Anda di halaman 1dari 99

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH KOPERASI SIMPAN PINJAM

PANDAWA MANDIRI GROUP PASCA PERNYATAAN PAILIT


MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

IBNU MUBAIDILLAH

NIM 1111043200039

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H
ABSTRAK
Ibnu Mubaidillah, NIM: 1111043200039, Perlindungan Hukum Nasabah
Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group Pasca Pernyataan Pailit
Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam, Program Studi Perbandingan Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1439H/2018M.xiii + 60 halaman isi.
Skripsi ini memaparkan mengenai Perlindungan Nasabah KSP Pandawa
Mandiri Group pasca pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terkait
invstasi ilegal, akibat serta hukuman terhadap pimpinan KSP PMG sesuai dengan
aturan yang berlaku (hukum positif) serta membandingkannya dengan Hukum
Islam sesuai Al-Quran dan Hadist serta Ittifaqu ‘Ulama.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perlindungan hukum
pada nasabah korban investsi ilegal yang dilakukan koperasi simpan pinjam
(KSP) dalam Hukum Positif dan Hukum Islam serta mengeidentifikasi akibat
hukum pasca KSP tersebut dinyatakan pailit dalam perspektif Hukum Positif dan
Hukum Islam
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis
yang menggunakan data primer dengan menggunakan analisis kualitatif yang
memaparkan persoalan hukum yang telah tertulis dalam Al-Qur’ân dan Al-Hadîts
serta Undang-Undang yang kemudian diinterpretasikan oleh para ‘ulamâ dan ahli
hukum sehingga muncul beberapa pendapat dengan berbagai persamaan dan
perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan skripsi ini ialah bahwa
pelindungan konsumen terhadap nasabah KSP Pandawa Mandiri Group yang
diupayakan oleh pemerintah adalah putusan pailit dan pembubaran KSP Pandawa
Mandiri Group, penyitaan seluruh asset dan pengembalian dana investasi dan
dana simpanan nasabah. Adapun akibat hukum terhadap pimpinan KSP yaitu
vonis kurungan selama 15 tahun serta denda Rp 100 Miliar.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, KSP Pandawa Mandiri Group, Pailit,


Hukum Positif dan Hukum Islam

Pembimbing I : Dr. Hj. AfidahWahyuni, M.A

Pembimbing II : Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., MA

Daftar Pustaka : Tahun 1993-2018

v
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allâh Subhânahu Wata’âla yang telah melimpahkan

rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan ‘inayah-Nya, terucap dengan tulus dan

ikhlas Alhamdulillâhi Rabbil‘âlamîn tiada henti. Sesungguhnya hanya dengan

pertolongan-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Salâwat seiring salâm semoga selalu tercurah limpahkan kepada insane pilihan

Tuhan Nabî akhir zamân Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam, beserta para

keluarga, sahâbat dan umamatnya. Amin.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan.Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis

didalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri

karena banyak pengalaman yang didapat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tersusun bukan semata-

mata hasil usaha sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua

pihak.Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syarîah

dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syarîah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarîf Hidayatullah Jakarta;

2. Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si, Ketua Program Studi

Perbandingan Mazhab dan ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., MA selaku

Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab;

vi
3. Bapak DR. Noryamin Aini M.A, Dosen Penasehat Akademik Penulis;

4. Ibu Dr. Afidah Wahyuni, M.A, Dosen pembimbing I skripsi yang telah

memberikan arahan, saran dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik;

5. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Dosen pembimbing II skripsi yang

telah memberikan arahan, saran dan ilmunya hingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan dengan baik;

6. Seluruh Dosen Fakultas Syarîah dan Hukum Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarîf Hidâyatullâh Jakarta, yang telah mendidik dan

mengajarkan ilmu dan Akhlaq yang tidak ternilai harganya. Sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islâm Negeri (UIN) Syarîf Hidayatullah Jakarta;

7. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Islam

Negeri Syarîf Hidayatullah Jakarta;

8. Kedua orangtua tercinta Ayahanda dan Ibunda, yang telah mencintai

saya dengan segenap jiwa dan raga, memberikan segala yang mereka

bisa, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha mereka saya

bias sampai seperti ini;

9. Saudari Umi Cholifah yang selalu memotivasi, dalam bentuk saran dan

masukan selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, sampai dapat

diselesaikan dengan baik;

10. Saudara Rio Purnomo, Taufiqi Rahman, Syahrul Rahmatullah, Momon

Satria, teman-teman Taekwondo UIN Syarîf Hidayatullah Jakarta,

adik-adikku tercinta dan seluruh keluarga besar yang terus menerus

memberikan semangat yang luar biasa;

vii
11. Sahabat-sahabat seperjuangan, Mahasiswa/i Perbandingan Mazhab

Fakultas Syarî’ah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2011;

12. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhânahu Wata’âlâ memberikan

balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan

menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jakarta, 21 Mei 2018

IBNU MUBAIDILLAH
NIM: 1111043200039

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................ xii

BAB I :PENDAHULUAN…………………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7

E. Review Studi Terdahulu ....................................................... 8

F. Metode Penelitian ................................................................. 9

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 11

BAB II :TINJAUAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM,

KEMENKOP, UMKM DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

………………………………………………………………... 11

A. Koperasi Simpan Pinjam ...................................................... 11

1. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam .............................. 11

2. Jenis-Jenis Koperasi Simpan Pinjam .............................. 13

ix
3. Asas – Asas dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam 14

4. Tujuan dan Fungsi Koperasi Simpan Pinjam................ 15

5. Prinsip Koperasi Simpan Pinjam .................................... 15

B. Kemenkop dan UKM Sebagai Lembaga Pengawas Koperasi

Simpan Pinjam .................................................................... 16

1. Sejarah Kemenkop dan UKM ....................................... 16

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kemenkop dan UKM ... 16

3. Pengawasan Kemenkop dan UKM ............................... 18

C. Landasan Perlindungan Konsumen / Nasabah menurut Hukum

Positif .................................................................................. 19

1. Hukum Perlindungan Konsumen / Nasabah di Indonesia 19

2. Perlindungan Konsumen pada Sektor Jasa Keuangan….. 23


3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen / Nasabah ... 29

4. Hak dan Kewajiban Konsumen / Nasabah...................... 30

D. Landasan Perlindungan Konsumen/ Nasabah menurut Hukum

Islam ................................................................................... 35

BAB III : Profil Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group

................................................................ 39

A. Profil KSP Pandawa Mandiri Group .................................... 39

1. Profil KSP Pandawa Mandiri Group ............................... 39

2. Faktor – faktor Penyebab KSP Pandawa Mandiri Group Pailit

......................................................................................... 39

x
3. Putusan Pailit KSP Pandawa Mandiri Group Oleh Pengadilan

Niaga Jakarta Pusat ........................................................ 42

4. Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

KSP Pandawa Mandiri Group oleh Pengadiln Niaga Jakarta

Pusat ............................................................................... 44

BAB IV :AKIBAT HUKUM PASCA KSP PANDAWA MANDIRI

GROUP PAILIT ..................................................................... 48

A. Akibat Hukum Pasca KSP Pandawa Mandiri Group Pailit . 48

1. Akibat pailit menurut hukum positif dan Hukum islam . 48

2. Akibat Hukum Terhadap Nasabah ................................. 55

3. Akibat Hukum Terhadap KSP Pandawa Mandiri Group ... 56

B. Penyelesaian Pengembalian Dana Nasabah KSP Pandawa Mandiri

Group pasca Pailit ................................................................. 61

1. Penyelesaian Pengembalian Dana (utang) menurut Hukum

Positif ................................. ............................................ 61

2. Penyelesaian Pengembalian Dana (utang) Menurut Hukum

Islam ................................................................................ 66

3. Penyelesaian Pengembalian dana Nasabah KSP Pandawa

Mandiri Group ................................................................ 68

BAB V :PENUTUP .............................................................................. 76

A. Kesimpulan ........................................................................... 76

B. Rekomendasi ......................................................................... 76

xi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78

LAMPIRAN

xii
PEDOMAN TRANSLITERASI1

1. Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis

(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.

Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai

berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan

‫ب‬ Ba b Be

‫ت‬ Ta t Te

‫ث‬ Tsa ts Te dan es

‫ج‬ Jim j Je

‫ح‬ Cha h Ha dengan dengan bawah

‫خ‬ Kha kh Ka dan ha

‫د‬ Dal d De

‫ذ‬ Dzal dz De dan zet

‫ر‬ Ra r Er

‫ز‬ Zay z Zet

‫س‬ Sin s Es

‫ش‬ Syin sy Es dan ye

‫ص‬ Shad s Es dengan garis bawah

‫ض‬ Dhat d De dengan garis bawah

1
Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM), Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FSH-
UIN Jakarta, 2012), hal. 43-46.

xii
‫ط‬ Tha t Te dengan garis bawah

‫ظ‬ Dzha z Zet dengan garis bawah

Koma terbalik di atas hadap


‫ع‬ „Ain „
kanan

‫غ‬ Ghain gh Ge dan ha

‫ف‬ Fa f Ef

‫ق‬ Qaf q ki

‫ك‬ Kaf k Ka

‫ل‬ Lam l El

‫م‬ Mim m Em

‫ن‬ Nun n En

‫و‬ Wawu w We

‫هـ‬ Ha h Ha

‫ء‬ Hamzah ‟ Apostrof

‫ي‬ Ya y Ye

2. Vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong bahasa Arab

yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf. Transliterasi

vocal tunggal dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf

sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan


‫ؘ‬
‒ a fathah

‫ؘ‬ i Kasrah

‫ؘ‬ i dammah

xiii
Sedangkan Transliterasi vocal rangkap dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan
‫ؘ‒ ي‬ ai A dan I
‫ؘ‒ و‬ au A dan U

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat

dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf

dan tanda macron (coretan horisontal):

‫ﺂ‬ â A dengan topi di atas


‫‒ؘ‬
‫ى‬ î I dengan topi di atas
‫ؘ‒و‬ û U dengan topi di atas

4. Kata sandang, yan dalam bahasa arab dilambangkan dengan huruf (‫)ال‬,

dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qomariyyah, Misalnya:

‫اإلجتهاد‬ = al-ijtihad

‫الرخصة‬ = al-rukhsah, bukan ar-rukhsah

5. tah mati atau yang dibaca seperti ber-h

transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”,

sedangkan ûtah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya

( ‫= ر ُْؤيَةُ ْال ِهالل‬ y h l-hilâl atau y l hilâl ).

6. Tasydîd, syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

xiv
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

‫ال ّشفعة‬ = al-Syuf‟ah, tidak ditulis asy-Syuf‟ah

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki berbagai jenis badan usaha berbadan hukum, salah
satu diantaranya adalah koperasi. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau
organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota yang ada.1Adanya koperasi
membantu perkembangan di sektor perekonomian Indonesia sehingga lalulintas
ekonomi Indonesia berdampak positif dengan adanya koperasi. Jika diartikan
secaraterminologi, koperasi berasal dari kata “Co-operation” (co = bersama,
operation = usaha) artinya usaha bersama. Secara sederhana koperasi dapat
diartikan “Usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan untuk meningkatkan
kesejahteraan anggotanya”.Dari pengertian sederhana tersebut yang perlu
diperhatikan adalah asas dan tujuan usaha bersama. Koperasi berasaskan
kekeluargaan, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.2
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tentang Koperasi, ditegaskan bahwa
koperasi merupakan badan hukum berbasis pada kepentingan ekonomi
anggotanya, wujud demokrasi ekonomi, dan gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.3
Koperasi merupakan salah satu pilar ekonomi yang turut serta membangun
kesejahteraan rakyat. Dalam kehidupan ekonomi bangsa Indonesia koperasi itu
sangatlah penting. Hal ini dibuktikan dengan dasar hukum koperasi itu sendiri,
yaitu UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1.Selanjutnya, peranan dan tujuan koperasi dalam
perkembangan perekonomian Indonesia ini tertuang dalam Undang-Undang
No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.4

1
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2005), h. 1.
2
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia,h. 3.
3
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1) berbunyi: Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
4
Arifin, Sitio, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga,2001),
h.128.

1
2

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group mulanya


didirkian Oleh Salman Nuryanto sebagai badan usaha yang mengopersaikan
tentang koperasi akan tetapi dalam realitanya Koperasi Simpan Pinjam malah
menagadakan penghimpunan dana dari masyarakat berupa investasi dengan
iming-iming bunga 10% perbulan. Dalam aktivitasnya leader dan anggota
Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group menawarkan investasi
kemudian dana investasi tersbut dipinjamkan kepada pelaku UMKM di daerah
JABODETABEK dengan keuntungan 10% dari setiap pinjaman yang mereka
berikan. Kegiatan mereka akhirnya terendus oleh tetangga dan nasabahnya
sendiri.
Kegiatan Investasi Ilegal yang dilakukan oleh KSP Pandawa Mandiri
Group dengan cara melakukan penghimpunan dana masyarakat luas dengan
menyimpang bahkan menghindari dari aturan perbankan, merupakan kegiatan
yang menggunakan pengajan setiap kamis malam sebagai rencana perekrutan
calon nasabahnya untuk menjalankan kegiatan usahanya.
KSP Pandawa Mandiri Group sendiri yang terdaftar sebagai badan usaha
koperasi yang dinaungi oleh Kementerian Koperasi dan UMKM maka OJK pun
hanya berhak mencabut izin operasi KSP dan tidak berwenang untuk
membubarkan KSP tersebut. Dengan demikian perlu dilihat lagi kewenangan
yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan dalam memberikan perlindungan bagi
masyarakat terhadap kegiatan Investasi Illegal, praktik moral hazard pada
kegiatan Investasi Ilegal terjadi karena lemahnya sistem pengawasan lembaga
keuangan yang disebabkan beberapa faktor, yaitu : (a) lemahnya sistem arsitektur
pengawasan keuangan di Indonesia; (b) tidak adanya pertukaran informasi antar
lembaga pengawasan keuangan; (c) masih tingginya egosentris antar lembaga
pengawas lembaga keuangan.5
Pasca KSP Pandawa Mandiri Group dinyatakan pailit oleh Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat, ini membuat nasib nasabah koperasi dan investor menjadi
tidak pasti bahkan memperhatikan. Namun apa daya para investor dan nasabah

5
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group cet –I Mei 2005) h. 215.
3

koperasi hanya bisa meratapi nasibnya karena tidak mungkin uang investasi dan
dana yang mereka simpan di KSP kembali uang mereka begitu saja tetapi harus
menempuh jalur dan proses hukum yang panjang.
Melihat keadaan nasabah Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri
Group yang mengenaskan sudah barang tentu menjadi kewajiban pemerintah
untuk mengambil tindakan. untuk masalah perlindungan konsumen di bidang
lembaga keuangan maka sesuai Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas jasa Keuangan (OJK) adalah untuk melindungi konsumen dan
masyarakat. Namun, dalam menjalankan kewenangannya tersebut OJK juga
diabatasi oleh Undang-Undang hanya melakukan sanksi administratif terhadap
perusahaan yang melanggar ketentuan. Lebih jauh lagi peran OJK terhadap
perlindungan konsumen sebenarnya tidak bersinggungan langsung dengan
konsumen, karena OJK adalah lembaga pengawas dan regulator bukan lembaga
eksekutor. Padahal besar sekali harapan masyarakat terutama nasabah Koperasi
Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group terhadap OJK.
Pasca dinyatakan pailit KSP Pandawa Mandiri Group, para nasabah
banyak yang protes dan menggelar unjuk rasa karena mereka takut apabila KSP
tersebut maka kemungkinan uang mereka untuk kembali 100% sangatlah
mustahil, terlebih rumitnya penagganan dan lamanya kasus tersebaut , mulai pihak
pengadilan membentuk satgas, belum lagi apabila tersangka mengajukan
permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Dalam hal ada permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU yang
diajukan dan diperiksa pada saat yang bersamaan, maka Pengadilan Niaga wajib
memberikan putusan terlebih dahulu atas permohonan PKPU dibandingkan
dengan permohonan pailit. Adapun permohonan PKPU yang diajukan setelah
adanya permohonan pernyataan pailit yang telah diajukan terhadap debitur, maka
agar permohonan PKPU tersebut dapat diputus terlebih dahulu, permohonan
PKPU diajuakan pada sidang yang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan
pailit. Dalam hal ini diatu dalam pasal 229 ayat (3) dan ayat (4) UU Kepailitan.6

6
Jono. Hukum Kepailitan. (Tanggerang : Sinar Grafika 2008) h.170.
4

Setelah menelaah kasus tersebut penulis ingin masyarakat luas mengetahui


bagaimana cara terbaik dalam menangani kasus yang menimpa para nasabah KSP
Pandawa Mandiri Group agar supaya mendapatkan solusi terbaik, dan semoga
kedepannya tidak terulang lagi kasus yang serupa karena para korban banyak
yang depresi dan frustasi, kemudian mereka pun pasrah apabila pihak pengadilan
mengabulkan PKPU, maka mereka mempunyai tanda tanya besar terhadap
pemerintah yang merupakan instansi terkait penghimpunan dana dari masyarakat.
Dan pada akhirnya penulis selaku mahasiswa Prodi Perbandingan Hukum
dengan penelitian ini akan berusaha menganilasis kasus tentang perlindungan
nasabah KSP Pandawa Mandiri Group dengan dua sudut pandang yaitu menurut
hukum positif serta dengan pandangan hukum Islam.
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada tersebut maka penulis
melakukan penelitian lebih jauh mengenai perlindungan hukum bagi masyakat
oleh lembaga berwenang Otoritas Jasa Keuangan atas penghimpunan dana
masyarakat dalam bentuk koperasi simpan pinjam dan investasi pasca badan
usaha tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan
selanjutnya dituang dalam bentuk skripsi dengan judul “PERLINDUNGAN
HUKUM NASABAH KSP PANDAWA MANDIRI GROUP PASCA PAILIT
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka
identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Apa Faktor yang meyebabkan KSP Pandawa Mandiri Group mengalami
kepailitan?
2. Bagaimana perbandingan perlindungan hukum menurut Hukum positif
dan Hukum Islam?
3. Bagaimana penyelesaian pengembalian dana nasabah KSP Pandawa
Mandiri Group ?
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
5

Pada penelitian ini, penulis membatasi penelitian yang akan dilakukan


dengan hanya membahas masalah pada penulis memberikan batasan sebgai
berikut :
a. Perlindungan hukum nasabah dibatasi pada nasabah KSP Pandawa
mandiri Group
b. KSP Pandawa Mandiri Group sebagai objek penilitan adalah Koperasi
simpan pinjam yang terletak di Jalan Raya Meruyung No. 8A,
RT002/RW024 Meruyung, Limo, Depok, Jawa Barat
c. Pailit dibatasi pada Putusan Pailit terhadap KSP Pandawa Mandiri
Group oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
d. Hukum Positif yang digunakan dalam penulisan ini adalah Undang-
undang tentang Perlindungan Hukum, Pailit dan PKPU.
e. Hukum Islam yang digunakan mengenai Perlindungan hukum dan
pembayaran utang terkait refund KSP terhadap nasabah.

