Anda di halaman 1dari 6

UTS Hukum Pengangkutan

Nama: Dante Deva Daniswara


NPM:1906361512
Program: Reguler

1) a) Pada dasarnya dalam pencarteran kapal menurut waktu, pihak pemilik (tercarter)
kapal mengikatkan diri untuk menyediakan penggunaan sebuah kapal agar digunakan
pihak pencarter untuk keperluan pelayaran, dimana pencarter membayar suatu harga
tertentu yang dihitung menurut satuan waktu (Pasal 453 KUH). Adapun hak dan
kewajiban masing-masing pihak adalah antara lain:

1. Selama perjanjian, pemilik kapal berkewajiban untuk memelihara kondisi


kapal sebaik-baiknya sehingga kapal tetap dalam keadaan layak laut
(seaworthiness) (Pasal 460 KUHD)
2. Selama perjanjian, pemilik kapal wajib memastikan bahwa kapalnya
dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan yang cukup dan diberi anak buah
kapal yang cakap (Pasal 460 KUHD)
3. Pemilik kapal wajib menanggung kerugian yang dialami pencarter akibat
keadaan kapal, kecuali apabila pihak yang mencarterkan kapal dapat
membuktikan bahwa ia sudah menaati ketentuan Pasal 460 KUHD.
4. Pencarter berkewajiban untuk membayar biaya carter, dan apabila biaya
tersebut tidak dibayar, pemilik kapal berhak untuk membatalkan perjanjian
(Pasal 463 KUHD)
5. Pencarter dapat mencarterkan kapal lagi kepada pihak ketiga (Pasal 518
KUHD)
6. Dalam pencarteran menurut waktu untuk barang, Pencarter berhak
menggunakan seluruh ruang kapal untuk pengangkutan barang (Pasal 518a
KUHD)
7. Dalam hubungannya dengan nahkoda, pencarter memiliki hak untuk ditaati
perintah-perintahnya sesuai dengan Batasan yang ada dalam charter partai
berkaitan dengan pengangkutan, penerimaan, dan penyerahan muatan (Pasal
518c KUHD)
8. Dalam pencarteran menurut waktu untuk penumpang, perawatan
penumpang menjadi beban pencarter. (Pasal 533n KUHD)
9. Dalam pencarteran menurut waktu untuk penumpang, pencarter berhak
menerima orang-orang untuk diangkut dengan syarat yang menurutnya baik
(Pasal 533n KUHD)
b) Dalam perjanjian carter menurut perjalanan, pada dasarnya pemilik kapal mengikatkan diri
untuk menyediakan kapal untuk digunakan pencarter guna keperluan pelayaran, dimana
pihak pencarter wajib membayar biaya yang dihitung berdasarkan jumlah perjalanan.
Adapun hak dan kewajiban dan kewajiban masing masing pihak antara lain:
1. Pencarter wajib membayar biaya carter dalam keadaan barang sampai di
Pelabuhan tujuan dan diserahkan pada penerima (Pasal 519i KUHD), jika barang
di tengah perjalanan diminta pencarter (Pasal 519w ayat (1) KUHD), dan jika
barang terpaksa dilempar ke laut apabila dikhawatirkan menyebabkan
musnahnya kapal (Pasal 519y ayat (1) KUHD).
2. Apabila diperjanjikan, dalam pencarteran menurut perjalanan untuk barang
pencarter berhak menggunakan seluruh ruang kapal untuk pengangkutan barang
(Pasal 518i KUHD)
3. Pemilik kapal wajib segera memberangkatkan kapal setelah pemuatan selesai
dan menyelenggarakan perjalanan dengan kecepatan yang pantas (Pasal 519b
KHD)
4. Pemilik kapal wajib memberitahukan pencarter apabila sudah sampai di
Pelabuhan tempat pembongkaran muatan (Pasal 519i KUHD)
5. Pemilik kapal wajib menyerahkan barang sesegera mungkin, dan apabila
memperlambat penyerahan dapat dituntut ganti rugi (Pasal 519j KUHD)
6. Pencarter berhak menunjuk pelabuhan tempat muatan akan dibongkar (Pasal 519g
KUHD)
7. Pemilik kapal wajib memberi ganti rugi apabila kapal tidak dapat menyelesaikan
perjalanan akibat sejak awal tidak laik laut (Pasal 519e)

2) Pada dasarnya hak retensi adalah hak untuk menahan barang selama upah atau biaya
dalam suatu perjanjian belum dibayarkan. Apabila, apabila kita melihat ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 493 KUHD, pendapat yang menyatakan bahwa pengangkut tidak
memiliki hak retensi adalah benar. Namun, Pasal 493 ternyata memberikan hak bagi
pengangkut untuk menuntut jaminan pembayaran yang oleh penerima harus dibayarkan
dalam urusan pengangkutannya atau untuk keperluan avarij. Menurut saya, tidak adanya hak
retensi dalam pengangkutan adalah tepat karena pada dasarnya pengangkut berkewajiban
untuk mengantarkan barang dengan selamat dari satu tempat ke tempat yang lain. Oleh
karena itu,, apabila ada hak retensi dalam perjanjian pengangkutan, maka hal tersebut akan
bertentangan dengan esensi perjanjian pengangkutan itu sendiri.

