Anda di halaman 1dari 7

Hukum Pengangkutan

Pertanyaan:
1. Sebutkan beberapa macam pengangkutan dengan dasar hukum yang ada (dalam
KUHD maupun di luar KUHD) jelaskan serta berikan contoh !
2. Apakah yang menjadi kewajiban dan hak pengangkut dan pengirim serta larangan apa
saja yang dapat di terapkan pada perjanjian pengangkutan di Indonesia?.. jelaskan
3. Apa yang sdr ketahui tentang pengangkutan khususnya angkutan laut serta apa
tujuannya?.. jelaskan serta berikan contoh!

Jawaban:
1. Jenis- jenis Pengangkutan dan peraturan Dalam dunia perdagangan ada tiga jenis
pengangkutan antara lain :
a) Pengangkutan melalui darat yang diatur dalam :
1. KUHD, Buku I, Bab V, Bagian 2 dan 3, mulai pasal 90-98.
2. Peraturan khusus lainnya, misalnya, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992
tentang Perkeretaapian. Dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya.
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1989 tentang Telekomunikasi.
b) Pengangkutan melalui laut Jenis pengangkutan ini diatur dalam :
1. KUHD, Buku II, Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal.
2. KUHD, Buku II, Bab V A tentang pengangkutan barang-barang.
3. KUHD, Buku II, Bab VB tentang pengangkutan orang.
4. Peraturan-peraturan khusus lainnya
c) Pengangkutan udara Jenis pengangkutan udara diatur dalam :
1. S. 1939 Nomor 100 ( Luchtvervoerordonnatie ).
2. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang penerbangan. Undang-
Undang 23/2007 Perkeretaapian :
a) Pasal 1 butir 17: Penyelenggara sarana perkeretaapian adalah badan usaha
yang menyelenggarakan sarana perkeretaapian umum.
b) Pasal 1 butir 9: Sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat
bergerak di atas rel.
3. UU 17/2008 Ttg Pelayaran:
UU Pelayaran tidak memberikan pengertian apa

1
yang dimaksud dengan pengangkut, tapi memberikan pengertian kegiatannya,
yaitu :
Pasal 1 Butir 3: angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau
memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.
4. UU 1/2009 Ttg Penerbangan
Pasal 1 Butir 26: Pengangkut adalah badan usaha angkutan udara niaga,
pemegang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga yang melakukan kegiatan
angkutan udara niaga berdasarkan ketentuan undang-undang ini, dan/atau
badan usaha selain badan usaha angkutan udara niaga yang membuat kontrak
perjanjian angkutan udara niaga.
5. UU 22/2009 Ttg Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :
Pasal butir 21: Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang
menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan
Bermotor Umum.

2. Tanggung Jawab Pengangkut:


Menurut KUHDagang dalam Pengangkutan Barang, kewajibannya adalah:
1) Menjaga keselamatan barang sejak diterimanya dan menyerahkannya;
2) Memberi ganti rugi atas sebagaian atau keseluruhan yang rusak, hilang dsb.
3) Bertanggung jawab atas penggunaan barang yang diangkut oleh pekerja selama
dalam pengangkutan (Ps 468 dst).

Hak Pengangkut dalam Pengangkutan Barang:


1) Pengangkut mempunyai hak atas ganti rugi yang diderita karena tidak diserahkan
kepadanya sebagaimana mestinya surat-surat yang menjadi syarat untuk
mengangkut barang itu. (Ps 478).
2) Pasal 479: Pengangkut mempunyai hak atas penggantian kerugian yang
dideritanya akibat diberikan kepadanya pemberitahuan yang tidak betul atau tidak
lengkap mengenai waktu dan sifat-sifat barang, kecuali bila ia telah mengenal
atau seharusnya mengenal watak dan sifat-sifat Pengangkut setiap waktu dapat
melepaskan dirinya dari barang-barang yang menimbulkan bahaya bagi muatan
atau kapalnya, juga dengan cara menghancurkannya tanpa diharuskan mengganti
kerugian karena hal itu. Hal ini berlaku jika terhadap barang-barang yang

2
dianggap sebagai barang selundupan, bila kepada pengangkut diberikan
pemberitahuan yang tidak betul dan tidak lengkap mengenai barang-barang itu.

Dan Pasal-pasal lainnya dalam KUHDagang yang menyangkut hak pengangkut dalam
pengangkutan barang.

