Anda di halaman 1dari 7

Pengangkutan berasal dari kata dasar “angkut” yang berarti angka t dan bawa, muat

dan bawa atau kirimkan. Mengangkut artinya mengangkat dan membawa, memuat dan
membawa atau mengirimkan. Pengangkutan artinya pengangkatan dan pembawaan barang
atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut.
Jadi, dalam pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari
satu tempat ke tempat lain. Menurut pendapat R. Soekardono, SH, pengangkutan pada
pokoknya berisikan perpindahan tempat baik mengenai benda-benda maupun mengenai
orang-orang, karena perpindahan itu mutlak perlu untuk mencapai dan meninggikan manfaat
serta efisiensi. Dapat diartikan bahwa pengangkutan sebagai pemindahan barang dan manusia
dari tempat asal ke tempat tujuan.
Fungsi dan tujuan pengangkutan
Fungsi pengangkutan ialah memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Disini jelas,
meningkatnya daya guna dan nilai merupakan tujuan dari pengangkutan, yang berarti bila
daya guna dan nilai ditempat baru itu tidak naik, maka pengangkutan tidak perlu diadakan,
sebab merupakan suatu perbuatan yang merugikan bagi si pedagang. Fungsi pengangkutan
yang demikian itu tidak hanya berlaku di dunia perdagangan saja, tetapi juga berlaku di
bidang pemerintahan, politik, sosial, pendidikan, hankam dan lain-lain. Secara umum
dinyatakan tujuan dari pengangkutan adalah bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba
di tempat tujuan dengan selamat dan meningkatkan nilai guna bagi penumpang ataupun
barang yang diangkut. Tiba di tempat tujuan artinya proses pemindahan dari satu tempat ke
tempat tujuan berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan, sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya
yang mengakibatkan luka, sakit, atau meninggal dunia, jika yang diangkut itu barang, selamat
artinya barang yang diangkut tidak mengalami kerusakan, kehilangan, kekurangan, atau
kemusnahan. Meningkatkan nilai guna artinya nilai sumber daya manusia dan barang di
tempat tujuan menjadi lebih tinggi bagi kepentingan manusia dan pelaksanaan pembangunan.
Pengangkutan pada pokoknya berfungsi membawa barang-barang yang dirasakan
kurang sempurna bagi pemenuhan kebutuhan ditempat lain dimana barang tersebut menjadi
lebih berguna dan bermanfaat.
Secara umum barang merupakan setiap benda baik yang berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak atau pun tidak bergerak, yang mempunyai banyak tujuan seperti
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Jenis-jenis barang dalam konteks barang muatan dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu:
a. general cargo, yaitu berbagai jenis barang yang dimuat dengan cara pembungkusan/
pengepakan dalam bentuk unit-unit kecil ( peti, koli ).
b. bulk cargo, yaitu satu macam barang dalam jumlah besar yang dimuat dengan cara
mencurahkannya ke dalam kapal atau tanki, misalnya, pengepalan 500.000 barel
minyak mentah, pengangkutan dengan tanki 5.000 liter premium
c. homogenous cargo, yaitu satu macam barang dalam jumlah besar yang dimuat dengan
cara pembungkusan/pengepakan, misalnya, pengepalan 100.000 zak semen.
Di dalam Undang- Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, pengertian pengangkutan penumpang tidak ditemukan. Pasal 1 Angka 10
Undang- Undang No. 14 tahun 1992 hanya menyebutkan pengertian pengguna jasa.
Pengguna jasa adalah setiap orang dan atau badan hukum yang menggunakan jasa
angkutan, baik untuk angkutan orang maupun barang.
