Anda di halaman 1dari 62

Hukum

Click icon to add picture Transportasi


S YA H R U L Q I R A M . S H . M H .
FR

Kontrak Kuliah
FR
Manfaat Mata Kuliah
• Mahasiswa mampu memahami dan menganalisis fakta serta
menerapkan peraturan-peraturan maupun pandangan-pandangan para
ahli yang terkait dengan seluruh kegiatan pengangkutan.
• Mahasiswa mampu menjelaskan fakta tentang kegiatan pengangkutan
darat, laut dan udara serta menerapkan peraturan perundangan yang
terkait dengan masing-masing moda.
FR
Tujuan Mata Kuliah
1. Secara umum:
a. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang prinsip-prinsip hukum
pengangkutan karena pengangkutan merupakan bidang kegiatan vital dalam kehidupan
suatu masyarakat dan negara.
b. Memberikan pemahaman tentang pengaruh berbagai faktor baik geografis dan kesediaan
teknologi dan SDM dalam pelaksanaan dan penerapan peraturan perundangan tentang
pengangkutan.
2. Secara khusus:
Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan prinsip-
prinsip atau asas-asas hukum yang berkaitan dengan pengankutan.
Diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi atau menilai dan memecahkan persoalan-persoalan
yang timbul dalam praktik yang berkaitan dengan kegiatan bisnis pengangkutan.

Add a footer 4
FR
Hasil yang Diharapkan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian pengangkutan, Pengangkut, dan
Perjanjian Pengangkutan, Pengaturan Pengangkutan, Asas Hukum Pengangkutan,
Aspek-Aspek Dalam Pengangkutan.
2. Mahasiswa dapat memahami perusahaan penunjang Pengangkutan, seperti:
Perusahaan Ekspedisi Muatan, Agen Perjalanan, Agen Pelayaran, Perusahaan
Bongkar Muat (PBM).
3. Mahasiswa dapat memahami angkutan darat: bis dan kereta api.
4. Mahasiswa dapat memahami angkutan laut.
5. Mahasiswa dapat memahami angkutan udara.
6. Mahasiswa dapat memahami angkutan multimoda.

Ruth Hanna Simatupang 5


FR
Materi
I. Umum:
1. Pengertian Pengangkutan, Pengangkut, dan Perjanjian Pengangkutan
2. Pengaturan Pengangkutan
3. Asas Hukum Pengangkutan
4. Aspek-Aspek Dalam Pengangkutan
II. Perusahaan Penunjang Pengangkutan:
1. Perusahaan Ekspedisi Muatan
2. Agen Perjalanan
3. Agen Pelayaran
4. Perusahaan Bongkar Muat (PBM)
Add a footer 6
III. Angkutan Darat: FR
1. Angkutan Jalan Umum:
a. Pengaturan Angkutan Melalui Jalan Umum
b. Perizinan Angkutan Melalui Jalan Umum
c. Alat Angkutan Melalui Jalan Umum
d. Dokumen Angkutan Melalui Jalan Umum
e. Tanggung Jawab Pengangkut Melalui Jalan Umum
2. Angkutan Kereta Api:
a. Pengaturan Angkutan Kereta Api
b. Perizinan Angkutan Kereta Api
c. Dokumen Angkutan Kereta Api
d. Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Angkutan Kereta Api

Add a footer 7
IV. Angkutan Laut: FR
1. Pengaturan Angkutan Di Perairan
2. Jenis Angkutan Di Perairan:
a. Angkutan Laut
b. Angkutan Sungai Dan Danau
c. Angkutan Penyeberangan
3. Perizinan Angkutan Di Perairan
4. Alat Angkutan Di Perairan
5. Dokumen Angkutan Di Perairan
6. Tanggung Jawab Pengangkut Di Perairan

