Anda di halaman 1dari 17

Pengangkutan

1. Donna wiranda yuniar


2. Winda andini
3. Husaini
4. Agus dian syahputra
5. Leonardo yogie hutabarat
6. Rican parulian habean
Pengertian pengangkutan

 Menurut arti kata, angkut berarti mengangkat dan membawa,


memuat atau mengirimkan.
 Pengangkutan artinya usaha membawa, mengantar atau
memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Jadi,
 dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan
atau gerakan dari suatu tempat ke tempat lain.
 Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan
manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.
Unsur - unsur pengangkutan
 a. Ada sesuatu yang diangkut.
 b.Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan.
 c.Ada tempat yang dapat dilalui alat angkutan.

Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindaha barang dan


manusia dari tempat asal ke tempat tujuan.
Menurut pendapat R. Soekardono, SH, pengangkutan pada
pokoknya berisikan perpindahan tempat baik mengenai Benda -
benda maupun mengenai orang - orang, karena perpindahan itu
mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat serta
efisiensi. Adapun proses dari pengangkutan itu merupaka gerakan
dari tempat asal dari mana kegiatan angkutan dimulai ke tempat
tujuan dimana angkutan itu diakhiri.
Hukum pengangkutan
Hukum Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik
antara pengangkut atau penyedia jasa dengan pengirim
atau pengguna jasa, dimana pengangkut mengikatkan diri
untuk menyelenggarakan pengangkutan baran dan atau
orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan
selamat, sedangkan penirim menikatkan diri untuk
membayar uang angkutan. Fungsi dari pengangkutan
adalah untuk memindahan barang atau orang dari suatu
tempat ke tempat lain dengan maksud untuk meningkatkan
daya guna dan nilai.
Aspek dalam hukum pengangkutan
A. Pelaku adalah orang yang melakukan pengangkutan berupa badan usaha
seperti perusahaan pengangkutan.

B. Alat pengangkutan merupakan alat yang digunakan untuk penyelenggaraan


pengangkutan.

C. Barang adalah obyek angkutan (yang sah menurut undang - undang)

D . Perbuatan adalah kegiatan pengangkutan barang atau orang sejak


pemuatan sampai penurunan ditempat tujuan

E. Fungsi pengangkutan adalah meningkatkan kegunaan dan nilai barang

F. Tujuan pengangkutan adalah sampai ditempat tujuan yang ditentukan dengan


selamat .
Macam - macam pengangkutan

Terdapat macam pengangkutan


Yaitu : Pengangkutan Darat, Pengangkutan perairan (laut
dan perairan darat) dan Pengangkutan Udara.
Sebagai sumber hukum bagi ketiga macam pengangkutan
tersebut adalah diatur baik dalam KUHD maupun di luar
KUHD (yaitu Undang -Undang tentang pengangkutan)
berikut :
1. Pengangkutan melalui jalur Darat

Pengangkutan melalui jalur darat tidak hanya bicara mengenai pengangkutan


melalui jalan raya tapi mencakup pula pengangkutan kereta api.

Dasar hukum angkutan darat di antaranya:

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


(“UU Perkeretapaian”);

222Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


2 . Undang – undang nomer 22tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
(“UU LLAJ”);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Kereta Api. (“PP LLAJ”) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.
Pengangkutan Perairan Darat, diatur dalam:

a. KUHD. Buku I Bab V Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 - 98

b. Undang - undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang


Pelayaran

c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang


Pengangkutan diPerairan
3) Pengangkutan di Laut, diatur dalam :

Penyelenggaraan angkutan laut di Indonesia sebagian besar diatur dalam Undang-


Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (“UU Pelayaran”) dan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan dan
perubahannya.

a. KUHD, Buku II, Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal


b. KUHD, Buku II, Bab V - A tentang Pengangkutan Barang - barang
c. KUHD, Buku II, Bab V - B tentang Pengangkutan Orang

d. Serta peraturan khusus lainnya yakni :

(1 )Undang - undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di


Perairan
4) Hukum Pengangkutan Udara, diatur dalam :

Hukum pengangkutan melalui udara di Indonesia secara umum diatur dalam


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (“UU
Penerbangan”) yang beberapa ketentuannya diubah, dihapus, atau ditetapkan
pengaturan baru melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja .

Asas - asas hukum pengangkutan merupakan landasan filosofis yang dapat


bersifat publik atau umum dan bersifat perdata atau privat.

Asas yang bersifat perdata atau privat adalah merupakan landasan hukum
pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua belah pihak
Perjanjian pengangkutan
sebagai suatu perjanjian di mana satu pihak menyanggupi
untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu
tempat ke tempat lain, sedangkan pihak yang lain
menyanggupi akan membayar ongkosnya .

Sehingga bisa disimpulkan perjanjian pengangkutan pada


prinsipnya bersifat timbal balik di mana kedudukan
pengirim dan pengangkut sama tinggi dan masing-masing
memiliki hak dan kewajiban.
Unsur penyimpanan
Dinyatakan dalam Pasal 468 ayat (1) KITAB UNDANG
– UNDANG HUKUM DAGANG (“KUHD”) yang
berbunyi:
Perjanjian pengangkutan menjanjikan pengangkut untuk
menjaga keselamatan barang yang harus diangkut dari
saat penerimaan sampai saat penyerahannya.
Unsur pemberi kuasa

antara lain dinyatakan dalam Pasal 371 ayat (1) KUHD


yaitu:
Nahkoda wajib menjaga kepentingan mereka yang
berhak atas muatannya selama perjalanan, untuk
mengambil tindakan yang perlu untuk itu, dan bila perlu
bertindak di depan pengadilan.
Perjanjian pengangkutan bersifat konsensus

Pembuatan perjanjian pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis,


bisa saja cukup dengan lisan, asal ada persetujuan kehendak.
Dokumen-dokumen konosemen, atau tanda penerimaan barang yang
harus diberikan pengangkut kepada pengirim barang bukanlah
merupakan syarat mutlak untuk membuat perjanjian pengangkutan.
Sehingga hanya berfungsi sebagai salah satu bukti adanya perjanjian
pengangkutan dan apabila dokumen itu tidak tersedia, bukan berarti
perjanjian pengangkutan tidak ada.
Isi Perjanjian Pengangkutan

Secara umum, pengaturan perjanjian pengangkutan tidak bisa dilepaskan dari


hukum perikatan sebagaimana tertera dalam Buku III kitab undang –
undang hukum perdata tentang Perikatan (Verbintenis) dan KUHD. Selain
itu, konten dari perjanjian pengangkutan juga ditentukan lebih lanjut dalam
peraturan perundang-undangan terkait sesuai dengan moda transportasi yang
digunakan.
Pada umumnya perjanjian pengangkutan berisi antara lain:
 Definisi mengenai pengangkut dan pemilik barang;
 Rezim hukum yang berlaku;
 Hak dan kewajiban pengangkut dan pemilik barang;
 Tanggung jawab pengangkut;
 Periode berlakunya tanggung jawab;
 Pengecualian tanggung jawab pengangkut dan beban pembuktian;
 Batasan ganti rugi; dan
 Penyelesaian sengketa.
Dasar Hukum:

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretapaian
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta
Api .sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Kereta Api
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan sebagaimana
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.
 
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai