KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Pengangkutan
barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
angkutan.5
timbulkan oleh nya adalah timbal balik dimana para pihak mempunyai
dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh orang lain
5
Rahayu Hartini. 2012. Hukum Pengangkutan Di Indonesia. Malang. Citra Mentari. Hal 4
12
mengandung arti , bila pengangkutan dilakukan tidak selamat maka akan
6
ibid..
13
Adapun arti hukum pengangkutan bila ditinjau dari segi
2. Jenis-Jenis Pengangkutan
dibuat oleh para pihak serta kebiasaan yang hidup dalam masyarakat.8
7
Sution Usman Adji,Djoko Prakoso,Hari Pramono. 1991. Hukum Pengangkutan Di
Indonesia. Jakarta. PT RINKA CIPTA. Hal. 5.
8
Rahayu Hartini. op.cit. Hal. 5.
14
tetapi khusus pengangkutang barang, sedang pengangkutan orang tidk
diatur).
Kereta Api .
Angkutan Jalan.
ini juga mengatur mengenai angkutan sungai danau antar pulau atau
ASDP).
15
d. Serta peraturan khusus lainnya yakni:
Undang-Undang Pelayaran).
Penerbangan.9
3. Perjanjian Pengangkutan
9
Ibid. hal, 5-6.
16
pengirim. Kesepakatan tersebut pada dasarnya berisi kewajiban
lebih.11
pengangkutan.12
10
Suwardjoko Warpanil, 1990, Merencanakan Sistem Pengangkutan, Bandung, Penerbit ITB,
hal 2.
11
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
12
Suwardjoko Warpani, Op.cit. hal. 46.
17
perjanjian timbal balik, yaitu konsumen mendapat hak layanan
13
Soegeng Purnomo. Perjanjian Pengangkutan. http://soegeng-
poernomo.blogspot.co.id/2015/05/perjanjian-pengangkutan.html. Diakses pada tanggal 18
November 2016. jam 22.31 WIB
14
Ovan Setyawan Fadly. Perjanjian Pengangkutan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. https://ovansite.wordpress.com/2016/03/10/perjanjian-pengangkutan-dalam-
kuhperdata//. Diakses pada tanggal 18 November 2016. Jam 23.50 WIB.
18
perjanjian secara itikad baik jaminan keadilan itu juga di pedomani
antara lain:15
15
Surwadjoko Warpanil. op.cit. hal.4
19
pasar dan sampai ke konsumen dalam kondisi yang
dikehendaki.
melindungi muatannya.
20
3. Melindungi muatan dari segala kerusakan sehingga
21
pada tingkat nasional, masalah pengangkutan
diperlukan.
yang dapat bersifat publik atau umum dan bersifat perdata atau
16
Rahayu Hartini , Op.cit hal 4-5
22
1) Yang bersifat perdata; dan
a. Konsensual
angkutan.
b. Koordinatif
17
Adi Prayogo, Asas Dalam Hukum Pengangkutan,
https://vanyugo.wordpress.com/2014/03/09/asas-dalam-hukum-pengangkutan/, di akses
tanggal 19 November 2016, Jam 20.44 WIB
23
Pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai kedudukan
c. Campuran
pengangkutan.
d. Retensi
24
perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah
kekeluargaan;
18
Sri Sugiarti, Pasal Pengangkutan dalam KItab Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum
Dagang, http://ugisukaba.blogspot.co.id/2016/03/pasal-pengangkutan-dalam-kuh-
perdata_3.html, diakses pada tanggal 19 November 2016 , pukul 21.28 WIB.
25
d. Asas keseimbangan yaitu, bahwa pengangkutan harus
moda transportasi;
penyelenggaraan pengangkutan.
bangsa;
26
i. Asas keselamatan Penumpang, yaitu bahwa setiap
Hal ini tidak seperti dalam perjanjian perburuhan di mana dua belah
19
Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan Ke III, Bandung,
PT.CITRA ADITYA BAKTI, Hal. 35.
20
Siti Utari. 1994. Pengangkutan laut. Jakarta. Balai Pustaka. Hal. 9.
27
Mengenai sifat hukum perjanjian pengangkutan terdapat
Hukum Perdata.
pemborongan).
28
untuk mengantarkan penumpang sampai dengan tujuan dengan
29
E. Syarat Sah Perjanjian Pengangkutan
syarat yang harus dipenuhi oleh subyek perjanjian (sepakat dan cakap)
pengampuan.