Add a footer 8
V. Angkutan Udara: FR
1. Pengaturan Angkutan Udara
2. Perizinan Angkutan Udara
3. Alat Angkutan Udara
4. Dokumen Angkutan Udara
5. Tanggung Jawab Pengangkut Udara
VI. Angkutan Multimoda:
1. Pengertian Angkutan Multi Moda
2. Pengaturan Angkutan Multi Moda
3. Asas Dan Tujuan Angkutan Multi Moda
4. Manfaat Angkutan Multi Moda
5. Dokumen Angkutan Multi Moda
6. Tanggung Jawab Dalam Pengangkutan Multi Moda
Add a footer 9
FR
Metode Perkuliahan
1. Perkuliahan dilakukan dengan cara daring selama 4 kali pertemuan;
2. Perkuliahan dilakukan dengan menggunakan cara:
a. Pemberian kuliah daring selama 4 kali;
b. Tutorial dilakukan dalam minggu ke 1, 2, 4, 5
c. Ujian Tengah Semester berlangsung pada minggu ke 3
d. Ujian Akhir Semester berlangsung pada minggu ke 6

Add a footer 10
Pendahuluan

Add a footer 11
FR

• Peranan pengangkutan dalam dunia perdagangan bersifat mutlak, tanpa


pengangkutan perusahaan apapun tidak dapat berkegiatan.
• salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban
suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan
maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam
kegiatan pengangkutan.
• Fungsi pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud meningkatkan daya
guna dan nilai.
Click icon to add picture
Istilah & Definisi
FR
Peristilahan
• Istilah ”Pengangkutan” berasal dari kata ”angkut” yang berarti
”mengangkut dan membawa”
• Istilah ”pengangkutan” dapat diartikan sebagai ”pembawaan
barang-barang atau orang-orang (penumpang)”.
• Kata transportasi merupakan bahasa latin:
transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain,
dan portare berarti mengangkut atau membawa. Transportasi
berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain
atau dari suatu tempat ke tempat lainnya.
FR
Pendapat Para Ahli
1. H.M.N Purwosutjipto:
“Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan
tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar
uang angkutan”.
2. Abdulkadir Muhammad:
Istilah ”pengangkutan” meliputi tiga dimensi pokok yaitu:
a. pengangkutan sebagai usaha (business);
b. pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan
c. pengangkutan sebagai proses (process).
Add a footer 15
Pengangkutan sebagai usaha ciri-cirinya adalah: FR
1. Berdasarkan suatu perjanjian;
2. Kegiatan ekonomi di bidang jasa;
3. Berbentuk perusahaan;
4. Menggunakan alat angkut mekanik.
Pengangkutan sebagai perjanjian umumnya bersifat lisan (tidak tertulis)
tetapi selalu didukung dengan dokumen angkutan. Perjanjian pengangkutan dapat
dibuat tertulis yang disebut perjanjian carter, contohnya : carter pesawat untuk
pengangkutan jemaah haji, carter kapal untuk pengangkutan barang /logistik.
Pengangkutan sebagai suatu proses mengandung makna sebagai serangkaian
perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian dibawa menuju
tempat yang telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat
tujuan.

Add a footer 16
3. Hasim Purba:
FR
Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari suatu
tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat, angkutan perairan maupun
angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.
Pengangkutan merupakan suatu kegiatan dengan maksud memindahkan barang-
barang atau penumpang (orang) dari tempat asal ke suatu tempat tujuan tertentu.
4. Ridwan Khairindy:
Pengangkutan merupakan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan. Ada beberapa unsur pengangkutan, yaitu sebagai berikut:
a. adanya sesuatu yang diangkut;
b. tersedianya kendaraan sebagai alat angkut;
c. ada tempat yang dapat dilalui alat angkut.

Add a footer 17
FR

5. Soegijatna Tjakranegara:
Pengangkutan adalah memindahkan barang atau commodity of goods dan
penumpang dari suatu tempat ketempat lain. Pengangkut menghasilkan jasa
angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan untuk
memindahkan atau mengirim barang-barangnya.

Kesimpulan: (kursif penyusun)


Hukum pengangkutan adalah kumpulan peraturan yang mengatur segala proses
pemindahan orang dan barang dari suatu daerah/wilayah asal ke daerah/wilayah
tujuan yang dilakukan dengan moda angkutan darat/laut atau udara.

