Anda di halaman 1dari 15

“Lintah Digital” yang Semakin Merajalela akibat Lemahnya Sistem hingga

Perilaku Masyarakat yang Konsumtif


Enno Haya Gladya Naranta

Latar Belakang
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, tentu bermunculan

berbagai kebutuhan baru, apalagi kebutuhan finansial yang semakin beragam, maka dari

itu perusahaan layanan keuangan hadir menjadi salah satu solusi ketika masyarakat

membutuhkan suntikan dana pinjaman demi memenuhi kebutuhan finansialnya.

Kebanyakan masyarakat menggunakan layanan bank untuk meminjam uang, dan

sebagian lainnya tidak menjadikan bank sebagai salah satu solusi untuk memenuhi

kebutuhan ekonomis karena dianggap pemberlakuan suku bunga dan kurangnya

pemahaman tentang prosedur meminjam yang dianggap rumit dan waktu pencairan

yang lama.

Pesatnya perkembangan teknologi di era sekarang ini membawa perubahan yang

sangat fundamental terhadap pola kehidupan yang terjadi di beberapa kalangan

masyarakat. Perubahan pola kehidupan tersebut kini terjadi di semua bidang, baik

sosial, budaya, ekonomi, maupun bidang lainnya. Salah satu kemajuan ekonomi yang

terjadi karena perkembangan teknologi adalah pada sistem keuangan, yang pada

dasarnya adalah tatanan penting dalam perekonomian suatu negara yang memiliki peran

dalam menyediakan jasa-jasa di bidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan.

Dalam perkembangan industri keuangan, internet memiliki peran yang sangat

strategis dalam teknologi informasi melalui modifikasi dan efisiensi layanan jasa

keuangan yang dikenal dengan istilah peer to peer lending (pinjaman tanpa agunan).
Perusahaan pertama yang memperkenalkan layanan tersebut adalah Zopa di Inggris

pada tahun 2005, kemudian diikuti oleh perusahaan asal amerika yakni Prosper pada

tahun 2006. Layanan peer to peer lending mulai berkembang dikarenakan dampak krisis

finansial yang terjadi pada tahun 2008.

Sistem peer to peer lending atau P2PL memiliki kesamaan dengan konsep

marketplace online dimana mereka menyediakan wadah antara pembeli dengan penjual.

P2PL dapat dikatakan sebagai wadah untuk kegiatan mengenai pinjam meminjam uang.

Layanan pinjam meminjam berbasis online dapat memudahkan pengguna dengan

menawarkan proses yang lebih mudah dan cepat. Sehingga banyak orang yang tertarik

menggunakan sistem pinjaman berbasis online ini.

Namun disamping kelebihan yang ditawarkan oleh perusahaan pinjaman online,

terdapat berbagai resiko yang muncul dari pinjaman berbasis online ini. Seringkali,

layanan pinjaman online yang ilegal melakukan pemberlakukan denda yang tidak wajar.

Ini terjadi karena pinjol tidak memiliki aturan yang jelas dan dapat mengubah aturan

bunga atau denda sesuka hati mereka. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, jumlah pengaduan yang dilakukan oleh

masyarakat terus bertambah. Kabar terbaru bahwa banyak mahasiswa yang terlilit

hutang karena menggunakan pinjol. Hal ini membuat geger di masyarakat dan membuat

pihak universitas turun langsung menangani kasus ini.

Menjamurnya Pinjaman berbasis Online di Indonesia

Menelisik perkembangan pinjaman online, masyarakat Indonesia sekarang ini

sangat dimudahkan dengan menjamurnya berbagai platform yang menyediakan jasa


peminjaman uang secara digital tanpa agunan serta kecepatan pencairan. Kemudahan

yang ditawarkan ini tentunya sangat menyita perhatian masyarakat awam. Mereka

kurang memahami bahwa pinjaman online ini terbagi menjadi dua, yaitu pinjaman

online legal dan ilegal yang terdaftar oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pinjaman online

legal merupakan platform fintech resmi telah berizin dan terdaftar sebagai penyedia

dana aman bagi masyarakat yang membutuhkan pinjaman dana. Sebaliknya, pinjaman

online ilegal tidak memiliki izin pendirian dan tidak memenuhi standar persyaratan

yang telah ditetapkan. OJK dalam operasionalnya telah memberikan kemudahan akses

bagi seluruh warga negara Indonesia untuk mengetahui daftar - daftar platform

pinjaman online legal dan ilegal yang update setiap tahunnya. Dilansir dari Otoritas Jasa

Keuangan, berikut perkembangan industri fintech peer-to-peer lending di Indonesia :

Grafik 1

Perkembangan Pinjaman Online Legal (2018-2021)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)


Gambar 1
Perkembangan Pinjaman Online Legal

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)

Data di atas diambil dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan mengenai jumlah

industri pinjaman online yang berkembang di Indonesia. Data ini menunjukkan angka

penyesuaian per 6 Oktober 2021 – 31 Oktober 2021. Dalam data tersebut dapat

diketahui, terdapat 106 industri Fintech P2P Lending yang resmi. Berikut daftar nama

industri pinjaman online legal yang terdaftar di OJK :

Gambar 2
Daftar Pinjaman Online Resmi di Bawah Pengawasan OJK

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)


Kemudahan akses informasi terkait data pinjaman online di Indonesia ini seharusnya

mampu dimanfaatkan dengan bijak oleh masyarakat agar terhindar dari jeratan pinjaman

online ilegal. Selain akses daftar pinjaman online legal, laman resmi OJK pun juga

memberikan akses data industri pinjaman online ilegal. Banyak oknum – oknum yang

kurang bertanggung jawab mendirikan usaha pinjol ilegal, demi meraup keuntungan

yang fantastis. Ciri – ciri pinjaman online ilegal yang harus diperhatikan oleh

masyarakat yakni sebagai berikut :

1. Pengenaan denda tidak terbatas.


2. Suku bunga tertinggi.
3. Fee dalam jumlah yang besar.
4. Adanya teror atau intimidasi apabila nasabah gagal bayar.

Keberadaan pinjaman online ilegal ini tidak terlepas dari adanya faktor kemudahan
akses bagi pelaku untuk mengunggah aplikasi/situs/website serta tindakan
pemberantasan yang tergolong sulit akibat penempatan lokasi server di luar negeri.
Berikut daftar nama industri pinjaman online ilegal berdasarkan informasi OJK :

Gambar 3
Perkembangan Pinjaman Online Legal

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

(www.ojk.go.id) Pinjaman online ilegal ini seringkali mengincar masyarakat awam yang

tingkat kesadaran literasinya rendah, masyarakat ini cenderung tidak melakukan

pengecekan
legalitas usaha serta terbatasnya pemahaman terkait pinjol. Selain itu, faktor pendorong

yang melatarbelakangi maraknya pinjol ilegal yakni kebutuhan mendesak karena

kesulitan finansial. Hal ini dibuktikan dengan terekamnya jumlah pengaduan

masyarakat pada tahun 2019 – 2021 terkait kasus pinjaman online ilegal. Total

keseluruhan terdapat 19.711 pengaduan yang terbagi menjadi dua kategori pelanggaran

berat dan ringan/sedang. Sebanyak 10.441 jumlah pengaduan adanya pelanggaran

ringan/sedang, sisanya sebanyak 9.270 jumlah kasus pelanggaran yang tergolong berat.

Dari data tersebut, bentuk pengaduan dengan pelanggaran berat yang ditemukan sebagai

berikut :

1. Sistem penagihan kepada seluruh kontak handphone korban.

2. Adanya teror dan intimidasi.

3. Penagihan yang mengandung unsur pelecehan seksual serta menggunakan kata kasar.

4. Pencairan tanpa persetujuan pemohon.

Tidak jarang bentuk - bentuk pelanggaran berat tersebut dapat berujung pada tindakan

kriminalitas apabila masyarakat tidak berusaha meminimalisir interaksi dengan pinjol

ilegal. Himbauan dan edukasi perlu terus digalakkan supaya masyarakat awam

mengetahui dan mampu memilih pinjaman online legal yang telah diputuskan oleh

Otoritas Jasa Keuangan.

Penyebab Masyarakat Mudah Terjerat Pinjaman Online Ilegal

Perilaku masyarakat yang konsumtif menjadi salah satu penyebab menjamurnya

praktik pinjol di Indonesia. Perilaku konsumtif yang terjadi dapat disebabkan dari

internal dan eksternal pribadi masing-masing. Dorongan internal dari pribadi


masing-masing yakni misalnya kebutuhan belanja tanpa adanya perencanaan dan tanpa

perhitungan antara kebutuhan dan keinginan, sehingga kebutuhan mereka yang sangat

banyak tanpa memperhatikan kondisi financial seseorang. Sedangkan dorongan

eksternal merupakan pengaruh dari lingkungan dan budaya yang materialistis, dan

pengaruh dari iklan yang bertebaran di media sosial, serta perkembangan teknologi yang

semakin memudahkan masyarakat berbelanja secara online.

Selain perilaku masyarakat yang konsumtif, literasi keuangan yang rendah juga

membuat seseorang mudah terlilit pinjaman online secara ilegal. Meskipun banyak

pendanaan lain yang lebih aman dan tidak mencekik daripada pinjol, nyatanya masih

banyak masyarakat yang mudah terlilit hutang di platform pinjaman online yang ilegal.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, tingkat literasi keuangan

Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2013 indeks literasi keuangan Indonesia

berada di angka 21,8 persen, angka tersebut naik menjadi 29,7 persen pada tahun 2016

dan 38,03 persen pada tahun 2019. Jika dirata- rata kenaikan angka literasi keuangan

Indonesia hanya sekitar 2,7 persen per tahunnya.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Otoritas jasa Keuangan (OJK), guru dan

korban pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah kalangan masyarakat yang paling

sering terlilit pinjol, dengan kontribusi sebesar 42% dan 21%. Kalangan masyarakat

lainnya yang terjerat Pinjol adalah ibu rumah tangga, karyawan, pedagang, pelajar, dan

ojek online. Sementara itu, menurut data yang dikeluarkan oleh Katadata, ada beberapa

penyebab yang membuat masyarakat gampang terlilit hutang di pinjaman online yakni

membayar utang lain, latar belakang ekonomi menengah ke bawah, dana cair lebih
cepat, memenuhi kebutuhan gaya hidup, kebutuhan mendesak, perilaku konsumtif,

tekanan ekonomi, dan lainnya.

Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Pinjol

Perkembangan teknologi internet yang kian meningkat dari tahun ke tahun

menjadikan acuan bagi Pemerintah untuk memberikan inovasi pada sektor jasa

keuangan di Indonesia. Ratusan fintech telah terdaftar resmi dan diawasi oleh Otoritas

Jasa Keuangan, hal ini sangat penting guna memberikan rasa aman bagi masyarakat

yang memilih akses pinjaman online sebagai solusi finansialnya. Namun upaya tersebut

masih belum mampu memberantas seluruh platform pinjol ilegal yang beroperasi di

Indonesia. Tidak dapat dipungkiri keberadaan pinjol ilegal menambah jumlah

kriminalitas di masyarakat. Pada tahun 2020 - 2021 polisi telah menerima sebanyak 371

laporan pinjol ilegal di Indonesia. Di samping itu, Satuan Tugas Waspada Investasi

(SWI) telah menghentikan 3.631 pinjol ilegal yang beroperasi di Indonesia. Sampai saat

ini, upaya penutupan pinjol ilegal masih terus dilakukan oleh SWI sebagai salah satu

bentuk pengamanan serta pencegahan agar masyarakat tidak masuk ke dalam jeratan

beban hutang yang berat. Bahkan beberapa kasus dilaporkan pengguna pinjol ilegal

lebih memilih mengakhiri hidupnya akibat tekanan serta tagihan hutang yang besar.

Berdasarkan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, industri pinjaman online wajib

mengurus pendaftaran dan perizinan kepada OJK. Setelah terdaftar resmi industri pinjol

yang bersangkutan wajib mengajukan lagi perizinan paling lambat 1 tahun sejak tanggal

terdaftar di OJK. Pada tahapan ini, industri pinjol wajib menyerahkan rekam jejak audit
operasionalnya dalam Sistem Elektronik Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi untuk keperluan penegakan hukum, penyelesaian sengketa,

verifikasi, pengujian, dan pemeriksaan lainnya. Selain itu, pinjol wajib menyerahkan

laporan bulanan dan tahunan yang memuat kinerja keuangan, kinerja dan pengaduan

pengguna. POJK Nomor 77/POJK.01/2016 juga telah mengatur prinsip dasar dari

perlindungan pengguna, sebagai berikut :

1. Transparansi,

2. Perlakuan yang adil,

3. Keandalan,

4. Kerahasiaan dan keamanan data,

5. Penyelesaian sengketa Pengguna secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.

Sebagai landasan perlindungan hukum bagi pengguna pinjol sangat diperlukan

penerapan instrumen hukum yang ketat di Indonesia. Perlindungan hukum yang ketat

diharapkan mampu menciptakan lingkungan usaha yang sehat, kompetitif dan tangguh.

