SKRIPSI
Oleh :
IBNU MUBAIDILLAH
NIM 1111043200039
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
ABSTRAK
Ibnu Mubaidillah, NIM: 1111043200039, Perlindungan Hukum Nasabah
Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group Pasca Pernyataan Pailit
Menurut Hukum Positif Dan Hukum Islam, Program Studi Perbandingan Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1439H/2018M.xiii + 60 halaman isi.
Skripsi ini memaparkan mengenai Perlindungan Nasabah KSP Pandawa
Mandiri Group pasca pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terkait
invstasi ilegal, akibat serta hukuman terhadap pimpinan KSP PMG sesuai dengan
aturan yang berlaku (hukum positif) serta membandingkannya dengan Hukum
Islam sesuai Al-Quran dan Hadist serta Ittifaqu ‘Ulama.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan perlindungan hukum
pada nasabah korban investsi ilegal yang dilakukan koperasi simpan pinjam
(KSP) dalam Hukum Positif dan Hukum Islam serta mengeidentifikasi akibat
hukum pasca KSP tersebut dinyatakan pailit dalam perspektif Hukum Positif dan
Hukum Islam
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis
yang menggunakan data primer dengan menggunakan analisis kualitatif yang
memaparkan persoalan hukum yang telah tertulis dalam Al-Qur’ân dan Al-Hadîts
serta Undang-Undang yang kemudian diinterpretasikan oleh para ‘ulamâ dan ahli
hukum sehingga muncul beberapa pendapat dengan berbagai persamaan dan
perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan skripsi ini ialah bahwa
pelindungan konsumen terhadap nasabah KSP Pandawa Mandiri Group yang
diupayakan oleh pemerintah adalah putusan pailit dan pembubaran KSP Pandawa
Mandiri Group, penyitaan seluruh asset dan pengembalian dana investasi dan
dana simpanan nasabah. Adapun akibat hukum terhadap pimpinan KSP yaitu
vonis kurungan selama 15 tahun serta denda Rp 100 Miliar.
v
بسم اهلل الرمحن الرحيم
KATA PENGANTAR
rahmat, nikmat, taufik, hidayah dan ‘inayah-Nya, terucap dengan tulus dan
Salâwat seiring salâm semoga selalu tercurah limpahkan kepada insane pilihan
Tuhan Nabî akhir zamân Muhammad Sallâllâhu ‘Alaihi Wasallam, beserta para
Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan.Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang
maksimal dari penulis. Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis
mata hasil usaha sendiri, akan tetapi berkat bimbingan dan motivasi dari semua
pihak.Oleh karena itu penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syarîah
dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syarîah dan Hukum
Perbandingan Mazhab dan ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., MA selaku
vi
3. Bapak DR. Noryamin Aini M.A, Dosen Penasehat Akademik Penulis;
4. Ibu Dr. Afidah Wahyuni, M.A, Dosen pembimbing I skripsi yang telah
5. Ibu Hj. Siti Hana, S.Ag, Lc., M.A, Dosen pembimbing II skripsi yang
saya dengan segenap jiwa dan raga, memberikan segala yang mereka
bisa, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha mereka saya
9. Saudari Umi Cholifah yang selalu memotivasi, dalam bentuk saran dan
vii
11. Sahabat-sahabat seperjuangan, Mahasiswa/i Perbandingan Mazhab
12. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
balasan atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Dan juga, semoga apa yang telah kalian berikan
menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.
IBNU MUBAIDILLAH
NIM: 1111043200039
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
BAB I :PENDAHULUAN…………………………………………... 1
………………………………………………………………... 11
ix
3. Asas – Asas dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam 14
Positif .................................................................................. 19
Islam ................................................................................... 35
................................................................ 39
......................................................................................... 39
x
3. Putusan Pailit KSP Pandawa Mandiri Group Oleh Pengadilan
Pusat ............................................................................... 44
Islam ................................................................................ 66
A. Kesimpulan ........................................................................... 76
B. Rekomendasi ......................................................................... 76
xi
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 78
LAMPIRAN
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI1
1. Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis
(technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.
berikut:
ARAB LATIN
ب Ba b Be
ت Ta t Te
ج Jim j Je
د Dal d De
ر Ra r Er
س Sin s Es
1
Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM), Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: FSH-
UIN Jakarta, 2012), hal. 43-46.
xii
ط Tha t Te dengan garis bawah
ف Fa f Ef
ق Qaf q ki
ك Kaf k Ka
ل Lam l El
م Mim m Em
ن Nun n En
و Wawu w We
هـ Ha h Ha
ي Ya y Ye
2. Vokal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong bahasa Arab
sebagai berikut:
xiii
Sedangkan Transliterasi vocal rangkap dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangkan
ؘ‒ ي ai A dan I
ؘ‒ و au A dan U
3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat
4. Kata sandang, yan dalam bahasa arab dilambangkan dengan huruf ()ال,
dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
اإلجتهاد = al-ijtihad
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
xiv
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2005), h. 1.
2
R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, Hukum Koperasi Indonesia,h. 3.
3
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (1) berbunyi: Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
4
Arifin, Sitio, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga,2001),
h.128.
1
2
5
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group cet –I Mei 2005) h. 215.
3
koperasi hanya bisa meratapi nasibnya karena tidak mungkin uang investasi dan
dana yang mereka simpan di KSP kembali uang mereka begitu saja tetapi harus
menempuh jalur dan proses hukum yang panjang.
Melihat keadaan nasabah Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Mandiri
Group yang mengenaskan sudah barang tentu menjadi kewajiban pemerintah
untuk mengambil tindakan. untuk masalah perlindungan konsumen di bidang
lembaga keuangan maka sesuai Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas jasa Keuangan (OJK) adalah untuk melindungi konsumen dan
masyarakat. Namun, dalam menjalankan kewenangannya tersebut OJK juga
diabatasi oleh Undang-Undang hanya melakukan sanksi administratif terhadap
perusahaan yang melanggar ketentuan. Lebih jauh lagi peran OJK terhadap
perlindungan konsumen sebenarnya tidak bersinggungan langsung dengan
konsumen, karena OJK adalah lembaga pengawas dan regulator bukan lembaga
eksekutor. Padahal besar sekali harapan masyarakat terutama nasabah Koperasi
Simpan Pinjam Pandawa Mandiri Group terhadap OJK.
Pasca dinyatakan pailit KSP Pandawa Mandiri Group, para nasabah
banyak yang protes dan menggelar unjuk rasa karena mereka takut apabila KSP
tersebut maka kemungkinan uang mereka untuk kembali 100% sangatlah
mustahil, terlebih rumitnya penagganan dan lamanya kasus tersebaut , mulai pihak
pengadilan membentuk satgas, belum lagi apabila tersangka mengajukan
permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Dalam hal ada permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU yang
diajukan dan diperiksa pada saat yang bersamaan, maka Pengadilan Niaga wajib
memberikan putusan terlebih dahulu atas permohonan PKPU dibandingkan
dengan permohonan pailit. Adapun permohonan PKPU yang diajukan setelah
adanya permohonan pernyataan pailit yang telah diajukan terhadap debitur, maka
agar permohonan PKPU tersebut dapat diputus terlebih dahulu, permohonan
PKPU diajuakan pada sidang yang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan
pailit. Dalam hal ini diatu dalam pasal 229 ayat (3) dan ayat (4) UU Kepailitan.6
6
Jono. Hukum Kepailitan. (Tanggerang : Sinar Grafika 2008) h.170.
4
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas dan dalam rangka
mempermudah penulis dalam menganalisa permasalahan, penulis menyusun suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
a. Faktor kepailitan KSP Pandawa Mandiri Group
b. Perbandingan Perlindungan Konsumen / Nasabah menurut Hukum
Positif dan Hukum Islam
c. Perbandingan Pengembalian dana nasabah menurut Hukum Positif dan
Hukum Islam
d. Akibat hukum terhadap nasabah KSP Pandawa Mandiri Group pasca
dinyatakannya pailit.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan ini, ada beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh
penulis, dan tujuan yang dimaksud adalah:
1. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan KSP Pandawa
Mandiri Group pailit.
6
Demikian beberapa karya yang telah penyusun telaah dan masih adalagi
beberapa karya tulis baik buku-buku, jurnal maupun skripsi yang belum
terjangkau dari pengamatan, terutama seputar pembahasan tentang perlindungan
konsumen dan dari sekian banyak studi terdahulu yang penulispaparkan di atas
semuanya mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen / nasabah, akan
tetapi ada perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, yakni
penulis mencoba mencari suatu jawaban tentang bagaimana ketentuan
perlindungan hukum pada konsumen / nasabah koperasi simpan pinjam menurut
Hukum Positif dan Hukum Islam.
F. Metode Penelitian
Mengingat dalam karya ilmiah, metode merupakan strategi yang utama
dan mempunyai peran yang sangat penting, karena dalam penggunaan metode
adalah upaya untuk memahami dan menjawab persoalan yang akan diteliti.7Untuk
7
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta : PT. Grafindo Persada 1997),
h. 27-28.
8
sampai pada rumusan yang tepat terhadap kajian yang dibahas maka untuk itu
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis Penilitian data yang digunakan di sini adalah penelitian kualitatif,
selanjutnya digunakan pembahasan deskriptif analytis. Kemudian dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (library reseach) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengkaji data primer yang bersumber dari al-
Qur’an, al-Hadits dan Perundang-Undangan yang bertujuan untuk mengeksplorasi
dan memahami berbagai konsep yang berkaitan dengan tema penulis sehingga
diperoleh data-data seluas mungkin dengan mengacu kepada teori yang sudah
dijelaskan dan berkaitan dalam penelitianini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan studi
literature atau kepustakaanya itu dengan cara mengkaji dan menelaah buku-buku
yang berkaitan dengan judul skripsi ini baik berupa perundang-undangan maupun
buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi ini. Sedangkan sumber data yang
diperoleh untuk penelitian ini dibagi menjadi dua macam pertama data primer
yaitu Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini peraturan
hukum yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini. Yakni
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-
Undang No.1 Tahun 2013 Tentang OJK dan dalil-dalil yang terdapat dalam al-
Qur’an dan al-Hadits. Selanjutnya yang kedua data sekunder adalah data-data
pendukung yang diperoleh dari literatur-literatur atau dokumen-dokumen, buku-
buku, internet, dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan
yang diteliti.
3. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang diperoleh oleh penulis adalah menggunakan
pengolahan data secara analisis kualitatif.8 Yakni pendekatan content analysis
yang menekankan pengambilan dari kesimpulan analisa yang bersifat deskriptif
8
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), Cet. Ke-3,
h. 11-13.