Selain itu, juga mengenai orang, dengan adanya pengangkutan maka orang akan
berpindah dari satu tempat yang dituju dengan waktu yang relatif singkat. Pelayanan
pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum terdiri atas pengangkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek dan pengangkutan orang dengan kendaraan
bermotor umum tidak dalam trayek (Pasal 140 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009).
Jenis pelayanan pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek terdiri
atas:
a. Pengangkutan lintas batas negara;
b. Pengangkutan antar kota antar provinsi;
c. Pengangkutan antar kota dalam provinsi;
d. Pengangkutan perkotaan; dan
e. Pengangkutan perdesaan (Pasal 142 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009).
Jenis-jenis Pengangkutan:
a. pengangkutan darat.
Pengangkutan darat dapat dilakukan dengan beberapa jenis yaitu dengan kendaraan bermotor
di jalan raya maupun kereta api. Adapun yang dapat diangkut melalui angkatan darat yaitu
barang dan orang, sedangkan Sifatnya dari pengangkutan darat itu sendiri adalah fleksibel
dan praktis serta tidak banyak formalitasnya. Peraturan pengangkutan barang secara umum
melalui darat di atur dalam :
1) kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), buku I, Bab V, Bagian 2 dan 3,
mulai pasal 90 sampai dengan 98. Dalam bagian ini diatur sekaligus pengangkutan
darat dan pengangkutan perairan darat, tetapi hanya khusus mengenai pengangkutan
barang.
2) peraturan-peraturan khusus lainya, misalnya :
a. S. 1927-262, tentang pengangkutan dengan kereta api;
b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1965 (LN 1965-25), tentang “Lalu-lintas dan
Angkutan Jalan Raya”;
c. S. 1936-451 bsd. PP No. 28 Tahun 1951 (LN 1951-47) yang telah dirubah dan
ditambah dengan pp No. 44 Tahun 1954 (LN 1954-76) dan PP No. 2 Tahun
1964 (LN 1964-5), tentang “Peraturan Lalu-Lintas Jalan.
b. Pengangkutan laut
Pengangkutan laut dapat melintasi lintas batas negara, tetapi peruntukannya lebih luas seperti
ekspor impor minyak, hukum pengangkutan laut itu mempunyai banyak macam dan bidang
yang beraneka warna, tidak hanya dalam hubungan nasional, tetapi juga dalam hubungan
internasional.
Peraturan tentang pengangkutan laut diatur dalam:
1) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Buku II, Bab V, tentang “Perjanjian
carter kapal”;
2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Buku II, Bab VA: tentang
“Pengangkutan Barang-barang”;
3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Buku II, Bab VB: tentang
“Pengangkutan Orang”;
4) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Tentang Angkutan di Perairan.
c. Pengangkutan udara
Pengangkutan udara merupakan sarana transportasi yang mengangkut barang dan penumpang
melalui lalu lintas udara, yang melintasi batas wilayah negara. Pengangkutan udara ini
dengan menggunakan pesawat udara atau pesawat terbang.
Pengangkutan udara dalam Ordonansi Pengangkutan Udara (OPU) dipergunakan suatu istilah
pengangkut sebagai salah satu pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan. Pengangkut
pada pengangkutan udara adalah Perusahaan Pengangkutan Udara yang mendapat izin
operasi dari pemerintah menggunakan pesawat udara sipil dengan memungut bayaran.
Pesawat dalam hal ini sebagai angkutan udara dimana menjadi unsur dalam pengangkutan
yaitu tersedianya alat angkut. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, angkutan udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara
untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu
bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. Sementara itu
perusahaan angkutan udara atau biasa disebut dengan maskapai penerbangan dapat
didefinisikan yaitu sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang
atau barang. Mereka menyewa atau memiliki pesawat terbang untuk menyediakan jasa
tersebut dan dapat membentuk kerja sama atau aliansi dengan maskapai lainnya untuk
keuntungan bersama. Berdasarkan uraian di atas pengangkutan udara adalah orang atau badan
hukum yang mengadakan perjanjian angkutan untuk mengangkut penumpang dengan
pesawat terbang dan dengan menerima suatu imbalan. Pengangkutan udara diatur dengan
undang-undang No 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Angkutan udara diadakan dengan
perjanjian antara pihak pihak. Tiket penumpang atau tiket bagasi merupakan tanda bukti telah
terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya angkutan. yang dimaksud dengan
perjanjian pengangkutan yaitu suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan
aman membawa orang/barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lain
menyanggupi akan membayar ongkosnya.
Peraturan yang mengatur tentang pengangkutan udara diatur dalam :
1) Undang-Undang Nomor 83 Tahun 1958 (LN 1958-159 dan TLN No. 1687, Tentang
“Penerbangan”;
2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;
3) Luchtverkeersverordening (S. 1936-425);
4) Verordening Toezicht Luchtvaart (S. 1936-426);
5) Luchtvaartquarantine Ordonnantie (S. 1939-149, jo S.1939-150);
6) Luchtvervoerordonnantie (S. 1939-100).
Untuk mencapai hasil yang diharapkan serta dapat tercapai fungsi-fungsi
pengangkutan, maka dalam pengangkutan diperlukan beberapa unsur yang memadai berupa:
1. Alat angkutan itu sendiri (operating facilities) Setiap barang atau orang akan diangkut
tentu saja memerlukan alat pengangkutan yang memadai, baik kapasitasnya, besarnya
maupun perlengkapan. Alat pengangkutan yang dimaksud dapat berupa truk, kereta
api, kapal, bis atau pesawat udara. Perlengkapan yang disediakan haruslah sesuai
dengan barang yang diangkut.
2. Fasilitas yang akan dilalui oleh alat-alat pengangkutan (right of way) Fasilitas tersebut
dapat berupa jalan umum, rel kereta api,peraiaran/sungai, Bandar udara, navigasi dan
sebagainya. Jadi apabila fasilitas yang dilalui oleh angkutan tidak tersedia atau
tersedia tidak sempurna maka proses pengangkutan itu sendiri tidak mungkin berjalan
dengan lancar.
3. Tempat persiapan pengangkutan (terminal facilities) Tempat persiapan pengangkutan
ini diperlukan karena suatu kegiatan pengangkutan tidak dapat berjalan dengan efektif
apabila tidak ada terminal yang dipakai sebagai tempat persiapan sebelum dan
sesudah proses pengangkutan dimulai.
4. Selain itu dalam dunia perdagangan pengangkutan memegang peranan yang sangat
penting. Tidak hanya sebagai sarana angkutan yang harus membawa barang-barang
yang diperdagangkan kepada konsumen tetapi juga sebagai alat penentu harga dari
barang-barang tersebut. Karena itu untuk memperlancar usahanya produsen akan
mencari pengangkutan yang berkelanjutan dan biaya pengangkutan yang murah.
Perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain yang diselenggarakan
dengan pengangkutan tersebut harus dilakukan dengan memenuhi beberapa ketentuan yang
tidak dapat ditinggalkan, yaitu harus diselenggarakan dengan aman, selamat, cepat, tidak ada
perubahan bentuk tempat dan waktunya.