Maka dari itu maka untuk menjamin sah nya suatu perjanjian
30
dengan hal-hal yang terkait daripada syarat-syarat yang telah di atur
ayat (1) menjelaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
Pihak yang merasa dirugikan karena salah salah satu pihak lain nya
Hukum Perdata.
21
Ibid. hal. 12-13.
31
F. Asas-Asas Hukum Perjanjian Pengangkutan
pada Pasal 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata bahwa suatu
sedang menurut pasal 1339 B.W. kedua belah pihak tidak hanya
22
R.Wirjono Prodjodikoro, 2000, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bandung, Penerbit Mandar
Maju, Hal. 102.
32
suatu persetujuan melainkan juga oleh yang di haruskan menurut sifat
lagi dikatakan dalam pasal 1347 B.W., bahwa, apabila pada sebuah
2. Asas konsesualisme
23
Ibid.
33
semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai
4. Asas kepribadian
a. Pihak pengangkut
24
Surwadjoko Warpani1, op.cit, hal. 60.
34
pengangkut adalah pihak yang mengikatkan diri untuk
dan/atau barang.
b. Pihak Penumpang
c. Pihak Pengirim
disebut shipper.
35
Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang
menurunkan Penumpang;
umum.
yaitu:
2009);
36
2.Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkutan untuk
2009);
tahun 2009);
22 tahun 2009);
37
Selain itu dalam UU No. 22 Tahun 2009 terdapat beberapa
2009).
Tahun 2009).
2009).
38
Adapun yang menjadi kewajiban utama pihak penumpang
jawab para pihak dalam pengangkutan kereta api, tanggung jawab para
pengangkutan udara.25
25
Abdulkadir Muhammad, 1990, Hukum Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 37.
39
kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab
menyelenggarakan pengangkutan .
1235 KUHPerdata).
26
H. M. N. Purwosutjipto, 1981. Pengantar Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum
Pengangkutan. Jakarta. hlm. 21-22
40
a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau
barang, timbul suatu hukum yang saling mengikat antara para pihak
41
tersebut adalah berupa hak dan kewajiban. Dan kami menitikberatkan
dengan sebaik-baiknya.
bagasi.
bunga yang layak diterima jika dia tidak dapat menyerahkan atau tidak
27
Endra Yuda, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Pengangkutan Darat,
https://feelinbali.blogspot.co.id/2014/03/kewajiban-dan-tanggung-jawab-pengangkut.html, di
akses pada tanggal 26 November 2016 pada pukul 12.36 WIB.
28
Pasal 1236 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
42
diselesaikan melalui gugatan kemuka pengadilan yang berwenang
29
Pasal 1246 Kitab Undang-Undan Hukum Perdata Indonesia.
30
Wikipedia, Sistem Transportasi Umum, https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum,
diakses pada tanggal 7 Juni 2017 , pukul 21.58 WIB.
43
suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi yang bisa
2. Meningkatkan jenis dan jumlah barang jadi dan jasa yang dapat
pembangunan nasional.
44
berfngsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promotion
ekonomi.33
barang.34
33
Remaja Sampit, Kegunaan-manfaat-fungsi Transportasi Publik,
http://remajasampit.blogspot.co.id/2014/08/kegunaan-manfaat-dan-fungsi-transportasi.html,
Diakses pada Tanggal 7 Juni 2017 Pada Pukul 22.42 WIB
34
Soesilo. Nining I. 1999. Ekonomi Perencanaan dan Manajemen Kota. Jakarta. Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia
45
perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan, industri
teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman dan biaya
35
Armin Atmajaya, Pengaruh Perkembangan Transportasi Dalam Pertumbuhan Ekonomi,
http://arminsiparacca07.blogspot.co.id/2011/03/pengaruh-perkembangan-transportasi.html,
Diakses Pada Tanggal 7 Juni 2017 Pada Pukul 23.00 WIB.
46
(government); (5) Teknologi informasi dan komunikasi (ICT); dan
Masyarakat (public).36
Gambar 1.
rantai-pasok-dan-logistik/
36
Dr.Zaroni, Transportasi Dalam Rantai Pasokan dan Logistik,
http://supplychainindonesia.com/new/transportasi-dalam-rantai-pasok-dan-logistik/, Diakses
pada Tanggal 8 Juni 2017, Pada Pukul 12.57 WIB.
