Anda di halaman 1dari 6

Kejahatan Korporasi

Konspirasi penetapan harga Lisin (Lysine)

Pendahuluan
Secara terminologi korporasi mempunyai pengertian yang sudah banyak
dirumuskan oleh beberapa tokoh hukum. Semisal menurut Subekti dan Tjitrosudibo
yang dimaksud dengan corporatie atau korporasi adalah suatu perseorangan yang
merupakan badan hukum. Sedangkan, Yan Pramadya Puspa menyatakan yang
dimaksud dengan korporasi adalah suatu perseorangan yang merupakan badan
hukum; korporasi atau perseroan disini yang dimaksud adalah suatu perkumpulan
atau organisasi yang oleh hukum diperlukan seperti seorang manusia (persona)
ialah sebagai pengemban (atau pemilik) hak dan kewajiban memiliki hak menggugat
ataupun digugat di muka pengadilan. Contoh badan hukum itu adalah PT (perseroan
terbatas), NV (namloze vennootschap), dan yayasan; bahkan negara juga
merupakan badan hukum.

Definisi kejahatan korporasi dapat didefinisikan sebagai berikut:


1. Dari Black’s Law Dictionary:
Kejahatan korporasi adalah segala tindak pidana yang dilakukan oleh dan oleh karena itu
dapat dibebankan kepada sebuah korporasi karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pegawai dan karyawannya.
(Penetapan harga, pembuangan limbah), seringkali dikenal sebagai kejahatan kerah putih1
2. Sally A. Simpson (mengutip John Braithwaite):
Perilaku sebuah korporasi atau para pegawainya atas nama korporasi, dimana perilaku
tersebut dilarang dan patut dihukum oleh hukum. Menurut Sally A. Simpson, terdapat 3
poin penting pada pendapat John Braithwaite, yaitu :
a) Tindakan ilegal dari korporasi dan agen-agennya berbeda dengan perilaku
kriminal kelas sosio-ekonomi bawah dalam hal prosedur administrasi. Oleh
karena itu, yang digolongkan kejahatan korporasi tidak hanya tindakan

1
Hatrik, Hamzah. Azas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia. Grapindo, Jakarta,1996.

1
kejahatan atas hukum pidana, tetapi juga pelanggaran atas hukum perdata
dan administrasi.2
b) Baik korporasi (sebagai “subyek hukum perorangan”) dan perwakilannya
( illegal actor) termasuk sebagai pelaku kejahatan, dimana dalam praktek
yudisialnya, bergantung pada antara lain kejahatan yang dilakukan, aturan,
dan kualitas pembuktian dan penuntutan.
c) Motivasi kejahatan yang dilakukan oleh korporasi bukan bertujuan untuk
kepentingan pribadi (individu), melainkan pada pemenuhan kebutuhan dan
pencapaian keuntungan organisasi. Tidak menutup kemungkinan motif
tersebut ditopang pula oleh norma operasional(internal) dan sub-kultur
organisasional.

3. B. Clinard & Peter C Yeager


Setiap tindakan korporasi yang biasa, dimana diberi hukuman oleh negara, entah
di bawah hukum administrasi negara, hukum perdata, atau hukum pidana.
Kejahatan Korporasi merupakan bagian dari kejahatan kerah putih, namun lebih
spesifik. Merupakan kejahatan teroganisasi dalam hubungan yang kompleks dan
mendalam antara seorang pimpinan eksekutif dan manager dalam suatu tangan.
Dapat juga berbentuk sebagai perusahaan keluarga, namun tetap dalam
kejahatan kerah putih3

