlakuan adil,
dilarang untuk menyebarkan data keandalan, kerahasiaan dan
pribadi Penerima Pinjaman. keamanan data/informasi,
Kasus ini dapat terjadi karena penanganan pengaduan serta
kurangnya regulasi yang mengatur penyelesaian sengketa konsumen

2533
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

secara sederhana, cepat, dan biaya Para konsumen yang menjadi


terjangkau serta itikad baik yang ada korban para penagih utang/debt
pada POJK No.13/POJK.02/2018. collector pada dasarnya dilindungi
Pada Pasal 39 POJK hak-hak konsumennya pada POJK
No.13/POJK.02/2018, bagi P2P Nomor 1/POJK.07/2013 tentang
Lending yang memberikan data Perlindungan Konsumen Sektor Jasa
dan/atau informasi mengenai Keuangan. Bagi Konsumen OJK
konsumen kepada pihak ketiga, OJK yang merasa dirugikan oleh
berwenang mengenakan sanksi penagihan utang P2P Lending dapat
administratif terhadap pihak yang melaporkan P2P Lending tersebut
melakukan pelanggaran berupa: kepada OJK. OJK memiliki dua cara
a. Peringatan tertulis; untuk proses penyelesaian jika ada
b. Denda, yaitu kewajiban utuk permasalahan antara Penyelenggara
membayar sejumlah uang tertentu; dan Penerima Pinjaman. Tahap
c. Pembatalan persetujuan; dan/atau pertama, OJK akan memfasilitas
d. Pembatalan pendaftaran. konsumen dipertemukan oleh pelaku
Pengenaan sanksi terhadap jasa usaha dengan penyedia platform
Penyelenggara P2P Lending dilihat itu ketemu. Jika pertemuan tersebut
dari seberapa besar kesalahan yang tak membuahkan hasil makan OJK
diperbuat yang kemudian ditinjau akan melanjutkan masalah ke ranah
oleh OJK sanksi manakah yang tepat hukum.
untuk Penyelenggara P2P Lending
yang melanggar aturan. Pada sanksi 3. Upaya Perlindungan Hukum
administratif dapat dikenakan dengan Terhadap Peminjam di P2P
atau tanpa didahului pengenaan Lending
sanksi administratif berupa Sebagai langkah awal
peringatan tertulis dan sanksi perlindungan hukum dan regulasi
administratif denda dapat dikenakan P2P Lending, OJK telah
secara bersama-sama dengan mengeluarkan POJK
pengenaan sanksi administratif. No.77/POJK.01/2016 tentang
Selain yang diatur pada pasal Layanan Pinjam Meminjam Uang
tersebut OJK memiliki wewenang Berbasis Teknologi Informasi. POJK
untuk melakukan tindakan tertentu ini dapat dikatakan sebagai POJK
terhadap setiap pihak yang pertama yang dirumuskan OJK
melanggar ketentuan POJK. dalam ranah Fintech. Hal tersebut
Pada Pedoman Perilaku dikarenakan OJK melihat adanya
Pemberian Layanan Pinjam urgensi masih kuatnya budaya
Meminjam Uang Berbasis Teknologi pinjam meminjam di masyarakat
Informasi Secara Bertanggung Jawab Indonesia. Pada POJK ini mengatur
juga diatur mengenai sanksi jika mengenai pendaftaran dan perizinan
anggota asosiasi melanggar etika P2P Lending, hal ini merupakan
penagihan utang. Sanksi nya tidak salah satu upaya perlindungan
jauh berbeda dengan yang ada pada hukum bagi Peminjam. Karena P2P
POJK No.13/POJK.02/2018, hanya Lending yang terdaftar dan memiliki
saja pengenaan sanksi nya terbatas izin diawasi oleh OJK, jadi jika ada
pada anggota asosiasi. permasalahan antara Peminjam dan

2534
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Penyelenggara P2P Lending dapat melengkapi dokumen yang terdiri


