Anda di halaman 1dari 19

HAK CIPTA

Hak cipta adalah bagian dari cabang HKI yang penting untuk dipahami
oleh semua masyarakat. Perlindungan hak cipta menjadi isu yang penting dalam
era ekonomi pasar bebas. Indonesia sebagai negara yang produktif dalam karya
cipta, tentunya wajib melindungi warga negaranya dari usaha plagiarism dan
piracy. Perlindungan hak cipta melalui undang-undang hak cipta tentunya akan
memberikan perlindungan hukum bagi para pencipta.
A. Konsep Dasar Hak Cipta
Hak Cipta pada dasarnya telah dikenal sejak dahulu kala, akan tetapi
konsep hukum hak cipta baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 80-an.
Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih menggunakan
undang-undang pemerintah kolonial Belanda “Auteurswet 1912” sampai
Undang-Undang Hak Cipta pertama dibuat, yaitu pada tahun 1982. Sejak
menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia memunyai empat buah Undang-
Undang yaitu UU No. 6 Tahun 1982, UU No. 7 Tahun 1987, UU No.12
Tahun 1997, UU No. 19 Tahun 2002, dan UU No. 28 Tahun 2014.
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak
cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

B. Hak Cipta Menurut Undang-Undang Hak Cipta


Hak cipta di Indonesia diatur di dalam UU No. 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta dan telah diperbarui melalui UU No. 28 Tahun 2014. Undang-
Undang melalui pasal 1 angka 1 memberikan pengertian bahwa hak cipta
merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis
setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak cipta dalam pengertian ini
menjelaskan adanya asas deklaratif di mana perlindungan hukum otomatis
diberikan saat ciptaan sudah jadi wujudnya (dilahirkan) tanpa harus
mendaftarkannya. TRIPs mengakui bahwa ciptaan yang layak mendapat
perlindungan hukum manakala ciptaan tersebut merupakan ekspresi atau
perwujudan ide (pasal 9 ayat 2 TRIPs). Selain itu syarat keaslian atau
originality, maksudnya adalah ciptaan memunyai bentuk yang khas dan
menunjukkan keaslian atas dasar kemampuan dan kreativitasnya yang bersifat
pribadi dari si pencipta karena ciptaan adalah ego tertinggi (alter ego) dari si
pencipta1.
Ekspresi atau perwujudan ide dalam sebuah karya cipta yang dimaksud
adalahbahwa sebuah hasil karya tidak bisa diberikan hak eksklusif apabila
hanya berupa ide saja, namun harus dalam bentuk nyata atau berwujud (dalam
literatur asing sering disebut fixation). Berikut ini akan diberikan contoh
perbedaan ide dan perwujudan ide (fixation):
▪ Apabila seseorang memunyai ide menulis cerita pengalaman pribadi dalam
bentuk novel, maka cerita pengalaman tidak akan mendapatkan
perlindungan, apabila tidak diwujudkan dalam bentuk tertulis (seperti
novel atau karya lain yang bisa dilihat, dibaca atau didengar).
▪ Apabila seorang penyanyi memunyai ide menceritakan suasana
Yogyakarta dalam bentuk lagu, suasana Yogyakarta adalah sesuatu yang
biasa, namun apabila penyanyi menuangkan dalam bentuk lagu dan bisa
didengar, maka akan menjadi sebuah karya yang bisa dilindungi hak cipta.
Selain ekspresi, sebuah karya juga harus dalam bentuk khas dan
bersifat orisinil, bukan meniru karya orang lain atau karya publik domain,
sebagaimana diatur di dalam pasal 1 angka 2 dan angka 3 Undang-Undang
No. 19 Tahun 2002. Pasal 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 (UUHC)
tentang hak cipta juga menjelaskan bahwa ciptaan adalah setiap hasil karya
cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas
inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau
keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Untuk mempermudah

1
Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni, 2003.
memahami syarat perlindungan terhadap hak cipta, maka berdasarkan UU hak
cipta adalah sebagai berikut:
▪ Hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.
▪ Berwujud atau bentuk nyata.
▪ Bersifat asli (original).
▪ Bersifat khas dan pribadi.
Hak cipta dalam pengertian pemberian hak eksklusif yang diatur di
dalam UUHC terdapat dua macam, yaitu:
a. Hak cipta (pasal 1 angka 2 dan 4) meliputi pencipta dan pemegang hak
cipta.
b. Hak terkait atau neightbouring rights (pasal 1 angka 5) meliputi:
1) Pelaku pertunjukan adalah seorang atau beberapa orang yang secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan
suatu Ciptaan (angka 6).
2) Producer fonogram adalah orang atau badan hukum yang pertama kali
merekam dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan
perekaman suara atau perekaman bunyi, baik perekaman pertunjukan
maupun perekaman suara atau bunyi lain (angka 7).
3) lembaga penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga
penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran
komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan (angka 8)
Pasal 20 UUHC juga menjelaskan bahwa Hak terkait meliputi:
a. Hak moral milk Pelaku Pertunjukan.
b. Hak ekonomi yang dimiliki Pelaku Pertunjukan.
c. Hak ekonomi Produser Fonogram.
d. Hak ekonomi Lembaga Penyiaran.
C. Ciptaan yang Dilindungi
Pasal 40 (1) UUHC menyebutkan bahwa dalam undang-undang ini
ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra, yang mencakup:
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya seni terapan;
h. karya arsitektur;
i. peta;
j. karya seni batik atau seni motif lain;
k. karya fotografi;
l. potret;
m. karya sinematografi;
n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
p. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer maupun media lainnya;
q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. permainan video;
s. Program Komputer.
Berikut ini jangka waktu perlindungan hak cipta atas ciptaan menurut
pasal 58 UUHC.
Pelindungan Hak Cipta atas Ciptaan:
a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya arsitektur;
h. peta;
i. karya seni batik atau seni motif lain
berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung selama 70 tahun
setelah pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal Januari tahun
berikutnya. Waktu perlindungan bagi pencipta perorangan berbeda dengan
badan hukum. Jika badan hukum waktu perlindungannya adalah 50 tahun
sejak pertama kali ciptaan diumumkan.
Pada pasal 59 mengatur bahwa Hak Cipta atas Ciptaan:
a. karya fotografi;
b. potret;
c. karya sinematografi;
d. permainan video;
e. program Komputer;
f. perwajahan karya tulis;
g. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
i. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer atau media lainnya;
j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli, berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
ciptaan diumumkan.
Berikut ini jangka waktu perlindungan bagi pemegang hak-hak terkait
(pasal 60 UUHC).
a. Pelaku, berlaku selama 50 tahun sejak karya tersebut pertama kali
dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam fonogram atau media
audiovisual.
b. Produser rekaman suara (fonogram), berlaku selama 50 tahun sejak karya
tersebut selesai direkam (difiksasi).
c. Lembaga penyiaran, berlaku selama 20 tahun sejak karya siaran tersebut
pertama kali disiarkan.

D. Penggunaan Waiar (Fair Dealing)


Hak pemilik atas karya cipta tidak serta merta menjadikan seseorang
untuk monopoli dan memperkaya diri sendiri atas hak ekonomi yang sudah
diperolehnya. Untuk menyeimbangkan hak pemilik dengan kepentingan
masyarakat, maka UUHC mengizinkan penggunaan ciptaan-ciptaan tertentu
tanpa perlu izin pencipta, pengaturan ini terdapat di dalam pasal 43-51 UUHC.
Hal tersebutjuga terkait dengan pasal 26 UUHC tentang pembatasan
perlindungan hak ekonomi yang menjelaskan bahwa hak ekonomi tidak
diberlakukan apabila:
a. Menggunakan kutipan singkat untuk pelaporan peristiwa aktual guna
kebutuhan penyediaan informasi.
b. Menggandakan ciptaan guna kepentingan penelitian ilmu pengetahuan.
c. Menggandakan ciptaan guna kebutuhan pengajaran, kecuali pertunjukan
dan fonogram yang sudah dip ublish sebagai bahan ajar.
d. Menggunakan untuk kebutuhan pendidikan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Adanya fenomena publikasi hasil ciptaan melalui elektronikj online
telah menjadikan hasil cipta seseorang dengan mudah digunakan atau diunduh
oleh semua orang tanpa seizin pencipta. Pada tahun 2001 telah lahir sebuah
organisasi nirlaba (nonprofit oriented) di Amerika Serikat yang fokus
memberikan lisensi kepada masyarakai penggunajasa elektronik/online untuk
dapat menggunakan, mendistribusikan karya kreatif tanpa mengurangi
substansi hak cipta seseorang secara gratis. Organisasi tersebut bernama
“Creative Commons”. Organisasi ini akan memberikan standar kepada
pemegang hak cipta, sehingga pencipta dapat memberikan izin kepada pihak
lain yang ingin menggunakan hasil ciptaannya (hasil karya). Melalui lisensi
yang dibuat oleh “Creative Commons”, maka diharapkan penggunaan hak
cipta seseorang dapat bermanfaat bagi banyak orang dan digunakan secara
legal (tidak melanggar hukum).
“Creative Commons” ingin membuat sebuah free cultural works atau
“budaya berbagi” karya cipta/ide kreatif yang dibuat oleh pencipta sehingga
bisa bermanfaat bagi orang lain. Pada saat ini lisensi “Creative Commons”
telah digunakan oleh para webmaster, blogger, dan jumalis secara gratis
(termasuk publikasi jumal ilmiah). Creative Commons memberikan lisensi
takberbayar dan menyediakan banyak bentuk karya cipta yaitu melalui teks,
gambar (ilustrasi, desain, foto), audio, audio visual, software dan jenis konten
yang lainnya2.