3) a) Dalam konteks ilustrasi yang digunakan, perlu kita catat bahwa ada dua perjanjian
pengangkutan, yaitu pengangkutan orang dan pengangkutan barang yang menggunakan moda
transportasi darat di jalan.
Dalam pengangkutan orang, ada dua subjek hukum yaitu penumpang (passanger) dan
pengangkut (carrier). Penumpang menurut Pasal 1 angka 22 UU No. 22 tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”) adalah orang-perseorangan atau badan hukum
yang menggunakan jasa angkutan umum, dalam kasus ini penumpang adalah Dendy.
Sedangkan pengangkut menurut UU LLAJ adalah pengangkut adalah perusahaan angkutan
umum yang mendapat izin operasional dari pemerintah dan melakukan kegiatan
pengangkutan orang dan atau barang dengan memungut biaya (Pasal 1 angka 8 dan 10 UU
LLAJ), dalam kasus ini pengangkut adalah GrabCar. Sedangkan dalam perjanjian
pengangkutan barang, terdapat tiga pihak yaitu pengirim (consigner/shipper), pengangkut
(carrier), dan penerima (consignee). Pengangkut definisinya sama dengan yang saya jelaskan
dalam pengangkutan orang, hanya saja dalam kasus ini pengangkutnya adalah pihak
GrabFood. Pengirimnya adalah Dendy, karena ia yang berkewajiban membayar biaya
pengangkutan (Lihat Ketentuan Pasal 186 dan 187 UU LLAJ). Sedangkan penerimanya
adalah Angga yang tidak berkewajiban membayar biaya pengangkutan

b) Menurut ketentuan Pasal 192 ayat (1) UU LLAJ, dapat disimpulkan bahwa pihak GrabCar
dibebani tanggung jawab terhadap luka yang diderita Dendy. Namun, juga terdapat
pengecualian apabila pihak GrabCar dapat membuktikan bahwa kecelakaan terjadi karena
sebab yang tidak dapat dihindari/dicegah atau karena kesalahan penumpang. Dalam kasus ini,
fakta bahwa Dendy tidak memakai sabuk menurut saya bukan merupakan kesalahan yang
menyebabkan kecelakaan. Lebih lanjut, Pasal 234 ayat (1) UU LLAJ juga menjamin hak
ganti rugi bagi Dendy sebagai penumpang apabila mengalami kerugian akibat kelalaian
pengemudi. Maka berdasarkan fakta yang ada di ilustrasi kasus, pihak yang bertanggung
jawab adalah pihak GrabCar sebagai pengangkut.
c) Dendy sebagai penumpang GrabCar berhak untuk menikmati jasa pengangkutan sesuai
dengan kesepakatan perjanjian pengangkutan (Pasal 186 UU LLAJ), menerima ganti rugi
apabila ada pembatalan pengangkutan (Pasal 187 UU LLAJ), dan menerima ganti rugi akibat
kerugian yang disebabkan kelalaian perusahaan pengangkutan (Pasal 188 UU LLAJ).
Sedangkan Dendy sebagai pengirim juga memiliki hak untuk menikmati jasa pengangkutan
barang berdasarkan Pasal-Pasal yang sama (Pasal 186-188 UU LLAJ)

d) Seperti yang telah saya jelaskan pada poin b di atas, pihak GrabCar dapat melepaskan diri
dari tanggung jawab atas kecelakaan yang dialami Dendy apabila dapat membuktikan bahwa
kecelakaan terjadi karena sebab yang tidak dapat dihindari/dicegah atau atas kesalahan
penumpang sendiri (Pasal 192 ayat (1) UU LLAJ). Berkaitan dengan ketentuan Pasal 234
ayat (1) UU LLAJ, juga terdapat beberapa pengecualian tanggung jawab berdasarkan Pasal
234 ayat (3) UU LLAJ yaitu adanya keadaan memaksa, terjadi akibat kesalahan penumpang
sendiri, atau akibat gerakan orang/hewan walaupun sudah ada tindakan pencegahan

e) Pada dasarnya perjanjian pengangkutan adalah perjanjian dimana pengangkut


mengikatkan diri untuk mengangkut orang atau barang dengan imbalan biaya pengangkutan
yang telah disepakati antara pengangkut dan pengirim/penumpang. Ketentuan ini dalam UU
LLAJ dapat kita simpulkan berdasarkan Pasal 186 UU LLAJ. Maka dari itu, apabila Dendy
belum menerima makanan yang ia pesan, perjanjian pengangkutan belum dapat dikatakan
selesai karena kewajiban pengangkut belum terlaksana. Karena Dendy tidak mendapatkan
makanannya, dapat disimpulkan bahwa perusahaan pengangkutan batal melakukan
pengangkutan dan Berdasarkan Pasal 187 UU LLAJ, apabila terjadi pembatalan
pengangkutan, maka perusahaan pengangkutan wajib membayar kembali biaya pengangkutan
kepada pengirim atau penerima.

“Jawaban ini adalah hasil kerja dan karya saya sendiri”

(…………………)
Dante Deva Daniswara

1906361512

Anda mungkin juga menyukai