Adapun sesuai dengan konsideran UU No.30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, KPK merupakan ujung tombak dalam pemberantasan korupsi. KPK
tidak saja sebagai penyidik tetapi juga sebagai penuntut terhadap pelaku tindak pidana korupsi.
Dengan dibentuknya KPK telah banyak kasus korupsi yang berhasil digagalkan, sehingga dapat
mengembalikan uang negara dalam jumlah yang tidak sedikit. Penegak hukum yang kedua yang
berkompeten dalam pemberantasan tindak pidana korupsi adalah kepolisian. Polisi merupakan
pihak yang mempunyai kewenangan dalam penyelidikan dan penyidikan pelaku tindak pidana
korupsi, maka terhadap laporan adanya korupsi, polisi akan menindaklanjuti laporan tersebut
dengan menangkap dan menyidik pelaku untuk kemudian diteruskan kepada Kejaksaan Negeri
untuk kemudian dilakukan penuntutan. Kejaksaan merupakan salah satu lembaga penegak
hukum yang juga mempunyai kewenangan untuk melakukan penuntutan terhadap pelaku tindak
pidana korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan salah satu lembaga negara yang
dibentuk pada era reformasi di Indonesia. Lembaga ini dibentuk sebagai salah satu bagian
agenda pemberantasan korupsi yang merupakan salah satu agenda terpenting dalam pembenahan
tata pemerintahan di Indonesia. KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003
untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Salah satu hasil dari Perubahan Undang- undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Negara RI Tahun 1945) adalah beralihnya
supremasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menjadi supremasi konstitusi. Akibatnya,
MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara karena semua lembaga negara didudukkan sederajat
dalam mekanisme checks and balances. Sementara itu, konstitusi diposisikan sebagai hukum
tertinggi yang mengatur dan membatasi kekuasaan lembaga-lembaga negara.
KPK merupakan Lembaga bantu negara yang dapat disamakan dengan Lembaga Negara
yang tertuang dalam UUD 1945 karena sama-sama mempunyai struktur organisasi yang sama
dengan lembaga negara mempunyai sekjen dan badan Litbang yang dimiliki lembaga negara
yang lain sama seperti Komisi Yudisial, dapat dikatakan bahwa kedudukannya secara struktural
sederajat dengan Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Akan tetapi, secara fungsional,
peranannya bersifat penunjang (auxiliary) terhadap lembaga kekuasaan kehakiman. Komisi
Yudisial, meskipun fungsinya terkait dengan kekuasaan kehakiman, tetapi tidak menjalankan
fungsi kekuasaan kehakiman. Di tengah masih kurang optimalnya kinerja jajaran kepolisian dan
kejaksaan dalam menangani kasus-kasus korupsi, keberadaan KPK harus tetap dipertahankan.
Sebab, menyelamatkan KPK sama artinya dengan menyelamatkan negara dari kehancuran. KPK
tidak boleh kehabisan semangat dan motivasi. Di tanah air, ketidakpercayaan terhadap pelayanan
pejabat negara melahirkan Komisi Pemberantasan Korupsi, Indonesia mulai memasuki masa
inflansi komisi negara, yaitu titik jenuh yang justru dapat mereduksi urgensi eksistensi komisi itu
sendiri. Telah lahir komisi negara baru yang fungsi dan perannya cenderung tidak jelas atau
tumpang tindih satu sama lain.
Secara historis KPK lahir dari sebuah asumsi bahwa penegakan hukum yang dilakukan
oleh Kepolisian dan Kejaksaan tidak berjalan secara efektif. Komisi Pemberantasan Korupsi,
atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk
mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Visi KPK adalah mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi. Sedangkan misi KPK
adalah penggerak perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang anti korupsi. Azas yang
dipegang KPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya adalah kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. Sedangkan, Nilai-nilai
yang dianut KPK adalah integritas, profesionalisme, inovasi, religiusitas, transparasi,
kepemimpinan, dan produktivitas. Kepastian Hukum Asas kepastian hukum ini mengutamakan
landasan peraturan perundangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kewajiban
penyelenggara negara. Asas ini juga disebut dengan asas pacta sunt servanda yang merupakan
asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Keterbukaan asas ini adalah yang membuka
diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara. Ini tetap memperhatikan perlindungan atas hak
asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Baca juga : Cerita soal Banjir Jakarta, dari Rebutan
Sampah hingga Evakuasi Tahanan KPK Akuntabilitas Ini adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Kepentingan umum Asas ini adalah mendahulukan
kesejahteraan umum dengan cara aspiratif, akomodatif, dan selektif. Proporsionalitas Asas ini
mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Tanggung jawab KPK kepada publik
dan harus menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)3.
