Konsep hak cipta secara umum dibagi menjadi dua yaitu hak moral dan hak ekonomi. (Pasal
4 UU HCHT)
Hak moral adalah hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk melakukan: (Pasal
5 ayat 1)
a) mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada Salinan ciptaanya berkaitan
dengan pemakaian ciptaannya untuk umum
b) menggunakan nama alias atau samara
c) mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan masyarakat
d) mengubah judul atau anak judul ciptaannya, dan
e) mempertahankan haknya dalam hal terjadinya modifikasi, mutilasi, atau distori terhadap
ciptaannya atau hal lain yang bersifat.merugikan kehormatan diri atau reputasinya terhadap
Selama pencipta hidup, hak moral tidak dapat dialihkan, namun pelaksanaan hak ciptanya
dapat dialihkan dengan wasiat atau cara lain sesuai peraturan perundang-undangan setelah
pencipta wafat (Pasal 5 ayat 2) penerima dapat menolak melaksanakan atau menerima hak ini
(Pasal 5 ayat 3)
Hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk menikmati
manfaat ekonomi atas ciptaan (Pasal 8)
Ruang linkup hak ekonomi adalah meliputi hak untuk melakukan (Pasal 9 ayat 1)
a) penerbitan ciptaan
b) penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya
c) penerjemahan ciptaan
e) pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan
f) pendistribusian ciptaan (tidak berlaku bagi ciptaan atau salinan yang telah dijual atau yang
telah dialihkan kepemilikannya kepada siapapun) (Pasal 11 ayat 1))
g) pertunjukan ciptaan
h) pengumuman ciptaan
i) komunikasi ciptaan
j) penyewaan ciptaan (tidak berlaku bagi program komputer dimana penyewaannya esensial
bagi program tersebut (Pasal 11 ayat 2))
Semua kegiatan diatas harus dilakukan atas izin pencipta atau pemegang hak cipta (Pasal 9
ayat 2)
Orang yang tidak memiliki izin dari pencipta dilarang menggandakan atau menggunakan
secara komersial suatiu ciptaan (Pasal 9 ayat 3)
Pengelola suatu tempat perdagangan dilarang membiarkan terjadinya pengandaan atau
penjualan barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait di tempat
perdagangan yang ia Kelola (Pasal 10)
Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dibidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan
(Pasal 40 UU HC) yaitu:
- Buku, pamphlet, perwajahan karya tulis lainnya
- Ceramah, kuliah, pidato, dan yang sejenis
- Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan
- Lagu/music dengan atau tanpa teks
- Drama, drama musical, tari, koreografi,pantomime, perwayangan
- Karya seni rupa (lukisan, pahatan, gambar, ukiran, kaligrafi, kolase,patung)
- Karya seni terapan
- Karya arsitektur
- Peta
- Seni batik dan motif lain
- Fotografi
- Portret
- Sinematografi
- Hasil transformasi atas karya lain (tafsir, saduran, adaptasi, dll) (dengan tidak
menhgurangi perlindungan terhadap ciptaan asli)
- Transformasi dari ekspresi budaya tradisional
- Kompilasi ciptaan atau data
- Kompilasi ekspresi kebudayaan tradisional
- Permainan video
- Program komputer
Larangan penting!
Setiap orang dilarang melakukan pengumuman, pendistribusian, atau komunikasi ciptaan
yang bertentangan dengan ketertiban umum, agama, moral, kesusilaan, atau pertahanan
dan keamanan negara (Pasal 50)
Catatan penting!