melaporkan ke OJK. atas:
OJK sebagai lembaga regulator a. Identitas Konsumen dan/atau
memiliki batas wewenangnya Perwakilan Konsumen;
tersendiri. Jadi penting bagi OJK b. Surat kuasa khusus;
untuk meningkatkan sinergitas c. Jenis dan tanggal Transaksi
terhadap lembaga-lembaga lain yang Keuangan; dan
dapat membantu OJK untuk d. Permasalahan yang diadukan.
memberikan perlindungan hukum
pada P2P Lending. Pembentukan OJK dapat menolak pengaduan
asosiasi juga merupakan langkah jika dokumen dan persyaratan yang
OJK untuk mengupayakan diajukan tidak lengkap. Selanjutnya,
perlindungan konsumen. Asosiasi OJK wajib melayani pengaduan yang
nantinya bekerjasama dengan OJK masuk dengan melakukan
untuk merumuskan kebijakan- pemeriksaan internal dan
kebijakan terkait perlindungan menganalisis kebenaran pengaduan.
konsumen pada P2P Lending. Seperti Pengaduan juga dapat diajukan
merumuskan kode etik melalui kepada asosiasi seperti Asosiasi
Pedoman Perilaku Pemberian Fintech Pendanaan Indonesia
Layanan Pinjam Meminjam Uang (AFPI). AFPI membuka posko
Berbasis Teknologi Informasi Secara pengaduan bernama JENDELA
Bertanggung Jawab yang didalamnya sebagai saluran informasi dan
mengatur mengenai tata cara pengaduan nasabah P2P Lending.
penagihan dan debt collector dan AFPI terbuka mendengarkan keluhan
menyediakan layanan pengaduan nasabah dengan menyediakan
konsumen P2P Lending. customer service, hotline center
Edukasi dan pemberitahuan melalui telepon maupun e-mail.
kepada masyarakat melalui siaran
pers maupun seminar yang IV. KESIMPULAN
diselenggarakan oleh OJK sangat 1. Kewenangan dan Pengawasan
diperlukan agar masyarakat luas OJK terhadap P2P Lending secara
tidak buta dan dapat lebih berhati- umum ada 3 (tiga) yaitu
hati terhadap segala aspek P2P pengawasan pengawasan off-site
Lending khususnya perlindungan (tidak langsung), on-site
konsumennya. (langsung) dan market conduct.
Konsumen atau Penerima Selain melakukan ketiga
Pinjaman dapat mengadukan debt pengawasan tersebut, OJK
collector yang bermasalah. Sesuai sebagai regulator juga membuat
POJK No.18/POJK.07/2018 tentang peraturan otoritas jasa keuangan.
Layanan Pengaduan Konsumen Di Tetapi OJK tidak mengatur secara
Sektor Jasa Keuangan. Konsumen langsung mengenai tata cara
yang ingin melaporkan ke OJK wajib penagihan utang di P2P Lending
memenuhi persyaratan yang maupun debt collector, hal ini
tercantum pada Pasal 10 POJK berdasarkan prinsip principle
No.18/POJK.07/2018 yaitu dengan based regulation bahwa OJK
hanya mengatur hal-hal yang

2535
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

bersifat prinsip saja selanjutnya telah diperbuat oleh


mengenai standar operasional Penyelenggara P2P Lending.
prosedur dan aturan main 2. Pengawasan dan Penindakan OJK
dirumuskan oleh pelaku industri terhadap Penyelenggara P2P
jasa keuangan. Berdasarkan Lending maupun debt collector
pengawasan market conduct, OJK yang terbukti melakukan
mengajak para pelaku industri pelanggaran terhadap penagihan
jasa keuangan untuk ikut utang yang tidak sesuai hukum
mengawasi P2P Lending. Maka dan etika yaitu memberikan
OJK menunjuk dan membentuk sanksi berupa peringatan tertulis,
asosiasi yang berwenang denda, hingga pembatalan
membuat peraturan tentang pendaftaran kepada
standar operasional prosedur dan Penyelenggara P2P Lending jika
kode etik pada P2P Lending. terbukti melakukan. Dalam hal ini
Salah satu peraturan yang sudah jika ada permasalahan pada
dibuat oleh asosiasi adalah penagihan utang yang dapat
Pedoman Perilaku Pemberian dikenakan sanksi oleh OJK ialah
Layanan Pinjam Meminjam Uang Penyelenggara P2P Lending.
Berbasis Teknologi Informasi. Sedangkan untuk individu debt
Pada pedoman tersebut diatur collector yang melakukan
mengenai itikad baik dalam pelanggaran tersebut, OJK akan
penagihan atas pinjaman gagal mencantumkan nama debt
bayar dan itikad baik collector tersebut dalam daftar
sertapengguna pihak ketiga dalam hitam otoritas yang nantinya
penagihan yang pada intinya Penyelenggara P2P Lending
dalam melakukan penagihan dilarang untuk menggunakan jasa
utang, penyelenggara wajib debt collector tersebut kembali
melakukan penagihan dengan dalam penagihan utang. Selain itu
baik-baik dan tidak boleh upaya OJK untuk melindungi
menggunakan ancaman, kata-kata konsumen/nasabah di P2P
kasar, bahkan kekerasan. Dimana Lending selain melalui POJK,
pedoman ini harus dilaksanakan nasabah juga dapat melapor
oleh para pelaku usaha P2P kepada OJK dan asosiasi. Namun
Lending yang terdaftar dalam hanya, P2P Lending yang
OJK dan asosiasi. Kedudukan terdaftar dan memiliki izin dari
pedoman yang dibuat oleh OJK yang dapat diawasi oleh
asosiasi ini hampir sama dengan OJK. Tetapi OJK tetap dapat
POJK, dengan kata lain apabila menindak para pelaku P2P
Penyelenggara P2P Lending Lending bersama dengan
melanggar code of conduct, KOMINFO dan Bareskrim
asosiasi dapat melaporkan hal ini dengan memblokir situs-situs
kepada OJK dan OJK dapat maupun aplikasi P2P Lending
menindak Penyelenggara P2P ilegal. OJK juga melakukan
Lending. Kemudian OJK dapat penyuluhan dengan
memberikan sanksi sesuai dengan menyelenggarakan seminar terkait
seberapa besar pelanggaran yang P2P Lending dan siaran pers