Add a footer 18
FR

Menurut Abdulkadir Muhammad aspek-aspek yang terdapat dalam definisi


pengangkutan, antara lain:
a. Pelaku: orang yang melakukan pengangkutan. Pelaku ini berupa badan usaha,
seperti perusahaan pengangkutan. Dan ada pula yang berupa manusia pribadi,
seperti buruh pengangkutan pelabuhan.
b. Alat Pengangkutan: alat yang didigunakan untuk menyelanggarakan
pengangkutan. Alat ini digerakan secara mekanik dan memenuhi syarat Undang-
undang, seperti kendaraan bermotor, kapal laut, dan lain-lain.
c. Barang atau Pengangkutan: muatan yang diangkut. Barang perdagangan yang sah
menurut Undang-undang, dalam pengertian barang juga termasuk hewan.

Add a footer 19
FR

4. Perbuatan: kegiatan pengangkutan barang atau orang sejak pemuatan hingga


proses penurunan orang/barang di tujuan.
5. Fungsi Pengangkutan: meningkatkan penggunaan dan nilai barang atau
penumpang (tenaga kerja).
6. Tujuan Pengangkutan: sampai ditempat tujuan yang ditentukan dengan
selamat dan biaya pengangkutan lunas.

Add a footer 20
Click icon to add picture
Sumber Hukum

Add a footer 21
FR
Sumber Hukum
I. Kitab UU Hukum Dagang:
1. Buku 1 Bab V Bagian 2 dan 3, Pasal 90 - 98 tentang Pengangkutan Darat dan
Pengangkutan Perairan Darat;
2. Buku II Bab V Pasal 453 sampai dengan Pasal 465 tentang Pencarteran Kapal,
Buku II Bab V A Pasal 466 sampai dengan Pasal 520 Tentang Pengangkutan
Barang, dan Buku II Bab V B Pasal 521 - Pasal 544a Tentang Pengangkutan
Orang;
3. Buku I Bab V Bagian II Pasal 86 - 90 tentang Kedudukan Para Ekspeditur
Sebagai Pengusaha Perantara;
4. Buku I Bab XIII Pasal 748 - 754 tentang Kapal-Kapal yang melalui perairan
darat.

Add a footer 22
FR
Angkutan Darat
II. Peraturan Perundangan:
1. KUH Dagang, Pasal 91 - 98 tentang Surat angkutan dan tentang pengangkut
dan juragan perahu melalui sungai dan perairan darat;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan yang diubah dengan UU No. 9 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

Add a footer 23
FR
Angkutan Laut
III. Peraturan Perundangan:
1. KUH Dagang:
1.1. Buku II Bab V tentang perjanjian carter kapal;
1.2. Buku II Bab VA tentang Tentang Pengangkutan barang-barang;
1.3. Buku II Bab V B tentang Pengangkutan Orang.
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1992 tentang Pelayaran
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang kepelabuhan
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan dan Penguasaan Angkutan Laut.

Add a footer 24
FR
Angkutan Udara
IV. Peraturan Perundangan:
1. UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
2. Peraturan Pemerintah No.

Add a footer 25
FR
Konvensi Internasional
1. Konvensi Warsawa (Warsaw Convention) 1929;
2. Konvensi Jenewa (Geneva Convention);
3. Konvensi Roma (Rome Convention) 1952;
4. Protocol The Hague 1955;
5. Konvensi Guadalajara 1961;
6. Protokol Guatemala.

TUGAS LATIHAN:
Tuliskan isi dari masing-masing konvensi tersebut di atas bagi pengangkutan udara.