Pemerintah boleh melakukan pengumuman, pendistribusian, atau komuniksi suatu ciptaan
tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dengan catatan pencipta atau pemegang hak
cipta harus diberikan imbalan (Pasal 51)
PATEN
1) Definisi paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
untuk hasil invesinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu untuk
melaksanakan sendiri invensi tersebut atau mengizinkan pihak lain untuk
melaksanakannya. (Pasal 1 angka 1 UU Paten)
2) apakah itu invensi? Invensi adalah ide inventor yang dituangkan dalam kegiatan
pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau
penyempurnaan dan pengembangan dari produk atau proses (Pasal 1 angka 2 UU
Paten)
3) Inventor itu siapa? Seseorang atau beberapa orang yang bersama-sama
melaksanakan ide yang dituangkan dalam kegiatan yang menghasilkan invensi
4) ada dua jenis paten yang termasuk ruang lingkup perlindungan, Yaitu paten dan
paten sederhana (Pasal 2 UUP)
5) Paten biasa diberikan kepada invensi baru yang mengandung Langkah inventif dan
dapat diterapkan dalam kegiatan industry, sedangkan paten sederhana diberikan
kepada invensi baru atau pengembangan dari produk atau proses yang telah ada, dan
dapat diterapkan dalam kegiatan indsutri (Pasal 3 UU P)
6) Hal-hal yang tidak termasuk invensi antara lain: karya estetika, skema, aturan atau
metode dalam kegiatan tertentu (kegiatan mental, permainan, bisnis), aturan atau
metode yang hanya dalam program komputer, presentasi mengenai suatu informasi,
penemuan (discovery) produk/proses yang telah ada atau dikenal dan bentuk baru dari
senyawa yang sudah ada (pasal 4 uu paten )
7) Invensi dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, onvensi tersebut tidak
memiliki kesamaan dengan teknologi yang telah diungkapkan sebelumnya. (Pasal 5
ayat (1). Teknologi yang telah diungkapkan sebelumny adalah teknologi yang telah
diumumkan di dalam atau di luar Indonesia, melalui peragaan, uraian tulisan/lisan,
atau penggunaan yang memungkinkan invensi dilaksanakan sebelum tanggal
penerimaan/ tanggal hak prioritas. (Pasal 5 ayat (2)). Teknologi yang telah
diungkapkan juga termasuk permohonan lain di Indonesia yang dipublikasikan pada
atau setelah tanggal penerimaan dan sedang dilakukan pemeriksaan substantif, dengan
catatan tanggal penerimaan lebih awal (Pasal 5 ayat (3)) UU Paten)
8) Dikecualikan dari ketentuan Pasal 5 ayat (1), invensi tidak dianggap diumukan
apabila dalam jangka waktu paling lama 6 bulan telah diperagakan atau ditunjukan
dalam pameran resmi baik di dalam atau di luar Indonesia , digunakan oleh
inventornya dalam rangka penelitian atau percobaan, baik di dalam maupun di luar
Indonesia, diumumkan dalam sidang ilmiah (skripsi, tesis, disertasi) atau forum
ilmiah lain yang membahas penelitian. (Pasal 6 ayat (1))
9) Invensi dianggap mengandung Langkah inventif apabila bagi seseorang dengan
kemampuan di bidang Teknik, invensi tersebut menghasilkan sesuatu yang tidak
terduga sebelumnya (Pasal 7 ayat (1)). Untuk menentukan suatu Invensi merupakan
hal yang tidak dapat diduga sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada saat Permohonan diajukan
atau yang telah ada pada saat diajukan permohonan pertama dalam hal Permohonan
itu diajukan dengan Hak Prioritas. (Pasal 7 ayat (2)
10) Invensi dapat diterapkan dalam industri jika Invensi tersebut dapat dilaksanakan
dalam industri sebagaimana diuraikan dalam Permohonan. (Pasal 8)
11) Hal-hal yang tidak termasuk invensi adalah (Pasal 9):
a) proses atau produk yang pengumuman, penggunaan, atau pelaksanaannya
e) proses biologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses nonbiologis atau proses mikrobiologis.