9
dan edukatif. Metode analisa data dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah
kajianisi (content analysis). Analisa data adalah proses mengatur data.9Seluruh
data yang diperolehakan diklasifikasikan dari bentuk yang bersifat umum
kemudian dikaji dan diteliti selanjutnya ditarik kesimpulan yang mampu
memberikan gambaran spesifik dan relevan mengenai data tersebut. Analisis yang
ingin dituangkan dalam penelitian ini adalah analisis dari Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No.1 Tahun 2013
Tentang OJK, Undang-Undang No 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasiandan Kompilasi Hukum Islam serta dalil-dalil
yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Setelah itu hasil dari penelitian
dituangkan kedalam tulisan untuk kemudian diklasifikasikan dan dianalisis,
sehingga memperoleh kesimpulan tentang topik yang sedang dibahas. Adapun
teknik penulisan dalam skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat
sistematika penulisan dengan membagi kepada lima (5) bab, tiap-tiap bab terdiri
dari sub-sub bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, review terdahulu, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas mengenai tinjauan umum KSP Pandawa Mandiri Group
selaku badan usaha koperasi dan investasi yang meliputi latar
belakang lahirnya badan usaha koperasi,tujuan dibentuknya dan
badan hukum yang menaunginya..
9
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), h.
6.
10
BAB III Membahas tentang ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia dan
hukum islam mengenai perlindungan konsumen/nasabah serta
lembaga pemerintah yang menagani serta mengawasinya.
BAB IV Membahas tentang analisis mengenai akibat hukum pasca
keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tentang kepailitan KSP
Pandawa Mandiri Group, penyelesian utang (pengembalian dana)
KSP PMG terhadap nasabah, serta hukuman pidana terhadap
pimpinan dan pengurus KSP Pandawa Mandiri Group.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.
BAB II
TINJAUAN UMUM KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP)
PANDAWA MANDIRI GROUP
1
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 1.
2
G. Kartasaputra, Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, h. 1.
11
12
3
Dikutip dari http://igedearisuciptayasa.blogspot.com/2013/04/perbedaan-uu-no-25-
Tahun-1992-dan-uu-no_10.htmldi akses 2 desember 2017
13
4
Hendrojogi, Koperasi Asas-asas, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 22
5
Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.Dinamika Koperasi. (Jakarta: PT Rineka Cipta.
2007) h. 19
14
6
Hadhikusuma ,R.T. Sutantya Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2005) h.37.
15
7
G. Kartasapoetra, A., Bambang S., dan A. Setiady, Koperasi Indoesia, (Jakarta :Rineka
Cipta, 2003), h.18.
8
Undang-undang No 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
9
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008) h.45
10
Undang-undang No 25 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
16
11
http://www.depkop.go.id/tentang-kementerian/sejarah-kementerian/ diakses pada
tanggal 1 desember pukul : 20.00 WIB
12
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 1 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
17
13
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 2 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
14
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 2 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
18
15
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 23 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
16
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 24 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
17
Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 pasal 25 tentang Kementerian Koperasi dan
UMKM
19
18
Sunaryati Hartono, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h. 2.
19
Sunaryati Hartono, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, h. 2.
20
20
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
21
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha dalam
kaitannya dengan perlindungan konsumen, yakni perbuatan yang dilarang bagi
para pelaku usaha. Pasal 8 Undang-undang Perlindungan Konsumen memaparkan
tentang perbuatan apa saja yang tidak boleh dilakukan oleh para pelaku usaha.
Namun, pada intinya, Pasal 8 tersebut tertuju pada dua hal, yaitu larangan
memproduksi barang dan/atau jasa dan larangan memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang dimaskud.Larangan-larang itu, menurut Nurmadjito hakikatnya
bertujuan untuk mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar di
masyarakat merupakan produk yang layar edar, layak asal-usul, kualitas sesuai
21
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004) h. 65
23
dengan informasi yang disampaikan baik melalui label, etiket, iklan, dan lain
sebagainya.22
24
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
25
25
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
26
Adapun cacat suatu produk bisa dilihat dari tiga aspek yang salah satunya
ialah disebabkan karena informasi yang tidak memadai. Oleh karenanya, OJK
juga mengatur tentang Informasi Produk dan/atau Pelayanan Jasa Keuangan untuk
Pelaku Usaha Jasa Keuangan, yakni sebagai berikut:26
26
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Modul Workshop Perlindungan Konsumen di
Sektor Jasa Keuangan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan,
2015.
27
27
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2004) h. 33
28
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 33
30
29
Adrianus Meliala, Praktik Bisnis Curang, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h.
152.
30
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia.
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 102-103
31
31
Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia.
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011)h.104
32
Secara garis besar, hak bagi konsumen dibagi dalam tiga hak yang menjadi
prinsip dasar, yaitu: pertama, hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen
dari kerugian baik kerugian personal, maupun kerugian harta kekayaan. Kedua,
hak untuk memeroleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar.Ketiga, hak
untuk memeroleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang
dihadapi.32
Pasal 5 Undang-undang Perlindungan Konsumen menjelaskan tentang
kewajiban konsumen, antara lain sebagai berikut.
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau kemanfaatan barang dan/atau jasa demi keamanan
dan keselamatan.
32
Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen di Indonesia, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, h.140.
33
33
Pasal 31 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
34
Kedudukan BPKN ada di Ibu Kota Negara dan bertanggung jawab kepada
Presiden, serta tidak dapat diintervensi oleh pihak departemen seperti Departemen
Perdagangan dan Perindustrian di dalam pelaksanaan tugasnya.Kedudukannya
yang independen tersebut dinilai oleh beberapa ahli seperti Ahmadi Miru baik
bagi kepentingan perlindungan konsumen.34Sebelumnya posisi BPKN diemban
oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), yang bertujuan untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dalam bidang penelitian, bidang pendidikan,
bidang penerbitan, warta konsumen, dan perpustakaan; bidang pengaduan; serta
bidang umum dan keuangan.