2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan, penulis menyusun suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Faktor kepailitan KSP Pandawa Mandiri Group
b. Perbandingan Perlindungan Konsumen / Nasabah menurut Hukum
Positif dan Hukum Islam
c. Perbandingan Pengembalian dana nasabah menurut Hukum Positif dan
Hukum Islam
d. Akibat hukum terhadap nasabah KSP Pandawa Mandiri Group pasca
dinyatakannya pailit.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh
penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah:
1. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan KSP Pandawa
Mandiri Group pailit.
6

2. Untuk membandingkan Perlindungan Konsumen / Nasabah menurut


Hukum Positif dan Hukum Islam.
3. Untuk mendeskripsikan akibat hukum pasca KSP Pandawa Mandiri Group
pailit serta dampak terhadap nasabah.
Adapun manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang perbandingan Perlindungan Konsumen /
Nasabah menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
2. Menjelaskan pengembalian dana nasabah KSP Pandawa Mandiri Group.

E. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu


Untuk mengetahui kajian terdahulu yang telah ditulis oleh yang lainnya,
maka penulis me-riview beberapa skripsi terdahulu yang pembahasannya hamper
sama dengan pembahasan yang penulis angkat. Dalam hal ini penulis menemukan
beberapa skripsi, yaitu:
1. Skripsi berjudul “Perlindungan Hukum Pasca Pencabutan Izin Usaha
Perusahaan Asuransi Bumi Asih Jaya (BAJ) Oleh OJK” yang ditulis
oleh Ismadani Rofiul Ulya mahasiswa fakultas Syariah dan Hukum
UIN Jakarta (2015). Pada skripsi ini penulis fokus pada peran OJK
terhadap perlindungan nasabah perusahaan BAJ, adapun perbedaan
dengan penilitian pada skripsi penulis ialah tentang perlindungan
hukum pada nasabah KSP dan juga adanya komparasi antara Hukum
Positif dan Hukum Islam sebagai landasannya.
2. Skripsi yang kedua yang dijadikan review studi oleh penulis adalah
“Kedudukan Otoritas jasa Keuangan dalam perlindungan hukum bagi
Masyarakat Terhadap kegiatan Investasi Ilegal di Tasikmalaya” yang
ditulis oleh Rizky Arisandi mahasiswa fakultas Syariah dan Hukum
UIN Jakarta (2015). Pada skripsi tersebut fokus tentang kegiatan
investasi ilegal menurut Undang-undang No 21 Tahun 2011 tentang
OJK dan juga perlindungan konsumen terhadap nasabah korban
investasi ilegal pada kasus di Tasikmalaya, sedangkan perbedaan
dengan skripsi yang penulis kerjakan ialah fokus penulis tentang
7

nasabah Koperasi Simpan Pinjam dan juga mengkaji perspektif


Hukum Islam.
3. Thesis yang ketiga yang penulis jadikan review studi adalah : “
Penyelesaian Utang Debitor Terhadap Kreditor melaui
Kepailitan” oleh Maria Regina Fika Rahmadewi, SH. NIM:
B4B005175 Mahasiswi Pascasarjana program magister
kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang (2007). Pada thesis
ini penulis menjabarkan bagaimana tatacara dan aturan bagi
kreditor yang utangnya tak kunjung dibayarkan oleh debitor, dan
salah satu caranya yaitu melalui jalur kepailitan dalam
penyelesaian utang. Semua bahas sesuai dengan aturan dan
undang-undang yang berlaku pada saat itu dimana belum lahir
aturan mengenai OJK. Dan perbedaan dengan skripsi penulis yaitu
di undang-undang dan aturan mengenai OJK dan juga perspektif
hukum islam yang digunakan penulis.

Demikian beberapa karya yang telah penyusun telaah dan masih adalagi
beberapa karya tulis baik buku-buku, jurnal maupun skripsi yang belum
terjangkau dari pengamatan, terutama seputar pembahasan tentang perlindungan
konsumen dan dari sekian banyak studi terdahulu yang penulispaparkan di atas
semuanya mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen / nasabah, akan
tetapi ada perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, yakni
penulis mencoba mencari suatu jawaban tentang bagaimana ketentuan
perlindungan hukum pada konsumen / nasabah koperasi simpan pinjam menurut
Hukum Positif dan Hukum Islam.
F. Metode Penelitian
Mengingat dalam karya ilmiah, metode merupakan strategi yang utama
dan mempunyai peran yang sangat penting, karena dalam penggunaan metode
adalah upaya untuk memahami dan menjawab persoalan yang akan diteliti.7Untuk

7
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta : PT. Grafindo Persada 1997),
h. 27-28.
8

sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang dibahas maka untuk itu
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis Penilitian data yang digunakan di sini adalah penelitian kualitatif,
selanjutnya digunakan pembahasan deskriptif analytis. Kemudian dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (library reseach) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengkaji data primer yang bersumber dari al-
Qur’an, al-Hadits dan Perundang-Undangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi
dan memahami berbagai konsep yang berkaitan dengan tema penulis sehingga
diperoleh data-data seluas mungkin dengan mengacu kepada teori yang sudah
dijelaskan dan berkaitan dalam penelitianini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi
literature atau kepustakaanya itu dengan cara mengkaji dan menelaah buku-buku
yang berkaitan dengan judul skripsi ini baik berupa perundang-undangan maupun
buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Sedangkan sumber data yang
diperoleh untuk penelitian ini dibagi menjadi dua macam pertama data primer
yaitu Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini peraturan
hukum yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini. Yakni
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-
Undang No.1 Tahun 2013 Tentang OJK dan dalil-dalil yang terdapat dalam al-
Qur’an dan al-Hadits. Selanjutnya yang kedua data sekunder adalah data-data
pendukung yang diperoleh dari literatur-literatur atau dokumen-dokumen, buku-
buku, internet, dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti.
3. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang diperoleh oleh penulis adalah menggunakan
pengolahan data secara analisis kualitatif.8 Yakni pendekatan content analysis
yang menekankan pengambilan dari kesimpulan analisa yang bersifat deskriptif

8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), Cet. Ke-3,
h. 11-13.
9

dan edukatif. Metode analisa data dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah
kajianisi (content analysis). Analisa data adalah proses mengatur data.9Seluruh
data yang diperolehakan diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum
kemudian dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu
memberikan gambaran spesifik dan relevan mengenai data tersebut. Analisis yang
ingin dituangkan dalam penelitian ini adalah analisis dari Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No.1 Tahun 2013
Tentang OJK, Undang-Undang No 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasiandan Kompilasi Hukum Islam serta dalil-dalil
yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Setelah itu hasil dari penelitian
dituangkan kedalam tulisan untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisis,
sehingga memperoleh kesimpulan tentang topik yang sedang dibahas. Adapun
teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat
sistematika penulisan dengan membagi kepada lima (5) bab, tiap-tiap bab terdiri
dari sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, review terdahulu, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas mengenai tinjauan umum KSP Pandawa Mandiri Group
selaku badan usaha koperasi dan investasi yang meliputi latar
belakang lahirnya badan usaha koperasi,tujuan dibentuknya dan
badan hukum yang menaunginya..

9
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), h.
6.
10

BAB III Membahas tentang ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan
hukum islam mengenai perlindungan konsumen/nasabah serta
lembaga pemerintah yang menagani serta mengawasinya.
BAB IV Membahas tentang analisis mengenai akibat hukum pasca
keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tentang kepailitan KSP
Pandawa Mandiri Group, penyelesian utang (pengembalian dana)
KSP PMG terhadap nasabah, serta hukuman pidana terhadap
pimpinan dan pengurus KSP Pandawa Mandiri Group.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II
TINJAUAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP)
PANDAWA MANDIRI GROUP

A. Koperasi Simpan Pinjam


1. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi secara etimologi berasal dari kata “cooperation” dari bahasa
Inggris yang berarti kerjasama. Secara umum yang dimaksud dengan koperasi
adalah:1
“Suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian,
beranggotakan mereka yang berekonomi lemah yang bergabung secara
sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya”.

Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam


bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan
membebaskan diri para anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang
umumnya diderita oleh mereka.2Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa:
“Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya
sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai nilai dan
prinsip koperasi.”

Berbeda dengan itu, dalam undang-undang sebelumnya yakni Undang-


Undang No.25 Tahun 1992 Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa:
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.”

1
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 1.
2
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, h. 1.

11
12

Dari pengertian diatas, perbedaan UU No 25 Tahun 1992 dan UU No 17


Tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah sebagai berikut : 3
1) Dalam UU No 25 Tahun 1992 menjabarkan pengertian koperasi
sebagai badan usaha dan badan hukum yang beranggotakan orang-
perseorangan.Sedangkan UU No 17 Tahun 2012 menjabarkan
pengertian koperasi sebagai badan hukum yang didirikan oleh
orang-perseorangan. Perbedaan tersebut, terlihat dari pemilihan
kata yang digunakan untuk mendeskripsikan koperasi yakni badan
usaha dan badan hukum yang jelas memiliki makna yang berbeda.
Di mana badan usaha merupakan badan yang menguraikan
falsafah, prinsip, dan landasan-landasan yang digunakan sebagai
acuan dalam melakukan usaha, sedangkan badan hukum
merupakan bagian dari badan usaha yang bersifat lebih mengikat
dan ada sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran. Dalam
badan hukum juga terdapat persetujuan pemerintah atas
penyelenggaraan suatu usaha.
2) Dilihat dari segi konsistensi kata (diksi kalimat/ pilihan kata)
dalam pengertian koperasi menurut UU No 25 Tahun 1992, terjadi
ketidak konsistenan kata, di mana dalam UU No 25 Tahun 1992
tidak hanya menguraikan pengertian koperasi sebagai badan usaha
tetapi pula sebagai badan hukum. Sedangkan UU No 17 Tahun
2012 terjadi hal yang berlawanan yakni: adanya konsistenan kata
yang digunakan untuk mendeskripsikan pengertian koperasi yakni
penggunaan kata badan hukum.
Terlepas dari perbedaan pendefinisian di atas, R. S. Soerja Atmadja
memberikan definisi tentang koperasi sebagai berikut:
“Koperasi adalah perkumpulan dari orang-orang yang berdasarkan
persamaan derajat sebagai manusia, dengan tidak membedakan haluan

3
Dikutip dari http://igedearisuciptayasa.blogspot.com/2013/04/perbedaan-uu-no-25-
Tahun-1992-dan-uu-no_10.htmldi akses 2 desember 2017
13

agama atau politik dengan sukarela masuk untuk sekedar memenuhi


kebutuhan bersama yang bersifat kebendaan atau tanggungjawab.”4

Mendasarkan pada beberapa denifisi di atas, dapat disimpulkan bahwa


hakikat dari koperasi adalah perkumpulan orang yang secara bersama-sama
berusaha memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan dengan mendirikan
badan usaha koperasi.

2. Jenis - Jenis Koperasi Simpan Pinjam


Dasar jenis Koperasi Indonesia adalah Kebutuhan suatu golongan dalam
masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya.Berbagai
jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki
kehidupan. Secara garis besar jenis koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi
limagolongan yaitu:5
a. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggotanya terdiri dari tiap-tiap
orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi.
b. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungantabungan
para anggota secara teratur dan terusmenerus untuk kemudian dipinjamkan
kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan
produktif dan kesejahteraan.
c. Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang dilakukan oleh Koperasi
sebagai organisasi maupun orangorang anggota Koperasi.
d. Koperasi Jasa

4
Hendrojogi, Koperasi Asas-asas, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 22
5
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.Dinamika Koperasi. (Jakarta: PT Rineka Cipta.
2007) h. 19
14

Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa


tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum.
e. Koperasi Serba Usaha
Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam beberapa
macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggota.

3. Asas-Asas dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam


Berdasarkan UU Perkoperasian Pasal 3 menyatakan bahwa koperasi di
Indonesia berasaskan pada asas kekeluargaan. Asas kekeluargaan ini adalah asas
yang memang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia dan telah
berurat-berakar dalam jiwa bangsa Indonesia.6
Sesuai dengan jiwa kepribadian bangsa Indonesia, koperasi Indonesia
harus menyadari bahwa dalam dirinya terdapat kepribadian sebagai pencerminan
kehidupan yang dipengaruhi oleh keadaan, tempat tinggal, lingkungan
waktu,dengan suatu ciri khas adanya unsur Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
kegotongroyongan dalam arti bekerja sama, saling bantu-membantu, kekeluargaan
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dengan menganut asas kekeluargaan
telah mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk
mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk semua, di bawah
pimpinan pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan
kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan bersama.
Asas kekeluargaan tersebut memiliki suatu karakteristik khas bangsa
Indonesia, yaitu kerjasama atau kegotongroyongan. Di dalam kerjasama atau
kegotongroyongan tersebut tercermin bahwa di dalam koperasi telah terdapat
kesadaran dan keinsyafan semangat kerjasama dan tanggung jawab bersama
terhadap akibat dari karya, yang dalam hal bertitik berat pada kepentingan
kebahagiaan bersama, ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Dengan demikian
maka kedudukan koperasi akan semakin kuat dan pelaksanaan kerjanya akan

6
Hadhikusuma ,R.T. Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2005) h.37.
15

semakin lancar karena para anggotanya dukung-mendukung dan dengan penuh


kegairahan kerja serta tanggung jawab berjuang mencapai tujuan koperasi.7

4. Tujuan dan Fungsi Koperasi Simpan Pinjam


Sesuai denganUndang-Undang No 17 Tahun 2012, Fungsi dan Peran
Koperasi sebagai berikut:8
1) Kekeluargaan
2) Menolong diri sendiri
3) Bertanggung jawab
4) Demokrasi
5) Persamaan
6) Berkeadilan
7) Kemandirian.
5. Prinsip Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi merupakan suatu badan usaha berbentuk badan hukumyang
anggotanya terdiri dari orang perorangan atau badan hukum koperasidimana
kegiatannya didasarkan atas prinsip ekonomi kerakyatanberdasarkan atas asas
kekeluargaan untuk mencapai tujuan kemakmurananggota.9
Adapun Prinsip Koperasi Indonesia Menurut UU No.25 tahun 1992
tentang Perkoperasian adalah sebagai berikut:10
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3) Pembagian sisa hasil usaha dilakukan usaha masing-masing anggota.
4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5) Kemandirian.
6) Pendidikan perkoperasian
7) Kerja sama antar koperasi

7
G. Kartasapoetra, A., Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indoesia, (Jakarta :Rineka
Cipta, 2003), h.18.
8
Undang-undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
9
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008) h.45
10
Undang-undang No 25 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
16

B. Kementerian Koperasi dan UMKM Sebagai Lembaga Pengawas


Koperasi
1. Sejarah Kemenkop dan UKM
Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas
tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal
sejarah manusia sampai pada awal Revolusi Industrial di Eropa pada akhir abad
18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi
Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai
jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi
Industri.
Di Indonesia, ide-ide perkoperasian diperkenalkan pertama kali oleh Patih
di Purwokerto, Jawa Tengah, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896
mendirikan sebuah Bank untuk Pegawai Negeri. Cita-cita semangat tersebut
selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo
memberikan peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan
rakyat.Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve
Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.11

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kemenkop dan UKM


Kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM menurut Peraturan Presiden
Nomor 62 Tahun 2015 pasal 1 ialah sebagai berikut :12
1) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
2) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dipimpin
oleh Menteri.
Adapaun tugas Kementerian Koperasi dan UKM yang tertera pada pasal 2
pada Peraturan Presiden no 62 Tahun 2015 ialah :

11
http://www.depkop.go.id/tentang-kementerian/sejarah-kementerian/ diakses pada
tanggal 1 desember pukul : 20.00 WIB
12
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 1 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
17

“Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mempunyai tugas


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi dan usaha
kecil dan menengah untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
Pemerintahan Negara”.13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyelenggarakan
fungsi:14
1) Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang peningkatan
kapasitas kelembagaan koperasi dan usaha mikro, usaha kecil dan
usaha menengah, pemberdayaan pembiayaan koperasi dan usaha
mikro, usaha kecil dan usaha menengah, pemberdayaan produksi
dan pemasaran koperasi dan usaha mikro, usaha kecil dan usaha
menengah, restrukturisasi usaha koperasi dan usaha mikro, usaha
kecil dan usaha menengah, pengembangan sumber daya manusia
koperasi dan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, dan
pemeriksaan dan pengawasan koperasi;
2) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan kapasitas kelembagaan koperasi dan usaha mikro,
usaha kecil dan usaha menengah, pemberdayaan pembiayaan
koperasi dan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah,
pemberdayaan produksi dan pemasaran koperasi dan usaha mikro,
usaha kecil dan usaha menengah, restrukturisasi usaha koperasi dan
usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, pengembangan
sumber daya manusia koperasi dan usaha mikro, usaha kecildan
usaha menengah, dan pemeriksaan dan pengawasan koperasi;
3) Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi di lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah;

13
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 2 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
14
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 2 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
18

4) Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab


Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah; dan
5) Atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecildan Menengah

3. Pengawasan Kemenkop dan UMKM


Dalam menjalankan tugasnya Menteri dibantu oleh para deputi meliputi
banyak bidang, salah satunya adalah deputi dibidang pengawasan sesuai dengan
pasal 23 dan 24 Peraturan Presiden No 62 Tahun 2015 tentang pengawasan ialah
sebagai berikut :15
1) Deputi Bidang Pengawasan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri.
2) Deputi Bidang Pengawasan dipimpin oleh Deputi.
Dan pada pasal 24 sebagai lanjutan pasal sebelumnya yang berbunyi : 16
“Deputi Bidang Pengawasan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-
undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha
simpan pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan
pinjam”.