Add a footer 26
Click icon to add picture
Klasifikasi

Add a footer 27
FR
Klasifikasi Pengangkutan
I. Dari segi jenis yang diangkut:
1. Angkutan orang;
2. Angkutan barang;
3. Angkutan pos.
II. Dari segi geografis:
1. Angkutan antar benua
2. Angkutan antar kontinental
3. Angkutan antar pulau
4. Angkutan antar kota
5. Angkutan antar daerah
6. Angkutan dalam kota.
Add a footer 28
FR

III. Angkutan berdasarkan teknik pengangkutan:


1. Angkutan jalan raya atau highway transportation (road transportation):
pengangkutan menggunakan truk, bis dan sedan;
2. Pengangkutan berbasis rel (rail transportation): angkutan kereta api, MRT, LRT
dan sebagainya. Pengangkutan jalan raya dan pengangkutan rel kadang-
kadang keduanya digabung dalam golongan yang disebut rail and road
transportation atau land transportation (angkutan darat);
3. Pengangkutan air di pedalaman (inland transportation):
pengangkutan sungai, kanal, danau dan sebagainya;
4. Pengangkutan pipa (pipe line transportation): transportasi untuk
mengangkut atau mengalirkan minyak tanah, bensin dan air minum;

Add a footer 29
FR

5. Pengangkutan laut atau samudera (ocean transportation): angkutan


menggunakan kapal laut mengarungi samudera;
6. Pengangkutan udara (transportation by air atau air transportation):
pengangkutan yang menggunakan pesawat udara melalui rute udara.

Add a footer 30
Sejarah Alat
Pengangkutan

Add a footer 31
FR
Sejarah Pengangkutan
Dari berbagai data dan sumber diketahui bahwa perkembangan moda transportasi
dari zaman ke zaman dimulai dari penemuan roda pada kisaran 3500 tahun sebelum
masehi (SM).
Penemuan tersebut merupakan cikal bakal transportasi modern saat ini.
Pada tahun yang sama manusia juga mengembangkan kapal laut pertama kali.
Perkembangan moda transportasi mengalami percepatan yang luar biasa dimana
Leonardo da Vinci merancang berbagai alat angkutan udara atau pesawat udara pada
tahun 1492.
Penemuan tersebut juga diikuti oleh Cornelis Drebbel yang membuat kapal selam
pertama, pada sekitar tahun 1620. Pada tahun 1662 Blaise Pascal, menciptakan bis
angkutan umum pertama yang menggunakan kuda sebagai hewan penariknya.

Add a footer 32
FR

Sekitar tahun 1769, ditemukan kendaraan roda empat pertama yang digerakkan
dengan mesin uap.
Tahun 1783 juga ditemukan kapal laut yang menggunakan uap yang merupakan hasil
pengembangan oleh Marquis Claude Francois de Jouffroy d'Abbans.
Tahun 1801, lokomotif uap pertama ditemukan oleh Richard Trevithick yang kemudian
disempurnakan oleh George Stephensen.
Tahun 1879 masyarakat mulai mengenal kereta api listrik oleh yang Werner von
Siemens.
Tahun 1899 pesawat balon udara pertama berhasil diterbangkan oleh Ferdinan von
Zeppelin. Disusul dengan Orville and Wilbur Wright bersaudara yang berhasil
membuat pesawat udara pertama, pada tanggal 17 Desember 1903.

Add a footer 33
Fungsi Pengangkutan

Add a footer 34
FR

Pengangkutan memberi nilai kepada barang yang diangkut, nilai yang diberikan:
1. Nilai tempat (place utility):
Mengandung pengertian bahwa dengan adanya pengangkutan berarti terjadi
perpindahan barang dari suatu tempat, di mana barang tadi dirasakan kurang
berguna atau bermanfaat di tempat asal, akan tetapi setelah
adanya pengangkutan nilai barang tersebut bertambah, bermanfaat dan memiliki
nilai guna bagi manusia.
2. Nilai waktu (time utility):
Berarti suatu perpindahan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dimana
barang tersebut lebih diperlukan tepat pada waktunya.

Add a footer 35
Peran Pengangkutan Dalam Sektor FR
Ekonomi
1. Berperan dalam hal ketersediaan barang (availability of goods);
2. Stabilisasi dan penyamaan harga (stabilization and equalization);
3. Penurunan harga (price reduction);
4. Meningkatkan nilai tanah (land value);
5. Terjadinya spesialisasi antar wilayah (territorial division of labour);
6. Berkembangnya usaha skala besar (large scale production);
7. Terjadinya urbanisasi dan konsentrasi penduduk (urbanization and
population concentration) dalam kehidupan.