Fungsi BPKN ialah memberikan saran dan pertimbangan kepada
pemerintah dalan upaya mengembangkan perlindungan konsumen di
Indonesia.Tugas BPKN berdasarkan Pasal 34 Undang-undang Perlindungan
Konsumen dapat dilihat pada rincian berikut ini:35
1) Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam
rangka penyusunan kebijaksanaan di bidang perlindungan
konsumen.
2) Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan
konsumen.
3) Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang
menyangkut keselamatan konsumen.
4) Mendorong berkembangnya lemabaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat.
5) Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan
konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada
konsumen.
6) Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari
masyarakat, lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat
atau pelaku usaha.
34
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2004), h.196.
35
Pasal 33 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
35
Asas pokok atau pondasi dari seluruh kegiatan bisnis di dalam hukum
Islam ditempatkan pada asas tertinggi, yaitu tauhid (mengesakan Allah
SWT).36Dari asas ini kemudian lahir asas istikhlaf, yang menyatakan bahwa apa
yang dimiliki oleh manusia hakekatnya adalah titipan dari Allah SWT, manusia
hanyalah sebagai pemegang amanah yang diberikan kepadanya.37Dari asas tauhid
juga melahirkan asas al-ihsan (benevolence),artinya melaksanakan perbuatan baik
yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain tanpa ada kewajiban
tertentu yang mengharuskannya untuk melaksanakan perbuatan tersebut. 38
36
Yusuf Qardhawi, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan dahlia
husin, (Jakarta : Gema Insani press, 1997) h. 31.
37
Yusuf Qardhawi, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan dahlia
husin, h. 40-41.
38
Faisal Badroen, Etika bisnis Dalam Islam, (Jakarta : Kencana, 2007)h. 102-103.
39
Hasan Aedi, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, (Bandung : Alfabeta, 2011)h. 59.
36
40
Nurhalis h“Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomer 8 tahun. Kajian Hukum dan Keadilan I. Jurnal IUS| Vol III | Nomor 9 | Desember
2015. h.528.
41
Nurhalis h “Perlindungan Konsumen dalam Perspektif Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomer 8 tahun h.528.
37
Artinya :
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya.
Termasuk dalam prinsip amanah ini adalah bahwa kedua belah pihak yang
melakukan perjanjian dilarang untuk menyembunyikan sesuatu atau informasi
terhadap pihak lain. Pihak bank syariah harus memberikan informasi yang seluas-
luasnya kepada nasabah penyimpan dana tentang segala hal yang berkaitan
dengan dana yang mereka simpan dalam bank syariah.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagianyang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan
(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.
39
40
memilik izin dari OJK atau disebeut juga investasi ilegal ataupun investasi
bodong.
Investasi Ilegal atau disebut juga investasi bodong pada esensinya
merupakan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan namun
dikemas dengan investasi2. Otoritas Jasa Keuangan dalam artikelnya
menyebutkan bentuk umum diduga kegiatan investasi illegal, diantaranya :
1) Fixed income products, dimana produk ini menawarkan imbal
hasil (return) yang dijanjikan secara fixed (tetap) dantidak akan
terpengaruh oleh risiko pergerakan harga di pasar;
2) Simpanan yang menyerupai produk perbankan (tabungan atau
deposito), dimana pada beberapa kasus berupa surat Delivery
Order (D/O) atau Surat Berharga yang diterBank Indonesiatkan
suatu perusahaan;
3) Penyertaan modal investasi, dimana dana yang terkumpul dari
masyarakat dijanjikan akan ditempatkan pada Bank Indonesia dari
satu instrument keuangan atau pada sektor riil;
4) Program investasi online melalui internet, yang menjanjikan
pengembalian dana investasi secara rutin.3
2
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “. “Kekosongan Hukum di Sektor Keuangan
Dalam Penanganan Investasi Illegal”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa
Keuangan, 2015.
3
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “.Bentuk umum produk diduga ilegal yang
ditawarkan”, Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, 2015 ”
41
4
Dikutip dari Otoritas Jasa Keuangan, “Karakteristik Umum Produk Diduga Ilegal”,
Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan, 2015
5
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Pendiri-Pandawa-Group-
Depok-Hentikan-Penghimpunan-Dana-Masyarakat.diakses pada 2 desember 2017 pukul 22.00
WIB
42
Dan faktor KSP PMG pailit selanjutnya ialah dikeluarkannya fatwa MUI
Kota Depok yang menyatakan bahwa KSP Pandawa Mandiri Group
menyimpang,, setelah melakukan pengumpulan data dan pengkajian, akhirnya
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok mengeluarkan fatwa haram terhadap
investasi di KSP Pandawa Mandiri Group yang berkantor di Kelurahan
Meruyung, Limo.
Ketua MUI Kota Depok, KH Ahmad Dimyati Badruzaman menegaskan,
dalam surat Keputusan Fatwa MUI Kota Depok NO : 01/SK/MUI/Dpk/VI/2016,6
ditegaskan KSP Pandawa Mandiri merupakan koperasi yang berkedok pengelola
dana investasi yang melakukan prakteknya dengan mencatut pemuka agama
Islam.