Adapun dalam pelaksanaan pengawasan dijelaskan lebih detail pada pasal


25 meliputi hal-hal dalam pengawasan secara lebih detil, yaitu sebagai berikut :17
1) Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan
peraturan Perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan
koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan
penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;
2) Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,
pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan

15
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 23 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
16
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 24 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
17
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 25 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
19

pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan


pinjam;
3) Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang
peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,
pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan
pinjam, penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan
pinjam;
4) Administrasi Deputi Bidang Pengawasan; dan
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri
C. Landasan Perlindungan Konsumen / Nasabah menurut Hukum positif
1. Hukum Perlindungan Konsumen / Nasabah di Indonesia
Sebelum membahas tentang landasan hukum yang digunakan dalam
melindungi konsumen, penulis ingin membahas tentang pengertian perlindungan
konsumen. Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen
itu sendiri. Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa
perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Kalimat yang
menyatakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum pada
pengertian Perlindungan Konsumen tersebut adalah benteng yang bisa
menghalangi kesewenang-wenangan dari berbagai pihak.18Kedudukan hukum
perlindungan berada dalam kajian hukum ekonomi. Sunaryati Hartono
mengatakan bahwa hukum ekonomi adalah seluruh peraturan dan pemikiran
hukum mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi
dan cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata,
sesuai dengan hak asasi manusia.19

18
Sunaryati Hartono, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h. 2.
19
Sunaryati Hartono, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, h. 2.
20

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen menyatakan tentang dasar hukum perlindungan konsumen yaitu segala
ketentuan peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen
yang telah ada pada saat Undang-undang ini diundangkan, dinyatakan tetap
berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam undang-undang ini.20 Peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang perlindungan konsumen ialah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan


Konsumen.
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang: Buku kesatu dan buku
kedua KUHD mengatur tentang hak-hak dan kewajiban yang terbit
dari jasa perasuransi dan pelayaran. Aturan tentang hak-hak dan
kewajiban jasa perasuransian dan pelayaran tersebut dibuat untuk
memerhatikan kepentingan konsumen atau dengan kata lain untuk
melindungi konsumen.
4) Peraturan perundang-undangan yang tergolong hukum publik yaitu
antara lain ketentuan administrasi negara dan hukum pidana yang
mengatur tentang pencabutan izin usaha, izin praktik atau perizinan
lain yang diberikan, serta penjatuhan hukuman disiplin berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Pangan.
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999
Tentang Label dan Iklan Pangan.
7) Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
8) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/POJK.07/2013 tentang
Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

20
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
21

9) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 7/SEOJK.07/2015


tentang Pedoman Penilaian Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Sektor Jasa Keuangan.
10) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014
tentang Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen pada
Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
11) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/SEOJK.07/2014
tentang Penyampaian Informasi dalam Rangka Pemasaran Produk
dan/atau Layanan Jasa Keuangan.
12) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/SEOJK.07/2014
tentang Pelaksanaan Edukasi dalam Rangka meningkatkan Literasi
Keuangan Kepada Konsumen dan/atau Masyarakat.
13) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/SEOJK.07/2014
tentang Perjanjian Baku.
14) Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.07/2014
tentang Kerahasiaan dan Keamanan Data dan/atau Informasi Pribadi
Konsumen.

Syarat pengertian konsumen dalam Undang-undang yang sama ialah tidak


untuk diperdagangkan, hal ini menunjukkan bahwa konsumen ialah konsumen
akhir (end consumer), sekaligus juga membedakan antara konsumen dalam
pengertian tersebut (konsumen akhir) dan konsumen antara (intermediate
consumer).Konsumen antara tanpa memerhatikan besar kecilnya modal yang
ditanamkan maupun instrumen-instrumen investasi yang digunakan, bukanlah
konsumen, karena motif untuk mendapatkan keuntungan tertentu berupa uang
dan/atau yang dapat dipersamakan dengan uang tidak termasuk dalam kategori
barang dan/atau jasa yang dimaksudkan dalam undang-undang perlindungan
konsumen. Artinya konsumen antara tidak dapat menuntut pelaku usaha
22

berdasarkan undang-undang ini. Singkatnya pengertian konsumen dapat


dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni sebagai berikut:21
1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau
jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu.
2) Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan atau komersial.
Melihat pada sifat penggunaan barang dan/jasa tersebut konsumen
antara ini merupakan penguasaha, baik pengusaha perorangan atau
badan hukum, baik penguasa swasta maupun perusahaan publik
(perusahaan milik negara), dan dapat terdiri dari penyedia dana
(investor), pembuat produk akhir yang digunakan oleh konsumen
akhir atau produsen atau penyedia produk akhir seperti supplier,
distributor atau pedagang.
3) Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/atau jasa, yang digunakan denga tujua untuk memenuhi
kebutuhan hidup pribadinya, keluarga dan/atau rumah tangganya
dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha dalam
kaitannya dengan perlindungan konsumen, yakni perbuatan yang dilarang bagi
para pelaku usaha. Pasal 8 Undang-undang Perlindungan Konsumen memaparkan
tentang perbuatan apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh para pelaku usaha.
Namun, pada intinya, Pasal 8 tersebut tertuju pada dua hal, yaitu larangan
memproduksi barang dan/atau jasa dan larangan memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang dimaskud.Larangan-larang itu, menurut Nurmadjito hakikatnya
bertujuan untuk mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar di
masyarakat merupakan produk yang layar edar, layak asal-usul, kualitas sesuai

21
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004) h. 65
23

dengan informasi yang disampaikan baik melalui label, etiket, iklan, dan lain
sebagainya.22

2. Perlindungan Konsumen Pada Sektor Jasa Keuangan


Istilah yang digunakan di sektor ini tidak jauh berbeda dengan istilah pada
Undang-undang Perlindungan Konsumen, yakni Konsumen, pelaku usaha, dan
barang atau produk. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 01/POJK.07/2013
tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan menyatakan
bahwaKonsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau
memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain
nasabah pada perbankan, pemodal di pasar modal, pemegang polis pada
perasuransian, dan peserta pada dana pensiun, berdasarkan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan.23
Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) ialah Bank Umum, Bank Perkreditan
Rakyat, Perusahaan Efek, Penasehat Investasi, Bank Kustodian, Dana Pensiun,
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan
Gadai, dan Perusahaan Penjaminan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional maupun secara syariah. Di samping pelaku usaha, ada pula
istilah Direksi bagi sektor jasa keuangan yang berbadan hukum perseroan terbatas
dan Pengurus bagi yang berbadan hukum koperasi, yang merupakan pempinan
usaha atau pelaku usaha secara khusus di suatu perusahaan.
Istilah lain dalam perlindungan konsumen adalah klausula baku atau
perjanjian baku. OJK mendefinisikan perjanjian baku sebagai kontrak antara
pelaku usaha jasa keuangan dengan konsumen yang isinya dirancang,
dirumuskan, digandakan, dan ditawarkan, secara sepihak oleh PUJK tanpa
berunding dengan konsumen. Oleh karenanya, konsumen tidak bebas memilih isi
kontrak, bentuk kontrak, dan cara penutupan kontrak. Konsumen hanya bebas
memilih 2 (hal), yakni membuat atau tidak membuat perjanjian dan bebas
memilih pihak dalam kontrak.
22
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 65
23
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen
diSektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
24

Asas kontrak perjanjian baku adalah freedom of entrance, di mana jika


konsumen tidak setuju dengan isi kontrak dan pihak dalam kontrak, konsumen
hanya bebas untuk melakukan atau tidak melakukan kontrak. Perjanjian ini bisa
dibuat dalam bentuk tulisan atau digital, persoalan perjanjian baku diatur dalam
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) tentang Perlindungan Konsumen Sektor
Jasa Keuangan.

OJK membantu PUJK dan meningkatkan pelayanan perlindungan


konsumen dengan membuat sebuah sistem yang diberi nama Sistem Pelayanan
Konsumen Terintegrasi Sektor Jasa Keuangan. OJK juga menyiapkan Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) sebagai lembaga yang melakukan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.OJK menetapkan kebijakan bahwa
apabila penyelesaian sengketa dilakukan melalui lembaga alternatif penyelesaian
sengketa, LAPS yang digunakan adalah LAPS yang dimuat dalam daftar LAPS di
sektor jasa keuangan yang ditetapkan OJK.Lembaga Penyelesaian Sengketa ini
dibentuk dengan memerhatikan hak-hak konsumen agar dapat memeroleh
penyelesaian hukum yang patut.

Beralih ke pembahasan selanjutnya, yakni cakupan atau ruang lingkup


perlindungan konsumen pada sektor jasa keuangan.Perlindungan konsumen pada
sektor jasa keuangan meliputi pengaduan konsumen atas kerugian dan/atau
potensi kerugian finansial.Pengaduan itu berupa ungkapan ketidakpuasan
konsumen yang disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian
finansial pada konsumen yang diduga karena kesalahan atau kelalaian yang
dilakukan lembaga keuangan. Secara lebih rinci sebab dari adanya ungkapan
ketidakpuasan konsumen diuraikan sebagai berikut:24
1) Adanya kerugian
2) Adanya potensi kerugian finansial pada konsumen yang diduga
karena kesalahan atau kelalaian Lembaga Jasa Keuangan.

24
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
25

Ketentuan yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


(POJK) tentang pengaduan ini ialah bahwa pelaku usaha jasa
keuangan wajib melayani dan menyelesaikan adanya pengaduan
konsumen sebelum pengaduan tersebut disampaikan pada pihak
lain, menindak lanjuti pengaduan yang disampaikan secara lisan
sekurang-kurangnya dua hari kerja dan tertulis sekurang-kurangnya
20 (dua puluh) hari kerja setelah penerimaan pengaduan dan dapat
diperpanjang.

Mengingat hak untuk didengarkan dan hak memperoleh penyelesaian


hukum yang patut yang dimiliki oleh konsumen, maka OJK mengatur bahwa
PUJK harus mempunyai prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan (SOP).
Aturan tentang pemberian fasilitas penyelesaian pengaduan ini, pemakalah
pahami sebagai salah satu cara bagi konsumen untuk menyelesaikan sengketanya
dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan. SOP penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen di sektor jasa keuangan ini sekurang-kurangnya mencakup hal-hal
sebagai berikut:25
1) Penerapan prinsip aksesibilitas, independensi, keadilan, efisiensi,
dan efektifitas.
2) Pelaksanaan penerimaan pengaduan konsumen melalui berbagai
cara antara lain tatap muka, telepon, email, dan surat namun tidak
termasuk pengaduan yang dilakukan melalui pemberitaan di media
(media sosial dan media massa).
3) Akses konsumen untuk menyampaikan pengaduannya wajib
dipublikasi oleh PUJK untuk mempermudah konsumen untuk
menyampaikan pengaduannya.
4) Setiap pengaduan yang disampaikan oleh konsumen wajib dicatat
dan diregisterasi oleh PUJK dan tanda terima pencatatan registrasi
pengaduan konsumen tersebut diberikan kepada konsumen untuk

25
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
26

memberikan akses kepada konsumen untuk mengetahui proses


penyelesaian pengaduannya.
5) PUJK dapat membuat service level agreement (SLA) kepada unit
kerja terkait lainnya di internal untuk mengatur dan mempercepat
proses penyelesaian pengaduan kepada konsumen.
6) Tata cara komunikasi kepada konsumen paling kurang mencakup:
7) Prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan dalam format yang
mudah dimengerti dan mudah diakses oleh konsumen (dipublikasi
bersamaan dengan sarana akses konsumen dalam menyampaikan
pengaduannya).
8) Penawaran penyelesaian jika dari hasil analisa dan evaluasi yang
dilakukan oleh PUJK terjadinya pengaduan disebabkan kesalahan
dari PUJK.
9) Merahasiakan informasi mengenai konsumen yang melakukan
pengaduan kepada pihak manapun, kecuali:
10) Kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
11) Dalam rangka penyelesaian pengaduan.
12) Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
13) Atas persetujuan konsumen.
14) PUJK wajib memberikan pelayanan dan penyelesaian pengaduan.

Adapun cacat suatu produk bisa dilihat dari tiga aspek yang salah satunya
ialah disebabkan karena informasi yang tidak memadai. Oleh karenanya, OJK
juga mengatur tentang Informasi Produk dan/atau Pelayanan Jasa Keuangan untuk
Pelaku Usaha Jasa Keuangan, yakni sebagai berikut:26

1) Kewajiban menyampaikan informasi yang akurat. PUJK wajib


menyediakan dan menyampaikan informasi mengenai produk
dan/atau layanan yang akurat berdasarkan kejelasan referensi yang

26
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
27

digunakan. Contoh: pada saat menyampaikan atau menyebutkan


bahwa produk dan/atau layanan yang dibeli memberikan
keuntungan seperti tingkat hasil keuntungan bunga yang tinggi dan
kompetitif dibandingkan produk lainnya, maka harus ditampilkan
perbandingan dan diberi penjelasan atas perbandingan ang
dimaksud.
2) Kewajiban menyediakan informasi yang jujur. PUJK wajib
menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk
dan/atau layanan yang jujur berdasarkan informasi yang sebenarnya
tentang manfaat, biaya, dan risiko dari setiap produk dan/atau
layanan termasuk apabila terjadi perubahan ketika konsumen
menggunakan dan/atau memanfaatkan produk dan/atau layanan
yang diberikan oleh PUJK. Contoh: brosur suatu produk
menampilkan informasi biaya, risiko, manfaat seperti informasi
tentang seluruh biaya administrasi awal, biaya komisi, dan biaya
provisi (untuk produk kredit), biaya notaris (untuk biaya yang
dikenakan apabila menggunakan jasa notaris), biaya tidak aktifnya
rekening (apabila ternyata dikenakan biaya apabila rekening tidak
digunakan dalam jangka waktu tertentu), biaya administrasi
bulanan.
3) Kewajiban menyampaikan informasi yang jujur. PUJK wajib
menyediakan dan/atau menyampaikan informasi mengenai produk
dan/atau layanan yang jelas berdasarkan informasi secara lengkap
mengenai manfaat, biaya, dan risiko termasuk melakukan
konfirmasi kepada konsumen dan/atau masyarakat atas penjelasan
yang diberikan. Konfirmasi konsumen dapat dilakukan dengan
menandatangani surat pernyataan atau menyatakan persetujuan
konfirmasi antara konsumen dan PUJK, termasuk apabila terkait
harus memerhatikan ketentuan yang berdasarkan prinsip syariah.
Contoh: seluruh manfaat, risiko, biaya terkait produk dan atau
layanan dipaparkan dalam surat pernyataan yang dapat berisikan
28

klausula yang menyatakan bahwa konsumen mengerti akan


manfaat, risiko dan biaya-biaya yang dikenakan atas produk
dan/atau layanan yang diambil oleh konsumen atau dapat dilakukan
melalui button click setuju apabila disampaikan melalui media
online seperti website atau dapat juga disampaikan pernyataan
setuju melalui telepon yang direkam yang dapat dibuktikan hasil
cetakan rekaman apabila dibutuhkan untuk kepentingan audit.
4) Kewajiban menyediakan dan/atau menyampaikan informasi yang
tidak menyesatkan. Seperti apabila diadakan undian untuk suatu
pembelian produk dengan memberikan hanya sejumlah tertentu
suatu hadiah dan/atau dengan periode tertentu harus memunculkan
informasi berapa banyak jumlah unit hadiah (atau besaran
nominalnya apabila dalam bentuk nominal) yang diberikan kepada
konsumen dalam hal terjadi pembelian produk yang dimaksudkan
dan/atau memunculkan batas periode dimana hadiah yang bisa
didapatkan untuk pembelian produk dan/atau layanan tertentu.
5) Kewajiban menyediakan ringkasan informasi (dalam rangka
meringankan konsumen untuk dapat memperoleh informasi dengan
lebih cepat). PUJK wajib menyediakan ringkasan informasi tentang
produk dan atau layanan, kegiatan pemasaran, dan iklan serta hal
lain yang dapat dipersamakan dengan hal itu. Contoh: Selembaran
yang berisikan informasi ringkas tentang suatu produk mulai dari
manfaat, biaya, dan risiko produk dan/atau layanan lainnya.

PUJK wajib menyampaikan informasi realisasi produk dan/atau layanan


yang memerlukan persetujuan OJK. PUJK wajib menyampaikan pelaporan
realisasi produk dan/atau pelayanan yang ditujukan atau pada pengawas dan
ditembuskan ke Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK melalui surat
dan melalui email. Contoh: pelaporan realisasi atas telah diluncurkannya produk
asuransi terbaru atau layanan mobile banking terbaru sebagai aktivitas atau
kegiatan baru dari PUJK.
29

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen / Nasabah


Asas-asas hukum perlindungan konsumen dikelompokkan dalam 3 (tiga)
kelompok yaitu:27 asas keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Dalam
hukum ekonomi keadilan diseimbangkan dengan asas keseimbangan,
kemanfaatan disejajarkan dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum
disejajarkan dengan asas efisiensi.Menurut Himawan hukum yang berwibawa
berarti hukum yang efisien, di bawah naungan mana seseorang dapat
melaksanakan hak-haknya tanpa ketakutan dan melaksanakan kewajibannya tanpa
penyimpangan.28Sedangkan sasaran akhir dari tujuan hukum perlindungan
konsumen ialah pelaksanaan pembangunan di bidang hukum perlindungan
konsumen.

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah


menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.Upaya
yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen tidak hanya tindakan preventif
tetapi juga tindakan represif dalam semua bidang perlindungan yang diberikan
kepada konsumen.Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
memaparkan asas dan tujuan dari diberlakukannya hukum perlindungan
konsumen.Perlindungan konsumen berasaskan pada asas kemanfaatan, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum.
Sedangkan tujuannya ialah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen


untuk melindungi diri.
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan, dan menuntuk hak-haknya sebagai konsumen.

27
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2004) h. 33
28
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 33
30

4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung


unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan konsumen.

Ruang Lingkup Perlindungan Konsumen

Peraturan Perundang-undangan di atas mengatur pula persoalan konsumen


dan permasalahan yang biasa timbul di lingkungan konsumen. Cakupan
perlindungan konsumen dapat dibedakan dalam dua aspek sebagai berikut:29
1) Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada
konsumen tidak sesuai dengan apa yang disepakati.
2) Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-syarat yang tidak adil
kepada konsumen.

4. Hak dan Kewajiban Konsumen / Nasabah


Salah satu cara yang paling utama dalam mencapai keseimbangan antara
perlindungan konsumen dan perlindungan produsen adalah dengan menegakkan
hak-hak konsumen. Hak-hak yang merupakan hak dasaryaitu terdiri atas:30
1) Hak memperoleh keamanan;
2) hak memilih;
3) hak mendapat informasi;
4) hak untuk didengar.

29
Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h.
152.
30
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia.
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 102-103
31

Rancangan akademik Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen


yang dikeluarkan oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Departemen
Perdagangan mengemukakan hak-hak konsumen, yaitu empat hak dasar yang
disebut di atas, ditambah dengan hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan
nilai tukar yang diberikannya, dan hak untuk mendapatkan penyelesaian hukum
yang patut. Denga demikian, secara keseluruhan pada dasarnya dikenal 10
(sepuluh) macam hak konsumen, yaitu sebagai berikut:31
1) Hak memperoleh keamanandan keselamatan, hak ini berfungsi
untuk menjamin keamanan dan keselamatan konsumen dalam
penggunaan barang dan/atau jasa.
2) Hak memilih, yakni hak yang dapat memberikan konsumen
kebebasan untuk memilih produk. Hak ini berkaitan dengan
larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,
misalnya persaingan usaha dengan raktek memaksa konsumen
untuk membeli produk yang bukan pilihannya.
3) Hak mendapat informasi, yakni hak agar konsumen memperoleh
gambaran yang benar mengenai barang dan/atau jasa yang sedang
dikonsumsi.
4) Hak untuk didengar, misalnya ialah hak konsumen untuk bertanya
mengenai kualifikasi produk, melakukan pengaduan atas kerugian
yang dialami konsumen dari pemakaian suatu produk, atau memberi
pendapat atau protes atas kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan perlindungan konsumen.
5) Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup, hak ini merupakan hak
yang paling mendasar bagi setiap manusia dan makhluk hidup
lainnya.
6) Hak untuk memperoleh ganti rugi, yaitu hak untuk memulihkan
keadaan yang telah menjadi rusak.

31
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia.
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011)h.104
32

7) Hak untuk memperoleh pendidikan konsumen. Hak ini berfungsi


untuk memberi konsumen edukasi, sehingga konsumen dapat
terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk dan menjadi
lebih teliti dan kritis dalam memilih produk yang dibutuhkan.
8) Hak memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Hak ini
dan hak memperoleh informasi tentang lingkungan diatur dalam
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997, hak ini penting bagi setiap
konsumen.
9) Hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang
diberikannya. Hak ini tentu sangat penting, sebab jika tidak,
konsumen akan menjadi sasaran empuk bagi pelaku usaha. Pelaku
usaha tidak dapat menetapkan harga semaunya dengan adanya hak
ini, sehingga konsumen bisa terhindar dari permainan harga yang
tidak wajar yang dilakukan para pelaku usaha.
10) Hak untuk mendapatkan upaya penyelesaian hukum yang patut.
Hak ini dimaksudkan untuk mempermudah konsumen dalam
menyelesaikan permasalahannya dengan pelaku usaha.

Secara garis besar, hak bagi konsumen dibagi dalam tiga hak yang menjadi
prinsip dasar, yaitu: pertama, hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen
dari kerugian baik kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan. Kedua,
hak untuk memeroleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar.Ketiga, hak
untuk memeroleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang
dihadapi.32
Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang
kewajiban konsumen, antara lain sebagai berikut.
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau kemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan
dan keselamatan.

32
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen di Indonesia, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, h.140.
33

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang


dan/atau jasa.
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.

Adanya peraturan tentang kewajiban konsumen di atas bertujuan untuk


melindungi konsumen itu sendiri dan melindungi pula para pelaku
usaha.Misalnya, kewajiban konsumen untuk mengikuti petunjuk dan prosedur
pemakaian atau kemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan dan
keselamatan, dibuat untuk keamanan dan keselamatan konsumen. Sering kali para
pelaku usaha sudah menyampaikan secara jelas peringatan produk pada label
suatu produk, namun konsumen tidak teliti atau tidak membaca peringatan
tersebut, sehingga bukan pelaku usaha yang bertanggung jawab atas kelalaian
konsumen itu, tapi konsumen itu sendiri yang seharusnya lebih memerhatikan
kewajibannya dalam Pasal 5 ayat 1 tersebut. Singkatnya, keseimbangan antara
perlindungan konsumen dan pelaku usaha harus diperhatikan agar tidak ada pihak
yang dirugikan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen ini.
Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dan Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM).Badan Perlindungan
Konsumen Nasional yang disingkat BPKN diadakan dalam rangka
33
mengembangkan upaya perlindungan konsumen. Istilah mengembangkan yang
digunakan di dalam rumusan pasal tersebut, menunjukan bahwa Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) dibentuk sebagai upaya untuk
mengembangkan perlindungan konsumen yang sudah diatur dalam Pasal lain,
khususnya tentang pengaturan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha,
pengaturan larangan-larangan bagi pelaku usaha di dalam menjalankan bisnisnya,
pengaturan tanggung jawab pelaku usaha, dan pengaturan penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen.

33
Pasal 31 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
34

Kedudukan BPKN ada di Ibu Kota Negara dan bertanggung jawab kepada
Presiden, serta tidak dapat diintervensi oleh pihak departemen seperti Departemen
Perdagangan dan Perindustrian di dalam pelaksanaan tugasnya.Kedudukannya
yang independen tersebut dinilai oleh beberapa ahli seperti Ahmadi Miru baik
bagi kepentingan perlindungan konsumen.34Sebelumnya posisi BPKN diemban
oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), yang bertujuan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dalam bidang penelitian, bidang pendidikan,
bidang penerbitan, warta konsumen, dan perpustakaan; bidang pengaduan; serta
bidang umum dan keuangan.
Fungsi BPKN ialah memberikan saran dan pertimbangan kepada
pemerintah dalan upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia.Tugas BPKN berdasarkan Pasal 34 Undang-undang Perlindungan
Konsumen dapat dilihat pada rincian berikut ini:35
1) Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam
rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan
konsumen.
2) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan
konsumen.
3) Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang
menyangkut keselamatan konsumen.
4) Mendorong berkembangnya lemabaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat.
5) Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan
konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada
konsumen.
6) Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari
masyarakat, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
atau pelaku usaha.
34
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2004), h.196.
35
Pasal 33 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
35

7) Melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.

D. Landasan Perlindungan Konsumen/ Nasabah Menurut Hukum Islam


Untuk melindungi kepentingan para pihak di dalam lalulintas
perdagangan/berbisnis, hukum Islam menetapkan beberapa asas yang dijadikan
sebagai pedoman dalam melakukan transaksi, yaitu at-tauhid, is-tiklaf, al-ihsan,
al-amanah, ash-shiddiq, al-adl, al-khiyar, at-ta’wun, keamanan dan keselamatan,
danat-taradhin. Di dalam UUPK asas perlindungan konsumen diatur pada Pasal 2
yang menyebutkan bahwa :
“Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan,
keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”.

Asas pokok atau pondasi dari seluruh kegiatan bisnis di dalam hukum
Islam ditempatkan pada asas tertinggi, yaitu tauhid (mengesakan Allah
SWT).36Dari asas ini kemudian lahir asas istikhlaf, yang menyatakan bahwa apa
yang dimiliki oleh manusia hakekatnya adalah titipan dari Allah SWT, manusia
hanyalah sebagai pemegang amanah yang diberikan kepadanya.37Dari asas tauhid
juga melahirkan asas al-ihsan (benevolence),artinya melaksanakan perbuatan baik
yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain tanpa ada kewajiban
tertentu yang mengharuskannya untuk melaksanakan perbuatan tersebut. 38

Dari ketiga asas di atas melahirkan asas al-amanah, ash-shiddiq, al-adl,


al-khiyar, at-ta’wun, keamanan dan keselamatan, danat-taradhin. Menurut asas
al-amanahsetiap pelaku usaha adalah pengemban amanahuntuk masa depan dunia
dengan segala isinya (kholifah fi al-ardhi), oleh karena itu apapun yang
dilakukannya akan dipertanggung jawabkan di hadapan manusia dan di hadapan
sang pencipta (Allah SWT).39Ash-shiddiqadalah prilaku jujur, yang paling utama
di dalam berbisnis adalah kejujuran.

36
Yusuf Qardhawi, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan dahlia
husin, (Jakarta : Gema Insani press, 1997) h. 31.
37
Yusuf Qardhawi, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan dahlia
husin, h. 40-41.
38
Faisal Badroen, Etika bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana, 2007)h. 102-103.
39
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung : Alfabeta, 2011)h. 59.
36

Al-adl adalah keadilan atau keseimbangan, dan kesetaraan yang


menggambarkan dimensi horizontal dan berhubungan dengan harmonisasi segala
sesuatu di alam semesta ini. Al khiyar adalah hak untuk memilih dalam transaksi
bisnis, hukum Islam menetapkan asas ini untuk menjaga terjadinya perselisihan
antara pelaku usaha dengan konsumen. Ta’awun adalah tolong menolong,
ta’awun memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan ini karena tidak ada
satupun manusia yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain, sehingga
tolong menolong antara sesama manusia merupakan keniscayaan, terutama dalam
upaya meningkatkan kebaikan dan ketakwaaan kepada Allah SWT. Untuk itu,
dalam hubungannya dengan transaksi antara konsumen dan produsen asas ini
harus dijiwai oleh kedua belah pihak.40
Asas Keamanan dan Keselamatan, dalam hukum Islam ada lima hal yang
wajib dijaga dan dipelihara (al-dharuriyyat al-khamsah),yaitu:
1) memeliharaan agama (hifdh al-din)
2) memelihara jiwa (hifdh al-nafs)
3) memelihara akal (hifdh al-aql)
4) memelihara keturunan (hifdh nasl)
5) memelihara harta (hifdh al-maal).41
Asas at-taradhi (kerelaan) merupakan salah satu syarat sahnya jual beli di
dalam Islam adalah aqadatau transaksi. Aqadatau transaksi tidak pernah akan
terjadi kecuali dengan shighat (ijab-qabul),yaitu segala hal yang menunjukkan
kerelaan atau kesepakatan kedua belah pihak (penjual dan pembeli).
Adapaun dalam sistem simpan pinjam dalam islam terdapat dua akad yang
harus ditaati baik untuk debitur maupun kreditur/nasabah yaitu :
1) Akad penyimpanan berdasarkan prinsip amanah
Pada dasarnya akad sebuah penyimpanan dana adalah akad titipan dan
karena merupakan sebuah titipan , maka menjadi kewajiban bagi yang dititipi

40
Nurhalis h“Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomer 8 tahun. Kajian Hukum dan Keadilan I. Jurnal IUS| Vol III | Nomor 9 | Desember
2015. h.528.
41
Nurhalis h “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomer 8 tahun h.528.
37

untuk mengembalikan titipan tersebut. Konsep dasar penyimpanan uang dalam


Islam berasal dari wadi’ah(titipan) terbagi menjadi dua bentuk wadi’ah yad
amanahdan wadi’ah yad dhammanah yang masing-masing mempunyai impliksi
berbeda dalam hak dan tanggungjawab. Landasan hukumnya adalah Al-Qur‟an
surah Al Baqarah ayat 283 dan surat al-Mukminun ayat 8:
Artinya:
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya.

Artinya :
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya.
Termasuk dalam prinsip amanah ini adalah bahwa kedua belah pihak yang
melakukan perjanjian dilarang untuk menyembunyikan sesuatu atau informasi
terhadap pihak lain. Pihak bank syariah harus memberikan informasi yang seluas-
luasnya kepada nasabah penyimpan dana tentang segala hal yang berkaitan
dengan dana yang mereka simpan dalam bank syariah.

2) Akad penyimpanan berdasarkan prinsip kemaslahatan


Konsep dasar dari dari ekonomi Islam berlawanan dengan konsep
ekonomi kapitalis dan konsep ekonomi sosialis karena ekonomi Islam
berlandaskan kepada tauhid.Praktek ekonomiyang dalam Islam disebut sebagai
muamalah adalah merupakan bagian yang tidak salah bentuk ibadah kepada Allah
SWT, dan perbankan syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
ekonomi Islam.
Dalam prakteknya segala kegiatan yang dilakukan oleh Perbankan syariah
harus mengacu pada nilai-nilai penegakan tauhid kepada Allah. Artinya
kegiatannya harus berlandaskan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah
dan harus bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga praktek perbankan Syariah
berdimensi kemaslahatandunia (mencari keuntungan) juga berdimensi
38

Kemaslahatanakherat (selalu berada dalam ketentuan Allah). Untuk mendapatkan


kemaslahatan dunia dan akhirat, Perbankan syariah berpegang akhlak atau etika
bisnis yang telah digariskan. Misalnya, dalam melakukan aktifitas ekonomi atau
keuangan manusia dilarang memakan atau melakukan intervensi keuangan yang
melanggar ketentuan Allah SWT. Sebagaimana firmanNya dalam surat Al-
Baqarah ayat 188 :



 
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagianyang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.

Transaksi penyimpanan dana yang dilakukan melalui perbankan syariah


bisa saja berbentuk qardhu hasandalam arti penyimpan dana sebagai shohibul mal
memberikan dananya kepada mudharibyang sangat lemah untuk dikelola dengan
tujuan tidak untuk mendapatkan keuntungan tetapi bersifat menolong mudharib
untuk meningkatkan ekonominya. Disini bias berlaku penyimpanan dana dengan
system mudharabah muqayyad, artinya penyaluran dana simpanan disyaratkan
kepada pengelola yang sangat membutuhkan.Kemaslahatan lainnya adalah akad
penyimpanan dana dalam perbankan syariah berlaku secara umum tidak hanya
untuk orang-orang yang beragama Islam tetapi berlaku umum untuk non muslim.
Terhadap nasabah non muslim juga diberlakukan prinsip-prinsip yang sama
dengan nasabah yang muslim sehingga mereka juga merasakan kemaslahatannya.
Dengan demikian tujuan agama Islam untuk menjadi rahmatan lil alamin akan
tercapai
BAB III
A. Profil Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group Profil KSP
Pandawa Mandiri Group
1. Profil KSP Pandawa Mandiri Group
Berdasarkan situs https://ksppandawamandirigroup.co.id/, lembaga ini
bernama lengkap Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group.
Lokasi KSP ini di Jalan Raya Meruyung No. 8A, RT002/RW024 Meruyung,
Limo, Depok, Jawa Barat. KSP Pandawa beroperasi di 2015 berdasarkan
keputusan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah melalui Surat
Izin Usaha Simpan Pinjam Nomor: 260/SISP/Dep.1/IV/2015.
Dalam situs tersebut menyediakan informasi tentang sejarah berdirinya
KSP Pandawa.Informasi ini bisa diakses dengan mengklik pilihan Tentang
Pandawa di berandasitus.KSP Pandawa Mandiri Group didirikan Salman
Nuryanto yang hijrah dari kampung halamannya di Pemalang (Jawa Tengah) ke
Kota Depok.Nuryanto mencari peruntungan di Depok dengan berjualan bubur
ayam keliling. Dia menamakan buburnya dengan nama Pandawa.Informasi lain
yang bisa dibaca dalam kolom sejarah adalah pada 2015 KSP Pandawa Mandiri
Group berhasil membagikan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 22% kepada
Anggota. Selain itu, di beranda situs, ada sejumlah informasi lain seperti visi dan
misi, logo Pandawa Group di ujung kiri beranda. Lalu ada pilihan produk kami
dan cara bergabung, serta berbagai slogan KSP Pandawa Mandiri Group. Jika
pilihan produk kami diklik, maka ada informasi tentang produk KSP Pandawa,
yang meliputi simpanan dan pinjaman. Jika pilihan cara bergabung diklik, maka
ada informasi seputar syarat untuk bergabung menjadi anggota KSP Pandawa
Mandiri Group.1

2. Faktor–Faktor Penyebab KSP Pandawa Mandiri Group Pailit


Salah satu faktor penyebab pailit adalah penyalahgunaan kewenangan oleh
pimpinan/pengurus KSP Pandawa Mandiri Group, yaitu dengan menggunakan
dana nasabah untuk dioperasinalkan produk investasi yang notabenenya tidak
1
https://finance.detik.com/moneter/3346084/ini-profil-pandawa-group-yang-dihentikan-
ojkdiakses pada 1 Desember 2017 pukul : 20.00 WIB