Add a footer 36
Asas-Asas Hukum
Pengangkutan

Add a footer 37
FR
Asas Hukum Pengangkutan
• Dalam hukum pengangkutan terdapat 2 asas hukum, yaitu yang bersifat publik dan
yang bersifat perdata.
• Asas yang bersifat publik merupakan landasan hukum pengangkutan yang berlaku
dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak dalam pengangkutan, pihak ketiga
yang berkepentingan dengan pengangkutan, dan pihak pemerintah.
• Asas-asas yang bersifat publik biasanya terdapat di dalam penjelasan undang-
undang yang mengatur tentang pengangkutan.
• Asas-asas yang bersifat perdata merupakan landasan hukum pengangkutan yang
hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan niaga, yaitu
pengangkut dan penumpang atau pengirim barang.

Add a footer 38
FR
Asas Publik
1. Asas manfaat yaitu, bahwa penerbangan harus dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan perikehidupan yang
berkesinambungan bagi warga negara, serta upaya peningkatan pertahanan dan keamanan
negara;
2. Asas usaha bersama dan kekeluargaan yaitu, bahwa penyelenggaraan usaha di bidang
penerbangan dilaksanakan untuk mencapai cita-cita dan aspirasi bangsa yang dalam kegiatannya
dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan;
3. Asas adil dan merata yaitu, bahwa penyelenggaraan penerbangan harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau
oleh masyarakat;
4. Asas keseimbangan yaitu, bahwa penerbangan harus diselenggarakan sedemikian rupa sehingga
terdapat keseimbangan yang serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna
dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional
dan internasional;

Add a footer 39
5. Asas kepentingan umum yaitu, bahwa penyelenggaraan penerbangan FR
harus mengutamakan kepentingan pelayanan umum bagi masyarakat luas;
6. Asas keterpaduan yaitu, bahwa penerbangan harus merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi baik intra maupun
antar modal transportasi;
7. Asas kesadaran hukum yaitu, bahwa mewajibkan kepada pemerintah untuk
menegakkan dan menjamin kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap
warga negara Indonesia untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam
penyelenggaraan penerbangan;
8. Asas percaya pada diri sendiri yaitu, bahwa penerbangan harus berlandaskan
pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan
kepada kepribadian bangsa.
9. Asas keselamatan Penumpang, yaitu bahwa setiap penyelenggaraan
pengangkutan penumpang harus disertai dengan asuransi kecelakaan

Add a footer 40
FR
Asas Perdata
1. Asas konsensual yaitu, perjanjian pengangkutan tidak diharuskan dalam
bentuk tertulis, sudah cukup dengan kesepakatan pihak-pihak. Akan tetapi,
untuk menyatakan bahwa perjanjian itu sudah terjadi atau sudaha ada harus
dibuktikan dengan atau didukung dengan dokumen pengangkutan;
2. Asas Koordinatif yaitu, pihak-pihak dalam pengangkutan mempunyai
kedudukan yang setara atau sejajar, tidak ada pihak yang mengatasi atau
membawahi yang lain. Meskipun pengangkut menyediakan jasa dan
melaksanakan perintah penumpang atau pengirim barang, pengangkut bukan
bawahan penumpang atau pengirim barang. Pengangkut merupakan salah satu
bentuk pemberian kuasa.

Add a footer 41
FR

3. Asas campuran yaitu, pengangkutan merupakan campuran dari 3 jenis perjanjian:


a. pemberian kuasa,
b. peyimpanan barang; dan
c. melakukan pekerjaan dari pengirim kepada pengangkut. Ketentuan ketiga jenis
perjanjian ini berlaku pada pengangkutan, kecuali jika ditentukan lain dalam
perjanjian pengangkutan.
4. Asas pembuktian dengan dokumen yaitu, setiap pengangkutan selalu
dibuktikan dengan dokumen angkutan, tidak ada dokumen pengangkutan berarti
tidak ada perjanjian pengangkutan, kecuali jika kebiasaan yang sudah berlaku
umum, misalnya pengangkutan untuk jarak dekat biasanya tidak ada dokumen
atau tiket penumpang, contohnya angkutan dalam kota.