Dalam rangka memberikan perlindungan bagi calon pengguna pinjol, OJK menekankan

kepada industri pinjol untuk mengukur layak atau tidaknya calon peminjam. Terkait

dengan perlindungan hak pribadi pengguna pinjol, privasi merupakan bagian dari Hak

Asasi Manusia. Oleh karenanya, privasi tidak hanya dilindungi oleh hukum namun

termasuk dalam norma budaya, etika serta praktik bisnis profesional. Upaya

perlindungan hukum pengguna layanan pinjol tertuang dalam UU ITE Pasal 26 Ayat 1

dan 2 yang berbunyi :

1. Pasal 1 (Penggunaan data pribadi)


Penggunaan data pribadi harus berdasarkan persetujuan pihak yang

berkepentingan terhadap data tersebut.

2. Pasal 2 menegaskan pelanggaran yang dilakukan pada ayat 1 maka pihak yang

dirugikan dapat mengajukan gugatan terhadap kerugian yang diterima.

Selain itu, perlindungan pengguna layanan pinjol juga tertuang pada Pasal 45 Ayat 3

UU ITE yang menyatakan apabila pelaku telah tanpa hak dan disengaja

mendistribusikan data milik pengguna yang mana perbuatan tersebut juga termasuk

dalam pasal 27 ayat 3. Kemudian berkaitan dengan ancaman debt collector kepada

pengguna jasa pinjol diatur pada pasal 45 huruf B UU ITE yang menyatakan

melindungi pengguna jasa pinjol jika terjadi ancaman yang kemudian diterimanya

sebagai usaha untuk menekan pengguna. Isi dari pasal ini hampir sama dengan maksud

dari pasal 29 UU ITE yang memuat perlindungan terhadap ancaman dari layanan jasa

pinjaman online.

Perlindungan hak pengguna pinjol harus dijamin oleh Pemerintah melalui

peraturan perundang - undangan yang secara khusus mengatur mengenai kasus

pelanggaran hak pengguna layanan pinjol di Indonesia. Pada pasal 19 ayat 2 UU HAM

menyatakan bahwa kelalaian ataupun ketidakmampuan pengguna pinjol dalam

melakukan pembayaran tidak dapat dijadikan suatu alasan untuk layanan pinjol

melakukan pemidanaan pengguna. Dengan demikian adanya aturan tersebut mampu

menjadi perlindungan hukum bagi pengguna layanan pinjaman online di Indonesia.


Komitmen Pemerintah Memberantas Pinjaman Online Ilegal

Pemerintah menunjukkan komitmennya dalam memberantas kasus pinjaman

online ilegal ini disampaikan melalui siaran pers bersama pada Jumat, 20 Agustus 2021

lalu. Bersinergi bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian

Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Kominfo), Kepolisian Republik

Indonesia (Polri), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM) dalam upaya memperkuat langkah

untuk memberantas pinjaman online ilegal. Melalui ini diharapkan mampu

meningkatkan tindakan dan langkah nyata dari setiap kementerian maupun lembaga

terkait sesuai kewenangannya demi memberikan keamanan kepada masyarakat.

Dalam siaran pers yang digelar secara virtual ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

menyatakan bahwa pihaknya sudah menetapkan beberapa kebijakan dengan tujuan

untuk memberantas pinjaman online ilegal. Upaya ini dilakukan melalui Satgas

Waspada Investasi (SWI), dengan juga telah menjalankan beberapa program yang

memberikan edukasi kepada masyarakat umum agar dapat menggunakan fintech

lending legal atau telah mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

SWI juga telah bertindak tegar dengan menjalankan cyber patrol yakni melakukan

pemblokiran rutin baik itu terhadap situs maupun aplikasi pinjol yang tidak terdaftar

resmi di OJK. SWI juga melakukan penertiban kepada koperasi simpan pinjam yang

memberikan penawaran pinjaman online, memberlakukan pelarangan payment gateway,

hingga menindaklanjuti pelaku pinjaman online dengan tegas melalui jalur hukum.
Bank Indonesia (BI) juga menyatakan komitmen serta memberikan dukungan

penuh pada semua upaya serta langkah bersama dengan tujuan menjaga sektor

keuangan bisa bertumbuh sehat untuk kemudian dapat memberikan kontribusi positif

terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Kementerian Koperasi juga telah melakukan

beberapa program edukasi kepada gerakan koperasi ataupun masyarakat luas sebagai

antisipasi maraknya pinjaman online ilegal yang mengatasnamakan ataupun berkedok

sebagai koperasi. Pihak Kepolisian Republik Indonesia juga menyatakan bahwa

pihaknya telah melakukan penegakan hukum kepada sebanyak 14 pinjaman online

ilegal per periode tahun 2018 s.d 2021 ini.