Pengangkutan perariran dengan kapal diatur dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008, pelayaran adalah salah
satu kesatuan sistem terdiri atas pengangkutan di perairan, kepelabuhan, keselamaan, dan
keamanan, serta perlindungan linkungan maritim. Pengangkutan di perairan adalah kegiatan
pengangkutan dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan
kapal. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan
tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termask kendaraan yang
berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan
terapung yang tidak berpindah-pindah terdapat dalam Pasal 1 angka 3 dan 36 Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2008.Selain itu, pengangkutan perairan juga diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia, yaitu Buku II Bab V tentang Perjanjian
Carter Kapal: Bab VA tentang Pengangkutan Barang dan Bab V tentang Pengankutan
Penumpang. Peraturan undang-undang dalam KUHD Indonesia masih dinyatakan berlaku,
karena bersifat lex generalis. Karcis penumpa ng dan dokumen pengangkutan di perairan
merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan di perairan antara perusahaan
pengankut perairan dan penumpang atau pemilik barang, dengan pembayaran biaya
pengangkutan. Dokumen pengangkutan barang pada pengangkutan di perairan disebut
konosemen (bill of landing). Karcis penumpang diteritkan atas nama, sedangkan konosemen
dapat diterbitkan atas nama (on name), atas tunjuk (to bearer), atau atas pengganti (to order).
Dengan demikian, konosemen (bill of landing) dapat diperjualbelikan dan digolongan sebagai
surat berharga.
Berdasarkan Pasal 6 UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, angkutan di perairan terdiri
atas: Angkutan Laut, Angkutan Sungai dan Danau, dan Angkutan Penyeberangan.
1) Angkutan laut: Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya
melayani kegiatan angkutan laut.
2) Angkutan sungai dan danau: Angkutan sungai, danau dan penyeberangan merupakan
istilah yang terdiri dari dua aspek yaitu angkutan sungai dan danau atau ASD dan angkutan
penyeberangan Istilah ASDP ini merujuk pada sebuah jenis moda atau jenis angkutan dimana
suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda angkutan darat (jalan raya), moda
angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa (yang mungkin belum
dikenal luas), moda angkutan laut dan moda ASDP.
Angkutan perairan daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain dari
angkutan sungai dan danau (ASD). Jenis angkutan ini telah lama dikenal oleh manusia
bahkan terbilang tradisional.
Sebelum menggunakan angkutan jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi,
manusia telah memanfaatkan sungai untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga
di Indonesia, sungai merupakan wilayah favorit sehingga banyak sekali pusat pemukiman,
ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti Palembang.
Angkutan perairan daratan merupakan sebuah istilah yang diserap dari bahasa Inggris yaitu
Inland Waterways atau juga dalam bahasa Perancis yaitu Navigation d’Interieure atau juga
voies navigable yang memiliki makna yang sama yaitu pelayaran atau aktivitas angkutan
yang berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti sungai, danau, dan
kanal.
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, terutama
pada Pasal 1, dijelaskan bahwa angkutan perairan daratan yang juga dikenal sebagai angkutan
sungai dan danau (ASD) adalah meliputi angkutan di waduk, rawa, banjir, kanal, dan terusan.
Di Indonesia, angkutan perairan daratan merupakan bagian dari sub sistem perhubungan darat
dalam sistem transportasi nasional.
Moda angkutan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai prasarana utamanya
namun perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah Perhubungan, istilah perairan
daratan didefinisikan sebagai semua perairan danau, terusan dan sepanjang sungai dari hulu
dari hulu sampai dengan muara sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan
tentang wilayah perairan daratan.

Perairan pedalaman mempunyai empat karakteristik utama:

1. Perairan pedalaman merupakan koridor yang mencakup beberapa wilayah


kabupaten/kota bahkan propinsi, sehingga langkah yang diambil oleh daerah yang
satu dengan daerah lainnya harus terkoordinasi dengan baik.
2. Terminal/dermaga dibutuhkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang atau
barang untuk selanjutnya dengan moda jalan disalurkan dengan tujuan akhir.
3. Rute yang dilalui biasanya tunggal, kecuali bila dari satu sungai dengan sungai
lainnya terhubungkan dengan Anjir seperti yang terdapat di Kalimantan Tengah
dengan Kalimantan Selatan.
4. Pengendalian navigasi perlu dikendalikan bila lintas alur pelayaran pedalaman ini
digunakan untuk berbagai keperluan, angkutan barang, penumpang dan wisata.
Untuk mendapatkan suatu sistem tranportasi perairan pedalaman yang baik, perlu dilakukan
perawatan, pengendalian dan pengaturan dan bila diperlukan dengan menetapkan tarip untuk
penggunaan alur pelayaran seperti yang dilakukan di Ambang Barito.

Anda mungkin juga menyukai