47
Pengirim dan penerima adalah pihak-pihak yang
48
yang efisien untuk memaksimalkan tingkat pengembalian atas aset
Pemerintah (government).
dan penerima.
Masyarakat (public).
49
selamat, dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Secara
kecepatan.37
a) Kesiapan Manusia
37
Dagun. Save M. 2006. Busway. Terobosan Penanganan Transportasi Jakarta. Jakarta.
Pustaka Sinar Harapan. Hlm 126.
38
Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Menjaga Keamanan dan Kenyamanan Transportasi Darat,
Air dan Udara, http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/08/menjaga-keamanan-dan-
kenyamanan.html, Diakses Pada Tanggal 8 Juni 2017, Pukul 23.27 WIB.
50
mewujudkan transportasi yang aman dan nyaman bagi
transportasi.
51
c) Kelembagaan Dalam Kegiatan Transportasi
tiket bus. Selain itu, adalah sistem naik dan turun penumpang. Untuk
menjaga keamanan, penumpang harus naik dan turun hanya pada halte
dan terminal yang telah ditetapkan, dan penumpang tidak dapat naik
dan turun pada tempat selain halte dan terminal resmi. Dengan
52
Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu kecepatan dalam proses
39
Tamin, Ofyar Z, 1997, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Bandung, Penerbit ITB
40
Non Rianty, Pengertian Transportasi, http://www.sridianti.com/pengertian-
transportasi.html, Diakses pada tanggal 9 Juni 2017, Pada Pukul 00.17 WIB.
53
berfungsi sebagai penunjang dan yang mempengaruhi hubungan
tindakan manajemen lalu lintas dengan biaya rendah (low cost traffic
41
Adi Tanuarto, Peranan Hirarki Sistem Jalan,
https://jurnalsrigunting.wordpress.com/2012/07/11/633/, Diakses pada tanggal 9 Juni 2017,
Pada Pukul 00.34 WIB.
54
guna lahan. Untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitasnya
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang dimaksud dengan jalan adalah
di atas permukaan ait, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
55
1) Sebagai prasarana transportasi : mempunyai peran
dan negara.
Republik Indonesia.
56
pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan sistem
yang memadai;
42
Belajar Teknik, Sistem Transportasi Mikro-Makro,
http://belajjarilmuteknik.blogspot.co.id/2013/12/sistem-transportasi.html, Diaskses pada tanggal
9 Juni 2017, pada pukul 14.26 WIB.
57
Dibukanya jalan baru membuat peningkatan penggunaan
pergeseran pergerakan dalam ruang dan waktu seperti berikut ini :43
43
Ofyar Z Tamin, 1999, Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) Sebagai Alternatif
Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan Di DKI Jakarta, Jurnal PWK, Vol 10 No 1
58
kemacetan akibat menumpuknya pergerakan pada
59
Dampak Pergeseran Moda
pooling.
60
c. Jalur khusus bus, jika suatu ruas jalan mengalami
sendiri.
tersebut.
61
harus dipenuhi dengan proses pergerakan.
ini adalah :
62
sehingga penduduk untuk pergi bekerja, belanja,
44
Ibid.
63
b. Pengurangan jumlah pergerakan kendaraan yang bergerak
berokupansi tinggi;
yang ada. Untuk itu beberapa kebijakan lainnya yang harus dilakukan
64
b. Pembuatan persimpangan tidak sebidang;
menimbulkan penyempitan.
65
jaringan jalan di DKI- Jakarta yang harus segera
sangat terbatas.
tujuan.
seoptimal mungkin.
sebagaimana mestinya.
45
Ibid.
66
Kebijakan Rekayasa dan Manajemen Lalulintas
(ATCS).
Jakarta
67
Hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam menunjang sistem
yang jelas.
46
Ibid.
68
Namun keterbatasan alokasi lahan untuk jaringan jalan di daerah
lain:47
c. Keamanan terjamin
f. Aksesbilitas Tinggi
g. Ramah Lingkungan
bukan hal baru. Misalnya kota Surabaya, pada masa kolonial Belanda
47
M Helmy Hisyam, Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) Solusi Mengatasi Kemacetan Di
Perkotaan, http://helmyhisyam.blogspot.co.id/2009/05/sistem-angkutan-umum-massal-saum-
solusi.html, diakses pada tanggal 10 Juni 2017, Pada pukul 01.24 WIB.
69
Surabaya pada saat itu. Akan tetapi entah mengapa pad akhirnya trem
tersebut akhirnya tidak difungsikan lagi dan sekarang jaringan rel trem
tersebut sudah raib entah kemana. Agaknya kita harus mengakui bahwa
berikut:48
48
Ibid.
70
Frekuensi perjalanan kereta api harus sesuai dengan
mungkin
71
dari para pemakai jasa transportasi (Fidel, 1997). Pengelolaan
72
tentang multimoda, multidisiplin, multisektoral maka tentu saja akan
lain:
1. Aspek Teknis
49
Nanik Wijayanti, Kajian Perencanaan Transportasi,
https://nanikwijayanti.wordpress.com/2012/11/06/kajian-perencanaan-transportasi/, diakses
pada tanggal 10 Juni 2017, pada pukul 01.51 WIB.
73
2. Aspek dokumentasi (file)
transportation operator).
terselenggaranya transportasi.
74
yang mana terintegrasi bukan hanya secara operasional tetapi juga
dengan sector lain seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan (Potter dan
publik.50
50
Rizky Amalia Yulianti, “ Konsep Integrasi Moda Transportasi Publik Di Kota Surabaya
Berdasarkan Preferensi Masyarakat”, Progrsm Magister Arsitektur Bidang Keahlian Manajemen
Pembangunan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, ( Institut Teknologi Sepuluh
November: Surabaya), hlm. 1, t.d.
75
mampu memberikan pelayanan yang maksimal pada masa sibuk
namun tidak terlalu banyak moda yang menganggur pada masa sepi
(Warpani, 2002).
Gambar 2.
INTEGRASI TEORITIS
MODA Konsep Intergrasi Moda PELAKU
Transportasi Publik Gap
TRANSPORTASI
PUBLIK EMPIRIS Masyarakat
Implementasi Integrasi
Moda Transportasi Operator/Pen
KOTA Publik yedia Jasa
Pemerintah
Pembangunan Kota Fakultas Teknil Sipil dan Perencanaan- Institut Teknologi Surabaya 2013
tunggu sebesar 43% dan biaya sebesar 73% (Wong dan Leung, 2004
76
dalam Currie dan Bromley, 2005). Integrasi informasi transportasi
(Austria) pada tahun 2001 dan 33% di Kota Paris (Perancis) selama
integrasi tarif (May dan Roberts, 1995). Hal ini terbukti mampu
24% di Kota Wina (Austria) pada tahun 2001 dan sebesar 33% di Kota
sebesar 4% per tahun dan di Kota New York (Amerika Serikat) dimana
51
Ibid.
77
Terdapat tiga konsep utama di dalam integrasi moda transportasi
Publik) :52
pengumpan).
fasilitas lain).
Timetables) :53
52
Ibid. hal. 11.
53
Ibid. hal 12.
78
2. Redesain mode menggunakan sistem
54
Ibid. hal 13.
79
pelaku perjalanan, da nasal tujuan
perjalanan).
perjalanan).
kredit.
dan investasi.
80
C. Tinjauan Umum Tentang Jasa Angkutan Kota Sebagai Transportasi
Publik
orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Tujuan
angkutan udara.55
55
Warpani, P. Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung. Penerbit ITB.
56
Wikipedia. Angkutan Kota. https://id.wikipedia.org/wiki/Angkutan_kota. Di akses pada
tanggal 28 November 2016 Pukul 12.12 WIB.
81
Angkutan Umum Penumpang bersifat massal sehingga biaya
mungkin.
jalan.
orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
penumpang dilayani dengan trayek tetap atau teratur dan tidak dalam
trayek.
82
4. Angkutan perkotaan; atau
5. Angkutan perdesaan
adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah
a. Trayek utama :
57
Pasal 20 ayat (2) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum
83
1) Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam
dioperasikan;
b. Trayek cabang :
dioperasikan;
c. Trayek ranting :
84
2) Pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada
d. Trayek langsung :
dioperasikan;
Kota
58
Rahayu Hartini, 2007, Hukum Pengangkutan,UMM Press, Malang, hlm 59
85
Pada Pasal 139 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009
negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai
Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 141
86
(1) Perusahaan Angkutan Umum wajib memenuhi standart
a) Keamanan;
b) Keselamatan;
c) Kenyamanan;
d) Keterjangkauan;
e) Kesetaraan; dan
f) Keteraturan
59
Obbie Afri Gultom. Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengangkutan Dalam Pengangkutan
Barang Di Darat Dalam Hal Terjadinya Hilang / Dicurinya Barang.
http://www.gultomlawconsultants.com/tanggung-jawab-perusahaan-jasa-pengangkutan-dalam-
pengangkutan-barang-di-darat-dalam-hal-terjadinya-hilang-dicurinya-barang/#. Di akses pada
tanggal 28 November 2016 Pada Pukul. 23.22 WIB.
87
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kurang hati-hatiannya.
Pasal 188 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Pasal 191 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
88
kendaraan bermotor. Sopir dibagi dalam dua kelompok yaitu sopir pribadi
waktu mengemudi yang lebih panjang. Untuk itu persyaratan sopir adalah:
yang digunakan.
60
Wikipedia, Sopir, https://id.wikipedia.org/wiki/Sopir, diakses pada tanggal 29 November
2016 pada pukul. 22.30 WIB.
89
Secara umum mengenai kewajiban dan tanggung jawab
ini diatur dalam Pasal 234 ayat (1) Undang-Undang Lalu Lintas dan
kelalaian Pengemudi.”
kemampuan Pengemudi;
atau
tindakan pencegahan.
90
Menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu
telah ditetapkan;
perintah petugas;
arah;
menurunkan Penumpang;
91
keadaan sehat, tidak mengalami bahaya, luka, sakit maupun meninggal
Pengguna jasa adalah setiap orang dan/ atau badan hukum yang
Pengguna jasa adalah setiap orang dan/ atau badan hukum yang
92
Penumpang merupakan salah satu pihak yang berkaitan dengan
Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak mengatur secara khusus
93
c. Penumpang berhak untuk menuntut perusahaan
pembayaran.
kesepakatan.
94
(4) Penumpang berhak atas penggunaan fasilitas bagasi yang tidak
Tarif angkutan umum juga disesuaikan dengan kebutuhan dan daya beli
tingkat bawah.
tarif angkutan umum jenis angkutan umum kelas ekonomi pada Surat
Tentang Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu dan Jenis
95
Penyesuaian tarif angkutan umum antar kota dalam provinsi kelas
kondisi dan daya beli masyarakat setempat serta aspek keselamatan dan
pelayanan transportasi. 61
tersebut.62
trayek dan tarif penumpang untuk angkutan orang tidak dalam trayek.63
class rate
61
Surat Edaran Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2016
62
Pasal 62 Point U Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 Tentang
Penyelenggaraan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum
63
Pasal 181 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
96
(iii) Tarif Perjanjian/Kontrak, berlaku untuk angkutan jalan raya
64
Satya Ragam. Biaya,Tarif Angkutan dan Pembentukan Harga.
http://satyaragam.blogspot.co.id/p/biaya-tarif-angkutan-dan-pembentukan.html. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2016 Pada pukul 23.36 WIB.
97
Harga jasa angkutan ditentukan oleh sistem pentarifan melalui
sewa. Dengan sistem tarif, maka harga berlaku umum dan tidak ada
ketentuan lain yang mengikat kecuali yang sudah diatur dalam buku tarif.
Untuk angkutan barang berlaku tarif barang dan untuk angkutan orang
berlaku tarif penumpang. Tingkat dan jenis tarif barang dan tarif
penumpang berbeda untuk tiap jenis alat angkutan Tingkat tarif angkutan
penawaran.
Pada pasal 182 ayat (1) dan (2) diesbutkan bahwa tarif angkutan
orang dalam trayek terdiri atas tarif kelas ekonomi dan tarif kelas non
wilayah provinsi;
98
perkotaan dan perdesaan yang melampaui batas satu
kabupaten; dan
pernyataan, suatu tindakan hukum dapat dibatalkan dan hal ini dapat terjadi
apabila terdapat cacat kehendak. Cacat pada kehendak dapat terjadi apabila
1. Fraude ( Penipuan )
65
Herlien Budiono, 2010, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan,
Bandung, Citra Aditya, hlm.98
99
2. Mistake ( Kesalahan )
ternyata tidak benar maka salah satu pihak tadi dapat membatalkan
kontrak.
3. Duress ( Paksaan )
Pasal 344 ayat (4) BW, terdapat beberapa keadaan yang dapat
a. Keadaan darurat;
b. Ketergantungan;
c. Gegabah ;
e. Kurang Pengalaman.67
66
Ibid.hlm 100
67
Ibid.
100
D. Tinjauan Umum Tentang Aspek Hukum Bisnis Tentang Perlindungan
Konsumen
pengangkutan maka hal itu dapat menjadi tolak ukur bahwa belum ada nya
dari negara-negara lain. Secara garis besar, para ahli mencoba memberikan
pemakai terakhir.69
68
Rudyanti Dorotea Tobing, 2015, Aspek-Aspek Hukum Bisnis; Pengertian, Asas, Teori dan
Praktik, Surabaya, Laksbang Justitia, Hal 249
69
Ahmadi Miru dan Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT.Raja
Grafindo Persada, hlm. 27
101
Konsumen dalam arti yang luas mencakup 2 kriteria tersebut, sedangkan
komersial).
2. Setiap Orang
102
konsumen haruslah tidak dibatasi pada orang perseorangan
3. Pemakai
tersedia di pasaran.
kembali, melainkan untuk digunakan baik bagi kepentingan diri nya sendiri,
Perlindungan konsumen ini tentu nya sebagai cara atau langkah yang
103
kebutuhan nya atau fasilitas pemuas kebutuhan manusia, tidak merasa di
masyarakat.
kegiatan usaha ini, para pengguna jasa tidak merasa dirugikan oleh pihak
usaha. Konsumen yang merasa hak nya di langgar bias mengadukan dan
70
Rudyanti Dorotea Tobing, Op.cit. hlm 252
71
Happy Susanto, 2008, Hak-Hak Konsumenn Jika Dirugikan, Jakarta, Visimedia, hlm. 18
104
memproses perkaranya secara hukum di Badan Penyeleseaian Sengketa
Hak Konsumen
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
3) Ha katas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
72
N.H.T Siahaan. 2005, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk. Jakarta. Panta Rei. hlm. 19
105
4) Hak untuk di dengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang di gunakan;
7) Hak untuk dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
Kewajiban Konsumen
keselamatan;
jasa;
konsumen.
Dengan adanya hak dan kewajiban konsumen yang telah diatur sedemikian
rupa di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, maka pelaku usaha wajib
106
menghormati hak-hak yang diberikan terhadap konsumen dalam berbagai ruang
J.F.Kennedy di depan kongres pada tanggal 15 Maret 1962, yaitu terdiri atas:73
b. Hak memilih;
Maka dari itu, menurut hemat penulis bahwa hukum perlindungan konsumen
yang besar terhadap aktivitas kehidupan setiap personal, tidak hanya pada ruang
Pelaku usaha juga mempunyai andil yang cukup besar terhadap tercapainya
Tahun 1999 yang mengatur mengenai adanya hak-hak dan kewajiban dari pelaku
73
N.H.T. Siahaan, Op.Cit., hlm 15
107
Hak pelaku usaha adalah:
perdagangkan;
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
di perdagangkan;
Konsumen yaitu untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai tukar
barang atau jasa yang diperdagangkan, menunjukan bahwa pelaku usaha tidak
dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/jasa yang di berikan kepada
konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku pada umum
nya atas barang atau jasa yang sama. Selain itu hak-hak pelaku usaha banyak
sengketa.74
74
Rudyanti Dorotea Tobing, Op.Cit., hlm 259
108
Terdapat satu hak yang tidak di rumuskan dalam pasal 4 Undang-Undang
besar dapat dibagi dalam 3 ( tiga ) hak yang menjadi prinsip dasar, yaitu:
kekayaan;
wajar;
Oleh karena ketiga hak atau prinsip dasar tersebut merupakan himpunan
disebutkan di atas dipenuhi, baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha karena
75
Marian Darus Badrulzaman,1996, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut
Perjanjian Baku, dimuat dalam Hasil Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan
Konsumen, yang diselenggarakan oleh BPHN, Jakarta, Bina Cipta, hlm.61
109
pemenuhan hak-hak konsumen tersebut akan melindungi kerugian konsumen dari
berbagai aspek.76
76
Rudyanti Dorotea Tobing, Op.Cit, hlm 258
110