Kewajiban Pengangkut dalam Angkutan Penumpang:


1) Perjanjian untuk mengangkut, mewajibkan pengangkut untuk menjaga keamanan
penumpang dari saat naik sampai saat turun dari kapal. (Ps 522)
2) Perjanjian untuk mengangkut, mewajibkan pengangkut untuk menjaga keamanan
penumpang dari saat naik sampai saat turun dari kapal. (Ps 522)
3) Bila cedera itu mengakibatkan kematian, maka pengangkut wajib mengganti
kerugian yang karenanya diderita oleh suami atau istri yang ditinggalkan, anak-
anak dan orang tua penumpang itu. (Ps 522)
4) Bila penumpang itu diangkut berdasarkan perjanjian dengan pihak ketiga,
pengangkut bertanggung jawab baik terhadap pihak ketiga maupun terhadap
penumpang dan ahli warisnya, semuanya dengan mengindahkan ketentuan dalam
alinea-alinea yang lain. (Ps 522)
5) Pengangkut bertanggung jawab atas perbuatan orang-orang yang dipekerjakan
olehnya, dan barang-barang yang digunakannya pada pengangkutan itu. (Ps 523)
6) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena kelambatan
pengangkutan, kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa kelambatan tersebut
akibat dari suatu peristiwa, yang layaknya tidak dapat dicegah atau dihindari
olehnya. (Ps 528)
7) Bila kapal itu karena keadaan setempat tidak atau tidak dapat mencapai tempat
tujuan dalam waktu yang layak, pengangkut wajib mengantarkan para
penumpang ke tempat tujuan dengan alat pengangkutan lain atas biayanya. (Ps
529).
8) Pengangkut wajib memberi kesempatan kepada umum untuk memperoleh syarat-
syarat dan tarif yang telah diberitahukan. Usaha berlaku terhadap
pengangkutannya, kecuali bila oleh kedua belah pihak ditetapkan ketentuan
secara tertulis. (Ps 533e).
9) Biaya-biaya pemeliharaan penumpang selama pengangkutan termasuk dalam
biaya angkutan. Bila diperjanjikan bahwa pemeliharaan penumpang tidak
3
menjadi tanggungan pengangkut, maka dalam keadaan darurat ia bagaimanapun
juga wajib memberi makan dan minum kepada penumpang dengan harga yang
layak. (Ps 533j).
10) Dengan menyimpang dari ketentuan pasal 525 dan pasal 526, dapat dituntut ganti
rugi sepenuhnya, bila cedera itu disebabkan oleh kesengajaan atau kesalahan
besar dari pengangkut. Persyaratan-persyaratan yang bertentangan dengan usaha
adalah batal. (Ps 527)
11) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karena kelambatan
pengangkutan, kecuali bila ia dapat membuktikan bahwa kelambatan tersebut
akibat dari suatu peristiwa, yang layaknya tidak dapat dicegah atau dihindari
olehnya. (Ps 528).
12) Bila kapal itu karena keadaan setempat tidak atau tidak dapat mencapai tempat
tujuan dalam waktu yang layak, pengangkut wajib mengantarkan para
penumpang ke tempat tujuan dengan alat pengangkutan lain atas biayanya. (Ps
529).
13) Penumpang dapat diminta agar kepadanya oleh pengangkut diberikan tiket
perjalanan.

Nakhoda berwenang untuk mengeluarkan tiket perjalanan untuk pengangkutan


dengan kapal yang dipimpinnya, kecuali bila orang lain ditugaskan untuk pengeluaran
tiket itu. (Ps 530).

Hak Pengangkut dalam Pengangkutan Penumpang:


1. KUHDagang tidak menyebutkan secara jelas apa yang menjadi hak pengangkut dalam
pengangkutan orang.
2. Secara implisit hak-hak pengangkut dapat disimpulkan sbb:
1) Menerima pembayaran ongkos
2) Mengatur penumpang
3) Menunggu penumpang dipelabuhan

3. Pengangkutan merupakan kegiatan transportasi dalam memindahkan barang dan


penumpang dari satu tempat ke tempat lain atau dapat dikatakan sebagai kegiatan
ekspedisi. Purwosutjipto berpendapat bahwa:
“Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim,
4
dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan
pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”
Sebagai suatu kegiatan jasa dalam memindahkan barang atau pun penumpang dari
suatu tempat ke tempat lain, pengangkutan berperan sekali dalam mewujudkan
terciptanya pola distribusi nasional yang dinamis. Praktik penyelenggaraan suatu
pengangkutan harus dapat memberikan nilai guna yang sebesar-besarnya dalam dunia
perdagangan. Serta dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara adil dan merata
kepada segenap lapisan masyarakat dan lebih mengutamakan kepentingan pelayanan
umum bagi masyarakat.
Pengangkutan berfungsi untuk memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai. Proses
pemindahan barang tersebut dilakukan melalui darat, laut, udara dan perairan darat
atau sungai dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi sesuai dengan
kebutuhannya.
Dalam hal pengangkutan melalui laut digunakan sarana atau alat transportasi dengan
menggunakan kapal laut untuk menghubungkan pulau yang satu dengan pulau yang
lainnya dalam memindahkan muatan berupa barang dan maupun orang. Menurut
Pasal 310 ayat (1) KUHD kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk
pelayaran dilaut atau yang diperuntukkan untuk itu. Purwosutjipto menyatakan bahwa
kriteria kapal laut itu ialah kapal yang dipergunakan untuk pelayaran di laut, dan
kapal itu diperuntukan untuk pelayaran di laut pula.
Di Indonesia, hal pengangkutan laut merupakan suatu bidang kegiatan yang sangat
vital dalam kehidupan masyarakat, karena didasari oleh berbagai faktor berikut ini:
a. Keadaan geografis Indonesia;
b. Menunjang pembangunan berbagai sektor;
c. Perkembangan ilmu dan teknologi.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum, setiap pelaksanaan pengangkutan


melalui laut khususnya dalam hal pengangkutan barang haruslah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut harus ditangani secara
nasional agar terwujudnya suatu sistem pola distribusi nasional yang dinamis
sehingga dapat meningkatkan daya guna dan nilai.

5
Pelaksanaan di sektor pengangkutan laut antara lain diarahkan untuk meningkatkan
kegiatan perdagangan antar pulau (inter insuler) serta perdagangan antar negara
(import-export). Adanya arus perpindahan barang dan jasa melalui kegiatan
perdagangan tersebut, maka keberadaan perusahaan jasa pelayaran laut, perusahaan
jasa pengangkutan laut dan serta perusahaan jasa yang memiliki keterkaitan dengan
kegiatan pengangkutan melalui laut, seperti ekspeditur atau freight forwarder
memiliki peranan yang sangat besar.
Pasal 87 KUHD tersebut menetapkan tanggung jawab ekspeditur terhadap barang-
barang yang telah diserahkan pengirim kepadanya untuk:
1) Menyelenggarakan pengiriman secepatnya dengan rapi pada barang yang telah
diterimanya dari pengirim;
2) Mengindahkan segala upaya untuk menjamin keselamatan barang-barang tersebut;
3) Pengambilan barang-barang dari gudang pengirim;
4) Melakukan penyimpanan di gudang miliknya;
5) Pengambilan barang muatan dari pelabuhan tujuan untuk diserahkan kepada
penerima yang berhak atau kepada pengangkut selanjutnya.

Efektifitas aturan hukum sangat penting dalam kaitannya dengan bekerjanya aturan
hukum tersebut dalam praktek pengangkutan. Clarence J. Dias menyatakan bahwa
efektifitas suatu sistem hukum ditentukan oleh lima syarat sebagai berikut:
1) Mudah tidaknya makna atau isi aturan-aturan hukum itu ditangkap dan dipahami.
2) Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan-aturan
hukum itu.
3) Efesien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum yang dicapai dengan
bantuan:
a) Aparat administrasi yang menyadari kewajibannya untuk melibatkan diri ke
dalam usaha mobilisasi yang demikian itu;
b) Para warga masyarakat yang merasa harus berpartisipasi di dalam proses
mobilisasi hukum.
4) Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dihubungi
dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat akan tetapi juga harus cukup efektif
menyelesaikan sengketa-sengketa itu.

6
5) Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan masyarakat bahwa
aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu memang sesungguhnyalah berdaya
kemampuan efektif.

Jenis-jenis alat Transportasi Laut:


1) Kapal Penumpang ,jenis kapal yang ini sangat akrab dengan kehidupan kita
2) Kapal Barang , kapal ini merupakan kapal yang sibuk melintasi lautan membawa
muatan barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain
3) Kapal Tanker , Kapal Feri , Kapal Ikan dll

Anda mungkin juga menyukai