10
Kumparan, https://kumparan.com/kumparannews/penjelasan-lengkap-novel-baswedan-soal-kejanggalan-tes-
wawasan-kebangsaan-kpk-1vj0HEY2FXM/full diakses pada tanggal 18 Mei 2022.
11
Tatang Guritno, https://nasional.kompas.com/read/2021/05/17/06273661/kejanggalan-tes-wawasan-
kebangsaan-pegawai-kpk-yang-jadi-sorotan?page=all diakses pada 18 Mei 2022.
Katjasungkana mengungkapkan beberapa fraksi di Panja mengusulkan penghapusan
kewenangan penuntutan KPK dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
c) 1 Desember 2009
ICW (Indonesia Corruption Watch) mengkaji RPP tentang Intersepsi versi 8 Oktober
2009 dan merilis 13 poin kritis yang berpotensi melemahkan KPK dalam RPP
Penyadapan.
d) 11 Juni 2010
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pengadilan tinggi menilai SKPP Bibit-
Chandra tidak sah. Jaksa Agung Hendarman Supandji kemudian mengajukan PK atas
putusan tersebut.
e) 3 Juli 2012
Dalam rapat internal Komisi III DPR, semua fraksi menyatakan setuju untuk
merevisi UU 30/2002 tentang KPK yang dinilai sebagai bentuk nyata memereteli
kewenangan KPK.
f) 5 Oktober 2012
Sejumlah perwira polisi berpakaian preman masuk ke lobi Gedung KPK. Mereka
berusaha menjemput paksa para penyidik Polri yang bertugas di KPK.
g) 13 Januari 2015
KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan menjadi tersangka atas kasus
rekening gendut yang diumumkan oleh Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil
Ketua KPK Bambang Widjojanto.
h) 23 Januari 2015
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto ditangkap polisi
di Depok, Jawa Barat. Bambang dinyatakan ditahan setelah dijadikan tersangka
dalam kasus dugaan mengarahkan saksi memberikan keterangan palsu di sidang
sengketa Pemilu Kepala Daerah Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, tahun
2010. Wakil Ketua KPK Zulkarnain mengatakan, penangkapan dan penahanan
Bambang merupakan serangan langsung terhadap KPK. Serangan ini justru
dilakukan di tengah pimpinan KPK sedang mempercepat penanganan sejumlah
perkara korupsi, termasuk kasus dugaan korupsi yang dilakukan Budi Gunawan.
i) 10 Maret 2015
Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mencatat,
sedikitnya ada 21 dugaan upaya kriminalisasi terhadap pimpinan dan staf KPK serta
pegiat anti korupsi setelah KPK menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan
sebagai tersangka.
j) 17 Juni 2015
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Hamonangan Laoly menegaskan,
percepatan jadwal revisi UU 30/2002 merupakan usulan DPR. Revisi ini terutama
dilakukan terhadap ketentuan tentang kewenangan penyadapan. Pemerintah juga
memandang perlunya Dewan Pengawas KPK.
k) 6 Oktober 2015
Dalam draf RUU tentang revisi UU 30/2002 yang disusun DPR, disebutkan komisi
itu akan dibubarkan 12 tahun setelah draf RUU resmi diundangkan. Usulan itu
tertuang dalam Pasal 5 RUU Perubahan atas UU 30/2002 yang dibagikan kepada
anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR dalam Rapat Pleno Baleg. Revisi UU KPK
sebenarnya masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2016 dan menjadi
inisiatif pemerintah. Namun kemudian diusulkan masuk menjadi RUU Prioritas
Prolegnas 2015 dan menjadi inisiatif DPR.
l) 11 April 2017
Penyidik KPK, Novel Baswedan, disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai
menunaikan shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya, di kawasan Kelapa
Gading. Wajahnya disiram air keras oleh dua orang bermotor yang mengakibatkan
mata kiri Novel cedera berat dan sulit untuk melihat.