Add a footer 42
Click icon to add picture
Para Pihak

Add a footer 43
FR
Pihak-Pihak Dalam Pengangkutan
1. Pengangkut:
Dalam perjanjian pengangkutan barang, pihak pengangkut adalah pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan, barang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif angkutan sesuai yang telah diperjanjikan.
Dalam perjanjian pengangkutan penumpang, pihak pengangkut yakni pihak yang
berkewajiban memberikan pelayanan jasa angkutan penumpang dan berhak atas
penerimaan pembayaran tarif (ongkos) angkutan sesuai yang telah ditetapkan.
2. Pengirim:
Pengirim adalah pihak yang mengikatkan diri untuk membayar pengangkutan
barang dan atas dasar itu dia berhak memperoleh pelayanan pengangkutan
barang dari pengangkut. Dalam bahasa Inggris, pengirim disebut consigner,
khusus pada pengangkutan perairan pengangkut disebut shipper.
Add a footer 44
FR

3. Penumpang:
Penumpang adalah pihak yang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan
penumpang dan berkewajiban untuk membayar tarif (ongkos) angkutan sesuai
yang ditetapkan.59 Menurut perjanjian pengangkutan, penumpang mempunyai
dua status, yaitu sebagai subjek karena dia adalah pihak dalam perjanjian dan
sebagai objek karena dia adalah muatan yang diangkut. Kenyataan menunjukkan
bahwa anak-anak dapat membuat perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan kebiasaan, anak-anak mengadakan
perjanjian pengangkutan itu sudah mendapat restu dari pihak orang tua tau
walinya. Berdasarkan kebiasaan itu juga pihak pegangkut sudah memaklumi hal
tersebut. Jadi yang bertanggung jawab adalah orang tua atau wali yang mewakili
anak-anak itu. Hal ini bukan menyimpangi undang-undang, bahkan sesuai dengan
undang-undang dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat
Add a footer 45
FR

4. Penerima:
Pihak penerima adalah dapat pihak pengirim maupun pihak yang menerima.
Dalam perjanjian pengangkutan, penerima mungkin pengirim sendiri, mungkin
juga pihak ketiga yang berkepentingan. Dalam hal penerima adalah pengirim,
maka penerima adalah pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam penerima
adalah pihak ketiga yang berkepentingan, penerima bukan pihak dalam perjanjian
pengangkutan, melainkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan atas barang
kiriman, tetapi tergolong juga sebagai subjek hukum pengangkutan. Adapun
kriteria penerima menurut perjanjian, yaitu:
a. perusahaan atau perorangan yang memperoleh hak dari pengirim barang;
b. dibuktikan dengan penguasaan dokumen pengangkutan;
c. membayar atau tanpa membayar biaya pengangkutan
Add a footer 46
FR

5. Ekspeditur:
Dalam perjanjian pengangkutan barang, dikenal sebagai cargo forwarder.
Ekspeditur digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan pengirim atau pengangkut atau penerima
barang.
Ekspeditur berfungsi sebagai pengantara dalam perjanjian pengangkutan yang
bertindak atas nama pengirim. Pengusaha transport seperti ekspeditur bekerja
dalam lapangan pengangkutan barang-barang namun dalam hal ini ia sendirilah
yang bertindak sebagai pihak pengangkut.