2536
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

sebagai upaya preventif agar Sehingga Penyelenggara P2P


masyarakat dapat lebih berhati- Lending tidak harus mengancam
hati dalam menggunakan P2P dan memaksa menggunakan
Lending. kekerasan saat penagihan utang
dan dapat menemukan win-win
V. SARAN solution bagi Penerima Pinjaman
1. OJK sebaiknya membuat dengan Penyelenggara P2P
pengaturan yang lebih rinci Lending. Selain itu OJK harus
mengenai penagihan utang dan mendorong asosiasi agar segera
debt collector pada P2P Lending merealisasikan mengenai
melalui POJK. Dikarenakan sertifikasi debt collector. Serta
peraturan yang sudah ada tidak OJK sebaiknya lebih aktif
cukup untuk memberikan melakukan koordinasi dengan
perlindungan hukum bagi para POLRI dan KOMINFO terkait
peminjam. OJK harus lebih tegas P2P Lending ilegal dan
dan rinci dalam mengatur memberikan sanksi tegas kepada
larangan-larangan yang tidak para pelaku imdustri jasa
boleh dilakukan oleh debt keuangan yang terlibat dalam P2P
collector dan batasan-batasan Lending ilegal. Tidak hanya
yang boleh dilakukan pada memblokir aplikasi dan situs P2P
penagihan utang. Serta Lending ilegal, namun juga
memperjelas kedudukan debt menindak para pelaku dengan
collector pada P2P Lending. memberikan sanksi berupa sanksi
Selain itu, OJK bersama dengan pidana maupun denda. Maka
pemerintah melalui KOMINFO pemerintah dirasa perlu membuat
juga sebaiknya mengatur dan suatu undang-undang yang
mengawasi mengenai berkaitan dengan investasi ilegal
perlindungan data pribadi dengan khususnya pada industri Fintech.
segera menyusun peraturan
perundang-undangan terkait VI. DAFTAR PUSTAKA
perlindungan data pribadi.
Sehingga tidak ada BUKU
penyelewengan terhadap data
Soekanto, Soerjono dan Sri
pribadi seperti yang kerap terjadi
Mamudji. 2009. Penelitian
pada penagihan utang.
Hukum Normatif (Suatu
2. Dalam menindaklanjuti
Tinjauan Singkat). Jakarta:
permasalahan penagihan utang
Rajawali Pers.
pada P2P Lending, OJK harus
lebih tegas dalam memberikan UNDANG-UNDANG DAN
sanksi kepada pihak-pihak yang PERATURAN
melanggar etika penagihan utang.
OJK juga harus memaksimalkan Pedoman Perilaku Pemberian
lembaga alternatif penyelesaian Layanan Pinjam Meminjam
sengketa agar jika ada Uang Berbasis Teknologi
permasalahan gagal bayar dapat Informasi Secara Bertanggung
diselesaikan melalui OJK.

2537
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 4, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Jawab oleh Asosiasi Fintech Retno Wulandari, Konsumen Fintech


Indonesia Banyak Adukan Cara Penagihan
Utang,
JURNAL DAN ARTIKEL https://republika.co.id/berita/pvjl
dd382/konsumen-emfintechem-
Ernama, Budiharto, dan Hendro S.
paling-banyak-adukan-cara-
2017. Pengawasan Otoritas Jasa
penagihan-utang.
Keuangan Terhadap Financial
Technology (Peraturan Otoritas Desi Angriani, Meneropong
Jasa Keuangan Nomor Penagihan Fintech Lending,
77/POJK.01/2016). Diponegoro https://www.medcom.id/ekonom
Law Journal Fakultas Hukum i/analisa-ekonomi/JKRVoP5K-
Universitas Diponegoro meneropong-penagihan-fintech-
Semarang. Vol. 6 No.3. lending.

INTERNET
Noverius Laoli, Ini Daftar 99
Fintech Lending yang Terdaftar
dan Berizin Di
OJK,https://keuangan.kontan.co.
id/news/ini-daftar-99-fintech-
lending-yang-terdaftar-dan-
berizin-di-ojk.
Otoritas Jasa Keuangan, Siaran Pers
Otoritas Jasa Keuangan dan
Bareskrim Polri Sepakat
Berantas Fintech Peer-to-Peer
Lending Ilegal dan Investasi
Ilegal,
https://www.ojk.go.id/id/berita-
dan-kegiatan/siaran-
pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-
dan-Bareskrim-Polri-Sepakat-
Berantas-Fintech-Peer-To-Peer-
Lending-Ilegal-dan-Investasi-
Ilegal.aspx.

2538

Anda mungkin juga menyukai