39
40

memilik izin dari OJK atau disebeut juga investasi ilegal ataupun investasi
bodong.
Investasi Ilegal atau disebut juga investasi bodong pada esensinya
merupakan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan namun
dikemas dengan investasi2. Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya
menyebutkan bentuk umum diduga kegiatan investasi illegal, diantaranya :
1) Fixed income products, dimana produk ini menawarkan imbal
hasil (return) yang dijanjikan secara fixed (tetap) dantidak akan
terpengaruh oleh risiko pergerakan harga di pasar;
2) Simpanan yang menyerupai produk perbankan (tabungan atau
deposito), dimana pada beberapa kasus berupa surat Delivery
Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterBank Indonesiatkan
suatu perusahaan;
3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari
masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada Bank Indonesia dari
satu instrument keuangan atau pada sektor riil;
4) Program investasi online melalui internet, yang menjanjikan
pengembalian dana investasi secara rutin.3

Bentuk kegiatan investasi ilegal tersebut memiliki karakteristik dalam


produk yang ditawarkan, Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya pun
menyebutkan :
1) Return atau keuntungan yang ditawarkan sangat tinggi (bahkan
seringkali tidak masuk akal) dan/atau dalam jumlah yang
dipastikan;
2) Produk investasi ditawarkan dengan janji akan dijamin dengan
instrumen tertentu, seperti emas, giro, atau dijamin oleh pihak
tertentu seperti pemerintah, Bank dan lain-lain;

2
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “. “Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan
Dalam Penanganan Investasi Illegal”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa
Keuangan, 2015.
3
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “.Bentuk umum produk diduga ilegal yang
ditawarkan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, 2015 ”
41

3) Menggunakan nama perusahaan-perusahaan besar secara tidaksah


untuk meyakinkan calon investor;
4) Dana masyarakat tidak dicatat dalam segregated account (akun
yang terpisah) agar mudah digunakan secara tidak bertanggung
jawab.4

Faktor lain yang menyebabakan KSP PMG pailit yaitu


dihentikannyakegiatan penghimpunan dana dari masyarakat.Pada tahun 2016 KSP
Pandawa Mandiri Group mulai diselidiki oleh OJK dan Satuan Tugas Penanganan
Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat
dan Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi) mengenai penghimpunan
dana investasi dari masyrakat tanpa adanya izin kepada OJK selaku yang
berwenang dibidang jasa keuangan. Dan pada tanggal 11 november 2017 OJK
mengeluarkan putusan dan resmi menghentikan kegiatan penghimpunan dana
KSP Pandawa Mandiri Group. Adapun Tindak lanjut keputusan Satgas Waspada
Investasi tersebut adalah:5
1) Salman Nuryanto dan KSP Pandawa Mandiri Group melaksanakan
keputusan rapat Satgas Waspada Investasi tersebut.
2) Kementerian Koperasi dan UKM melanjutkan pembinaan terhadap
KSP Pandawa Mandiri Group sehingga KSP tersebut dapat berjalan
sesuai dengan ketentuan perkoperasian.
3) OJK melaksanakan sosialisasi kepada KSP Pandawa Mandiri Group
terkait tata cara pendirian lembaga jasa keuangan.
4) Apabila masih terdapat kegiatan penghimpunan dana yang
dilakukan oleh Salman Nuryanto dan/atau Pandawa Group tanpa
izin, OJK dan Bareskrim Polri akan melakukan penyidikan karena
melanggar ketentuan dalam Pasal 46 UU Perbankan mengenai
larangan penghimpunan dana tanpa izin atau bank gelap dengan

4
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal”,
Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, 2015
5
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Pendiri-Pandawa-Group-
Depok-Hentikan-Penghimpunan-Dana-Masyarakat.diakses pada 2 desember 2017 pukul 22.00
WIB
42

ancaman pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling


banyak Rp 200 miliar.

Dan faktor KSP PMG pailit selanjutnya ialah dikeluarkannya fatwa MUI
Kota Depok yang menyatakan bahwa KSP Pandawa Mandiri Group
menyimpang,, setelah melakukan pengumpulan data dan pengkajian, akhirnya
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok mengeluarkan fatwa haram terhadap
investasi di KSP Pandawa Mandiri Group yang berkantor di Kelurahan
Meruyung, Limo.
Ketua MUI Kota Depok, KH Ahmad Dimyati Badruzaman menegaskan,
dalam surat Keputusan Fatwa MUI Kota Depok NO : 01/SK/MUI/Dpk/VI/2016,6
ditegaskan KSP Pandawa Mandiri merupakan koperasi yang berkedok pengelola
dana investasi yang melakukan prakteknya dengan mencatut pemuka agama
Islam.

3. Putusan Pailit KSP Pandawa Mandiri Group Oleh Pengadilan Niaga


Jakarta Pusat
KSP Pandawa Mandiri Group memasuki periode berat pasca dihentikan
operasionalnya oleh OJK dan juga diftawakan haram atas produk investasi
mereka oleh MUI Kota Depok dan lantas membuat KSP tersebut menjadi sorotan
media dan buah bibir di masyarakat, kemudian muncul keraguan dan
ketidakpercayaan oleh nasabah yang sudah terlanjur menjadi nasabah koperasi
dan investor yang menginvestasikan di KSP PMG.
Kerincuhan yang terjadi di KSP Pandawa Mandiri Group membuat
pimpinan dan pengurus semakin terpojok dan jadi sasaran penegak hukum atas
tindakan mereka menegani peniupuan dan penggelpan dana masyarakat yang
mereka himpun dari dana koperasi dan juga dana investasi nasabah. Nasabah
yang curiga mulai mencari kebenaran mengenai berita yang masih simpang siur
mengenai pembubaran KSP PMG, mereka pun mulai mendatangi pihak kepolisian

6
Fatwa MUI kota Depok mengenai KSP Pandawa Mandiri Group.
43

dan OJK yang mengawasi tentang perusahaan ataupun badan hukum jasa
keuangan dan penghimpunan dana dari masyarakat.
Salman Nurayanto beserta rekan-rekannya di KSP PMG dibayangi
kepailitan atas KSP yang mereka dirikan tersebut, adapun pengertian Kepailitan
berdasarkan Pasal 1Ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004tentang Kepailitan dan
PKPU, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
Hakim. Kepailitan adalah keadaan seorang debitor berhenti membayar utang-
utangnya, istilah berhenti membayar tidak mutlak harus diartikan debitor sama
sekali berhenti membayar utang-utangnya, tetapi debitor dapat dikatakan dalam
keadaan berhenti membayar,7 apabila ketika diajukan permohonan pailit ke
pengadilan, debitor berada dalam keadaan tidak dapat membayar utangnya.
Dalam Pasal 3 UUK disebutkan, Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
UU ini, selain memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang pula untuk memeriksa dan
memutus perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya secara Undang-
Undang Kepailitan. Dari ketentuan ini dapat diketahui, bahwa ruang lingkup
pengadilan niaga yakni menyangkut :8
1) Permohonan pernyataan pailit,
2) Penundaan kewajiban pembayaran utang,
3) Perkara lainnya yang ditentukan dalam undang-undang

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa Mandiri Group dan


Nuryantotelah berstatus insolvensi alias gagal bayar dari Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat. Atas statustersebut, maka tim kurator sudah memiliki kewenangan untuk
mengeksekusi aset milik KSP Pandawa dan nasabah bersama-sama
mengajukannya permohonan pailit KSP PMG di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

7
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada,2002) h.27.
8
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan, (Bandung :
CV. Nuansa Aulia, 2006) h. 45
44

Permohonan pailit di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terhadap KSP


Pandawa Mandiri Group oleh nasabahnya sendiri karena tuntutan pengembalian
dana mereka tak knjung di gubris oleh pihak KSP PMG, adapaun indikasi
kebangkrutan juga terjadi pada KSP tersebut karena dihentikan kegiatan
penghimpunan yang berarti tidak ada lagi pemasukan di KSP PMG tersebut.
Setelah melalui proses yang panjang, nasabahKSP PMG tak mau berdamai
dengan pihak Salman Nuryanto selaku pimpinan KSP PMG, kemudia mereka
mendesak pihak PN Jakarta Pusat agar segera mengadili KSP PMG dengan
putusan pailit. Pada tanggal 31 Mei 2017 akhirnya KSP PMG dinyatakan pailit
Oleh PN Jakarta Pusat dengan putusan NO :31/Pailit/2017/ PN.Jkt.Pst

4. Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) KSP


Pandawa Mandiri Group Oleh PN Jakarta Pusat
KSP PMG Pasca dinyatakannya ingin menajukan perdamaian untk pkara
utang yang harus mereka lunai terhadap nasabah dan investor, merujuk pada Pasal
144 UU No. 37 Tahun 2004 menentukan,9 debitor pailit berhak untuk
menawarkan suatu perdamaian kepada semua kreditor, artinya perdamaian dapat
ditawarkan oleh debitor setelah debitor dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga.
Perdamaian dalam proses kepailitan pada prinsipnya sama dengan perdamaian
dalam pengertiannya yang umum, intinya terdapat “kata sepakat” antara kreditor
dan debitor. Proses perdamaian dalam kepailitan harus mengikuti prosedur
tertentu sesuai dengan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan PKPU, sebab penyimpangan terhadap prosedur bisa menyebabkan
perdamaian tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. Seluruh proses perdamaian
dalam kepailitan dilakukan menurut tahap-tahap yang diatur dalam Undang-
Undang No. 37 Tahun 2004.
Pada faktanya nasabah menolak untuk sepakat berdamai dengan dengan
Salman Nuryanto ajukan selaku Pimpinan KSP PMG yang diwakili oleh kuasa
hukumnya, dan para nasabah menunt uang mereka agar segera kembali dengan
mengajukan permohonan PKPU agar seluruh harta yang dimiliki oleh pimpinan

9
Penjelasan Pasal 144 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
45

dan pengurus KSP PMG dapat disita oleh Kurator dan diawasi oleh hakim
pengawas. PKPU diatur dalam Bab II dari Pasal 222sampai dengan Pasal 298
UUK PKPU. Lembaga PKPU dalam ilmu hukum dagang dikenal dengan nama
surseance vun betaling atau suspension of payment.UUKPKPU tidak memberikan
pengertian secara tegas mengenai PKPU. Dalam Pasal 222 UUK PKPU
dinyatakan mengenai para pihak yang dapat meminta PKPU dan maksud dari
pengajuan PKPU.adalah:10
1) Penundaan kewajiban pembayaran utang diajukan oleh debitur yang
mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur atau oleh kreditur;
2) Debitur yang memperkirakan tidak dapat atau tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan
maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur;
3) Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran
utang, untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditur.

Yang dimaksud dengan tundaan pembayaran utang11 adalah suatu masa


yang diberikan oleh undang-undang melalui putusan hakim niaga dimana dalam
masa tersebut kepada pihak kreditur dan debitur diberikan kesempatan untuk
memusyawarahkan cara-cara pembayaran utangnya dengan memberikan rencana
perdamaian seluruh atau sebagian utangnya, termasuk bila perlu untuk
merestrukturisasi utangnya tersebut.
PKPU merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan debitur untuk
menghindari kepailitan. Upaya tersebut hanya dapat diajukan oleh debitur

10
Penjelasan Pasal 222 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
11
Munir Fuadi, Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti 2005)
h.171.
46

sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan oleh pengadilan, karena berdasarkan


Pasal 229 ayat(3) UUK PKPU permohonan PKPU harus diputuskan terlebih
dahulu apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU diperiksa
pada saat yang bersamaan. Agar permohonan PKPU yang diajukan setelah adanya
permohonan pernyataan pailit yang diajukan terhadap debitur dapat diputus
terlebih dahulu sebelum permohonan pernyataan pailit diputuskan, menurut Pasal
229 ayat (4)UUK PKPU wajib permohonan PKPU itu diajukan pada sidang
pertama permohonan pernyataan pailit.12
Penegasan Pasal 229 ayat (4) UUK PKPU yang telah menguraikan secara
tegas bahwa permohonan PKPU harus diajukan pada saat sidang pertama
permohonan pernyataan pailit, namun tidak dijelaskan apa konsekuensinya
apabila permohonan PKPU tidak diajukan pada saat sidang pertama. Tidak ada
penjelasan apapun mengenai hal itu dalam UUK PKPUMengingat tujuan
pemberian fasilitas kepada debitur maupun kreditur untuk mengajukan PKPU,
yaitu menghindarkan kepailitan debitur dengan tercapainya perdamaian antara
debitur dan para krediturnya, maka Pasal 224 ayat (4) UUK PKPU harus
ditafsirkan dan disikapi bahwa sebelum pernyataan pailit debitur hendaknya
hakim menunda lebih dahulu pemberianputusan dan memeriksa permohonan
PKPU tersebut.
PKPU bagi debitor pailit adalah sebagai sarana untuk dapat melanjutkan
usahanya. PKPU memiliki tujuan agar debitor sebagai perusahaan mempunyai
waktu yang cukup untuk berusaha mengadakan perdamaian dengan para
kreditornya dalam menyelesaikan utang-utangnya. PKPU memberikan
kesempatan kepada debitor untuk melakukan reorganisasi usaha atau manajemen
perusahaan atau melakukan restrukturisasi utang-utangnya dalam tenggang waktu
PKPU, yang pada akhirnya debitor akan dapat meneruskan kegiatan usahanya.
Pada PKPU, debitor tidak kehilangan haknya untuk mengurus perusahaan dan

12
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, (Jakarta: Grafiti, 2009) h.338
47

asetnya, sehingga debitor tetap mempunyai wewenang untuk melakukan


pengurusan perusahaanya.13
Pada Senin 17 April 2017, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat
memutuskan permohonan PKPU atas KSP PMG oleh para nasabah, perkara
dengan nomor registrasi No : 37/Pdt.Sus-PKPU/2017/PN.Jkt.Pst. yang
mengabulkan permohonan agar KSP Pandawa dalam PKPU sementara. Dalam
amar putusan, Ketua Majelis Hakim Eko Sugiarto mengatakan termohon II
Salman Nuryanto yang bertanggung jawab secara pribadi, atau sebagai pengurus,
maupun pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group, untuk membayar kewajiban ke
kreditur.

13
Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan
di Indonesia (Studi Putusan-Putusan Pengadilan), (Yogyakarta : Total Media, 2008)h.280.
BAB IV
AKIBAT HUKUM PASCA KSP PANDAWA MANDIRI GROUP PAILIT
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

A. Akibat Hukum Pasca KSP Pandawa Mandiri Group Pailit


1. Akibat Pailit Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
a. Akibat Pailit Menurut Hukum Positif

Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit Dengan


dijatuhkannya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga, debitur demi hukum
kehilangan haknya untuk berbuat sesuatu terhadap penguasaan dan pengurusan
harta kekayaan yang termasuk dalam kepailitan terhitung sejak tanggal kepailitan
itu. Kepailitan mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitur serta segala sesuatu
yang diperoleh selama kepailitan berada dalam sitaan umum sejak saat putusan
pernyataan pailit di ucapkan, kecuali :1
1) Benda termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur
sehubungan dengan, pekerjaannya perlengkapannya, alat-alat
medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat tidur dan
perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan
keluarganya, yang terdapat ditempat itu yang diatur dalam Pasal
22a UU No.37 Tahun 2004.
2) Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari perkerjaannya sendiri
sebagai penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah,
pensiun, uang tunggu tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh
Hakim Pengawas. yang diatur dalam Pasal 22 b UU No.37 Tahun
2004.
3) Atau uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu
kewajiban memberikan nafkah menurut Undang-Undang. yang
diatur dalam Pasal 22c UU No.37 Tahun 2004.