6
Fatwa MUI kota Depok mengenai KSP Pandawa Mandiri Group.
43
dan OJK yang mengawasi tentang perusahaan ataupun badan hukum jasa
keuangan dan penghimpunan dana dari masyarakat.
Salman Nurayanto beserta rekan-rekannya di KSP PMG dibayangi
kepailitan atas KSP yang mereka dirikan tersebut, adapun pengertian Kepailitan
berdasarkan Pasal 1Ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004tentang Kepailitan dan
PKPU, kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan
Hakim. Kepailitan adalah keadaan seorang debitor berhenti membayar utang-
utangnya, istilah berhenti membayar tidak mutlak harus diartikan debitor sama
sekali berhenti membayar utang-utangnya, tetapi debitor dapat dikatakan dalam
keadaan berhenti membayar,7 apabila ketika diajukan permohonan pailit ke
pengadilan, debitor berada dalam keadaan tidak dapat membayar utangnya.
Dalam Pasal 3 UUK disebutkan, Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
UU ini, selain memeriksa dan memutus permohonan pernyataan pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, berwenang pula untuk memeriksa dan
memutus perkara lain di bidang perniagaan yang penetapannya secara Undang-
Undang Kepailitan. Dari ketentuan ini dapat diketahui, bahwa ruang lingkup
pengadilan niaga yakni menyangkut :8
1) Permohonan pernyataan pailit,
2) Penundaan kewajiban pembayaran utang,
3) Perkara lainnya yang ditentukan dalam undang-undang
7
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran di Indonesia, (Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada,2002) h.27.
8
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan, (Bandung :
CV. Nuansa Aulia, 2006) h. 45
44
9
Penjelasan Pasal 144 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
45
dan pengurus KSP PMG dapat disita oleh Kurator dan diawasi oleh hakim
pengawas. PKPU diatur dalam Bab II dari Pasal 222sampai dengan Pasal 298
UUK PKPU. Lembaga PKPU dalam ilmu hukum dagang dikenal dengan nama
surseance vun betaling atau suspension of payment.UUKPKPU tidak memberikan
pengertian secara tegas mengenai PKPU. Dalam Pasal 222 UUK PKPU
dinyatakan mengenai para pihak yang dapat meminta PKPU dan maksud dari
pengajuan PKPU.adalah:10
1) Penundaan kewajiban pembayaran utang diajukan oleh debitur yang
mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur atau oleh kreditur;
2) Debitur yang memperkirakan tidak dapat atau tidak akan dapat
melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat
ditagih, dapat memohon penundaan kewajiban pembayaran utang, dengan
maksud untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditur;
3) Kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan
membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dapat
memohon agar kepada debitur diberi penundaan kewajiban pembayaran
utang, untuk memungkinkan debitur mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada
kreditur.
10
Penjelasan Pasal 222 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU
11
Munir Fuadi, Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti 2005)
h.171.
46
12
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan, (Jakarta: Grafiti, 2009) h.338
47
13
Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan
di Indonesia (Studi Putusan-Putusan Pengadilan), (Yogyakarta : Total Media, 2008)h.280.
BAB IV
AKIBAT HUKUM PASCA KSP PANDAWA MANDIRI GROUP PAILIT
MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
1
Jono, Hukum Kepailitan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) h. 107
48
49
2
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan (Malang : UMM Press, 2007) h. 103
3
Sultan Remi Syahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi
Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti , 2009) h.
257
50
kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang termasuk harta
pailit.
2) Akibat hukum terhadap seluruh perikatan yang dibuat oleh debitur
pailit
Semua perikatan debitur yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit,
tidak lagi dapat membayar dari harta pailit, kecuali perikatan tersebut
menguntungkan harta pailit (Pasal 25 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU).
Tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus
diajukan oleh atau kurator. Dalam hal tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan
oleh atau terhadap debitur pailit maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan
suatu penghukuman terhadap debitur pailit, penghukuman tersebut tidak
mempunyai akibat hukum terhadap harta pailit (Pasal 26 UndangUndang
Kepailitan dan PKPU).Selama berlangsungnya kepailitan, tuntutan untuk
memperoleh pemenuhan perikatan dari harta pailit yang ditujukan terhadap
debitur pailit, hanya dapat diajukan dengan mendaftarkannya untuk dicocokkan
(Pasal 27 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU).
3) Akibat hukum bagi kreditur Pada dasarnya,
kedudukan para kreditur sama (paritas creditorum) dan karenanya mereka
mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi budelnya pailit sesuai dengan
besarnya tagihan mereka masing-masing (pari passu pro rata parte). Namun asas
tersebut dapat dikecualikan yakni untuk golongan kreditur yang memenang hak
anggunan atas kebendaan dan golongan kreditur yang haknya didahulukan
berdasarkan Undang-Undang Kepailitan dan PKPU dan 47 peraturan perundang-
undangan lainnya. Oleh karenanya, kreditur dapat dikelompokkan sebagai
berikut:4
a) Kreditur separatis
Merupakan kreditur pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat
bertindak sendiri yang tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitur,
sehingga hak-hak eksekusi kreditur separatis ini tetap dapatdijalankan seperti
4
Imran Nating, Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan
Pemberesan Harta Pailit, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005) h. 43
51
tidak ada kepailitan debitur. Kreditur separatis dapat menjual sendiri barang-
barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Debitur
mengambil hasil penjualan ini sebesar piutangnya, sedangkan jika ada sisanya
disetorkan ke kas kurator. Jika hasil penjualan tersebut tidak mencukupi, maka
kreditur separatis itu, untuk tagihan yang belum dibayar dapat memasukkan
kekurangannya sebagai kurator bersaing.
b) Kreditur preferen/istimewa
Merupakan kreditur yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa dan
mendapat hak untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu dari penjualan harta
pailit. Kreditur ini berada dibawah pemegang hak tanggungan dan gadai. Menurut
Pasal 1133 KUHPerdata, hak istimewa adalah suatu hak yang oleh undangundang
diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya, semata-mata
berdasarkan sifat piutangnya.
c) Kreditur Konkuren
Kreditur konkuren/bersaing memiliki kedudukan yang sama dan berhak
memperoleh hasil penjualan harta kekayaan debitur, baik yang telah ada maupun
yang akan ada dikemudian hari setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban
membayar piutang kepada para kreditur pemegang hak jaminan dan para kreditur
dengan hak istimewa secara proporsional menurut perbandingan besarnya piutang
masing-masing kreditur.
4) Akibat hukum terhadap eksekusi atas harta kekayaan debitur
Pailit Menurut Pasal 31 UU Kepailitan dan PKPU, putusan pernyataan
pailit mempunyai akibat bahwa segala putusan hakim menyangkut setiap bagian
harta kekayaan debitur yang telah diadakan sebelum diputuskannya pernyataan
pailit harus segera dihentikan dan sejak saat yang sama pula tidak satu putusan
pun mengenai hukuman paksaan badan dapat dilaksanakan. Segala putusan
mengenai penyitaan, baik yang sudah maupun yang belum dilaksanakan,
dibatalkan demi hukum, bila dianggap perlu, hakim pengawas dapat menegaskan
hal itu dengan memerintahkan pencoretan.
1) Jika dilihat, dalam pasal tersebut bahwa setelah ada pernyataan
pailit, semua putusan hakim mengenai suatu bagian kekayaan
52
مه ادرك مبلو بعينو عند رجل قد افلس فيٌ احق بو مه غيره
Artinya :
“kami mendengar Rasululllah bersabda, “ siapa yang mendapati
hartanya yang asli (belum berubah) pada 18 orang orang yang bangkrut maka
dia lebih berhak atas barang itu daripada yang lainnya.”
53
5
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah (Jakarta : PT.Raja Grafindo, 2002) h. 229.
6
Jono, Hukum Kepailitan (Bogor : Ghalian 2009) h.207-209.
7
Elsi Kartika Sari dan Advend Simangunsong Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2007) h. 188.
54
لي الٌاجد يحل عرضو: قبل رسٌل هللا عليو ً سلم: ً عه عمرًبه الشريد عه ابيو رضي هللا عنو قبل
)ً عقٌبتو (رًاه ابٌ داًد ً النسبئ
Artinya:
Dari Amr putra Syarid, r a. Dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah saw
Bersabda : “Orang yang mengundur-undur pembayaran hutang, padahal ia
mampu membayarnya maka halal diambil barangnya atau didera.” ( HR. Imam
Abu Daud dan Imam Nasa’i)9
Ditegaskan lagi dengan hadits diatas bahwa membayarkan hutang atau
memenuhi hak orang lain itu adalah wajib. Kata wajib berarti harus, jika
ditinggalkan maka seseorang akan berdosa.
8
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi
Syariah di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) h.95.
9
Al Hadits, Terjemah Bulughul Maram, (Semarang : CV Toha Putra, 1991) h. 420.
55
Putusan Pailit juga berakibat secara khusus terhadap hak jaminan dan hak
istimewa, antara lain adalah hipotek, gadai, hak tangggungan dan
fidusiasebagaimana yang diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Kepailitan. Hak
tanggungan sebagai salah satu hak jaminan diatur dalam Undang-UndangHak
Tanggungan yaitu Undang-Undang Nomor.4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah.
Prosedur pelaksanaan Hak Tanggungan hingga proses eksekusi Hak
Tanggungan telah diatur dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Menurut
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Pasal 1 ayat (1):10
” Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak
berikut benda-benda lain yang merupakansatu kesatuan dengan tanah itu,
untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain”.
10
Penjelasan pasal 1 ayat (1) UU nomor 4 1996 tentang Hak tanggungan .
56
11
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : PT.Citra Aditya
Bakti, 1999)h. 105.
57
Liability merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua
karakter resiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau mungkin
meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara actual atau potensial seperti
kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang menciptakan tugas untuk
melaksanakan undang-undang. Responsibility Berarti hal yang dapat
dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban dan termasuk putusan,
keterampilan, kemampuan dan kecakapan meliputi juga kewajiban yang
bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan.Dalam pengertian dan
penggunaan praktis, istilah Liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum,
yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subjek hukum,
sedangkan istilah Responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban politik.12
KSP Pandawa Mandiri Group merupakan salah satu dari banyaknya
lembaga penghimpunan dana investasi ilegal yang di bekukan oleh OJK, akan
tetapi pada awal pendiriannya Pandawa Mandiri Group merupakan koperasi
simpan pinjam yang sudah berizin dan sesuai aturan hukum, oleh Karenanya
pihak OJK pun melimpahkan kelanjutan kasus tersebut kepada lembaga yang
menaungi urusan perkoperasian yaitu Kementerian Koperasi dan UMKM, sampai
akhirnya KSP Pandawa Mandiri Group dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat.
Secara umum akibat pernyataan pailit adalah sebagai berikut : 13
1) Kekayaan debitur pailit yang masuk ke dalam harta pailit
merupakan sitaan umum atas harta pihak yang dinyatakan pailit.
2) Kepailitan semata-mata hanya mengenai harta pailit dan tidak
mengenai diri pribadi debitur pailit.
3) Debitur pailit demi hukum kehilangan hak untuk mengurus dan
menguasai kekayaannya yang termasuk harta pailit sejak hari
putusan pailit diucapkan.
12
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006)
h.335.
13
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan,(Jakarta: Grafiti, 2009) h.299.
58
14
Pasal 105 UU No. 17 Tahun 2012
59
15
PP No 17 Tahun 1994
16
Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-
operativeLaw,h.172
17
Hans-H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-
operat,h.172
60
18
Sutan Remy Syahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang Undang No 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan,(Jakarta: Grafiti, 2009) h. 198
19
Winardi, Kamus Ekonomi Inggris-Indonesia, (Bandung : Alumni, 1980) h..99.
62
penjualan aset-aset tersebut kepada pihak manapun sehingga diperoleh uang tunai
sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sesuai dengan kebiasaan, kepatutan serta
sesuai pula dengan syarat-syarat 63 yang ditetapkan oleh Undang-Undang
Kepailitan ataupun undang-undang lainnya.20
Beberapa alasan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Kepailitan
dalam hal Kurator menjual aset Debitor pailit:
a) Untuk menutup ongkos kepailitan (Pasal 107 ayat (1) UUK);
b) Penahanan barang mengkibatkan kerugian (Pasal 107 ayat (1)
UUK);
c) Untuk kelangsungan usaha Debitor (Pasal 56 ayat (3) UUK);
d) Barang tidak diperlukan untuk meneruskan perusahaan Debitor
(Pasal 184 ayat (2) UUK;
e) Dalam rangka pemberesan (Pasal 184 ayat (1)UUK).
20
Munir Fuady Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
2005)h.145
64
21
Penjelasan Pasal 166 ayat (2) undang-undang kepailitan dan PKPU
65
22
Munir Fuady, Hukum Pailit Praktek dan Teori (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
2005)h.132
66
23
Penjelasan Pasal 202 ayat (1)undang-undang Kepailitan an PKPU
67
24
Imam Muslim,Sahih Muslim dalam bab al-Hiwalat, h 683
25
Sunan An Nasa’i, Bab Attasyillu, h 315
68
26
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahan. h. 429
69
dana kembali adalah melalui PKPU. Dan dalam hal seseorang atau badan hukum
selaku debitor gagal dalam memenuhi kewajibannya yaitu melakukan pembayaran
utang kepada kreditor maka dengan terpenuhinya syarat pailit yang tertuang
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu, bahwa Debitor mempunyai
dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan,
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih
kreditornya.
27
Penjelasan UU No. 37 Tahun 2004 Kepailitan dan PKPU
28
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata (Jakarta : Intermasa, 1994),h. 23
70
yang dimiliki oleh kreditur pemegang hak jaminan preference atas kebendaan
milik debitur pailit.29
Hal ini juga sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) PMK No 93/PMK.06/2010
yaitu :
“Penjual/Pemilik barang yang bermaksud melakukan penjualan barang
secara lelang melalui KPKNL, harus mengajukan surat permohonan lelang
secara tertulis kepada kepala KPKNL untuk dimintakan jadwal
pelaksanaan lelang, disertai dokumen persyaratan lelang sesuai dengan
jenis lelangnya.”
29
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Kepailitan, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 1999) h.37
30
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama 1995) h.128
71
kurator. Akan tetapi khusus pemegang hak istimewa maka pemegang jaminan
yang mengajukan permohonan.
2) Penelitian oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Penelitian oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang bertujuan
untuk memeriksa surat kelengkapan permohonan lelang dari pemohon lelang.
Termasuk dokumen-dokumen persyaratan lelang, seperti salinan foto copy surat
keputusan penunjukan penjual, syarat lelang dari penjual daftar barang yang akan
dijual. Apabila dalam hal lelang ini merupakan eksekusi dari putusan pailit maka
juga dilampirkan :
a) Salinan / foto copy putusan pailit dari pengadilan negeri
b) Surat pernyataan dari kurator yang akan bertanggung jawab apabila
terjadi gugatan perdata atau tuntutan pidana
c) Bukti kepemilikan atas barang yang akan dilelang
d) Daftar bundel pailit.31
e) Surat Penetapan Lelang.
f) Penyetoran uang jaminan.
g) Lelang.
h) Risalah lelang.
C. Hukuman Terhadap Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group
1. Penangkapan Pimpinan KSP Pandawa Mandiri Group
Setelah dibekukan oleh OJK terkait investasi ilegal dan dipeksa
menembalikan dana nasabah, Salman berusaha melarikan diri. Akan tetapi pada
tanggal 20 februari 2017 Polda Metro Jaya menangkap Salman Nuryanto, bos
Pandawa Group, yang diduga melakukan penipuan dan penggelapan investasi
bodong. Selain Salman, polisi menangkap 3 orang lainnya Salman dan tiga orang
tersebut ditangkap di kawasan Mauk, Kabupaten Tangerang.32
Di sisi lain, para leader dan investor telah membentuk forum percepatan
pencairan dana anggota Pandawa Group, yang diketuai oleh Abdul Karim, yang
31
Peraturan Direktur Jendral Kekayaan Negara PER-03 / KN / 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Lelang.
32
https://news.detik.com/berita/d-3426837/bos-pandawa-group-salman-nuryanto-
ditangkap-bersama-3-orang-dekat diakses pada 1 april 2018 pukul 22:00 WIB
72
dipusatkan di Perumahan Palem Ganda Asri, Desa Limo, Sawangan, Depok. Bagi
investor yang belum mengumpulkan data diminta mengumpulkan data melalui
leader masing-masing atau bisa langsung.
Tindak Pidana Penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHP, dimana yang
termasuk penggelapan adalah perbuatan mengambil barang milik orang lain
sebagian atau seluruhnya) di mana penguasaan atas barang itu sudah ada pada
pelaku, tapi penguasaan itu terjadi secara sah.
c. Tindak Pidana Korupsi 34
Koperasi juga dapat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi.
Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi apabila orang
tersebut bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
33
Dessylina Oktaviani Suendra, Pertanggngjawaban Pidana Koperasi Dalam Tindak
Pidana Perbankan Tanpa Izin (Bali : Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana 2015 ) h.
74
34
Dessylina Oktaviani Suendra, Tesis Pertanggngjawaban Pidana Koperasi Dalam
Tindak Pidana Perbankan Tanpa Izin, h. 75
73
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 3 UU
No.31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
35
Arsil, Menjerat Investasi Bodong dengan Tindak Pidana Perbakan (Jakarta: Lembaga
Kajian & Advokasi untuk Independensi Peradilan, 2014)h.1
74
36
Putusan No.424/Pid.Sus/2017/PN.DPK
37
Putusan No.424/Pid.Sus/2017/PN.DPK
75
38
Penjelasan KUHAP Pasal 193 ayat 1
39
Penjelasan Pasal 183 ayat (1) KUHAP
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah penulis paparkan mengenai Perlindungan Hukum
Nasabah KSP Pandawa Mandiri Group pasca dinyatakan Pailit Oleh PN Jakarta
Pusat Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam penulis menyimpulkan beberapa
point penting yang menjadi inti dari pembahasan skripsi ini, yaitu :
1. Ada beberapa faktor yang menyebabkan KSP Pandawa Mandiri Grtoup
pailit, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Penghimpunan dana secara ilegal berupa inverstasi
b. Dibekukan operasional oleh OJK mengenai Investasi ilegal
c. Difatwakan Haram oleh MUI kota Depok Tidak mampu dalam
pengembalian dana nasabah
2. Perlindungan hukum nasabah KSP Pandawa Mandiri Group yaitu berupa :
a. Penghentian operasional KSP Pandawa Mandiri Group oleh OJK
b. Pembubaran KSP Pandawa Mandiri Group oleh Kementerian
Koperasidan UMKM.
c. Penyitaan seluruh asset diawasi oleh Hakim Pengawas.
d. Pendataaan jumlah kerugian dana Nasabah oleh tim kurator
e. Pelelangan aset KSP yang disita
f. Pengembalian dana secara adil kepada seluruh nasabah, baik korban
nasabah simpan pinjam maupun korban Investasi ilegal.
B. Rekomendasi
Saran-saran yang perlu disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini,
yaitu:
1. Untuk pemerintah selaku penaung masyarakat agar lebih tegas dalam
pemberian izin usaha dalam bentuk penghimpunan dana dari masyarakat
terlebih Kementerian Koperasi dan UMKM, karena kasus KSP Pandawa
Mandiri Group bukan kasus baru melainkan kasus yang kesekian kalinya
dengan modus yang sudah sering terjadi.
76
77
A. Buku
Aedi, Hasan, Teori dan Aplikasi Etika Bisnis Islam, Bandung, Alfabeta, 2011,
Fuady, Munir , Pengantar Hukum Bisnis, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2008.
Hartono, Sunaryati, dikutip dari Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum
Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004
Hendrojogi, Koperasi Asas-asas, Teori dan Praktek, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
78
79
Meliala, Adrianus, Praktik Bisnis Curang, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Roda Karya, 2004.
Qardhawi, Yusuf, Norma dan etika ekonomi islam, penerjamah Zainal Arifin dan
dahlia husin, jakarta, Gema Insani press, 1997
Ridwan H.R. Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006.
Sulistio, Tito. Mencari Ekonomi Pro Pasar; Catatan Tentang Pasar Modal,
Privatisasi Dan Konglomerasi Lokal, Jakarta: The Investor. 2004.
Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta : Raih Asa Sukses,
2014.
Yani. Ahmad, Widjaja. Gunawan, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
B. Perundang-Undangan
C. Jurnal
D. Internet
https://finance.detik.com/moneter/3346084/ini-profil-pandawa-group-yang
dihentikan-ojk diakases pada tanggal 1 desember pukul 22.00. WIB.
81
http://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/Pendiri-Pandawa -
Group-Depok-Hentikan-Penghimpunan-Dana-Masyarakat. diakses pada 2
desember 2017 pukul 22.00 WIB
http://igedearisuciptayasa.blogspot.com/2013/04/perbedaan-uu-no-25-Tahun1992-
dan-uu-no_10.htmldi akses 2 desember 2017
http://megapolitan.indopos.co.id/read/2017/02/21//BosKSPPandawaDicokokPolis
i diakses pada tanggal 2 desember 2017 pukul 22.00. WIB
http://www.jurnalhukum.com/pengertian-konsumen/#footnote_0_2791 diakses
pada tanggal 22 desember 2017 pukul 20.00.WIB
LAMPIRAN