Rekomendasi Kebijakan

Pada era sekarang ini, teknologi berkembang sangat cepat, hal ini membuat

semua hal terasa serba mudah. Begitupun layanan untuk mendapatkan pinjaman uang

yang sangat mudah. Kemudahan tersebut membuat banyak masyarakat yang terlena dan

banyak yang terlilit hutang di platform pinjaman online. Dibalik kemudahannya

tersebut, tidak sedikit oknum-oknum yang memanfaatkannya untuk tindakan yang tidak

bijak. Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya masyarakat

meningkatkan literasi keuangan mereka, agar mereka tidak terjebak hutang pada

layanan pinjaman online secara ilegal, selain itu masyarakat juga harus menyesuaikan

kebutuhannya dengan kapasitas dana mereka, dan tidak memaksakan untuk gaya hidup

yang mewah yang di luar kemampuan mereka.

Pemerintah juga harus menetapkan kebijakan yang nantinya dapat memberantas

pinjol-pinjol yang berkeliaran secara ilegal. Pemerintah juga harus sering mengawasi
keberadaan pinjol-pinjol ilegal dan memberikan hukuman yang berat apabila mereka

terbukti membuat layanan pinjaman online secara ilegal. Bagi masyarakat yang ingin

menggunakan layanan pinjaman online, haruslah berhati-hati misalnya harus

memastikan pinjaman online tersebut terdaftar dan diawasi oleh OJK dan bagi

masyarakat yang sudah terlanjur terlilit hutang di pinjol ilegal, sebaiknya mereka

melaporkan kepada pihak kepolisian agar nantinya pihak kepolisian yang menangani

kasus tersebut.
Daftar Pustaka

Asmah, D. C. (2022). Analisis Perkembangan Pinjaman Online dan Pendapat GEN Z di

Indonesia Pada Era Revolusi Industri 4.0 (Doctoral dissertation).

Sinaga, E. P., & Alhakim, A. (2022). Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum

Bagi Pengguna Jasa Pinjaman Online Ilegal Di Indonesia. UNES Law Review,

4(3), 283-296.

Sugangga, R., & Sentoso, E. H. (2020). Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna

Pinjaman Online (Pinjol) Ilegal. Pakuan Justice Journal Of Law, 1(1), 47-61.

Arnani, M. (2022, September 22). Ingat, Ini Daftar Pinjol Legal Berizin OJK 2022

Halaman all - Kompas.com. Money Kompas.com. Retrieved November 22,

2022, from

https://money.kompas.com/read/2022/09/23/112759326/ingat-ini-daftar-pinjol-le

gal-berizin-ojk-2022?page=all

BBC. (2021, October 26). Pinjol ilegal marak karena sistem yang lemah hingga

perilaku masyarakat yang konsumtif. BBC. Retrieved November 22, 2022, from

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-58850599

Dwi, A. (2012, October 29). Losing Paradise. YouTube. Retrieved November 22, 2022,

from

https://bisnis.tempo.co/read/1620574/daftar-dan-cara-cek-pinjol-ilegal-dan-legal

-terbaru-2022/

Ini 10 Penyebab Masyarakat Terjerat Pinjaman Online. (2022, September 27).

Databoks. Retrieved November 22, 2022, from


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/09/27/ini-10-penyebab-masyara

kat-terjerat-pinjaman-online

Kemenkeu. (n.d.). Menyikapi Pinjaman Online, Anugerah atau Musibah. Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara. Retrieved November 22, 2022, from

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jabar/baca-artikel/14040/Menyikapi-Pi

njaman-Online-Anugerah-atau-Musibah.html

Kominfo. (2021, August 20). Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian

Komunikasi dan Informatika. Retrieved November 22, 2022, from

https://www.kominfo.go.id/content/detail/36494/siaran-pers-no-no-295hmkomin

fo082021-tentang-pernyataan-bersama-ojk-bank-indonesia-kepolisian-ri-kominf

o-dan-kemenkop-ukm-dalam-pemberantasan-pinjaman-online-ilegal/0/siaran_pe

rs

Anda mungkin juga menyukai