1
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h. 107

48
49

Putusan kepailitan adalah bersifat serta merta dan konstitutif yaitu


meniadakan keadaan dan menciptakan keadaan hukum baru. Dengan pailitnya
pihak debitur, banyak akibat yuridis yang diberlakukan kepadanya oleh undang-
undang. Akibat-akibat yuridis tersebut berlaku kepada debitur dengan 2 (dua)
model pemberlakuan, yaitu:2
1) Berlaku Demi Hukum
Beberapa akibat yuridis yang berlaku demi hukum (by the operation of
law) segera setelah pernyataan pailit dinyatakan atau setelah pernyataan pailit
mempunyai kekuatan hukum tetap ataupun setelah berakhirnya kepailitan. Dalam
hal ini, pengadilan niaga, hakim pengawas, kurator, kreditur, dan pihak lain yang
terlibat dalam proses kepailitan tidak dapat memberikan andil secara langsung
untuk terjadinya akibat yuridis tersebut.
2) Berlaku Secara Rule Of Season
Maksud dari pemberlakuan model ini adalah bahwa akibat hukum tersebut
tidak otomatis berlaku, tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak
tertentu setelah mempunyai alasan yang wajar untuk diberlakukan.
Beberapa akibat hukum terhadap perbuatan hukum yang dilakukan oleh
debitur :
1) Akibat kepailitan terhadap debitur pailit dan hartanya
Akibat kepailitan hanyalah terhadap kekayaan debitur, dimana debitur
tidaklah berada dibawah pengampuan. Debitur tidaklah kehilangan
kemampuannya untuk melakukan perbuatan hukum menyangkut dirinya, kecuali
apabila perbuatan hukum tersebut menyangkut pengurusan dan pengalihan harta
bendanya yang telah ada. Apabila menyangkut harta benda yang akan
diperolehnya, debitur tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta
benda yang akan diperolehnya itu kemudian menjadi bagian dari harta pailitnya. 3.
Sejak tanggal putusan pernyataan pailit itu untuk diucapkan, debitur demi hukum

2
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan (Malang : UMM Press, 2007) h. 103
3
Sultan Remi Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti , 2009) h.
257
50

kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta
pailit.
2) Akibat hukum terhadap seluruh perikatan yang dibuat oleh debitur
pailit
Semua perikatan debitur yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit,
tidak lagi dapat membayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut
menguntungkan harta pailit (Pasal 25 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU).
Tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus
diajukan oleh atau kurator. Dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan
oleh atau terhadap debitur pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan
suatu penghukuman terhadap debitur pailit, penghukuman tersebut tidak
mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit (Pasal 26 UndangUndang
Kepailitan dan PKPU).Selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk
memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap
debitur pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan
(Pasal 27 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU).
3) Akibat hukum bagi kreditur Pada dasarnya,
kedudukan para kreditur sama (paritas creditorum) dan karenanya mereka
mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi budelnya pailit sesuai dengan
besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata parte). Namun asas
tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan kreditur yang memenang hak
anggunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang haknya didahulukan
berdasarkan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU dan 47 peraturan perundang-
undangan lainnya. Oleh karenanya, kreditur dapat dikelompokkan sebagai
berikut:4
a) Kreditur separatis
Merupakan kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat
bertindak sendiri yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitur,
sehingga hak-hak eksekusi kreditur separatis ini tetap dapatdijalankan seperti

4
Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005) h. 43
51

tidak ada kepailitan debitur. Kreditur separatis dapat menjual sendiri barang-
barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Debitur
mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya, sedangkan jika ada sisanya
disetorkan ke kas kurator. Jika hasil penjualan tersebut tidak mencukupi, maka
kreditur separatis itu, untuk tagihan yang belum dibayar dapat memasukkan
kekurangannya sebagai kurator bersaing.
b) Kreditur preferen/istimewa
Merupakan kreditur yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan
mendapat hak untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari penjualan harta
pailit. Kreditur ini berada dibawah pemegang hak tanggungan dan gadai. Menurut
Pasal 1133 KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undangundang
diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutangnya.
c) Kreditur Konkuren
Kreditur konkuren/bersaing memiliki kedudukan yang sama dan berhak
memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada maupun
yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban
membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak jaminan dan para kreditur
dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang
masing-masing kreditur.
4) Akibat hukum terhadap eksekusi atas harta kekayaan debitur
Pailit Menurut Pasal 31 UU Kepailitan dan PKPU, putusan pernyataan
pailit mempunyai akibat bahwa segala putusan hakim menyangkut setiap bagian
harta kekayaan debitur yang telah diadakan sebelum diputuskannya pernyataan
pailit harus segera dihentikan dan sejak saat yang sama pula tidak satu putusan
pun mengenai hukuman paksaan badan dapat dilaksanakan. Segala putusan
mengenai penyitaan, baik yang sudah maupun yang belum dilaksanakan,
dibatalkan demi hukum, bila dianggap perlu, hakim pengawas dapat menegaskan
hal itu dengan memerintahkan pencoretan.
1) Jika dilihat, dalam pasal tersebut bahwa setelah ada pernyataan
pailit, semua putusan hakim mengenai suatu bagian kekayaan
52

debitur apakah penyitaan atau penjualan, menjadi terhenti. Semua


sita jaminan maupun sita eksekutorial menjadi gugur, bahkan
sekalipun pelaksanaan putusan hakim sudah dimulai, maka
pelaksanaan itu harus dihentikan. Menurut Pasal 33 UU Kepailitan
dan PKPU, apabila hari pelelangan untuk memenuhi putusan hakim
sudah ditetapkan, kurator atas kuasa hakim pengawas dapat
melanjutkan pelelangan barang tersebut dan hasilnya masuk dalam
harta pailit.Adanya kewenagan kurator untuk mengawasi surat-surat
yang ditujuhkan pada debitur pailit.
2) Adanya keharusan bagi kurator untuk mengamankan barang-barang
berharga milik debitur pailit
3) Keputusan pailit bersifat serta-merta
4) Uang tunai harus disimpan di bank
5) Bagi debitur yang berbentuk badan hukum maka penyanderaan dan
pencekalan dibebankan kepada pihak direksi.
6) Berlaku ketentuan pidana bagi debitur

b. Akibat Pailit Menurut Hukum Islam


Akibat pernyataan kepailitan Perlu diketahui bahwa pernyataan pailit
mengakibatkan debitur demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan
mengurus kekayaannya yang dimasukkan dalam kepailitan, terhitung sejak
pernyataan putusan pailit. Dengan demikian, semua hartanya berada dibawah
pengawasan orang-orang yang memberikan utang kepadanya. Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim Abi Bakr Ibn abd al-Rahman dari Abi
Hurairah r.a berkata, rasulullah bersabda:

‫مه ادرك مبلو بعينو عند رجل قد افلس فيٌ احق بو مه غيره‬
Artinya :
“kami mendengar Rasululllah bersabda, “ siapa yang mendapati
hartanya yang asli (belum berubah) pada 18 orang orang yang bangkrut maka
dia lebih berhak atas barang itu daripada yang lainnya.”
53

Hadits tersebut menunjukkan bahwa yang paling berhak untuk menyita


atas harta pada orang bangkrut adalah yang mengutangkan. 5 Dengan
ditiadakannya hak debitur secara hukum untuk mengurus kekayaannya, maka oleh
Undang-Undang Kepailitan ditetapkan bahwa terhitung sejak tanggal putusan
pernyataan pailit ditetapkan, Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan
dan atau pemberesan atas harta pailit, meskipun terhadap putusan tersebut
diajukan kasasi.
Kasasi adalah upaya hukum yang dilakukan terhadap putusan Pengadilan
Tinggi, karena pihak-pihak yang merasa tidak puas terhadap putusan yang
diberikan. Permohonan kasasi tersebut dapat diajukan kepada Mahkamah Agung.
Dengan demikian jelas bahwa akibat hukum bagi debitur setelah dinyatakan pailit
adalah bahwa ia tidak boleh lagi mengurus harta kekayaannya yang dinyatakan
pailit, dan selanjutnya yang akan mengurus harta kekayaan atau perusahaan
debitur pailit tersebut adalah Kurator. Kurator di awasi seorang hakim pengawas
yang ditunjuk oleh pengadilan untuk mengawasi jalannya proses kepailitan
(pengurusan dan pemberesan harta pailit).6
Berdasarkan Pasal 16 bahwa kurator berwenang melaksanakan tugas
pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit. 7
Diantara kewenangan dan hak kurator dalam Pasal 16 dan 17 UU No. 37 Tahun
2004 sebagai berikut:
1) Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dana/atau
pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan
meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan
kembali.
2) Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat
adanya kasasi atau peninjauan kembali, segala perbuatan yang telah
dilakukan oleh kurator sebelum atau pada tanggal kurator menerima

5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta : PT.Raja Grafindo, 2002) h. 229.
6
Jono, Hukum Kepailitan (Bogor : Ghalian 2009) h.207-209.
7
Elsi Kartika Sari dan Advend Simangunsong Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2007) h. 188.
54

pemberitahuan tentang putusan pembatalan, makatetap sah dan


mengikat debitur.
3) Kurator wajib mengumumkan putusan kasasi atau peninjauan
kembali yang membatalkan putusan pailit dalam Berita Negara
Republik Indonesia dan paling lambat 2 (dua) surat kabar harian.
4) Majelis hakim yang membatalkan putusan pernyataan pailit juga
menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator.
5) Biaya kepailitan dan imbalan jasa kurator dibebankan kepada
pemohon pernyataan pailit atau kepada pemohon dan debitur dalam
perbandingan yang ditetapkan oleh majelis hakimtersebut.
6) Untuk pelaksanaan pembayaran biaya kepailitan dan imbalan jasa
kurator, ketua pengadilan agama mengeluarkan penetapan eksekusi
atas permohonan kurator.
7) Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan, perdamaian yang
mungkin terjadi gugur demi hukum.8
Dalam hukum Islam, sebuah janji wajib untuk ditepati, dansebuah hutang
wajib untuk dibayarkan. Dasar hadits kewajibanpihak yang mempunyai hutang
untuk segera dibayarkan yakni:

‫ لي الٌاجد يحل عرضو‬: ‫ قبل رسٌل هللا عليو ً سلم‬: ‫ً عه عمرًبه الشريد عه ابيو رضي هللا عنو قبل‬
)‫ً عقٌبتو (رًاه ابٌ داًد ً النسبئ‬
Artinya:
Dari Amr putra Syarid, r a. Dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah saw
Bersabda : “Orang yang mengundur-undur pembayaran hutang, padahal ia
mampu membayarnya maka halal diambil barangnya atau didera.” ( HR. Imam
Abu Daud dan Imam Nasa’i)9
Ditegaskan lagi dengan hadits diatas bahwa membayarkan hutang atau
memenuhi hak orang lain itu adalah wajib. Kata wajib berarti harus, jika
ditinggalkan maka seseorang akan berdosa.

8
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) h.95.
9
Al Hadits, Terjemah Bulughul Maram, (Semarang : CV Toha Putra, 1991) h. 420.
55

2. Akibat Hukum Pailit Terhadap Nasabah

Putusan Pailit juga berakibat secara khusus terhadap hak jaminan dan hak
istimewa, antara lain adalah hipotek, gadai, hak tangggungan dan
fidusiasebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Kepailitan. Hak
tanggungan sebagai salah satu hak jaminan diatur dalam Undang-UndangHak
Tanggungan yaitu Undang-Undang Nomor.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah.
Prosedur pelaksanaan Hak Tanggungan hingga proses eksekusi Hak
Tanggungan telah diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Menurut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Pasal 1 ayat (1):10
” Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakansatu kesatuan dengan tanah itu,
untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain”.

Perjanjian kredit yang dijaminkan dengan Hak Tanggungan, apabila


debitor cidera janji atau wanprestasi maka eksekusi dilakukan melalui gugatan
perdata ke Pengadilan Negeri, atau melakukan eksekusi berdasarkan Pasal 20
UUHT, yaitu dijual melalui pelelangan umum berdasarkan title eksekutorial yang
terdapat dalam Sertipikat Hak Tanggungan ( Pasal 20 ayat(1) UUHT ), dan
penjualan dibawah tangan sebagaimana diatur dalam Pasal 20 ayat (2) dan (3)
UUHT.
Putusan pailit pada debitor, mempengaruhi kedudukan kreditor pemegang
hak tanggungan dalam proses eksekusi untuk memperoleh pelunasan piutangnya.
Pasal 1 dan Pasal 20 UUHT memberikan kedudukan yang diutamakan bagi
kreditor pemegang hak tanggungan ( hak preferen). Pasal 6dan Pasal 20 UUHT
mengatur mengenai pelaksanaan eksekusi objek Hak Tanggungan yang dapat
dilakukan dengan cara parate eksekusi berdasarkan title eksekutorial yang ada di

10
Penjelasan pasal 1 ayat (1) UU nomor 4 1996 tentang Hak tanggungan .
56

Sertipikat Hak Tanggungan. Kedudukan kreditor pemengang hak Tanggungan


juga diatur dalam Undang-Undang Kepailitan Pasal 55 ayat (1), yang menyatakan
bahwa Kepailitan tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap Hak Hak
Tanggungan dan kreditor diberi kewenangan untuk mengeksekusi haknya seolah-
olah tidak terjadi kepailitan. Kewenangan kreditor untuk melakukan eksekusi
terhadap objek Hak Tanggungan pelaksanaannya harus tetap memperhatikan
Pasal 56, Pasal 57 dan Pasal 58 Undang-Undang Kepailitan yang mengatur
bahwa, sebelum kreditor atau pihak ketiga megeksekusi, harus diperhatikan Pasal
56 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan yang menentukan bahwa hak eksekusi
kreditor dan pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasan
Kedudukan kreditor pemegang hak tanggungan memiliki kedudukan sebagai
kreditor preferen juga diatur dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang No.37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
yang berbunyi “ Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap Kreditor pemegang gadai, jaminan
fidusia, Hak Tanggungan, hipotik, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat
mengeksekusi hanya seolah-olah tidak terjadi kepailitan”.
Kreditor Pemegang Hak Tanggungan sebagai kreditor separatis, istilah
sparatis yang berkonotasi pemisahan, karena kedudukan kreditor tersebut terpisah
dari kreditor lainnya, dalam arti dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari
hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit lainnya.11

3. Akibat Hukum Pailit Terhadap KSP Pandawa Mandiri Group


a. Putusan Pailit KSP Pandawa Mandiri Group
Dalam perkembangan kasus pada KSP Pandawa Mandiri Group ini, para
nasabah menuntut sebuah pertanggungjawaban terhadap dana mereka yang
terlanjur masuk dalam koperasi tersebut. Adapaun dalam pertanggungjawaban
menurut hukum kasus KSP pailit. Terdapat dua istilah yang menunjuk pada
pertanggungjawaban dalam kamus hukum, yaitu Liability dan Responsibility.

11
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti, 1999)h. 105.
57

Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua
karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau mungkin
meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara actual atau potensial seperti
kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk
melaksanakan undang-undang. Responsibility Berarti hal yang dapat
dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan,
keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban yang
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.Dalam pengertian dan
penggunaan praktis, istilah Liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum,
yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum,
sedangkan istilah Responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.12
KSP Pandawa Mandiri Group merupakan salah satu dari banyaknya
lembaga penghimpunan dana investasi ilegal yang di bekukan oleh OJK, akan
tetapi pada awal pendiriannya Pandawa Mandiri Group merupakan koperasi
simpan pinjam yang sudah berizin dan sesuai aturan hukum, oleh Karenanya
pihak OJK pun melimpahkan kelanjutan kasus tersebut kepada lembaga yang
menaungi urusan perkoperasian yaitu Kementerian Koperasi dan UMKM, sampai
akhirnya KSP Pandawa Mandiri Group dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
Secara umum akibat pernyataan pailit adalah sebagai berikut : 13
1) Kekayaan debitur pailit yang masuk ke dalam harta pailit
merupakan sitaan umum atas harta pihak yang dinyatakan pailit.
2) Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak
mengenai diri pribadi debitur pailit.
3) Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan
menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak hari
putusan pailit diucapkan.

12
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006)
h.335.
13
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan,(Jakarta: Grafiti, 2009) h.299.
58

4) Segala perikatan debitur yang timbul sesudah putusan pailit


diucapkan tidak dapat dibayar dari harta pailit kecuali jika
menguntungkan harta pailit.
5) Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan semua
Kreditur dan debitur, sedangkan Hakim Pengawas memimpin dan
mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan.
6) Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit
harus diajukan oleh atau terhadap kurator.
7) Semua tuntutan atau gugatan yang bertujuan untuk mendapatkan
pelunasan suatu perikatan dari harta pailit, dan dari harta
debitursendiri selama kepailitan harus diajukan dengan cara
melaporkannya untuk dicocokkan.
8) Kreditur yang dijamin dengan Hak Gadai, Hak Fidusia, Hak
Tanggungan, atau hipotek dapat melaksanakan hak agunannya
seolah-olah tidak ada kepailitan.
9) Hak eksekutif Kreditur yang dijamin dengan hak-hak di atas serta
pihak ketiga, untukdapat menuntut hartanya yang berada dalam
penguasaan debiturpailit atau kurator, ditangguhkan maksimum
untuk waktu 90 hari setelah putusan pailit diucapkan.

b. Pembubaran KSP Pandawa Mandiri Group


Pasca dihetikan kegiatan operasionalnya ole Ojk, KSP PMG harus
menerima kenyataan pahit lainya berupa putusan pailit, merujuk pada putusan
tersebut maka dengan secara otomatis KSP PMG pun diambang kehancuran
berupa pembubaran yang merupakan wewenangMenteri Koperasi dan UMKM.
Menteri dapat membubarkan koperasi apabila:14
1) Koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang
telahmempunyai kekuatan hukum tetap; dan/atau
2) Koperasi tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan
usahanya selama 2 (dua) tahun berturut-turut.

14
Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012
59

Kewenangan untuk membubarkan koperasi tersebut timbul sebagai


konsekuensi dari:15
1) Pemerintah berkewajiban menciptakan iklim serta kondisi yang
mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan koperasi melalui
kegiatan penyuluhan, pemberian bimbingan, kemudahan dan
perlindungan.
2) Salah satu tugas pemerintah dalam upaya menciptakan iklim serta
kondisi dimaksud, adalah mewujudkan sistem perkoperasian yang
sehat, efisien, tangguh dan mandiri.