E. Hak yang Dimiliki Pencipta


Hak yang dimiliki pencipta dan pemegang hak cipta terbagi menjadi
dua yaitu hak moral dan hak ekonomi. Berikut ini akan dijelaskan apa yang
dimaksud hak yang dimiliki pencipta menurut UUHC.
1. Hak Moral (Monti Rights)
Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta yaitu hak
untuk selalu dicantumkan nama pencipta dalam setiap ciptaannya dan hak
atas keutuhan ciptaannya, tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa

2
https://Creative Commons.org/
alasan apapun, walaupun hak cipta ataupun hak terkait telah dialihkan.
Hak moral diatur di dalam pasal 5 (1) UUHC (pencantuman nama dan hak
atas perubahan hasil ciptaan). Secara historis, hak moral berasal dari
tradisi droit d’auteur (Perancis) yang melihat kreasi intelektual sebagai
sebuah perwujudan semangat atau jiwa dari pencipta. Sedangkan negara
Anglo-Saxon menganggap hak cipta dan hak terkait sebagai hak
kebendaan yang murni dan sederhana yang dapat dibeli, dijual, disewakan.
Perbedaan persepsi inilah yang membedakan perlindungan hukum
terhadap hak moral di Negara Eropa Kontinental dan Anglo-Saxon.
Negara Eropa pada umumnya memberikan perlindungan yang kuat
sedangkan negara Anglo-Saxon tidak seketat Negara Eropa Kontinental3.
Ada dua macam hak moral, yaitu:
▪ Hak untuk diakui sebagai pencipta (authorsip right atau paternity
right).
Hak ini memunyai maksud bahwa nama pencipta harus tercantum pada
karya seorang pencipta yang diperbanyak, diumumkan atau
dipamerkan di hadapan publik, nama (pasal 5 ayat 1 huruf a, b).
▪ Hak keutuhan karya (the right to protect the integrity of the work).
Hak ini dimaksudkan untuk mencegah tindakan perubahan terhadap
ciptaan yang berpotensi merusak reputasi pencipta. Menurut pasal 5
(1) huruf e UUHC dijelaskan bahwa pencipta dapat mempertahankan
haknya jika terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan dan modifikasi
ciptaan, atau yang dapat merugikan kehormatan atau reputasinya.

2. Hak Ekonomi (Economic Rights)


Hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau
pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaannya,

3
Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global. Sebuah Kajian
Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010.
atau hak mengizinkan atau melarang orang lain untuk mengumumkan dan
atau memperbanyak ciptaannya. Hak ekonomi meliputi4:
▪ Hak penerbitan (publishing right)
▪ Hak penggandaan (reproduction right)
▪ Hak penyebarluasan (distribution right)
▪ Hak adaptasi (adaptation right), meliputi hak penerjemahan, hak
dramatisasi, hak film.
▪ Hak atas rekaman suara (mechanical right)
▪ Hak atas program siaran (broadcasting right)
Indonesia mengatur hak ekonomi melalui pasal 8 dan 9 UUHC.

F. Pelanggaran Hak Cipta Menurut UUHC


Pelanggaran hak cipta pada dasarnya ada dua yaitu pelanggaran
terhadap hak moral dan pelanggaran terhadap hak ekonomi pencipta.
Pelanggaran hak moral diatur dalam pasal 98 UUHC, dan dapat dilakukan
dengan gugatan perdata dan ganti rugi melalui pengadilan niaga. Lembaga
yang diberi kewenangan untuk menyelesaikan perkara perdata pelanggaran
hak ekonomi adalah pengadilan niaga. Pelanggaran atas hak ekonomi secara
perdata diatur di dalam pasal 96 UUHC. Terkait pelanggaran hak ekonomi
pencipta, menurut Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) dalam
Company Profile terdapat tiga macam bentuk pembajakan dalam karya
rekaman suara, yaitu5:
1. Plagiarism (plagiat), adalah pelanggaran dalam bentuk penjiplakan karya
rekaman dengan cara menggandakan keseluruhan album rekaman dengan
melalui mencontoh atau meniru persis, isi, cover dan kemasannya.
Penjiplakan ini sering disebut kaset/ CD aspal (asli tapi palsu).
2. Pirate (pembajakan), adalah pelanggaran dengan cara memperbanyak
karya rekaman melalui merangkum bermacam-macam lagu dari beberapa

4
Djumhana, M. Djubaedillah, R. Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti. 1993.
5
Lindsey, Tim dkk. Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar. Bandung: Alumni. 2006.
album rekaman suara yang dilindungi hak cipta dan laku di pasaran.
Pelanggaran ini sering disebut dengan album seleksi/ketikan.
3. Bootleg, adalah pembajakan rekaman suara yang dilakukan terhadap
seorang penyanyi (pelaku) sedang melakukan pertunjukan (live show) di
panggung dan tanpa izin dari penyanyi.

G. Upaya Penyelesaian Hukum Hak Cipta


Undang-Undang Hak Cipta memberikan pilihan penyelesaian hukum
bagi pencipta atau pemegang hak cipta yang haknya dilanggar oleh pihak lain.
Berikut ini mekanisme penyelesaian bagi pencipta yang ingin
mempertahankan haknya:
a. Gugatan Perdata, mekanisme ini diatur di dalam Pasal 99 UUHC.
Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
pengadilan niaga atas pelanggaran hak ciptaannya dan meminta penyitaan
terhadap benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.
Pemegang hak cipta juga berhak memohon kepada pengadilan niaga agar
memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian penghasilan yang
diperoleh dari penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan
atau pameran karya, yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.
Sebelum menjatuhkan putusan akhir dan untuk mencegah kerugian yang
lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, HKI dapat memerintahkan
pelanggar untuk menghentikan kegiatan pengumuman dan/ atau
perbanyakan ciptaan atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak
cipta.
b. Tuntutan Pidana. Ketentuan pidana pelanggaran hak cipta diatur di dalam
pasal 112-118 UUHC. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan
bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak negara
untuk melakukan tuntutan pidana. Sebelum dilakukan upaya pidana,
UUHC yang baru mengharuskan dilakukan upaya mediasi terlebih dahulu
sebelum tuntutan pidana dilakukan (pasal 95 ayat 4 UUHC).
c. Penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa/ ADR
(Alternative Dispute Resolution) dalam bentuk negosiasi, mediasi,
konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan
undang-undang yang berlaku (Pasal 95 UUHC).

Perlindungan Hak Cipta secara Internasional


Membicarakan perlindungan hak cipta secara internasional tidak akan
dapat melepaskan diri dari konvensi yang menjadi dasar bagi perlindungan hak
cipta secara internasional. Konvensi hak cipta yang dimaksudkan adalah
International Union for the Protection of Literary and Artistic Works yang lebih
dikenal dengan sebutan Berne Convention.
Dalam perkembangannya, selain konvensi ini berkembanglah berbagai
konvensi atau traktat atau persetujuan yang berupaya memberikan perlindungan
hak cipta secara internasional. Kehadiran konvensi atau traktat atau persetujuan
pada dasarnya terkadang melengkapi atau menambahkan bahwa ada juga yang
sifatnya memperkuat. Model konvensi yang sifatnya memperkuat seperti terjadi
pada TRIPs Agreement yang lebih menguatkan eksistensi dari Berne Convention
dalam perlindungan hak cipta.
Berikut dipaparkan beberapa aspek-aspek perlindungan hak cipta secara
internasional dari beberapa konvensi, traktat hingga persetujuan yang berlaku
secara internasional.
1. Perjanjian Internasional6
a. Bern Convention
The Berne Convention for the protection of literary and artistic
works sebagai basis minimal dalam perlindungan hak cipta. Konvensi
Berne yang dibentuk pada tanggal 9 September 1886 bertopang pada tiga
prinsip dasar, yakni:
1) National treatment atau assimiltion (article 3) bahwa setiap negara
anggota konvensi akan memberikan perlindungan yang sama di