Add a footer 47
FR

6. Agen Perjalanan:
Agen perjalanan digolongkan sebagai subjek hukum pengangkutan karena
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengangkut, yaitu perusahaan
pengangkutan penumpang.
Agen perjalanan berfungsi sebagai agen (wakil) dalam perjanjian keagenan
(agency agreement) yang bertindak untuk dan atas nama pengangkut.
Agen perjalanan adalah perusahaan yang kegiatan usahanya mencarikan
penumpang bagi perusahaan pengangkutan kereta api, kendaraan umum, kapal,
atau pesawat udara

Add a footer 48
FR

7. Pengusaha Muat Bongkar (stevedoring):


Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal mempunyai kedudukan yang
penting untuk keselamatan dan keamanan barang yang dibongkar muat dari dan
ke pelabuhan.
Menurut Pasal 1 butir 16 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 pengusaha
muat bongkar adalah ”kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat
barang dan/atau hewan dari dan ke kapal”.
Perusahaan tsb memiliki tenaga ahli yang pandai menempatkan barang di dalam
ruang kapal yang terbatas itu sesuai dengan sifat barang, ventilasi yang
diperlukan, dan tidak mudah bergerak/bergeser. Demikian juga ketika
membongkar barang dari kapal diperlukan keahlian sehingga barang yang dapat
dibongkar dengan mudah, efisien, dan tidak menimbulkan kerusakan

Add a footer 49
FR

8. Pengusaha Pergudangan:
Menurut Pasal 1 alinea kedua Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1969,
pengusaha pergudangan adalah ”perusahaan yang bergerak di bidang jenis jasa
penyimpanan barang di dalam gudang pelabuhan selama barang yang
bersangkutan menunggu pemuatan ke dalam kapal atau penunggu pemuatan ke
dalam kapal atau menunggu pengeluarannya dari gudang pelabuhan yang berada
di bawah pengawasan Dinas Bea dan Cukai”.

Add a footer 50
Perjanjian
Pengangkutan

Add a footer 51
FR
Pengertian
1. Soemarti Hartono:
Perjanian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu ke
lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan membayar
ongkos.
2. Abdul Kadir Muhammad: '
Perjanjian Pengangkutan adalah persetujuan dengan mana pengangkut
menyediakan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau
atau penumpang dari satu tempat ketempat tujuan dengan sejamat, dan
pengirim atau penumpang mengikatkan diriuntuk membayar biaya
pengangkutan
Add a footer 52
FR
Asas Perjanjian
1. Asas konsensual
Asas ini tidak mensyaratkan bentuk perjanjian pengangkutan secara tertulis,
sudah cukup apabila ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak
2. Asas koodinasi
Asas ini mensyaratkan kedudukan yang sejajar antara pihak dalam perjanjian
pengangkutan. Walaupun perjanjian pengangkutan merupakan "pelayanan jasa",
asas subordinasi antara buruh dan majikan pada perjanjian perburuhan tidak
berlaku pada peranjian pengangkutan.

Add a footer 53
FR

3. Asas Campuran
Perjanjian Pengangkutan merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian yaitu
pemberian kuasa dari pengirim kepada pengangkut, penyimpanan barang dari
pengirim kepada pengangkut, dan melakukan pekerjaan pengangkutan. Dengan
demikian, ketentuan dari 3 jenis perjanjian itu berlaku jika dalam perjanjian
Pengangkutan, kecuali jika perjanjian pengangkutan mengatur lain.
4. Asas tidak ada hak retensi
Penggunaan hak retensi dalam peijanjian pengangkutan tidak dibenarkan.
Penggunaan hak retensi itu bertentangan dengan fungsi dan tujuan
pengangkutan.

Add a footer 54
FR

• Sifat Perjanjian Pengangkutan:


Dalam perjanjian pengangkutan, kedudukan para pihak, yaitu pengangkut dan
pengirim sama tinggi.
• Berakhirnya perjanjian pengangkutan:
1. Dalam keadaan tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka
perbuatan yang dijadikan ukuran ialah saat penyerahan dan pembayaran biaya
pengangkuan ditempat tujuan yang disepakati. siapa yang bertanggung jawab
dan berapa besar;
2. Dalam keadaan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka perbuatan
yang dijadikan ukuran ialah pemberesan kewajiban membayar ganti kerugian.

Add a footer 55
Daftar Pustaka

Add a footer 56
FR
Daftar Pustaka
1. Abdulkadir Muhammad, 2008,Hukum Pengangkutan Niaga, PT.Citra Aditya Bhakti,
bandung.
2. Purwosutjipto,H.M.N.,1994, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Hukum
pengangkutan, Jambatan ,Jakarta.
3. ------, 1995, Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat, Jambatan, jakarta.
4. Sudjatmiko, F.D.C., 1990, Pokok Pokok Pelayaran Niaga,Bhratara Karya Aksara,
Jakarta.
5. Suherman, E.,1989, Masalah Tanggung Jawab Pada charter Pesawat Udara dan
Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang penerbangan, Alumni, Bandung.
6. Suyono, R.P., 2005,Shipping: Pengangkutan Intermoda Ekspor impor Melalui
Laut,Penerbit PPM,Jakarta.
7. Wiradipradja,Saefullah, E., 1989,Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum
Pengangkutan Udara Internasional dan Nasional, Liberty, Yogyakarta.
57
8. Soekardono,R.,1981, Hukum Dagang Indonesia,Jilid II, Bagian Pertama, Rajawali FR
Pers,Jakarta.
9. Sapto Sardjono, 1985, Hukum Dagang Laut Bagi Indonesia, Simplex, Jakarta.
10. Soekardono,R., 1981, Hukum Perkapalan Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta.
11. Mieke Komar Kantaatmadja, 1984, Berbagai Masalah Hukum Udara Dan Angkasa,
Remadja karya, Bandung.
12. Wiwoho Soedjono, 1987, Hukum Perjanjian Kerja Laut, Bina Aksara, Jakarta.
13. -------, 1988, Prinisip-Prinsip Umum Pertanggungjawaban Pengangkut (General
Principles Regarding The Carriers Liability), Bahan Penataran Nasional Hukum
Asuransi Kerja Sama Indonesia Belanda, Yogyakarta.
14. -------, 1988, Pengangkutan Laut (Marine Transport) Berdasarkan The Hague Rules,
Bahan Penataran Hukum Asuransi Kerja Sama Indonesia Belanda, Yogyakarta.
15. Jenny Barmawi, 1988, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Pengangkutan Barang
Melalui Lautan, Bahan Penataran Nasional Hukum Asuransi Kerja Sama Indonesia
Belanda, Yogyakarta.
Add a footer 58
FR

16. ------, 1988, Tanggung Jawab Pengangkut Berdasarkan The Hague Rules , Bahan
Penataran Nasional Hukum Asuransi Kerja Sama Indonesia Belanda, Yogyakarta.
17. Kartasapoetra.G.,Roekasih.E., 1981, Segi Segi Hukum Dalam Charter dan Asuransi
Angkutan Udara, Armico, Bandung.
18. Kartasapoetra.G.,Dannie.R., 1982, Segi Segi Hukum Dalam Masalah Charter Kapal
dan Asuransi Laut, Armico,Bandung.
19. Purba, Radiks, 1991, Carter kapal,Bhratara Karya Aksara, Jakarta

Add a footer 59
FR
Daftar Peraturan
1. Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No. 1.
2. Undang Undang Republik Indonesia no. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No.64.
3. Undang Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 5025.
4. Undang Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang Perkretaapian,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 65.
5. Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan Di
Perairan.
6. Kitab Undang Undang Hukum Dagang, Terjemahan Subekti,R., dan
Tjitrosudibio,R.,Pradnya Paramita, Jakarta.
Add a footer 60
FR

7. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer),2008,Terjemahan Subekti dan


Tjitrosudibio, Pradnya Paramita, Jakarta.
8. Ordonansi pengangkutan Udara (luchtvervoer Ordonantie – Staatsblad 1939 No.
100.
9. The Hague Rules 1924, International Convention For The Unification Of Certain
Rules Relating To Bill Of Lading, Signed At Brussels On 25 August 1924 (Yang
dirubah dan ditambah dengan protokol tanggal 23 Pebruari 1968 di Brussels).
10. United Nations Convention On The Carriage Of Goods By Sea, 1978.

Add a footer 61
Thank You.

Anda mungkin juga menyukai