12) Subjek paten adalah Pihak yang berhak memperoleh Paten adalah Inventor atau
Orang yang menerima lebih lanjut hak Inventor yang bersangkutan. (Pasal 10 ayat
(1))
Jika Invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, hak atas Invensi
dimiliki secara bersama-sama oleh para Inventor yang bersangkutan. (Pasal 10 ayat
(2))
13) Kecuali terbukti lain, pihak yang dianggap sebagai Inventor adalah seorang atau
beberapa orang yang untuk pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam
permohonan. (Pasal 11)
14) Bagaimana dengan invensi yang dihasilkan melalui hubungan pekerjaan? Yang
dianggap sebagai pemegang paten adalah pihak yang memberikan pekerjaan, kecuali
diperjanjikan lain (Pasal 12 ayat (1)). Hal itu juga berlaku terhadap invensi yang
diciptakan oleh karyawan atau pekerja menggunakan sarana atau data yang tersedia
dalam pekerjaannya (Pasal 12 ayat (2)). Inventor tetap berhak atas imbalan dengan
memperhatikan manfaat ekonomis berdasarkan perjanjian antara inventor dan
pemberi pekerjaan (Pasal 12 ayat 3). Imbalan dapat berupa jumlah tertentu sekaligus,
presentase, gabungan antara jumlah tertentu dan presentase, atau bentuk lain yang
disepakati (Pasal 12 ayat 4). Apabila terdapat ketidaksepakatan berkaitan dengan
imbalan, para pihak dapat mengajukan gugatan pada pengadilan niaga (Pasal 12 ayat
5).
15) Pemegang paten atas invensi yang dihasilkan dalam hubungan dinas
kepemerintahan adalah pihak pemerintah, kecuali diperjanjikan lain (Pasal 13 ayat 1).
Inventor tetap berhak mendapat imbalan dari penghasilan negara bukan pajak (Pasal
13 ayat 2). Dalam hal pemerintah tidak dapat melaksanakan paten, Ia dapat
mengizinkan inventor dan pihak ketiga melaksanakan paten (Pasal 13 ayat 3)
16) Pihak yang telah melaksanakan invensi sebelum invensi dimohonkan paten, tetap
berhak untuk melaksanakan invensinya (Pasal 14 ayat 1). Pihak ini diakui sebagai
pemakai terdahulu (Pasal 14 ayat 2). Pengecualian terhadap pemakai terdahulu adalah
apabila pihak tersebut menggunakan pengetahuan atas invensi berdasarkan uraian,
gambar, atau klaim invensi yang dimohonkan paten
17) Pihak pemakai terdahulu hanya diakui apabila setelah paten diberikan, ia.
mengajukan surat permohonan pengakuan kepada Menteri (Pasal 15 ayat 1). Setelah
memenuhi persyaratan dan membayar biaya, meneri mengeluarkan surat pengakuan
pemakai terdahulu. (Pasal 15 ayat 2).
18) Pemakai terdahulu tidak dapat mengalihkan haknya untuk melaksanakan invensi
kepada pihak lain (Pasal 16 ayat 1). Hak pemakai terdahulu terbatas pada pelaksanaan
invensi (Pasal 16 ayat 2). Pemakai terdahulu tidak berhak melarang orang lain
melaksanakan invensi (Pasal 16 ayat 3)
19) Apabila pemakai terdahulu melanggar ketentuan pasal 16 ayat 1, Menteri dapat
mencabut surat pengakuan (Pasal 17)
20) Apa sajakah hak pemegang paten? (Pasal 19 ayat 1 UU Paten dan Pasal 28 ayat 1
WTO TRIPS) Ia memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan paten yang dimilikinya
dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya:
Dalam hal paten produk: membuat, menjual, mengimpor menggunakan, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan produk yang diberi paten
Dalam hal paten proses: menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang atau tindakan lainnya berkaitan dengan produk (hanya berlaku bagi
impor produk yang semata-mata dihasilkan oleh proses yang diberi paten (Pasal 19
ayat 2)
21) Bagaimana dengan kewajiban pemegang paten? Ia harus membuat produk atau
menggunakan prosesnya di Indonesia (Pasal 20 ayat 1). Pembuatan produk dan
penggunaan proses ini harus menunjang transfer teknologi, penyerapan investasi, dan
penyediaan lapangan kerja
22) setiap pemegang paten/lisensi wajib membayar biaya tahunan (Pasal 21)
23) Paten dilindungi dalam jangka waktu 20 tahun (pasal 22 ayat 1). Jangka waktu ini
tidak dapat diperpanjang (Pasal 22 ayat 2)
24) Paten sederhana dilindungi selama 10 tahun (Pasal 23 ayat 1). Jangka waktu ini
tidak dapat diperpanjang
25) Paten diberikan berdasarkan permohonan (Pasal 24 ayat 1). Permohonan diajukan
pemohon atau kuasanya secara tertulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia
kepada Menteri dan dengan membayar biaya membayar biaya. (Pasal 24 ayat 2).