6
Laura Lee Stapleton, E-Copyrigbt Law Handbook, Aspen Law & Business, New York, 2002,
hlm.13-19-13-34.
bidang HKI kepada warga negara dari anggota konvensi seperti yang
diberikan kepada warga negaranya sendiri. Warga negara dari
negara bukan anggota konvensi juga dilindungi jika mereka
berdomisili atau metnpunyai industrial and commercial establishment
yang riil dan efektif di suatu negara anggota konvensi.
2) Automatic protection (article 5) bahwa perlindungan harus diberikan
tanpa perlu memenuhi formalitas tertentu.
3) Indepedence of protection (Article 6) bahwa perlindungan diberikan
terlepas dari adanya perlindungan yang diberikan terhadap ciptaan
tersebut di negara asal anggota konvensi (asas resiprocal).
Karya-karya yang dilindungi hak cipta tidak terbatas pada apa yang
ditentukan dalam article 2 yang pada dasarnya terdiri dari: karya asli dan
karya turunannya (derivative) dari bidang-bidang karya sastra (literary),
ilmu pengetahuan (scientific) karya seni (artistic) apapun media ekspresi
yang digunakan. Namun negara juga diberikan kebebasan untuk
menentukan di dalam peraturan perundang-undangannya bahwa karya-
karya secara umum atau dengan kategori tertentu tidak diberikan
perlindungan sampai karya tersebut diwujudkan dalam bentuk material.
Negara juga diberikan kebebasan untuk memperluas penerapan
perlindungan bagi karya seni terapan, desain dan model, paling tidak
dilindungi sebagai karya-karya artistik. Hal ini penting untuk mengisi
kekosongan hukum, misalnya bila suatu negara belum memiliki UU
mengenai desain industri, maka perlindungan dapat diberikan melalui hak
cipta.
Konvensi Berne menetapkan standar minimum akan hak-hak dan
jangka waktunya. Pencipta diberikan hak eksklusif termasuk
penterjemahan (Article 8) reproduksi dengan cara dan bentuk apapun
(Article 9); termasuk rekaman suara dan gambar, penampilan karya drama,
karya musik atau keduanya; hak untuk menyiarkan dan mentransmisikan
pada publik dengan materi yang bergerak (article 11), pengumuman
kepada masyarakat (article 11 ter); adaptasi sinematografi dan reproduksi
(article 14).

b. The Universal Copyright Convention


Meski telah ada Konvensi Berne, beberapa negara-negara
menganggap perlu kesepakatan internasional alternatif guna memulai
kebutuhan negara-negara yang merasakan Konvensi Berne tidak sesuai
untuk mereka dan adanya keinginan untuk membawa Amerika Serikat
(sebagai pangsa pasar karya cipta yang terbesar di dunia) kepada
masyarakat hak cipta.
Konvensi yang terbentuk adalah the universal copyright
convention 1952 (UCC) yang pada dasarnya memberikan perlindungan
yang lebih rendah dan lebih luwes daripada ketentuan konvensi berne,
antara lain bahwa keanggotaan UCC tidak akan mempengaruhi
keanggotaan dan Konvensi Berne. UCC juga mengatur masalah national
treatment, tetapi tidak mensyaratkan perlindungan otomatis (automatic
protection), dalam arti bahwa harus ada mekanisme pendaftaran
perlindungan juga didasarkan pada resiprocity principle (prinsip timbal
balik).
UCC ini akan kehilangan pamornya, mengingat telah efektifnya
persetujuan TRIPs yang menggunakan ketentuan Konvensi Berne. Tambah
pula Amerika sebagai negara penggerak yang semula mengikuti UCC, saat
ini (mulai tahun 1989) telah masuk menjadi anggota Konvensi Berne.

c. The TRIPs Agreement


Agreement on Trade Related Aspect Intellectual Property Rights
(kemudian tulisan ini menyebutkan dengan TRIPs) bertujuan untuk
melindungi dan menegakkan hukum hak milik intelektual guna
mendorong timbulnya inovasi, pengalihan serta penyebaran teknologi
dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta
keseimbangan antara hak dan kewajiban (Pasal 7 TRIPs Agreement).
Untuk itu perlu dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan
internasional dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan
perlindungan yang efektif dan memadai terhadap hak milik intelektual,
serta untuk menjamin agar tindakan dan prosedur untuk menegakkan hak
milik intelektual tidak kemudian menjadi penghalang bagi perdagangan
yang sah.
Secara substantif TRIPs Agreement menggunakan perjanjian tadi
(tidak semua perjanjian internasional tentang HKI, tetapi yang pokok
seperti Konvensi Paris, Konvensi Berne, Traktat Washington, Konvensi
Rome sebagai dasar minimal. Jelasnya persetujuan TRIPs menggunakan
prinsip kesesuaian penuh atau full compliance sebagai syarat minimal bagi
para pesertanya. Ini berarti negara-negara peserta TRIPs Agreement wajib
menyesuaikan peraturan perundang-undangan nasional mengenai HKI
mereka secara penuh terhadap perjanjian-perjanjian internasional tadi.
TRIPs Agreement menetapkan standar minimum yang meliputi:
1) Hak cipta dan hak terkait meliputi program komputer dan database.
2) Merek
3) Indikasi geografis
4) Desain industri
5) Paten
6) Sirkuit terpadu dan
7) Informasi yang dirahasiakan
TRIPs Agreement ini meliputi 5 (lima) hal, yaitu:
1) Penerapan prinsip-prinsip dasar atas sistem perdagangan dan hak
kekayaan intelektual
2) Perlindungan yang layak atas hak kekayaan intelektual
3) Bagaimana negara-negara harus menegakkan hak kekayaan intelektual
sebaik-baiknya dalam wilayahnya sendiri
4) Penyelesaian perselisihan atas hak kekayaan intelektual antara negara-
negara anggota WTO
5) Kesepakatan atas transisi khusus selama periode saat suatu sistem baru
diperkenalkan
TRIPs Agreement yang berlaku sejak 1 Januari 1995 ini merupakan
perjanjian multilateral yang paling komprehensif mengenai HKI. TRIPs
Agreement ini sebetulnya merupakan perjanjian dengan standar minimum
yang memungkinkan negara anggota WTO untuk menyediakan
perlindungan yang lebih luas terhadap HKI. Negara-negara anggota
dibebaskan untuk menentukan metode yang paling memtmgkinkan untuk
menjalankan ketetapan TRIPs Agreement ke dalam suatu sistem legal di
negaranya.
Perjanjian TRIPS mengharuskan Anggota WTO untuk melakukan
notifikasi kepada Dewan TRIPs Agreement. Notifikasi ini merupakan
fasilitasi bagi Dewan TRIPS untuk memonitor implementasi Perjanjian
dan wadah yang mendukung transparansi negara anggota menyangkut
kebijakan atas perlindungan HKI. Selain itu, negara anggota yang akan
memanfaatkan beberapa ketentuan yang tercakup dalam Perjanjian dan
berhubungan dengan kewajiban harus memberikan notifikasi kepada
Konsul. Konsul telah menetapkan prosedur dan arahan mengenai
notifikasi. Sebagai tambahan, negara anggota juga telah setuju untuk
melakukan notifikasi atas hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian.

d. The WIPO Copyrights Treaty


WIPO Copyrights Treaty 1996 disebut (WCT) adalah suatu
persetujuan khusus dalam artian article 20 Konvensi Berne. WCT article 2
mengkonfirmasikan prinsip Konvensi Berne yang lingkup perlindungan
hak cipta diperluas untuk ekspresi dan tidak pada ide, prosedur, metode
dari operasi atau konsep matematika. Article 4 memberikan perlindungan
atas hasil karya sastra di bawah article 2 konvensi berne untuk program
komputer; article 4 tidak menjelaskan definisi program komputer tetapi
mengkonfirmasikan bahwa WCT melindungi apapun dari mode atau
bentuk dari ekspresi program komputer. Article 5 memberikan
perlindungan untuk database. Ketentuan ini menyatakan bahwa kumpulan
data yang merefleksikan kreatifitas dalam menseleks dan menata data
seharusnya dilindungi sebagai database pada basis tersendiri dan hak cipta.
Ada tiga hal baru terkait dengan hak modem yang diciptakan oleh
WCT, yakni; hak mengkomunikasikan kepada publik (article 8) kewajiban
mengenai ketentuan teknologi (Article 11) dan kewajiban mengenai hak
manajemen informasi (article 12).
Skema V
Perjanjian Internasional untuk Hak Cipta

Perjanjian
Internasional

WIPO Copyright
Berne Convention
Treaty
1. National treatment Universal Copyrights
TRIPs Agreement 1. National Treatment
atau Assimiltion Convention
1. Full Complience atau Assimiltion
2. Automatic 1. National Treatment
(Kesesuaian penuh) 2. Automatic
Protection 2. Reciprocity
2. Standar minimum Protection
3. Independence of Principle
3. Independence of
Protection
Protection.

a. The North American Free Trade Agreement (NAFTA)


NAFTA merupakan perjanjian perdagangan multilateral yang
mencakup Amerika Serikat, Kanada dan Mexico. Mereka memasukan
kepentingan perlindungan hak cipta pada tanggal 1 Januari 1994.
Adanya perluasan lingkup hak pengarang di bawah standar konvensi
berne dan berisi penetapan penegakan secara rinci. Meskipun
mendahului TRIPs Agreement, negosiasi menyampaikan bahwa
persetujuan adalah dipengaruhi melalui konstruksi NAFTA. NAFTA
mempunyai banyak kesamaan penetapan dengan TRIPs Agreement.
Chapter 17 Chapter hak kekayaan intelektual NAFTA
memberikan mandat bahwa setiap anggota menetapkan kelayakan dan
perlindungan efektif dan penegakan hak kekayaan intelektual, namun
demikian ketentuan khusus ini tidak harus menciptakan hambatan bagi
perdagangan yang efektif. NAFTA mempersyaratkan national
treatment, kecuali untuk hak penampilan.
Article 1905, yang mana mengatur hak cipta dalam arti khusus,
mempersyaratkan setiap anggota pada dampak minimum dari konvensi
berne dan secara khusus melindungi karya-karya yang ditentukan
dalam article 2 Konvensi Berne. NAFTA memperluas perlindungan
atas karya yang dinyatakan dalam Konvensi Berne, meliputi program
komputer, kompilasi data, rekaman suara dan enkripsi signal satelit.
NAFTA meskipun memasukan konvensi berne dan annexnya,
mengijinkan anggotanya untuk mensubstitusi hak eksklusif dari
penerjemahan dan perbanyakan dengan skema lisensi non eksklusif
dan nontransferable. Skema lisensi ini memungkinkan hanya ketika
prakondisi pasti yang memuaskan, seperti karya-karya yang gagal
untuk ditampilkan melewati periode yang diperluas dari waktunya di
negara anggota. Berbeda dengan konvensi berne, lisensi wajib dari
karya tidak diijinkan jika karya yang akan ditampilkan dalam suatu
teritori anggotanya dengan tujuan untuk menghambat penciptaan oleh
anggota itu

b. ASEAN Framework Agreement on Intellectual Property


Cooperation
Asosiasi negara-negara asia tenggara (ASEAN) saat ini terdiri
dari Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Brunai, Laos,
Myanmar, Vietnam, dan Kamboja menetapkan rezim hak cipta
regional dalam bentuk ASEAN Framework Agreement on Intellectual
Property Cooperation (the Framework Agrement). The Framework
Agreement ini telah diusulkan oleh lima anggota ASEAN.
The Framework Agreement, sebagaimana sesuai dengan
namanya hanya bertujuan pada hak cipta secara tidak spesifik. TRIPs
Agreement secara ekspresif menentukan tujuan dari kewajiban
anggotanya. Article 2 prinsip menyatakan bahwa para anggota akan
mengimplementasikan penataan kekayaan ,intelektual intra ASEAN
dengan cara yang sejalan dengan tujuan, prinsip dan norma yang
relevan dengan konvensi dan persetujuan TRIPs. Article 3.3
menindaklanjuti tujuan ini melalui persyaratan para anggota untuk
mengajak dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan TRIPs agreement dan konvensi kekayaan internasional
yang diakui lainnya.
CONTOH SOAL
1. Jelaskan perbedaan antara Hak Cipta dengan Hak Kekayaan Industri !
2. Apa yang dimaksud dengan hak terkait dalam Hak Cipta dan beri contohnya !
3. Sebutkan obyek Hak Cipta
4. Berapa jangka waktu perlindungan Hak Cipta ?

Anda mungkin juga menyukai