m) 20 Juni 2017
Panitia Angket DPR terhadap KPK memunculkan wacana agar KPK dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia tidak diberi anggaran pada tahun 2018. Mereka menilai
KPK dan Polri tidak menghormati DPR.
n) 15 September 2017
Berdasarkan draft laporan Panitia Angket DPR terhadap KPK, Panitia Angket telah
menyusun usulan rekomendasi. Salah satu poin rekomendasi yang diusulkan dalam
draf itu, Panitia Angket KPK akan mengajukan hak menyatakan pendapat agar
Presiden Joko Widodo dan DPR segera merevisi UU 30/2002 tentang KPK dalam
waktu satu bulan. Ada beberapa hal yang menurut pansus perlu dibenahi terkait
KPK, yakni seputar aspek kelembagaan, kewenangan, anggaran, dan tata kelola
sumber daya manusia.
o) 26 September 2017
Pada Rapat Paripurna DPR di Kompleks Parlemen, diputuskan untuk melanjutkan
kerja Panitia Angket DPR terhadap KPK tanpa batas waktu yang jelas. Dalam rapat
yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, yang juga salah satu pengusul hak
angket terhadap KPK, 4 dari 10 fraksi di DPR menyatakan masa kerja panitia angket
tak perlu diperpanjang. Empat fraksi itu adalah Fraksi Partai Gerindra, Partai Amanat
Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Demokrat.
p) 2 Februari 2018
Pada draf RUU HP, sejumlah ketentuan yang diatur dalam rancangan undang-undang
tersebut memunculkan polemik yang salah satunya kewenangan KPK dalam
melakukan penyelidikan dan penyidikan dalam kasus korupsi nantinya akan beralih
kepada kejaksaan dan kepolisian karena kedua institusi ini dapat menangani kasus
korupsi yang diatur selain dalam UU Tipikor.
q) 5 September 2019
Rapat Paripurna DPR menyepakati secara bulat revisi UU KPK menjadi RUU
inisiatif DPR. Dalam RUU itu ada beberapa pasal yang dinilai bisa melemahkan
KPK, seperti KPK dapat menghentikan penyidikan suatu perkara, pembentukan
Dewan Pengawas KPK, dan penyadapan yang memerlukan izin Dewan Pengawas.
r) 6 September 2019
Komisi Pemberantasan Korupsi meminta perlindungan kepada Presiden Joko
Widodo dari upaya pelemahan melalui revisi UU 30/2002 melalui surat yang
ditandatangani lima unsur pimpinan KPK.
s) 11 September 2019
t) Presiden Joko Widodo menerbitkan surat presiden berisi persetujuan sekaligus
penunjukan kementerian yang mewakili pemerintah membahas RUU KPK bersama
DPR12.
12
Yoan Oktaviani, https://kompaspedia.kompas.id/baca/infografik/kronologi/berbagai-upaya-pelemahan-kpk
diakses pada tanggal 19 Mei 2022
KESIMPULAN
Perkembangan KPK sebagai lembaga yang menaungi sikap antisipatif pasca reformasi
hingga saat ini dirasa tak lagi memenuhi amanat konstitusi. Tak lain dikarenakan adanya
pelemahan pada tubuh KPK yang secara tidak langsung menutup ruang untuk ditemukannya
proses penyelamatan Indonesia. Berbagai pembaharuan peraturan tak lagi menyelesaikan
permasalahan, akan tetapi justru menambah permasalahan yang baru.
Baru-baru juga terjadi tumpang tindih permasalahan regenerasi dan juga penonaktifan
status keanggotaan semakin mengherankan. Pasalnya, alasan yang munculpun tak satupun tau
konkretnya. Hal ini semakin mencederai status KPK secara tidak langsung sebagai lembaga yang
independen dan non-pemerintah. Namun, apa yang terjadi tak dapat lagi terbendung. Menunggu
waktupun KPK akan terkikis secara struktural dan kultural. Oleh karenanya, berbagai macam
bentuk antisipasi perlu lebih ditekankan terhadap penguatan KPK dibandingkan sekedar
eksekusi.