Setiap permohonan diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang saling
berkaitan (Pasal 24 ayat 3)
26) Permohonan paling sedikit memuat: (Pasal 25 ayat 1)
4. nama dan alamat lengkap Pemohon dalam hal Pemohon adalah badan hukum;
5. nama, dan alamat lengkap Kuasa dalam hal Permohonan diajukan melalui
Kuasa; dan
6. nama negara dan Tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam
a. judul Invensi;
b. deskripsi tentang Invensi; (harus mengungkapkan dengan jelas dan lengkap bagaimana
seseorang yang ahli dalam bidangnya dapat melaksanakan invensi (Pasal 25 ayat 3)
c. klaim atau beberapa klaim Invensi; (harus mengungkapkan secara jelas dan konsisten atas
d. abstrak Invensi;
e. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas invensi, jika
h. surat pengalihan hak kepemilikan Invensi dalam hal Permohonan diajukan oleh pemohon
i. surat bukti penyimpanan jasad renik dalam hal Permohonan terkait dengan jasad renik.
Permohonan yang sudah memenuhi syarat minimum diberikan tanggal penerimaan dan
dicatat oleh Menteri (Pasal 34 ayat 1). Syarat minimum yang dimaksud adalah data
pasal 25 ayat 2 huruf a sampai e, dan juga pelunasan biaya pendaftaran (Pasal 34 ayat 2).
Dalam hal deskripsi invensi ditulis dalam Bahasa asing, harus diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia dalam jangkawa waktu 30 hari sejak tanggal penerimaan (Pasal 34 ayat 3). Bila
29) Apabila syarat dalam pasal 25 belum lengkap, Menteri memberi waktu 3 bulan sejak
tanggal pemberitahuan untuk melengkapi (Pasal 35 ayat 1). Jangka waktu 3 bulan dapat
diperpanjang lagi selama 2 bulan. (Pasal 35 ayat 2). Jangka waktu 2 bulan bila kurang dapat
diperpanjang lagi 1 bulan dengan dikenakan biaya (Pasal 35 ayat 3). Untuk memperoleh
alasan secara tertulis kepada Menteri sebelum jangkwa waktu awal habis. (Pasal 35 ayat 4).
Dalam keadaan darurat, dapat dimohonkan perpanjangan waktu dengan mengajukan surat
permohonan disertai bukti pendukung (pasal 35 ayat 5). Jangka waktu darurat paling lama 6
bulan sejak jangka waktu dalam ayat 3 pasal ini berakhir (Pasal 35 ayat 6)
30) Permohonan dianggap ditarik kembali apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pasal
31) Apabila ada lebih dari satu permohonan paten atas invensi yang sama dengan pemohon
dan tanggal penerimaan berbeda, yang dipertimbangkan untuk diberikan paten adalah yang
paling awal (Pasal 37 ayat 1). Apabila permohonan paten untuk invensi yang sama dengan
pemohon berbeda jatuh pada tanggal penerimaan yang sama, Menteri memberitahukan secara
tertulis dan memerintahkan para pemohon untuk berdikusi mengenai pemohon yang akan
diberikan hak paten (Pasal 37 ayat 2). Waktu berunding para pemohon adalah 6 bulan (Pasal
37 ayat 3). Apabila tidak terjadi perundingan, tidak adanya kesepakatan, atau tidak
dilaporkannya hasil perundingan, Menteri menolak permohonan paten para pihak (Pasal 37
32) Permohonan paten dapat dilakukan perubahan atau divisional atas inisiatif sendiri atau
atas saran Menteri (Pasal 38 ayat 1). Perubahan/divisional dapat diberikan sebelum keputusan
33) Hal yang dapat diajukan perubahan adalah data permohonan sebagaimana dimaksud
pasla 25 ayat 1 huruf b, e, atau f dan pasal 25 ayat 2 huruf a sampai dengan e. (pasal 39 ayat
1). Perubahan terhadap deskripsi/klaim dapat dilakukan sepanjang tidak memperluas ruang
lingkup invensi yang telah diajukan dalam permohonan terdahulu (pasal 39 ayat 2). Apabila
jumlah klaim bertambah menjadi lebih dari 10, akan dikenakan biaya (pasal 39 ayat 3). Jika
biaya penambahan klaim tidak dibayar, maka dianggap ditarik kembali (pasl 39 ayat 4).
34) Perubahan permohonan juga dapat dilakukan untuk mengubah permohonan paten
merupakan kesatuan invensi sebagaimana dimaksud pasal 24 ayat 3 (Pasal 41 ayat 1).
Divisional permohonan dapat diajukan secara terpisah dalam satu permohonan atau lebih
dengan catatan tidak memperluas lingkup invensi yang telah dimohonkan terlebih dahulu
(Pasla 41 ayat 2). Apabila divisional permohonan telah memenuhi syarat pasal 25, dianggap
36) pemohon hanya dapat menarik kembali permohonan sebelum persetujuan paten diberikan
(pasal 42 ayat 1). Penarikan permohonan diajukan secara tertulis kepada Menteri (pasal 42
ayat 2). ‘
37) setelah ketentuan pasal 25 terpenuhi, Menteri mengumumkan permohonan (pasal 46 ayat
1). Pengumuma dilakukan paling lambat 7 hari setelah 18 bulan setelah tanggal penerimaan
39) Pasal 49 urut: (1)Setiap Orang dapat mengajukan pandangan dan/atau keberatan secara
tertulis kepada Menteri dengan disertai alasan atas Permohonan yang diumumkan.
(2) Pengajuan pandangan dan/ atau keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sudah diterima oleh Menteri dalam jangka waktu pengumuman.
(3) Dalam hal terdapat pandangan dan/atau keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Menteri memberitahukan pandangan dan/atau keberatan tersebut kepada Pemohon
paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak tanggal pandangan dan/atau keberatan diterima.
(41 Pemohon dapat mengajukan secara tertulis penjelasan, dan/atau sanggahan terhadap
pandangan dan/atau keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri paling
lama 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak tanggal surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(5) Menteri menggunakan pandangan dan/atau keberatan, penj elasan, dan/ atau sanggahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) sebagai tambahan bahan pertimbangan
dalam tahap pemeriksaan substantif.
40) pasal 51 urut (1)Permohonan pemeriksaan substantif diajukan secara tertulis kepada
Menteri dengan dikenai biaya.
(2) Permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling
lama 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
(3) Jika permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan dalam batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (i) atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap ditarik
kembali.
(4) Menteri memberitahukan secara tertulis Permohonan yang dianggap ditarik kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pemohon atau Kuasanya.
(5) Apabila permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48 ayat (1), pemeriksaan substantif dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu
pengumuman.
(6) Apabila permohonan pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
48 ayat (1), pemeriksaan substantif dilakukan setelah tanggal diterimanya permohonan
pemeriksaan substantif tersebut.
(8) Jika permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan bersamaan dengan divisional
permohonan atau perubahan Permohonan dari Paten ke Paten sederhana atau sebaliknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (Tl, divisional Permohonan atau perubahan permohonan
dari Paten ke Paten sederhana atau sebaliknya dianggap ditarik kembali.