2
Muladi. Pidana Bersyarat, Bandung. 1985
3
Muladi. Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung, 1992

2
Permasalahan

Perusahaan Archer Daniels Midland (ADM) dibentuk pada tahun 1923 berlokasi di
Decatur, Illinois (US). ADM adalah salah satu perusahaan besar dalam pengolah
makanan, terutama memproduksi bahan yang digunakan dalam makanan,
minuman, dan industri pakan ternak, termasuk produk kakao, produk jagung seperti
tepung dan sirup, gula rafinisi, minyak dan tepung.
Pada tahun 1996, ADM menjadi subyek dari investigasi penetapan harga, dimana
pada saat itu merupakan hal yang terbesar dalam sejarah. ADM melakukan skema
penetapan harga yang merugikan konsumen jutaan dolar dengan menaikkan harga
Lisin (Lysine). Lisin adalah salah satu dari 20 asam amino yang biasanya ditemukan
dalam protein. Lisin merupakan asam amino penting. Lisin banyak digunakan
sebagai suplemen makanan ternak di seluruh dunia.
4
Pada akhir tahun 1980, ada tiga perusahaan besar yang menguasai perdagangan
Lisin, yaitu Ajinomoto - Jepang (menguasai sekitar 60% pasar), Kyowa Hakko –
Jepang (menguasai sekitar 20% pasar), dan Sewon – Korea selatan (menguasai
sekitar 15% pasar). Harga Lisin pada saat tersebut sekitar USD 1,65 per pound
ADM pada tahun 1989 memutuskan untuk memproduksi Lisin. Hal ini akan
meningkatkan produksi Lisin dua kali lipat diseluruh dunia. ADM mulai
memasarkan Lisin pada tahun 1991. Harga Lisin kemudian turun diseluruh dunia
hingga menyentuh harga USD 0,64 per pound
ADM dan empat perusahaan lain, masing-masing dua dari Jepang (Kyowa Hakko
dan Ajinomoto) dan Korea (Sewon and Cheil Jedang Ltd.), memproduksi Lisin
untuk pasar global. Seharusnya perusahaan ini bersaing satu dengan yang lain,
tetapi pada tahun 1992, dua eksekutif dari ADM berbicara dengan para kompetitor
untuk membentuk “Asosiasi perdagangan asam amino”. Kelima perusahaan
bersepakat untuk menetapkan harga jual Lisin kepada pelanggan mereka dan berapa
banyak setiap produsen diizinkan untuk menjual setiap tahun. Hal ini sangat
menguntungkan, tetapi merupakan sebuah kejahatan dalam bentuk skema
pengaturan harga.

4
White, L.J. Review of Industrial Organization (2001) 18: 23. https://doi.org/10.1023/A:1026565911466

3
Pengusaha tahu bahwa yang mereka lakukan adalah kejahatan tetapi tidak peduli.
Para eksekutif yang terlibat dalam aliansi membuat pilihan untuk melakukan ke-
jahatan setelah menganalisa strategi dan situasi yang berkaitan dengan biaya dan
keuntungan tindakan. Pertemuan mereka sering diadakan di hotel-hotel di luar
Amerika Serikat, dan telepon perusahaan tidak pernah digunakan untuk membahas
skema tersebut. Mereka melakukan segala sesuatu menjaga kerahasiaan skema
penetapan harga hingga mantan presiden divisi bio produk ADM, Mark Whitacre,
menjadi informan untuk Federal Biro Investigasi (FBI).
FBI kemudian mengumpulkan data bersama Mark Whitacre selama dua setengah
tahun dengan menyadap pembicaraan pertemuan kartel. FBI berhasil
mengumpulkan ratusan jam bukti video dan suara sebagai barang bukti.
Pada tanggal 27 Juni 1995, FBI melakukan pemeriksaan di kantor pusat ADM.
Sehari sesudahnya, investigator juga melakukan pemeriksaan di keempat kantor
perusahaan kartel (2 di Jepang dan 2 di Korea Selatan). Penyelidik menggunakan
video dan rekaman pembicaraan sebagai barang bukti.
Department Kehakiman Amerika Serikat Departemen divisi Antitrust pada tanggal
14 Oktober 1996 menetapkan keputusan bersalah untuk kejahatan penetapan harga
jual Lisin pada periode tahun 1992-1995 kepada ADM. Selain ADM, dua
perusahaan lain dengan kantor pusat di Jepang (Ajinomoto Company dan Kyowa
Hakko Kogyo) dan dua perusahaan dengan kantor pusat di Korea Selatan (Sewon
dan Cheil Jedang) mengaku bersalah dalam: 5
1. Menjual Lisin dengan mematok pada harga tertentu diseluruh pasar dunia
2. Mengalokasikan volume penjualan bagi setiap perusahaan terlibat
3. Berpartisipasi dalam pertemuan untuk membahas hasil kegiatan penentuan
harga dan volume penjualan

ADM bersedia untuk membayar denda sebesar USD 70 juta, kedua perusahaan
Jepang dan dua perusahaan Korea Selatan juga bersedia untuk membayar denda
antara USD 1,2 juta – USD 10 juta, dengan total sebesar USD 45 juta. Selain itu
Mark Whitacre juga dipenjara selama 9 tahun dan membayar denda sebesar USD

5
John M. Connor, 1997. "The Global Lysine Price-Fixing Conspiracy of 1992–1995," Review of Agricultural
Economics, Agricultural and Applied Economics Association, vol. 19(2), pages 412-427.

4
11,4 juta kepada ADM dalam perkara penggelapan dan penipuan. Michael Andreas,
wakil presiden ADM, dipenjara selama 3 tahun dan didenda sebesar USD 350,000.
Terrance Wilson, eksekutif ADM, dipenjara selama 2,5 tahun dan didenda sebesar
USD 350,000. Tiga eksekutif dari perusahaan Jepang dan Korea didenda antara
USD 50,000 – USD 75,0006. ADM juga diharuskan membayar sebesar USD 400 juta
untuk menyelesaikan gugatan antitrust class-action
Pembeli Lisin di Amerika dan Kanada menggugat dan mendapatkan ganti rugi
antara USD 80 juta – USD 100 juta dari lima anggota kartel, dan ADM juga harus
membayar USD 38 juta kepada para pemegang saham untuk kesalahan manajemen.

6
Lawrence M. Salinger, Encyclopedia of white collar and corporate crime, second edition, volume 1, 2013, page 52

5
Kesimpulan
Kasus konspirasi penetapan harga Lisin dianggap penting bagi Amerika karena 4
alasan:
1) Kasus ini adalah yang pertama bagi Amerika mengungkap dan membawa kasus
kartel global ke pengadilan selama 40 tahun. Pengadilan Amerika sebenarnya
menemui adanya kasus kartel global lainnya tetapi tidak bisa dibawa ke
pengadilan karena tidak cukup bukti.
2) Kasus ini merupakan manifestasi publik pertama yang menyebabkan perubahan
penegakan hukum di Amerika dan juga negara lainnya dalam hal anti monopoli
3) Kasus ini menunjukkan bahwa pemerintah harus menggunakan teknik
investigasi yang lebih keras terhadap kejahatan “kerah putih”. Dalam
pengumpulan bukti kasus Lisin, FBI harus menggunakan teknik yang biasa
digunakan untuk mengumpulkan bukti terhadap kartel narkoba
4) Kasus ini dan juga kasus lain sesudahnya dalam hal konspirasi menyebabkan
kongres secara terus-menerus menaikkan denda pelanggaran undang-undang 7

Kartel merugikan perekonomian dan pelanggan, karena para pelaku usaha anggota
kartel akan setuju untuk melakukan kegiatan yang berdampak pada pengendalian
harga, seperti pembatasan jumlah produksi, yang akan menyebabkan inefisiensi
alokasi. Kartel juga dapat menyebabkan inefisiensi dalam produksi ketika mereka
melindungi pabrik yang tidak efisien, sehingga menaikkan biaya rata-rata produksi
suatu barang atau jasa dalam suatu industri. Dengan melakukan kartel, para pelaku
usaha mampu menaikkan harga. Apabila permintaan tidak elastis, maka akan
menyebabkan konsumen tidak mudah pindah ke produk atau jasa lain, hal ini akan
menyebabkan harga suatu produk atau jasa akan lebih tinggi. Begitu pula, apabila
terdapat kondisi dimana sulit bagi barang substitusi masuk ke pasar, karena tidak
ada barang atau jasa lain di pasar, maka harga tetap akan tinggi.

7
John M. Connor, Global Cartels Redux: The Amino Acid Lysine Antitrust Litigation, 1996, page 2-4

Anda mungkin juga menyukai