Pembubaran koperasi sebagai badan hukum tentu mempunyai akibat


hukum baik menyangkut hak dan kewajiban terhadap anggota pemegang sertifikat
modal koperasi, pengurus, pengawas, karyawan, kreditor dan likuidator.Ketika
suatu koperasi dibubarkan kepentingan-kepentingan para kreditor koperasi
terpengaruh secara khusus, jika harta kekayaan koperasi tidak cukup untuk
menutupi semua tuntutan (claim) yang diajukan oleh para kreditur.16Akibat
hukum apabila koperasi dibubarkan adalah:
1) Status badan hukum koperasi masih tetap ada.
2) Pembubaran wajib diikuti likuidasi/penyelesaian.
3) Koperasi tidak diperbolehkan melakukan perbuatan hukum
4) Pembubaran koperasi harus diberitahukan kepada semua kreditor.
5) Pembubaran koperasi dilaporkan kepada menteri.
6) Koperasi tidak dapat menjadi penggugat dan tergugat.
7) Perkara sedang berjalan ditangguhkan.
8) Semua kekuasaan pengurus berlalih kepada likuidator/tim
penyelesai.
9) Kekuasaan Pengawas dibekukan.17

15
PP No 17 Tahun 1994
16
Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-
operativeLaw,h.172
17
Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-
operat,h.172
60

10) Kekuasaan rapat anggota koperasi dibekukan, kecuali dalam hal


laporan terakhir dari likuidator/tim penyelesai, yang memang harus
diberikan kepada rapat anggota.
11) Koperasi tidak dapat lagi mengubah asetnya, kecuali yang
dilakukakan olehlikuidator/ tim penyelesai dalam rangka
pemberesan harta koperasi.
12) Menjadi restriksi tehadap debitor tidak boleh lagi kekuasaan
kreditornya untuk memproses dengan proses hukum lainnya.
13) Sewa menyewa antara koperasi dengan pihak lain dihentikan.
14) Surat-surat kepada koperasi dalam likuidasi/penyelesaian ditujukan
kepada likuidator/tim penyelesai.
15) Barang barang berharga milik koperasi dalam likuidasi disimpan
oleh likuidator, adalah konsekuensi beralihnya tugas dari pengurus
koperasi dalam likuidasi kepada likuidator/tim penyelesai.
16) Hak hak tertentu dari koperasi dalam likuidasi tetap berlaku seperti
Koperasi dapat membatalkan kontrak berdasarkan Pasal 1266 KUH
Perdata. Pasal 1266 dan 1267 KUH Perdata secara khusus
memberikan pengaturan tentang syarat batal dalam perjanjian
timbal balik.
17) Setelah pembubaran anggota koperasi tidak dapat lagi
mengundurkan diri.
18) Koperasi tidak kehilangan status badan hukumnya
19) Koperasi tidak dapat lagi menerima anggota baru.
20) Anggaran dasar tetap berlaku.
21) Harta koperasi dalam likuidasi diambil alih oleh likuidator.
22) Pengurus tidak berwenang lagi mewakili koperasi baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Yang berhak mewakili koperasi baik
didalam dan diluar pengadilan adalah pengurus berdasarkan pasal
58 ayat 2 UU No. 17 tahun 2012.
23) Pengurus dapat diminta pertanggungjawaban baik secara perdata
maupun pidana.
61

24) Bisnis dari koperasi tersebut dihentikan. Koperasi tetap menjalakan


kegiatan sejauh untuk kepentingan pemberesan dan pembubarannya
saja.
25) Di belakang nama koperasi di bubuhkan kata “dalam penyelesaian”.
26) Akibat Pembubaran koperasi terjadi PHK.18

B. Penyelesaian Pembayaran Utang KSP Pandawa Mandiri Group kepada


Nasabah Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
1. Penyelesaian Utang Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam
1. Penyelesaian Utang Menurut Hukum Positif
1) Pengertian Utang
Menurut kamus ekonomi (Inggris-Indonesia) debt = hutang adalah jumlah
uang yang terhutang oleh seseorang terhadap orang lain, sedang menurut Sloan
dan Zurcher: debt adalah segala sesuatu yang terhutang seseorang/organisasi pada
orang/organisasi lain. Hutang tersebut dapat berupa uang, benda-benda atau jasa-
jasa.19
Menurut Pasal 1 angka 6 UUK Nomor 37 Tahun 2004 yang dimaksud
dengan utang adalah:
“Kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang
baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun yang timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang
timbul karena perjanjian atau Undang-undang dan yang wajib dipenuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk
mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor.”

2) Pencocokan (Verifikasi) Piutang


Pencocokan piutang dalam Undang-Undang Kepailitan (UUK) diatur
dalam Pasal 113 sampai dengan Pasal 143.Pencocokan (verifikasi) piutang
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam proses kepailitan. Dengan
adanya verifikasi dapat ditentukan pertimbangan dan urutan hak dari masing-
masing Kreditor. Rapat verifikasi dihadiri oleh:

18
Sutan Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan,(Jakarta: Grafiti, 2009) h. 198
19
Winardi, Kamus Ekonomi Inggris-Indonesia, (Bandung : Alumni, 1980) h..99.
62

a) Hakim Pengawas sebagai pimpinan rapat;


b) Panitera sebagai pencatat;
c) Debitor, dalam hal ini harus hadir dan tidak bisa diwakilkan (Pasal
121 UUK);
d) Semua Kreditor dapat hadir sendiri atau mewakilkan kepada
kuasanya (Pasal 123 UUK);
e) Kurator harus hadir.

Hal-hal yang dilakukan dalam rapat verifikasi:


a) Hakim Pengawas membacakan daftar piutang yang diakui
sementara dan daftar piutang yang sementara dibantah oleh
Kurator (Pasal 124 ayat (1) UUK);
b) Setiap Kreditor yang namanya tercantum dalam daftar piutang
dapat meminta agar Kurator memberikan keterangan mengenai
tiap piutang dan penempatannya dalam daftar (Pasal 124 ayat (2)
UUK);
c) Kurator berhak menarik kembali pengakuan sementara atau
bantahannya atau menuntut supaya Kreditor menguatkan
dengansumpah kebenaran piutang yang tidak dibantah (Pasal 124
ayat (3) UUK);
d) Jika Kreditor telah meninggal dunia, maka kurator dapat minta
ahli warisnya yang berhak untuk menerangkan di bawah sumpah
bahwa mereka dengan itikad baik percaya bahwa piutang itu ada
dan belum dilunasi (Pasal 124 ayat (4) UUK);
e) Terhadap piutang yang dimintakan sumpah, sementara sumpah
belum dilakukan karena Kreditor tidak hadir atau tidak diwakili,
maka piutang tersebut diterima dengan syarat, sampai sumpah
dilakukan pada hari yang ditetapkan (Pasal 126 ayat (3) UUK);
3) Penjualan Aset Kepailitan
Melekuidasi aset-aset Debitor pailit merupakan salah satu tugas utama dari
Kurator dalam kepailitan, dalam hal ini Kurator melakukan pengalihan atau
63

penjualan aset-aset tersebut kepada pihak manapun sehingga diperoleh uang tunai
sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sesuai dengan kebiasaan, kepatutan serta
sesuai pula dengan syarat-syarat 63 yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Kepailitan ataupun undang-undang lainnya.20
Beberapa alasan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Kepailitan
dalam hal Kurator menjual aset Debitor pailit:
a) Untuk menutup ongkos kepailitan (Pasal 107 ayat (1) UUK);
b) Penahanan barang mengkibatkan kerugian (Pasal 107 ayat (1)
UUK);
c) Untuk kelangsungan usaha Debitor (Pasal 56 ayat (3) UUK);
d) Barang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan Debitor
(Pasal 184 ayat (2) UUK;
e) Dalam rangka pemberesan (Pasal 184 ayat (1)UUK).

Kurator dalam menjual aset Debitor pailit selain berdasarkan alasanalasan


tersebut diatas juga perlu mempertimbangkan cara-cara penjualannya, baik
pertimbangan yuridis maupun pertimbangan bisnis. Pertimbangan yuridis yang
harus diperhatikan oleh Kurator adalah: apakah persyaratan yuridis untuk
penjualan itu, misalnya apakah harus ada izin tertentu, peraturan mana yang
mengaturnya dan sebagainya. Sedangkan pertimbangan bisnis yang harus
diperhatikan adalah apakah cara penjualan tersebut dapat dicapai harga setinggi-
tingginya. Berdasarkan Pasal 185 ayat (1) dan (2) UUK penjualan dilakukan di
muka umum sesuai tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundangundangan. Apabila penjualan di muka umum tersebut tidak tercapai,
maka. penjualan dapat dilakukan dengan cara di bawah tangan atas ijin Hakim
Pengawas.

4) Penyelesaian Utang Debitor Pailit Terhadap Kreditor


Undang-Undang Kepailitan mengatur 2 (dua) alternatif penyelesaian utang
Debitor pailit terhadap para Kreditornya, yaitu:

20
Munir Fuady Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
2005)h.145
64

a) Melalui perdamaian (accoord), diatur dalam Pasal 144 sampai


dengan Pasal 177; dan
b) Melalui pemberesan harta pailit, diatur dalam Pasal 178 sampai
dengan Pasal 203.

Penyelesaian utang Debitor pailit terhadap para Kreditornya melaui


perdamaian (accoord) dapat terjadi apabila paling lambat 8 (delapan) hari sebelum
rapat pencocokan piutang Debitor pailit mengajukan rencana perdamaian dan
diumumkan dengan jalan diletakkan di Kepanitiraan Pengadilan Niaga (Pasal 145
UUK). Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan segera diambil
keputusan setelah pencocokan piutang berakhir, apabila rencana perdamaian
disetujui oleh Kreditor menurut prosedur yang berlaku serta memperoleh
pengesahan dari Pengadilan Niaga dan telah berkekuatan hukum tetap, maka
kepailitan berakhir. Kurator wajib mengumumkan perdamaian tersebut dalam
Berita Negara Republik Indonesia dan paling sedikit 2 (dua) surat kabar harian
yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, serta mempertanggung jawabkan kepada
Debitor di hadapan Hakim Pengawas.21
Penyelesaian utang Debitor pailit diselesaikan sesuai kesepakatan dalam
perdamaian.dan berlaku bagi semua Kreditor konkuren dengan tidak ada
pengecualian (Pasal 162 UUK). Sedangkan bagi Kreditor separatis dan Kreditor
yang diistimewakan (preferen) kesepakatan dalam perdamaian tidak berlaku,
mereka tetap mendapat haknya secara utuh. Jumlah uang yang menjadi hak
Kreditor preferen yang telah dicocokan dan diakui harus diserahkan kepada
Kurator, kecuali apabila Debitor telah memberi jaminan (Pasal 168 ayat (1)
UUK).
Kreditor dapat menuntut pembatalan suatu perdamaian yang telah
disahkan apabila Debitor lalai memenuhi isi perdamaian. (Pasal 170 ayat (1)
UUK). Tuntutan pembatalan perdamaian dilakukan dengan cara sebagaimana
dalam pengajuan permohonan kepailitan (Pasal 171 UUK). Akibat pembatalan

21
Penjelasan Pasal 166 ayat (2) undang-undang kepailitan dan PKPU
65

perdamaian adalah proses kepailitan dibukan kembali dengan melanjutkan proses


kepailitan yang sudah ada.22
Penyelesaian utang Debitor pailit kepada para Kreditornya melalui
pemberesan harta pailit dapat terjadi apabila dalam rapat pencocokan piutang
tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana perdamaian yang ditawarkan tidak
diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum harta pailit berada dalam
keadaan insolvensi (Pasal 178 ayat (1) UUK). Kurator harus memulai pemberesan
dan menjual semua aset/harta pailit, setelah terkumpul cukup uang tunai dari hasil
penjualan harta pailit kemudian dikurangi biaya-biaya kepailitan dan sisanya
untuk membayar utang Debitor pailit kepada para Kreditor. Proses pembayaran
utang Debitor pailit kepada Kreditor adalah sebagai berikut:
a) Kurator membuat daftar pembagian (Pasal 189 ayat (1) UUK).
Daftar tersebut memuat: (Pasal 189 ayat (2) UUK) - Rincian
penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah Kurator; -
Nama Kreditor; - Jumlah yang dicocokkan dari tiap-tiap piutang; -
Bagian yang wajib diterimakan kepada Kreditor.
b) Daftar pembagian dimintakan persetujuan kepada hakim Pengawas
Pasal 189 ayat (1) UUK).
c) Daftar pembagian yang telah disetujui Hakim Pengawas diletakkan
di Kepaniteraan Pengadilan Niaga agar dapat dilihat oleh Kreditor
selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas
(Pasal 192 ayat (1) UUK).
d) Penyediaan daftar pembagian di Kepaniteraan Pengadilan Niaga dan
tenggang waktu bagi Kreditor untuk melihat daftar tersebut oleh
Kurator diumumkan paling sedikit dalam 2 (dua) surat kabar yang
ditunjuk Hakim Pengawas (Pasal 192 ayat (2) UUK). 67

22
Munir Fuady, Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
2005)h.132
66

e) Selama tenggang waktu tersebut Kreditor dapat mengajukan


perlawanan dengan cara mengajukan surat keberatan disertai alas an
kepada Kepaniteraan Pengadilan Niaga (Pasal 193 ayat (1) UUK.
f) Pengadilan Niaga paling lambat 7 (tujuh) hari setelah tenggang
waktu tersebut berakhir harus memberikan putusan disertai
pertimbangan hukumnya (Pasal 194 ayat (6) UUK). Terhadap
putusan Pengadilan Niaga tersebut dapat diajukan kasasi oleh
Kurator atau setiap Kreditor (Pasal 196 ayat (1) UUK).
g) Setelah berakhirnya tenggang waktu untuk melihat daftar
pembagian, atau dalam hal telah diajukan perlawanan setelah
putusan perkara perlawanan diucapkan, maka pembayaran utang
debitor pailit kepada Kreditor segera dilakukan oleh Kurator sesuai
daftar pembagian yang telah ditetapkan (Pasal 201 UUK).

Kepailitan berakhir setelah kepada Kreditor yang telah dicocokkan


dibayar jumlah penuh piutang mereka, atau segera setelah daftar pembagian
penutup mengikat.23 Kurator membereskan dan membaginya berdasarkan daftar
pembagian yang dahulu, dalam hal sesudah pembagian penutup ada pembagian
yang tadinya dicadangkan bagi Kreditor yang hak untuk didahulukan dibantah
karena belum ada putusan mengenai hak untuk didahulukan, jatuh kembali dalam
harta pailit, atau apabila ternyata masih terdapat bagian harta pailit yang sewaktu
diadakan pemberesan tidak diketahui (Pasal 203 UUK).

2. Penyelesaian Utang Menurut Hukum Islam


Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa utang merupakan sejumlah uang
yang dipinjam pada seseorang dan wajib dikembalikan dalam jumlah yang sama
dengan yang diterima dari pemiliknya pada jangka waktu yang telah disepakati.
Wajib membayar utang adalah suatu kelaziman.
Apabila waktu yang telah di sepakati telah tiba dan orang yang berutang
telah merasa mampu melunasi utangnya, maka orang yang berutang wajib segera
melunasi utangnya dan tidak boleh menunda-nunda pembayaran, karena hal

23
Penjelasan Pasal 202 ayat (1)undang-undang Kepailitan an PKPU
67

tersebut dilarang oleh Rasulullah dan dianggap sebagai kealiman, Rasulullah


SAW Bersabda :
: ‫عه ابي ىريرة رضي هللا عنو ان رسٌل هللا صلي هللا عليو ًسلم قبل‬
‫مطلع الغني ضلم فبذا اتبع احدكم علي ملي فليتبعز‬
Artinya :
"Penunda-nundaan orang yang telah kecukupan adalah perbuatan zhalim,
dan bila tagihanmu dipindahkan kepada orang yang berkecukupan, maka
hendaknya iapun menurutinya."(HR. Muslim).24
Hukuman fisik berupa dipenjara, hingga didera dengan cambuk hingga ia
menunaikan tanggungan utangnya. Pelangaran kehormatan dengan cara
menyampaikan perilakunya ini kepada pihak yang berwenang atau orang lain
yang mampu memberikan tekanan kepadanya sehingga pada akhirnya ia
menunaikan tanggungan piutangnya."Penundaan orang yang telah berkelapangan
adalah tindak kezhaliman yang menjadikan pelakunya layak untuk dihukumi
(fisiknya) dan dilanggar kehormatannya."(Riwayat Al Bukhari). Jika orang yang
berutang bertekad untuk melunasi utangnya kepada yang berhak menerimanya,
niscaya akan mendapat pertolongan dari Allah, sebagaimana ditegaskan pada
hadits berikut:
Barang siapa yang berhutang dan bermaksud membayarnya maka Allah
Azza wajalla akan memberi pertolongan”. 25 Jika orang yang berhutang tidak
membayarnya sampai orang tersebut meninggal dunia maka termasuk dosa besar
dan menghalanginya untuk masuk surga serta ruhnya akan terkatung-katung
sampai utangnya dilunasi.
1) Pelunasan Utang Dalam Kondisi Kesulitan Membayar Utang.
kreditur mempunyai wewenang untuk menagih utang kepada pihak berutang
sampai dibayar apabila sudah jatuh tempo, sedangkan pihak berutang
berkewajiban mengembalikan utangnya pada jangka waktu yang telah disepakati
apabila dia mampu membayarnya, sebab utang merupakan suatu perjanjian yang
harus di tepati.

24
Imam Muslim,Sahih Muslim dalam bab al-Hiwalat, h 683
25
Sunan An Nasa’i, Bab Attasyillu, h 315
68

‫ ان العيد كبن مسئٌال‬,‫ًاًفٌا ببلعيد‬


“Dan Penuhilah janji yang telah dibuat, sebab suatu perjanjian itu harus
dipertanggungjawabkan.”) Qs : Al-Isra 34)26
Namun jika utang telah jauh tempo, sedangkan orang yang yang berutang
tidak mampu membayar utangnya. Dalam kondisi seperti ini hendaknya kreditur
bersikap sebagaimana disebutkan dibawah ini :
2) Memberikan Perpajangan Waktu Pelunasan
Apabila ada seseorang yang berada dalam situasi sulit, maka tangguhkan
sampai ia lapang. Jangan menagihnya jika kamu mengtahui ia sempit, apalagi
memaksanya membayar dengan sesuatu yang sangat dia butuhkan. Yang
menangguhkan itu, pinjamannya dinilai qard haan, yakni pinjaman yang baik,
setiap detik ia menangguhkan, setiap saat itu pula Allah memberikan ganjaran,
sehingga belipat gada ganjaran itu. Siapakah yang mau meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman
itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.
Allah melipat gandakan, karena yang meminjamkan ketika itu
mengharapkan pinjamannya kembali, tetapi tertunda dan menerimanya dengan
lapang dada, berbeda dengan sedekah yang sejak semula yang bersangkutan tidak
lagi mengharapkannya. Kelapangan dada inilah yang dianugerahi ganjaran setiap
saat oleh Allah sehingga pinjaman itu berlipat ganda.
3) Membebaskan Sebagian Atau Seluruh Utang
Pada surat al baqarah ayat 280 telah di jelaskan bahwa apabila pengutang
sedang dalam kesulitan, maka hendaklah kredtur membebaskan sebagian atau
seluruh utang.

3. Penyelesaian Utang KSP Pandawa Mandiri Group Kepada


Nasabah
Dalam kasus yang menimpa nasabah KSP Pandawa Mandiri Group,
koperasi yang sudah dinyatakan pailit dari penghimpunan dana untuk koperasi
maupun investasi (ilegal) hal yang paling memungkinkan untuk mendapatkan

26
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahan. h. 429
69

dana kembali adalah melalui PKPU. Dan dalam hal seseorang atau badan hukum
selaku debitor gagal dalam memenuhi kewajibannya yaitu melakukan pembayaran
utang kepada kreditor maka dengan terpenuhinya syarat pailit yang tertuang
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu, bahwa Debitor mempunyai
dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya.

Berdasarkan Pasal1 angka 6 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang


Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyebutkan bahwa:27
“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing,
baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau
kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang
wajib dipenuhi oleh Debiturdan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kredituruntuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitur.”

Tingkatan-tingkatan piutang yang didahulukan. Berdasarkan ketentuan


dalam pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata, sesama kreditur konkuren
mempunyai hak yang sama (paripassu) untuk menuntut pemenuhan piutang
terhadap segala harta kekayaan kebendaan debitur, baik kebendaan yang bergerak
maupun kebendaan yang tidak bergerak, baik kebendaan yang sudah ada maupun
kebendaan yang akan ada di kemudian hari. Dengan kata lain semua piutang
kreditur yang konkuren dijamin dengan kebendaan milik debitur secara bersama-
sama, tidak ada piutang kreditur konkuren yang didahulukan.28
Eksekusi Terhadap Harta Pailit Dalam melaksanakan eksekusi atas harta
pailit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah hak-hak

27
Penjelasan UU No. 37 Tahun 2004 Kepailitan dan PKPU
28
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata (Jakarta : Intermasa, 1994),h. 23
70

yang dimiliki oleh kreditur pemegang hak jaminan preference atas kebendaan
milik debitur pailit.29

Mekanisme Lelang Dalam Kepailitan Dalam hal pelaksanaan putusan


pailit maka akan dilakukan pemberesan harta pailit yang secara umum akan
dilakukannya lelang atas harta yang masuk dalam beodel pailit. Dalam hal lelang
harta pailit tersebut secara umum hampir sama dengan lelang pada umumnya,
yakni :

1) Surat Permohonan Lelang Dalam Peraturan Menteri Keuangan No 93 /


PMK.06 / 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang disebutkan
bahwa untuk melaksanakan lelang harus terlebih dahulu
menyampaikan permohonan lelang dalam bentuk surat permohonan
kepada kantor lelang, yaitu :
a) Setiap Penjual yang bermaksud melakukan penjualan secara
lelang, mengajukan permohonan kepada kepala kantor lelang;
b) Permohonan diajukan secara tertulis;
c) Permohonan disertai dengan dokumen yang berisi syarat-syarat.30

Hal ini juga sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) PMK No 93/PMK.06/2010
yaitu :
“Penjual/Pemilik barang yang bermaksud melakukan penjualan barang
secara lelang melalui KPKNL, harus mengajukan surat permohonan lelang
secara tertulis kepada kepala KPKNL untuk dimintakan jadwal
pelaksanaan lelang, disertai dokumen persyaratan lelang sesuai dengan
jenis lelangnya.”

Disini penjual wajib mengajukan permohonan lelang apabila ingin


melakukan penjualan secara lelang. Dalam hal kepailitan maka surat permohonan
lelang diajukan oleh kurator, hal ini karena pemberesan harta pailit dilakukan oleh

29
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1999) h.37
30
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama 1995) h.128
71

kurator. Akan tetapi khusus pemegang hak istimewa maka pemegang jaminan
yang mengajukan permohonan.
2) Penelitian oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Penelitian oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang bertujuan
untuk memeriksa surat kelengkapan permohonan lelang dari pemohon lelang.
Termasuk dokumen-dokumen persyaratan lelang, seperti salinan foto copy surat
keputusan penunjukan penjual, syarat lelang dari penjual daftar barang yang akan
dijual. Apabila dalam hal lelang ini merupakan eksekusi dari putusan pailit maka
juga dilampirkan :
a) Salinan / foto copy putusan pailit dari pengadilan negeri
b) Surat pernyataan dari kurator yang akan bertanggung jawab apabila
terjadi gugatan perdata atau tuntutan pidana
c) Bukti kepemilikan atas barang yang akan dilelang
d) Daftar bundel pailit.31
e) Surat Penetapan Lelang.
f) Penyetoran uang jaminan.
g) Lelang.
h) Risalah lelang.
C. Hukuman Terhadap Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group
1. Penangkapan Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group
Setelah dibekukan oleh OJK terkait investasi ilegal dan dipeksa
menembalikan dana nasabah, Salman berusaha melarikan diri. Akan tetapi pada
tanggal 20 februari 2017 Polda Metro Jaya menangkap Salman Nuryanto, bos
Pandawa Group, yang diduga melakukan penipuan dan penggelapan investasi
bodong. Selain Salman, polisi menangkap 3 orang lainnya Salman dan tiga orang
tersebut ditangkap di kawasan Mauk, Kabupaten Tangerang.32
Di sisi lain, para leader dan investor telah membentuk forum percepatan
pencairan dana anggota Pandawa Group, yang diketuai oleh Abdul Karim, yang

31
Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara PER-03 / KN / 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Lelang.
32
https://news.detik.com/berita/d-3426837/bos-pandawa-group-salman-nuryanto-
ditangkap-bersama-3-orang-dekat diakses pada 1 april 2018 pukul 22:00 WIB
72

dipusatkan di Perumahan Palem Ganda Asri, Desa Limo, Sawangan, Depok. Bagi
investor yang belum mengumpulkan data diminta mengumpulkan data melalui
leader masing-masing atau bisa langsung.

2. Penahanan Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group


Setelah semua masalah yang berkaitan dengan KSP PMG yang sudah
terbukti salah dan diputskan pailit, Salman Nuryato harus menghadapi fase
selanjutnya yaitu pengadilan atas apa yang sudah ia dan reka-rekannya perbuat,
Adapun tindak pidana yang berkaitan dengan koperasi yang sering tejadi adalah
sebagai berikut:33
a. Tindak Pidana Penipuan
Tindak Pidana Penipuan menurut Pasal 378KUHP yang dirumuskan
sebagai berikut :
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkandiri sendiri atau orang
lain atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu
atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
membujuk orang lain untuk menyerahkan barangsesuatu kepadanya, atau
supaya memberi utang atau menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama empat Tahun.”

b. Tindak Pidana Penggelapan

Tindak Pidana Penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHP, dimana yang
termasuk penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.
c. Tindak Pidana Korupsi 34
Koperasi juga dapat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi.
Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi apabila orang
tersebut bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang

33
Dessylina Oktaviani Suendra, Pertanggngjawaban Pidana Koperasi Dalam Tindak
Pidana Perbankan Tanpa Izin (Bali : Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana 2015 ) h.
74
34
Dessylina Oktaviani Suendra, Tesis Pertanggngjawaban Pidana Koperasi Dalam
Tindak Pidana Perbankan Tanpa Izin, h. 75
73

ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 3 UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

KSP Pandawa Mandiri Group yang didalangi oleh Nuymanto terbukti


telah bersalah dengan melakukan kegiatan terkait investasi ilegal dan juga
pengelapan dana masyarakat. Investasi illegal KSP Pandawa Mandiri Group
menggunakan skema money game atau skema Ponzi yaitu memutar dana dengan
cara membayar bonus kepada konsumen lama dengan sumber dana yang berasal
dari konsumen baru. Tidak ada sedikitpun aktivitas bisnis nyata untuk
menompang pembayaran keuntungan kepada masyarakat, akibatnya sudah dapat
diduga, akan kehilangan uang dalam waktu singkat karena uangnya telah
diserahkankepada pihak lain yang telah ikut lebih dulu. Terlebih lagi kegiatan
Investasi Ilegal menggunakan fasilitas publik untuk mempermudah menjaring
masyarakat untuk mengikuti prakteknya tersebut. Penghimpunan dana dari
masyarakat diimingi mendapat keuntungan yang sangat menggiurkan atau dengan
bunga diluar batas kewajaran.35 Disamping itu untuk meyakinkan masyarakat
berupaya memperlihatkan bahwa investasi atau penanaman modal adalah riil dan
bergerak diberbagai sektor industri atau pun Bank Indonesia seperti perdagangan,
jasa, pertanian, peternakan, sekuritas, valutaasing, dan emas. Namun dalam
realitanya, usaha tersebut tidak lain hanyalah memutarkan dana yang sudah
dihimpun dari masyarakat atau nasabah untuk membayarkan keuntungan dan
cicilan uang yang sudah diterima.Jadi usaha tersebut sangat bergantung pada
akumulasi dana yang masuk melalui nasabah yang baru bukan melalui
keuntungan yanh diperoleh kegiatan usaha. Akibatnya ketika terjadi kemandekan
dalam pemasukan dana dari masyarakat, maka akan berdampak kepada
pembayaran keuntungan kepada penyedia dana sesuai dengan yang dijanjikan
atau sepakati.
Adapun gelar perkara pidana terhadap Salman Nuryanto dan 26 rekannya
digelar di Pengadilan Negeri Depok. Salman dan 26 tersangka dijerat dengan

35
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014)h.1
74

Pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 juncto Pasal 69 Undang-


Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 juncto
Pasal 64 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 378
KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP dengan hukuman
maksimal enam tahun penjara dan denda Rp 15 miliar.
Hakim memvonis Salman dan rekan-rekannya lebih berat dari tuntutan
Jaksa yang menuntut Nuryanto dihukum 14 tahun penjara dan denda Rp 100
Miliar. Dalam putusannya Yulinda menilai Nuryanto telah melanggar Pasal 46
ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 10/1998 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 7/1992 tentang Perbankan, jo Pasal 69 UU Nomor 21/2011 tentang OJK,
jo pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP. Kemudian, pasal 378 KUHP
tentang Penipuan, jo Pasal 55 ayat (1) jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. 36
Dan Nama- nama leader KSP mereka adalah :37
1) Madamin
2) Mochmad Soleh
3) Dedi Susanto
4) Ricky Muhammad Kurnia
5) Yeni Selva
6) Taryo
7) Ronny Santoso
8) Reza Fauzan
9) Saturnimus Meme Nage
10) Dakim
11) Cicih Kusneti
12) Vita Lestari
13) Bambang Prasetyo
14) Assidhiq
15) Nani Susanti
16) Anto Wibowo

36
Putusan No.424/Pid.Sus/2017/PN.DPK
37
Putusan No.424/Pid.Sus/2017/PN.DPK
75

17) Priyoko Setyo Putro


18) Arif Rahmansyah
19) Sabilal Rusdi
20) Siti Parliangsih
21) Ii Suhendar
22) Ngatono. Tohiron
23) Abdul Karim
24) Dani Metta
25) Yeret Metta
26) Subardi.
Putusan pemidanaan Pasal 193 ayat (1) KUHAP38 Pada dasarnya putusan
pemidanaan diatur oleh ketentuan Pasal 193 ayat (1) KUHAP yaitu :

“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak


pidana yang didakwakan kepadanya maka, pengadilan menjatuhkan
pidana”

Apabila dijabarkan lebih mendalam putusan pemidanaan dapat terjadi jika


dari hasil pemeriksaan di persidangan majelis Hakim berpendapat :
1) Perbuatan terdakwa sebagaimana didakwakan jaksa atau penuntut
umum dalam surat dakwaan telah terbukti secara sah dan meyakinkan.
2) Perbuatan terdakwa tesebut merupakan ruang lingkup tindak pidana
atau pelanggaran
3) Dipenuhi ketentuan alat
4) alat bukti dan fakta
5) fakta dipersidangan39 .

38
Penjelasan KUHAP Pasal 193 ayat 1
39
Penjelasan Pasal 183 ayat (1) KUHAP
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan mengenai Perlindungan Hukum
Nasabah KSP Pandawa Mandiri Group pasca dinyatakan Pailit Oleh PN Jakarta
Pusat Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam penulis menyimpulkan beberapa
point penting yang menjadi inti dari pembahasan skripsi ini, yaitu :
1. Ada beberapa faktor yang menyebabkan KSP Pandawa Mandiri Grtoup
pailit, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Penghimpunan dana secara ilegal berupa inverstasi
b. Dibekukan operasional oleh OJK mengenai Investasi ilegal
c. Difatwakan Haram oleh MUI kota Depok Tidak mampu dalam
pengembalian dana nasabah
2. Perlindungan hukum nasabah KSP Pandawa Mandiri Group yaitu berupa :
a. Penghentian operasional KSP Pandawa Mandiri Group oleh OJK
b. Pembubaran KSP Pandawa Mandiri Group oleh Kementerian
Koperasidan UMKM.
c. Penyitaan seluruh asset diawasi oleh Hakim Pengawas.
d. Pendataaan jumlah kerugian dana Nasabah oleh tim kurator
e. Pelelangan aset KSP yang disita
f. Pengembalian dana secara adil kepada seluruh nasabah, baik korban
nasabah simpan pinjam maupun korban Investasi ilegal.
B. Rekomendasi
Saran-saran yang perlu disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini,
yaitu:
1. Untuk pemerintah selaku penaung masyarakat agar lebih tegas dalam
pemberian izin usaha dalam bentuk penghimpunan dana dari masyarakat
terlebih Kementerian Koperasi dan UMKM, karena kasus KSP Pandawa
Mandiri Group bukan kasus baru melainkan kasus yang kesekian kalinya
dengan modus yang sudah sering terjadi.

76
77

2. Untuk OJK sebagai instansi yang mencakup seluruh kegiatan


penghimpunan dana dari masyarakat harus aktif lagi apabila terkait
Perlindungan hukum terhadap korban KSP Pandawa Mandiri Group, pada
faktanya masih sangat kurang memuaskan bagi para korban yang tidak
melek hukum sama sekali, mereka hanya menanti harapan kembalinya
dana mereka tanpa pasti.
3. Untuk jasa penuntut umum terkait kasus KSP Pandawa Mandiri Group
memberikan tuntutan hanya 14 tahun dari hukuman maksimal 20 tahun.
4. Putusan No.424/Pid.Sus/2017/PN.DPKyang di voniskan terhadap Salman
Nuryanto dan rekan-rekannya masih dianggap kurang memuaskan bagi
para korban, terlebih sudah ada jatuh korban bunuh diri dari korban KSP
Pandawa Mandiri Group.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aedi, Hasan, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Bandung, Alfabeta, 2011,

Amîruddîn, dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada, 2004.

Anisah, Siti, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum


Kepailitan di Indonesia (Studi Putusan-Putusan Pengadilan), (Yogyakarta
: Total Media, 2008

Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti. Dinamika Koperasi. cet-V, Jakarta : PT


Rineka Cipta. 2007.

Arifin Sitio, HalomoanTamba, Koperasi Teori dan Praktik, Jakarta : Erlangga,


2001.

Gemala, Dewi. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan Dan Perasuransian


Syariah di Indonesia. Jakarta : Kencana Pernada Media Grup 2006.

G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD


1945, Cet ke-5, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

G. Kartasapoetra, A., Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indoesia, Jakarta :


Rineka Cipta, 2003.

Fuady, Munir , Pengantar Hukum Bisnis, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2008.

Hadhikusuma, R.T. Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia, cet-III,


Jakarta : Rajawali Pers, 2005.

Hartono, Sunaryati, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004

Hendrojogi, Koperasi Asas-asas, Teori dan Praktek, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet –I Jakarta : Kencana


Prenada Media Group, 2005.

Faisal Badroen , Etika bisnis Dalam Islam, Jakarta, Kencana, 2007

Jono SH. Hukum Kepailitan, Tanggerang : Sinar Grafika 2008.

78
79

Meliala, Adrianus, Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 2004.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT


Raja Grafindo, 2004

Miru, Ahamdi Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen di Indonesia, Disertasi,


Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000

Miru, Ahmadi, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di


Indonesia. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi


Islam, Yogyakarta : BPFE, 2005

Qardhawi, Yusuf, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan
dahlia husin, jakarta, Gema Insani press, 1997

Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006.

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta :


Rajawali Pers, 2005.

Remy Sjahdeini, Sutan, S Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37


Tahun 2004 tentang Kepailitan, Jakarta: Grafiti, 2009

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet-III, Jakarta : UI Press,


1986.

Sembiring, Sentosa, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan, (


Bandung : CV. Nuansa Aulia, 2006.

Sulistio, Tito. Mencari Ekonomi Pro Pasar; Catatan Tentang Pasar Modal,
Privatisasi Dan Konglomerasi Lokal, Jakarta: The Investor. 2004.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Grafindo Persada


1997.

Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta : Raih Asa Sukses,
2014.

Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka


Utama Grafiti, 2003.

Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia,


Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada , 2000.
80

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT


Raja Grafindo, 2004

Yani. Ahmad, Widjaja. Gunawan, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.

B. Perundang-Undangan

Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan


UMKM.

Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Undang-undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU

Undang - Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1) berbunyi : Perekonomian


disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

UU 21 tahun 2008. tentang perbankan syariah

Fatwa MUI kota Depok mengenai KSP Pandawa Mandiri Group

C. Jurnal

Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan, Jakarta:


Lembaga Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014.

Nurhalis, “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-


Undang Nomer 8 tahun. Kajian Hukum dan Keadilan I. Jurnal IUS| Vol
III | Nomor 9 | Desember 2015. h.528.

Tim panitia antar departemen, Rancangan Undang-Undang tentang Otoritas Jasa


Keuangan, Naskah Akademik OJK, 2010.

Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen


di Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen
Otoritas Jasa Keuangan, 2015.

D. Internet

https://finance.detik.com/moneter/3346084/ini-profil-pandawa-group-yang
dihentikan-ojk diakases pada tanggal 1 desember pukul 22.00. WIB.
81

http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Pendiri-Pandawa -
Group-Depok-Hentikan-Penghimpunan-Dana-Masyarakat. diakses pada 2
desember 2017 pukul 22.00 WIB

http://igedearisuciptayasa.blogspot.com/2013/04/perbedaan-uu-no-25-Tahun1992-
dan-uu-no_10.htmldi akses 2 desember 2017

http://megapolitan.indopos.co.id/read/2017/02/21//BosKSPPandawaDicokokPolis
i diakses pada tanggal 2 desember 2017 pukul 22.00. WIB

http://www.depkop.go.id/tentang-kementerian/sejarah-kementerian/. Diakses pada


tanggal 1 desember 2017 pukul : 20.00 WIB

http://www.jurnalhukum.com/pengertian-konsumen/#footnote_0_2791 diakses
pada tanggal 22 desember 2017 pukul 20.00.WIB
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai