Anda di halaman 1dari 21

Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202

Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

TINJAUAN YURIDIS PERBANDINGAN KUHP LAMA


DAN KUHP BARU
JURIDICAL OBJECTIVE COMPARISON OF THE OLD AND NEW KUHP

Winda Andini1
a
Universitas Potensi Utama, JL. KL.Yos Sudarso, KM.6,5 Medan.20241
Fakultas Hukum Universitas Potensi Utama
Windaandini27.@gmail.com1

ABSTRAK

Tujuan yuridis perbandingan KUHP lama dan KUHP baru adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang hukum pidana di Indonesia dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan dari setiap undang-
undang. Hal ini dapat membantu dalam penyusunan dan pengembangan hukum pidana yang lebih baik di
masa depan. KUHP baru kita sudah berbeda dengan KUHP yang lama karena KUHP yang lama masih
memakai Asas Societas delinquere non potest yang artinya adalah korporasi (badan hukum) tidak dapat
melakukan tindak pidana dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara pidana pula. Namun seiring
perkembangan jaman dengan banyaknya perkara yang melibatkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana
membuat direvisinya KUHP yang saat ini kita pakai dengan RUU KUHP Nasional. Perubahan tersebut
terletak dalam Pasal 45 ayat 1 RUU KUHP yaitu korporasi merupakan subjek pidana. Berdasarkan hasil
diperoleh Perbedaan mencolok antara KUHP lama dan baru adalah penempatan hukuman mati. Jika pada
KUHP lama, hukuman mati masuk dalam jenis pidana pokok. Sedangkan, pada UU Nomor 1 Tahun 2023,
pidana mati tergolong ke dalam pidana bersifat khusus yang menjadi alternatif. Pemaknaan Asas legalitas
dalam KUHP lebih menekankan kepada aspek formil, sedangkan pada RUU KUHP lebih menekankan pada
aspek materiil, dalam arti mempertimbangkan pada hukum lain yang ada dimasyarakat atau mungkin kita
kenal dengan hukum adat, dengan ketentuan

Kata Kunci : Perbandingan, KUHP baru, KUHP lama

ABSTRACT
The purpose of a juridical comparison of the old Criminal Code and the new Criminal Code is to provide a
better understanding of criminal law in Indonesia and identify the strengths and weaknesses of each law. This
can assist in drafting and developing better criminal laws in the future. Our new Criminal Code is different
from the old Criminal Code because the old Criminal Code still uses the Societas delinquere non potest
principle, which means that corporations (legal entities) cannot commit crimes and cannot be criminally held
accountable either. However, along with the development of the era, with the many cases involving
corporations as perpetrators of criminal acts, the Criminal Code that we are currently using is revised with
the National Criminal Code Bill. The change lies in Article 45 paragraph 1 of the Criminal Code Bill, namely
corporations which are criminal subjects. Based on the results obtained, a striking difference between the old
and new Criminal Code is the placement of the death penalty. If in the old Criminal Code, the death penalty
was included in the main type of punishment. Whereas in Law Number 1 of 2023, capital punishment is
classified as a special punishment which is an alternative. The meaning of the principle of legality in the
Criminal Code is more emphasized on the formal aspect, while in the Draft Criminal Code it is more
emphasized on the material aspect, in the sense that it takes into account other laws that exist in society or
maybe we are familiar with customary law, with provisions

Keywords : Comparison, new Criminal Code, old Criminal Code

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 2

Copyright © 2022 - Journal UPU. All rights reserved.

1. PENDAHULUAN

Pada dasarnya hukum berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia baik bersifat individu
maupun kolektif. Banyaknya jumlah manusia dan beragamnya kepentingan mereka tidak mustahil
menimbulkan pergeseran antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya perlulah dilakukan
perlindungan terhadap kepentingan tersebut untuk kehidupan yang lebih baik. Perlindungan itu bisa
dilakukan dengan membentuk suatu peraturan atau kaidah dengan disertai sanksi yang bersifat
mengikat dan memaksa.
Kaidah hukum tersebut harus diyakini dengan sungguh-sungguh untuk melindungi
kepentingan manusia yang akan berlaku di dalam masyarakat sebagai pedoman tentang bagaimana
seharusnya manusia bertindak baik sebagai individu maupun kelompok. Masyarakat harus
menyadari bahwa hal ini patut dilakukan . Kesadaran dari masyarakat akan patut atau tidak patutnya
dilakukan di dalam masyarakat inilah memberi wibawa kepada kaidah hukum sehingga hukum itu
ditaati. Tanpa wibawa tersebut hukum tidak akan ditaati.
Sehubungan dengan itu, perlulah kiranya membangun atau melakukan pembaharuan terhadap
hukum khususnya pembaharuan hukum pidana agar hukum tersebut tetap mempunyai wibawa.
Pada kajian mengenai membangun atau memperbaharui hukum bukan hanya memperbaharui pasal-
pasal yang kurang tepat diterapkan dengan keadaan sekarang, melainkan juga harus dikaji secara
komperhensif ide dasar dari pembentukan hukum yang baru sehingga ketika diterapkan hukum
tersebut tidak seperti tambal sulam.
Dalam sejarah panjang pembentukan Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (RUU KHUP) sudah semenjak lama hal ini dibahas. Hingga kini, RUU KUHP
tersebut belum juga diundangkan menjadi undang-undang. Lamanya pembahasan dimungkinkan
mengarahkan RUU KUHP menjadi lebih sempurna atau masih terus-menerus disempurnakan
seiring dengan banyaknya kejahatan baru yang timbul. Sehingga ketika diberlakukan KUHP baru,
ini dapat menjadi acuan dalam pembuatan undang-undang khusus diluar KUHP atau sebagai aturan
umum jika tidak ada undang-undang khusus yang mengaturnya dan juga dimungkin-kan  sesuai
dengan perkembangan hukum dan ilmu hukum yang terjadi.
Ide dasar mengenai pokok pikiran tentang konsep RUU KUHP dilatarbelakangi oleh
kebutuhan dan tuntutan nasional untuk melakukan pembaharuan dan sekaligus
perubahan/penggantian KUHP lama (Wetbook van Strafrecht) sebagai produk hukum pemerintahan
Kolonial Hindia Belanda. KUHP WvS sekarang ini dirasakan sudah kurang cocok untuk menjawab
permasalahan hukum yang ada. Serta perlunya pembenahan mengenai sistem pemidanaan di
Indonesia. Sehingga hukum itu dapat ditegakan berdasarkan keadilan. Untuk menjamin tetap
tegaknya keadilan, maka materi hukum nasional nantinya harus disesuaikan dengan politik hukum,
keadaan dan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia.
Upaya pembaharuan hukum pidana termasuk dibidang penal policy merupakan bagian dan
terkait erat dengan law enforcement policy, criminal policy dan social policy. Ini berarti
pembaharuan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan untuk memperbaharui substansi
hukum dalam rangka lebih mengefektifkan penegakan hukum, untuk memberantas/menanggulangi
kejahatan dalam rangka perlindungan masyarakat, untuk mengatasi masalah sosial dan masalah
kemanusiaan dalam rangka mencapai/menunjang tujuan nasional, serta upaya peninjauan kembali
pokok-pokok pemikiran, ide-ide dasar, atau nilai-nilai sosio-filosofik, sosio-politik, dan sosio-kultur
yang melandasi kebijakan kriminal dan kebijakan (penegakan) hukum pidana selama ini.
Bukanlah pembaharuan hukum pidana apabila orientasi nilai dari hukum pidana yang dicita-
citakan sama saja dengan orientasi nilai dari hukum pidana lama warisan penjajahan (KUHP WvS).
Dengan demikian, pembaharuan hukum pidana harus jauh lebih baik pengaturannya dibandingkan

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

KUHP WvS dan juga harus ditempuh dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan dan
sekaligus pendekatan yang berorientasi nilai.
Pada tanggal 24 September 2019, pemerintah Indonesia telah meratifikasi Rancangan Kitab
UndangUndang Hukum Pidana (RUU KUHP) baru. Sejak saat itu, RUU KUHP baru menjadi topik yang
sangat dibicarakan oleh masyarakat, terutama dalam kalangan para ahli hukum dan praktisi hukum di
Indonesia. RUU KUHP baru ini diharapkan dapat memperbarui dan memperbaiki ketentuan pidana yang
sudah lama ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) lama. Perbandingan antara KUHP
lama dan KUHP baru menjadi hal yang penting untuk dipahami dalam konteks hukum pidana Indonesia.
Tujuan utama dari perbandingan ini adalah untuk memahami perubahan yang terjadi dan dampaknya
terhadap sistem hukum pidana Indonesia. Dalam tulisan ini, akan dibahas tujuan yuridis dari perbandingan
KUHP lama dan KUHP baru. Salah satu tujuan yuridis dari perbandingan KUHP lama dan KUHP baru
adalah untuk mengevaluasi ketentuan-ketentuan pidana yang sudah ada dalam KUHP lama dan
menentukan apakah ketentuan tersebut masih relevan dan sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan
politik yang ada saat ini. KUHP lama dihasilkan pada tahun 1915 dan telah mengalami beberapa kali
revisi. Seiring dengan perkembangan zaman, ketentuan pidana dalam KUHP lama dianggap kurang sesuai
dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik saat ini.
Oleh karena itu, RUU KUHP baru disusun untuk memperbarui dan memperbaiki ketentuan
ketentuan pidana yang ada dalam KUHP lama. Selain itu, perbandingan antara KUHP lama dan KUHP
baru juga bertujuan untuk meninjau kembali prinsip-prinsip dasar hukum pidana yang digunakan dalam
KUHP lama dan memastikan apakah prinsipprinsip tersebut masih relevan. KUHP lama didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum pidana yang diterapkan pada masa kolonial Belanda di Indonesia. Oleh karena itu,
prinsip-prinsip tersebut tidak lagi sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang ada saat ini.
RUU KUHP baru didasarkan pada prinsip-prinsip hukum pidana yang lebih modern dan sesuai dengan
keadaan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia saat ini. Selanjutnya, tujuan yuridis dari perbandingan
KUHP lama dan KUHP baru adalah untuk mengevaluasi kembali prosedur hukum pidana yang diterapkan
dalam KUHP lama dan memastikan apakah prosedur tersebut masih sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-
prinsip hukum pidana yang berlaku saat ini. KUHP lama memiliki beberapa kekurangan dalam prosedur
hukum pidana, seperti prosedur pemeriksaan tersangka yang kurang memadai, prosedur penyitaan barang
bukti yang tidak efektif, dan prosedur pemberian keterangan saksi yang masih terbatas. RUU KUHP baru
berusaha untuk mengatasi kekurangankekurangan tersebut dengan memperbarui prosedur hukum pidana
yang lebih modern dan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip hukum pidana yang berlaku saat ini.
Selain itu, tujuan yuridis dari perbandingan KUHP lama dan KUHP baru adalah untuk meninjau kembali
sanksi pidana yang diterapkan dalam KUHP lama dan memastikan apakah sanksi tersebut masih efektif
dalam mencegah terjadinya tindak pidana. KUHP lama memiliki sanksi pidana yang cukup berat, namun
sanksi tersebut dinilai belum efektif dalam mencegah terjadinya tindak pidana. RUU KUHP baru
mempertimbangkan untuk memperbaiki sanksi pidana dengan memberikan sanksi yang lebih sesuai dan
efektif dalam mencegah terjadinya tindak pidana. Selanjutnya, tujuan yuridis dari perbandingan KUHP
lama dan KUHP baru adalah untuk memperbaiki perlindungan hak-hak tersangka, terdakwa, dan korban
dalam proses hukum pidana. KUHP lama memiliki beberapa kekurangan dalam perlindungan hak-hak
tersebut, seperti prosedur pemeriksaan tersangka yang kurang memadai, prosedur pengadilan yang belum
transparan, dan perlindungan korban yang kurang memadai. RUU KUHP baru berusaha untuk
memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut dengan memberikan perlindungan hak-hak yang lebih baik
dan memperbarui prosedur hukum pidana yang lebih transparan dan adil.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 4

2. TINJAUAN PUSTAKA

Induk  peraturan hukum pidana positif Indonesia adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP). KUHP ini mempunyai nama asli Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch
Indie (WvSNI) yang diberlakukan di Indonesia pertama kali dengan Koninklijk Belsuit (titah raja)
Nomor 33 15 Oktober 1915 dan mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari
1918. WvSNI merupakan turunan dari WvS negeri Belanda yang dibuat pada tahun 1881 dan
diberlakukan di negeri Belanda pada 1886. Walaupun WvSNI notabene turunan (copy)
dari WvS Belanda, namun pemerintah kolonial pada saat itu menerapkan asas konkordansi
(penyesuaian) bagi pemberlakuan WvS di negara jajahan. Beberapa pasal dihapuskan dan
disesuaikan dengan kondisi dan misi kolonialisme Belanda atas wilayah Indonesia.
        Jika diruntut lebih ke belakang, pertama kali negeri Belanda membuat perundangan-undangan
hukum pidana sejak tahun 1795 dan disahkan pada tahun 1809. Kodifikasi hukum pidana pertama
ini disebut dengan Crimineel Wetboek voor Het Koninkrijk Holland. Namun baru dua tahun
berlaku, pada tahun 1811 Prancis menjajah Belanda dan memberlakukan Code Penal (kodifikasi
hukum pidana) yang dibuat tahun 1810 saat Napoleon Bonaparte menjadi penguasa Prancis. Pada
tahun 1813 Prancis meninggalkan negeri Belanda, namun demikian negeri Belanda masih
mempertahankan Code Penal tersebut sampai tahun 1886. Pada tahun 1886 mulai
diberlakukan Wetboek van Strafrecht sebagai pengganti Code Penal Napoleon.
        Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1945 untuk mengisi kekosongan
hukum pidana yang diberlakukan di Indonesia maka atas dasar pasal II Aturan Peralihan UUD
1945, WvSNI tetap diberlakukan. Pemberlakuan WvSNI menjadi hukum pidana Indonesia ini
menggunkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Indonesia.
Dalam pasal VI Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 disebutkan bahwa nama Wetboek van
Strafrecht voor Nederlandsch Indie diubah menjadi Wetboek van Strafrecht dan “dapat disebut
sebagai Kitab Undang-undang Hukum Pidana”. Disamping itu, Undang-undang ini juga tidak
memberlakukan kembali peraturan-peraturan pidana yang dikeluarkan sejak tanggal 8 Maret 1942
baik yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang maupun oleh panglima tertinggi Balatentara Hindia
Belanda.
        Oleh karena perjuangan bangsa Indonesia belum selesai pada tahun 1946 dan munculnya
dualisme KUHP setelah tahun tersebut, maka pada tahun 1958 dikeluarkan Undang-undang Nomor
73 Tahun 1958 yang memberlakukan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 bagi seluruh wilayah
Republik Indonesia.

Sistematika KUHP (WvS) terdiri dari 3 buku dan 569 pasal. Perinciannya adalah sebagai berikut :
        a. Buku Kesatu tentang Aturan Umum yang terdiri dari 9 bab 103 pasal (Pasal 1-103).
        b. Buku Kedua tentang Kejahatan yang terdiri dari 31 bab 385 pasal (Pasal 104-488).
        c. Buku Ketiga tentang Pelanggaran yang terdiri dari 9 bab 81 pasal (Pasal 489-569).
        Aturan Umum yang disebut dalam Buku Pertama Bab I sampai Bab VIII berlaku bagi Buku
Kedua (Kejahatan), Buku Ketiga (Pelanggaran), dan aturan hukum pidana di luar KUHP kecuali
aturan di luar KUHP tersebut menentukan lain.

A. Teori Pembaruan Hukum Teori Pembaruan Hukum adalah sebuah pandangan atau
pendekatan dalam ilmu hukum yang menganggap bahwa hukum harus senantiasa diperbaharui dan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang berubah dari waktu ke waktu. Tujuan utama dari
teori ini adalah untuk memastikan bahwa hukum tetap relevan dan efektif dalam menjawab tuntutan
dan perkembangan zaman. Teori Pembaruan Hukum menekankan pentingnya pembaharuan atau
reformasi hukum sebagai sebuah proses yang kontinu dan berkelanjutan. Pembaharuan hukum harus
dilakukan secara berkala dengan melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk para ahli

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

hukum, praktisi hukum, masyarakat sipil, dan pihak-pihak terkait lainnya. Dalam Teori Pembaruan
Hukum, hukum dipandang sebagai sebuah instrumen yang harus senantiasa diperbaharui agar dapat
berfungsi
secara optimal dalam menjaga ketertiban, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
pembaharuan hukum harus dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi
dasar dari hukum itu sendiri, seperti keadilan,
kepastian hukum, dan hak asasi manusia. Beberapa contoh bentuk pembaruan hukum yang dilakukan
dalam Teori Pembaruan Hukum antara lain adalah perubahan undang-undang, revisi peraturan-peraturan,
dan reformasi kelembagaan yang terkait dengan sistem peradilan. Pembaruan hukum juga dapat
dilakukan dengan mengembangkan mekanisme alternatif penyelesaian sengketa, seperti arbitrase dan
mediasi.Secara keseluruhan, Teori Pembaruan Hukum sangat penting dalam menjaga agar hukum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berubah dan tetap relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
B.Teori Evolusi Hukum Teori Evolusi Hukum adalah pandangan dalam ilmu hukum yang
menyatakan bahwa hukum adalah hasil dari evolusi atau perkembangan sejarah manusia. Menurut teori
ini, hukum terus berkembang dan berubah seiring dengan perkembangan masyarakat, politik, dan budaya.
Teori Evolusi Hukum menekankan bahwa hukum bukanlah produk yang statis atau tetap, melainkan
selalu berubah dan berkembang seiring dengan waktu. Hukum berkembang sebagai hasil dari berbagai
faktor yang mempengaruhi masyarakat,seperti perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Dalam Teori
Evolusi Hukum, hukum dipandang sebagai suatu fenomena sosial yang terus berkembang dan berubah
seiring dengan perkembangan masyarakat. Hukum tidak dilihat sebagai suatu kesatuan yang statis atau
tertentu, melainkan sebagai hasil dari interaksi sosial dan kepentingan yang berbeda-beda. Beberapa
contoh perkembangan hukum yang terjadi dalam Teori Evolusi Hukum adalah perubahan aturan-aturan
sosial dan kebiasaan, serta pembentukan norma-norma baru yang berlaku di masyarakat. Selain itu,
terdapat pula pengembangan lembaga-lembaga hukum baru yang dapat memfasilitasi perkembangan
hukum secara lebih efektif. Teori Evolusi Hukum juga menekankan pentingnya sejarah dalam memahami
hukum. Dalam teori ini, pengertian hukum tidak dapat dipahami secara terpisah dari sejarah
perkembangan manusia. Sejarah merupakan sumber yang penting untuk memahami bagaimana hukum
berkembang dan berubah seiring dengan waktu. Secara keseluruhan, Teori Evolusi Hukum memiliki
implikasi dalam pengembangan hukum dan kebijakan. Teori ini menekankan pentingnya pemahaman
terhadap sejarah dan perkembangan manusia dalam mengembangkan hukum yang relevan dan efektif.
Hal ini juga membutuhkan kerjasama dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk para ahli hukum,
praktisi hukum, masyarakat sipil, dan pihak-pihak terkait lainnya, untuk mengembangkan hukum yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan kompleks.
C. Teori Perbandingan Hukum Teori Perbandingan Hukum adalah cabang ilmu hukum yang
mempelajari perbandingan antara sistem hukum yang berbeda di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk
memahami perbedaan dan kesamaan antara sistem hukum tersebut, serta mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan sistem hukum tersebut. Ada beberapa pendekatan dalam Teori
Perbandingan Hukum, di antaranya: Pendekatan Historis, Pendekatan Fungsional, Pendekatan
Konvergensi, Pendekatan Pluralistik. Dalam praktiknya, Teori Perbandingan Hukum dapat membantu
negara dalam membangun atau memodernisasi sistem hukum mereka dengan mengambil inspirasi dari
sistem hukum yang ada di negara lain. Selain itu, Teori Perbandingan Hukum juga dapat membantu
dalam penyelesaian sengketa internasional dan mempromosikan perdamaian dan keamanan dunia.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 6

3. METODE

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Dimana peneliti
melakukan literature review dari beberapa sumber rujukan atau jurnal. Literature review
adalah ulasan kritis dari apa yang telah diteliti tentang suatu topik tertentu, bisa apa saja, baik dari
buku, artikel jurnal, atau sumber lain. Melalui hal tersebut, akan mengetahui bahwa secara
komprehensif dan berbagai cara pandang, pendekatan, dalam topik yang sedang bahas. Tinjauan
dari literature review adalah : Untuk mendapatkan landasan teori yang bias mendukung pemecahan
masalah yang sedang diteliti. Teori yang didapatkan merupakan langkah awal agar peneliti dapat
lebih memahami permasalahan yang sedang diteliti dengan benar sesuai dengan kerangka berpikir
ilmiah.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembaharuan KUHP secara parsial/tambal sulam yang pernah dilakukan Indonesia


adalah dengan beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu :
1. UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana (merubah nama WvSNI menjadi
WvS/KUHP, perubahan beberapa pasal dan krimininalisasi delik pemalsuan uang dan kabar
bohong).
2. UU Nomor 20 Tahun 1946 tentang Hukuman Tutupan (menambah jenis pidana pokok berupa
pidana tutupan).
3. UU Nomor 8 Tahun 1951 tentang Penangguhan Pemberian Surat Izin kepada Dokter dan Dokter
Gigi (menambah kejahatan praktek dokter).
4. UU Nomor 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana untuk Seluruh Wilayah RI dan Mengubah KUH Pidana (menambah
kejahatan terhadap bendera RI).
5. UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Perubahan KUHP (memperberat ancaman pidana Pasal 359,
360, dan memperingan ancaman pidana Pasal 188).
 6. UU Nomor 16 Prp Tahun 1960 tentang Beberapa Perubahan dalam KUHP (merubah vijf en
twintig gulden dalam beberapa pasal menjadi dua ratus limapuluh rupiah).
7. UU Nomor 18 Prp Tahun 1960 tentang Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam KUHP dan
dalam Ketentuan-ketentuan Pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945
(hukuman denda dibaca dalam mata uang rupiah dan dilipatkan lima belas kali). 
8. UU Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama
(penambahan Pasal 156a).
9. UU Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penerbitan Perjudian (memperberat ancaman pidana bagi
perjudian (Pasal 303 ayat (1) dan Pasal 542) dan memasukkannya Pasal 542 menjadi jenis kejahatan
(Pasal 303 bis)).
10.UU Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal dalam KUHP
Bertalian dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-undangan Pidana, Kejahatan

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

Penerbangan, dan Kejahatan terhadap Sarana/Prasarana Penerbangan (memperluas ketentuan


berlakunya hukum pidana menurut tempat (Pasal 3 dan 4), penambahan Pasal 95a, 95b, dan 95c
serta menambah Bab XXIX A tentang Kejahatan Penerbangan).
11. UU Nomor 27 Tahun 1999 tentang Kejahatan terhadap Keamanan Negara (menambah kejahatan
terhadap keamanan negara Pasal 107 a-f).
Sedangkan usaha pembaharuan KUHP secara menyeluruh/total dimulai dengan adanya
rekomendasi hasil Seminar Hukum Nasional I, pada tanggal 11-16 Maret 1963 di Jakarta yang
menyerukan agar rancangan kodifikasi hukum pidana nasional secepat mungkin diselesaikan. Kemudian
pada tahun 1964 dikeluarkan Konsep KUHP pertama kali, diikuti dengan Konsep KUHP 1968,
1971/1972, Konsep Basaroedin (Konsep BAS) 1977, Konsep 1979, Konsep 1982/1983, Konsep
1984/1985, Konsep 1986/1987, Konsep 1987/1988, Konsep 1989/1990, Konsep 1991/1992 yang direvisi
sampai 1997/1998. Terakhir kali Konsep/Rancangan KUHP dikeluarkan oleh Departemen Hukum dan
Perundang-undangan RI pada tahun 1999/2000.Rancangan KUHP 1999/2000 ini telah masuk di DPR RI
untuk dibahas dan di sahkan.
B. KUHP di negara Indonesia
Indonesia juga mengadopsi pelaksanaan hukum Kasus (Common Law system) sebagaimana
terjadi di Negara-negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxon. Ini dapat kita lihat di dalam
Undang-undang No 23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup, UU No. 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. System hukum Anglo Saxon
menawarkan perwakilan kelompok (class action) dan hak gugat organisasi (legal standing). UU ini
juga menawarkan proses penyelesaian mediasi dan arbitrasi. Juga mengatur ganti rugi.
Indonesia juga merumuskan sistem hukum juga terjadi pada pengakuan adanya hukum
agama terutama Hukum Islam (Islam Law - Kompilasi Hukum Islam) yang termaktub dalam
pelaksanaan Peradilan Agama sebagaimana diatur didalam Undang-undang No. 7 Tahun 1989. Juga
adanya pengakuan yang meletakkan hukum adat (Customary Law System) dalam merumuskan sistem
hukum Nasional. Dari paparan singkat inilah, penulis hanyalah memaparkan bahwa walaupun
Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental, namun dalam dimensi yang lain juga
mengadopsi sistem hukum yang dikenal dalam sistem hukum Anglo Saxon, pengakuan hukum agama
terutama Hukum Islam dan pengakuan untuk meletakkan hukum adat dalam merumuskan sistem
hukum nasional
Akan tetapi dalam sistem hukum yang terdapat dala Kitab Undang-undang hukum pidana
(KUHP) berbeda dengan penerapan sistem anglo saxon, sebab Indonesia mengadopsi sistem Civil law
hal ini ditandai dengan adanya kodifikasi hukum berupa KUHP, yang terdiri atas 569 pasal yang dapat
dibagi menjadi:
                                                     Buku I        : memuat mengenai ketentuan-ketentuan umum (Algemene Leersstrukken)- Pasal 1-103
                                        Buku II       : mengatur tentang tindak pidana kejahtan (Misdrijven) – Pasal   104 - 488
                                                Buku III     : mengatur tentang tindak pidana pelanggaran (overstredingen) – Pasal 489 – 569.

Sistem hukuman dalam KUHP tercantum dalam pasal 10 yang menyatakan bahwa hukuman yang
dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana sebagai berikut:
1. Hukuman pokok (Hoofd straffen)
a.    Hukuman mati
b.    Hukuman penjara
c.    Hukuman kurungan

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 8

d.   Hukuman denda

2. Hukuman tambahan (Bijkomende straffen)


a.     Pencabutan beberapa hak tertentu
b.     Perampasan barang-barang tertentu
c.     Pengumuman putusan hakim

Sub-sub sistem hukum seperti disebutkan dalam ketentuan itu kelihatannya sederhana
sekali. Akan tetapi kalau diperhatikan benar-benar maka kesederhanaannya menjadi kurang. Hal
ini karena sistemukum yang kelihatan sederhana dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan
sifat objektif hukuman yang sesuai dengan ilmu pengetahuan. Bahkan hanya dilihat kegunaan
untuk menghukum pelaku tindak pidanyanya saja. Hal inilah yang kemudian sering
menimbulkan pertentangan pendapat antar para ahli hukum sarjana hukum. Alasan pemakaian
hukuman mati dalam KUHP ini dikarenakan keadaan di Indonesia dengan ribu-ribu pulau ,
beraneka ragam suku bangsa, tenaga kepolisian kurang mencukupi jadi perlu pidana yang berat.
C. Perbandingan KUHP dengan RUU KUHP baru pasal 157 sampai pasal 210
KUHP dalam Pasal 157 sampai dengan Pasal 210 mengatur tentang beberapa BAB
yaitu  BAB V Kejahatan Tentang Ketertiban Umum, BAB VI Perkelahian Tanding, BAB VII
Kejahatan Yang Membahayakan Keamanan Umum Bagi Orang Atau Barang, BAB VIII
Kejahatan Terhadap Penguasa Umum. Sedangkan dalam Rancangan KUHP Baru hanya
mengatur tentang BAB V : Pengertian Istilah. Seperti yang di uraikan di bawah ini :
Pasal 157
KUHP : (1)Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan
di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian
atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan
maksud supaya isinya diketuhui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dcngan pidana
penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling hanyak empat
rupiah lima ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut padu waktu menjalankan
pencariannya dan pada saat, itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi
tetap karena kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat di- larang
menjalankan pencarian tersebut.
RUU KUHP :Anak dimaksud pula orang yang di bawah kekuasaan yang sama dengan
kekuasaan bapak.
Pasal 158
KUHP: Barang siapa menyelenggarakan pemilihan anggota untuk suatu lembaga kenegaraan
asing di Indonesia, atau menyiapkan ataupun memudahkan pemilihan itu, baik yang diadakan di
Indonesia maupun di luar negeri, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau
pidana denda paling banyak tujuh ribu lima ratus rupiah.
RUU KUHP :Anak Kunci adalah alat yang digunakan untuk membuka kunci termasuk kode
rahasia kunci masuk komputer kartu magnetik atau signal yang telah diprogram yang dapat
digunakan untuk membuka sesuatu oleh orang yang diberi hak untuk itu.
Pasal 159
KUHP: Barang siapa turut serta dalam pemilihan umum, baik yang diadakan di Indonesia
maupun di luar negeri, seperti yang dimaksud- kan dalam pasal 158, diancam dengan pidana
penjara paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak seribu lima ratus rupiah.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

    RUU KUHP:Anak kunci palsu adalah alat yang digunakan untuk membuka kunci tetapi yang
tidak dibuat untuk maksud tersebut.

Pasal 160
KUHP: Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menghasut supaya melakukan perbuatan
pidana, melakukan kekerasan terhadap penguasa umum atau tidak menuruti baik ketentuan undang-
undang maupun perintah jabatan yang diherikan berdasar ketentuan undang-undang, diancam dengan
pidana penjara paling lama enam tahun utau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
    RUU KUHP:Ancaman kekerasan adalah suatu hal atau keadaan yang menimbulkan rasa takut cemas
atau khawatir pada orang yang diancam.
Pasal 161
KUHP: (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan
yang menghasut supaya melakukan perbuatan pidana, menentang penguasa umum dengan
kekerasan, atau menentang sesuatu hal lain seperti tersebut dalam pasal di atas, dengan maksud
supaya isi yang menghasut diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya
dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan
semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.
     RUU KUHP:Awak kapal adalah orang tertentu yang berada di kapal sebagai perwira atau bawahan.
     Pasal 162
KUHP: Barang siapa di muka umum dengan lisan atau tulisan menawarkan untuk memberi keterangan,
kesempatan atau sarana guna melakukan tindak pidana, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan hulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
      RUU KUHP:Awak pesawat udara adalah orang tertentu yang berada dalam pesawat udara sebagai
perwira atau bawahan.
Pasal 163
KUHP: (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan
yang
berisi penawaran untuk memberi keterangan, kesempatan atau sarana guna melakukan tindak
pidana dengan maksud supaya penawaran itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya
dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan
semacam itu juga yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.
RUU KUHP:Bangunan listrik adalah bangunan yang digunakan untuk membangkitkan mengalirkan
mengubah atau menyerahkan tenaga listrik termasuk alat yang berhubungan dengan itu yaitu alat
penjaga keselamatan alat pemasang alat pendukung alat pencegah atau alat pemberi peringatan.
Pasal 164
KUHP: Barang siapa mengetahui ada sesuatu permufakatan untuk melakukan kejahatan berdasarkan
pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108, 113, 115, 124, 187 atau 187 bis, sedang masih ada waktu untuk
mencegah kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera memberitahukan tentang hal itu kepada
pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada orang yang terancam oleh kejahatan itu, dipidana jika
kejahatan itu jadi dilakukan, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
denda paling banyak tiga ratus rupiah.
     RUU KUHP:Bapak dimaksud pula orang yang menjalankan kekuasaan yang sama dengan bapak.
Pasal 165
KUHP: (1) Barang siapa mengetahui ada niat untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal-

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 10

pasal 104, 106, 107, dan 108, 110 - 113, dan 115 - 129 dan 131 atau niat untuk lari dari tentara
dalam masa perang, untuk desersi, untuk membunuh dengan rencana, untuk menculik atau
memperkosa atau mengetahui adanya niat untuk melakukan kejahatan tersebut dalam bab 8
dalam kitab undang-undang ini, sepanjang kejahatan itu membahayakan nyawa orang atau
untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan pasal- pasal 224 228, 250 atau salah satu
kejahatan berdasarkan pasal-pasal 264 dan 275 sepanjang mengenai surat kredit yang
diperuntukkan bagi
peredaran, sedang masih ada waktu untuk mencegah kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak
segera memberitahukan hal itu kepada pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada orang
yang terancam oleh kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Pidana tersebut diterapkan terhadap orang yang mengetahui bahwa sesuatu kejahatan
berdasarkan ayat 1 telah dilakukan, dan telah membahayakan nyawa orang pada saat akihat
masih dapat dicegah, dengan sengaja tidak memheritahukannya kepada pihak- pihak tersebut
dalam ayat l.
RUU KUHP:Barang adalah benda berwujud termasuk air dan uang giral dan benda tidak berwujud
termasuk aliran listrik gas data dan program komputer jasa termasuk jasa telepon jasa telekomunikasi
atau jasa komputer.
Pasal 166
KUHP: Ketentuan dalam pasal 164 dan 165 tidak berlaku bagi orang yang dengan memberitahukan itu
mungkin mendatangkan bahaya penuntutan pidana bagi diri sendiri, bagi seorang keluarganya sedarah
atau semenda dalam garis lurus atau garis menyimpang derajat kedua atau ketiga, bagi suami atau bekas
suaminya, atau bagi orang lain yang jika dituntut, berhubung dengan jabatan atau pencariannya,
dimungkinkan pembebasan menjadi saksi terhadap orang tersebut.
RUU KUHP: Benda cagar budaya adalah:
a. benda buatan manusia bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok
atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan
dan kebudayaan;
b. benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
Pasal 167
KUHP: (1) Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang
dipakai orang lain dengan me- lawan hukum atau berada di situ dengan melawan hukum, dan
atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan
pidana penjara paling lema sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
(2) Barang siapa masuk dengan merusak atau memanjat, dengan menggunakan anak kunci
palsu, perintah palsu atau pakaian jahatan palsu, atau barang siapa tidak setahu yang berhak
lebih dahulu serta bukan karena kekhilafan masuk dan kedapatan di situ pada waktu malam,
dianggap memaksa masuk.
(3) Jika mengeluarkan ancaman atau menggunakan sarana yang dapat menakutkan orang,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
(4) Pidana tersebut dalam ayat 1 dan 3 dapat ditambah sepertiga jika yang melakukan kejahatan
dua orang atau lebih dengan bersekutu.
RUU KUHP: Bulan adalah waktu selama 30 (tiga puluh) hari.
Pasal 168
KUHP: (1) Barang siapa memaksa masuk ke dalam ruangan untuk dinas umum, atau berada di situ
dengan melawan hukum, dan atas permintaan pejabat yang berwenang tidak pergi dengan

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

segera, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Barang siapa masuk dengan merusak atau memanjat, dengan menggunakan anak kunci
palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu, atau barang siapa tidak setahu pejabat yang
berwenang lebih dahulu serta bukan karena kekhilafan masuk dan kedapatan di situ pada waktu
malam, dianggap memaksa masuk.

(3) Jika ia mengeluarkan ancaman atau menggunakan sarana yang dapat menakutkan orang,
diancam dengan pidana penjara menjadi paling lama satu tahun empat bulan.
(4) Pidana tersebut dalam ayat 1 dan 3 dapat ditambah sepertiga, jika yang melakukan kejahatan
dua orang atau lebih dengan bersekutu.
RUU KUHP:Dalam penerbangan adalah jangka waktu sejak saat semua pintu luar pesawat udara
ditutup setelah naiknya penumpang sampai saat pintu dibuka untuk penurunan penumpang atau dalam
hal terjadi pendaratan darurat penerbangan dianggap terus berlangsung sampai saat penguasa yang
berwenang mengambil alih tanggung jawab atas pesawat udara dan barang yang ada di dalamnya.
Pasal 169
KUHP: (1) Turut serta dalam perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan. atau turut serta dalam
perkumpulan lainnya yang dilarang oleh aturan-aturan umum, diancam dengan pidana penjara
paling lama enam tahun.
(2) Turut serta dalam perkumpulan yang bertujuan melakukan pelanggaran, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
(3) Terhadap pendiri atau pengurus, pidana dapat ditambah sepertiga.
RUU KUHP:Dalam dinas penerbangan adalah jangka waktu sejak saat pesawat udara disiapkan oleh
awak darat atau oleh awak pesawat untuk penerbangan tertentu sampai lewat 24 (dua puluh empat) jam
sesudah pendaratan.
Pasal 170
KUHP: (1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam
bulan.
(2) Yang bersalah diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan
barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka
berat;
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
(3) Pasal 89 tidak diterapkan.
RUU KUHP:Data komputer adalah suatu representasi fakta-fakta informasi atau konsep-konsep dalam
suatu bentuk yang sesuai untuk prosesing di dalam suatu system komputer termasuk suatu program
yang sesuai untuk memungkinkan suatu system komputer untuk melakukan suatu fungsi.
Pasal 171
KUHP: Pasal ini ditiadakan berdasarkan Undang-undang no. 1 Tahun 1946, pasal 8, butir 37.
RUU KUHP:Hari adalah waktu selama 24 (dua puluh empat) jam.
Pasal 172
KUHP: Barang siapa dengan sengaja mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan teriakan-
teriakan, atau tanda-tanda bahaya palsu, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
RUU KUHP:Harta kekayaan adalah semua benda bergerak atau benda tidak bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud.
Pasal 173

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 12

KUHP: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi rapat, umum yang
diizinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun.
RUU KUHP:Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik di antaranya meliputi
teks simbol gambar tanda-tanda isyarat tulisan suara bunyi dan bentuk-bentuk lainnya yang telah
diolah sehingga mempunyai arti.

Pasal 174
KUHP: Barang siapa dengan sengaja mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan jalan
menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga
minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.
RUU KUHP:Jaringan Telepon adalah termasuk jaringan komputer atau sistem komunikasi
komputer.
Pasal 175
KUHP: Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi pertemuan
keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang diizinkan, atau
upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan.
RUU KUHP:Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan
dengan tenaga mekanik tenaga angin atau ditunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung
dinamis kendaraan di bawah permukaan air serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.
Pasal 176
KUHP: Barang siapa dengan sengaja mengganggu pertemuan keagamaan yang bersifat, umum
dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang diizinkan atau upacara penguburan jenazah, dengan
menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah.
RUU KUHP:Kapal Indonesia adalah kapal yang didaftar di Indonesia dan memperoleh surat
tanda kebangsaan kapal Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 177
KUHP: Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda
paling banyak seribu delapan ratus rupiah:
1. barang siapa menertawakan seorang petugas agama dalam men- jalankan tugas yang
diizinkan;
2. barang siapa menghina benda-benda untuk keperluan ibadat di tempat atau padu
waktu ibadat dilakukan.
RUU KUHP:Kapten pilot adalah orang yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pesawat
udara atau orang yang menggantikannya.
Pasal 178
KUHP: Barang siapa dengan sengaja merintangi atau menghalang-halangi jalan masuk atau
pengangkutan mayat ke kuburan yang diizinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama
satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah.
RUU KUHP:Kekerasan adalah setiap perbuatan penyalahgunaan kekuatan fisik dengan atau
tanpa menggunakan sarana secara melawan hukum dan menimbulkan bahaya bagi badan nyawa
kemerdekaan penderitaan fisik seksual psikologis termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak
berdaya.
Pasal 179

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

KUHP: Barang siapa dengan sengaja menodai kuburan atau dengan sengaja dan melawan
hukum menghancurkan atau merusak tanda peringntan di tempat kuburan, diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
RUU KUHP:Kekuasaan Bapak mencakup pula kekuasaan kepala keluarga.
Pasal 180
KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau mengambil jenazah
atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali atau diambil, diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
RUUKUHP:Kode akses adalah angka huruf simbol lainnya atau kombinasi di antaranya yang
merupakan kunci untuk dapat mengakses komputer jaringan komputer internet atau media elektronik
lainnya.
Pasal 181
KUHP: Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan
maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lirna ratus rupiah.
RUU KUHP:Komputer adalah alat pemroses data elektronik magnetik optikal atau sistem yang
melaksanakan fungsi logika aritmatika dan penyimpanan.
Pasal 182
KUHP: Dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, diancam:
(1) barang siapa menantang seorang untuk perkelahian tanding atau rnenyuruh orang menerima
tantangan, bilamana hal itu mengakibatkan perkelahian tanding;
(2) barang siapa dengan sengaja meneruskan tantangan, bilamana hal itu mengakibatkan
perkelahian tanding.
RUU KUHP:Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum.
Pasal 183
KUHP: Diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi tiga
ratus rupiah, barang siapa di muka umum atau di hadapan pihak ketiga mencerca atau mengejek
seseorang oleh karena yang bersangkutan tidak rnau menentang atau menolak tantangan untuk
perkelahian tanding.
RUU KUHP:Luka berat adalah:
a. sakit atau luka yang tidak ada harapan untuk sembuh dengan sempurna atau yang dapat
menimbulkan bahaya maut;
b. terus-menerus tidak cakap lagi melakukan tugas jabatan atau pekerjaan;
c. tidak dapat menggunakan lagi salah satu panca indera atau salah satu anggota tubuh;
d. cacat berat (kudung);
e. lumpuh;
f. daya pikir terganggu selama lebih dari 4 (empat) minggu; atau
g. gugur atau matinya kandungan.
Pasal 184
KUHP: (1) Seseorang diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, jika ia dalam
perkelahian tanding itu tidak melukai tubuh pihak lawannya.
(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan empat bulan, barang siapa
melukai tmbuh lawannya.
(3) Diancam dengan pidana penjma paling lama empat tahun, barang siapa melukai berat tubuh
lawannya.
(4) Barang siapa yang merampas nyawa lawannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun, atau jika perkelahian tanding itu dilakukan dengan perjanjian hidup atau mati,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
(5) Percobaan perkelahian tanding tidak dipidana.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 14

RUU KUHP:Makar adalah niat untuk melakukan suatu perbuatan yang telah diwujudkan dengan
adanya permulaan pelaksanaan perbuatan tersebut.
Pasal 185
KUHP: Barang siapa dalam perkelahian tanding merampas nyawa pihak lawan atau melukai tubuhnya,
maka diterapkan ketentuan-ketentuan mengenai pembunuhan berencana, pembunuhan atau
penganiayaan:
1. jika persyaratan tidak diatur terlebih dahulu;
2.jika perkelahian tanding tidak dilakukan di hadapan saksi kedua belah pihak;
3.jika pelaku dengmi sengaja dan merugikan pihak lawan, bersalah melakukan perbuatan
penipuan atau yang menyimpang dari persy aratan.
RUU KUHP:Malam adalah waktu di antara matahari terbenam dan matahari terbit.
Pasal 186
KUHP: (1) Para saksi dan dokter yang menghadiri perkelahian tanding, tidak dipidana.
(2) Para saksi diancam:
1.dengan pidana penjara paling lama tiga tahun, jika persyaratan tidak diatur terlebih
dahulu, atau jika para saksi menghasut para pihak untuk perkelahian tanding;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika para saksi dengan sengaja dan
merugikan salah satu atau kedua belah pihak, bersalah melakukan perbuatan penipuan atau
membiarkan para pihak melakukan perbuatan penipuan, atau membiarkan dilakukan
penyimpangan daripada syarat-syarat;
3. ketentuan-ketentuan mengenai pembunuhan berencana, pembunuhan atau penganiayaan
diterapkan terhadap saksi dalam perkelahian tanding, di mana satu pihak dirampas
nyawanya atau menderita karena dilukai tubuhnya, jika ia dengan sengaja dan merugikan
pihak itu bersalah melakukan perbuatan penipuan atau membiarkan penyimpangan dari
persyaratan yang merugikan yang dikalahkan atau dilukai.
RUU KUHP:Masuk adalah termasuk mengakses komputer atau masuk ke dalam sistem komputer.
Pasal 187
KUHP: Barang siapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas
timbul bahaya umum bagi barang;
2. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas
timbul bahaya bagi nyawa orang lain; 3. dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut di atas timbul
bahaya bagi nyawa orang lain dan meng- akibatkan orang mati.
RUU KUHP:Memanjat adalah termasuk masuk dengan melalui lobang yang sudah ada tetapi tidak
untuk tempat orang lewat atau masuk melalui lobang dalam tanah yang sengaja digali atau masuk
melalui atau menyeberangi selokan atau parit yang gunanya sebagai penutup halaman.
Pasal 188
KUHP: Barang siapa karena kesalahan (kealpaan) menyebabkan kebakar- an, ledakan atau banjir,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun
atau pidnna denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika karena perbuatan itu timbul bahaya
umum bagi barang, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain, atau jika karena
perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Musuh adalah termasuk pemberontak negara atau kekuasaan yang diperkirakan akan
menjadi lawan perang.
Pasal 189
KUHP: Barang siapa pada waktu ada atau akan ada kebakaran, dengan sengaja dan melawan hukum
menyembunyikan atau membikin tak dapat dipakai perkakas-perkakas atau alat- alat pemadam api atau
dengan cara apa pun merintangi atau menghalang-halangi pekerjaan memadamkan api, diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

RUU KUHP:Nakhoda adalah orang yang memegang kekuasaan tertinggi di kapal atau orang yang
menggantikannya.
Pasal 190
KUHP: Barang siapa pada waktu ada, atau akan ada banjir, dengan sengaja dan melawan hukum
menyembunyikan atau membikin tak dapat dipakai bahan-bahan untuk tanggul atau perkakas-perkakas
atau menggagalkan usaha untuk membetulkan tanggul-tanggul atau bangunan-bangunan pengairan,
atau merintangi usaha untuk mencegah atau menahan banjir, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
RUU KUHP:(1) Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas negara atau
diserahi tugas lain oleh negara dan digaji berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Angggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat;
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah; dan
c. Pegawai tidak tetap yang diangkat oleh pejabat yang berwenang.
Pasal 191
KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, membikin tak dapat dipakai atau merusak bangunan
untuk menahan atau menyalurkan diani:am dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun jika karena
perbuat:en itu timbul bahaya banjir.
RUU KUHP:Orang tua dimaksud pula kepala keluarga.
Pasal 192
KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, membikin tak dapat dipakai atau merusak bangunan
untuk lalu lintas umum, atau me- rintangi jalan umum darat atau air, atau menggagalkan usaha untuk
pengamanan bangunan atau jalan itu, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika karena perbuatan itu timbul
bahaya bagi keamanan lalu lintas,
2. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul
bahaya bagi keamanan lalu lintas dan mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup zat
energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya.
Pasal 193
KUHP: Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan bangunan untuk lalu lintas umum
dihancurkan, tidak dapat dipakai atau merusak, atau menyebabkan jalan umum darat atau air dirintangi, atau
usaha untuk pengamanan bangunan atau jalan itu digagalkan, diancam:
1.dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana kurungan paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika karena
perbuatan itu timbul bahaya bagi keamanan lalu lintas;
2.dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama
satu tahun, jika kerena perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Penggulingan pemerintahan adalah meniadakan atau mengubah susunan pemerintahan dengan
cara yang tidak sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 194

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 16

KUHP: (1) Barang siapa dengan sengaja menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum yang digerakkan oleh
tenaga uap atau berkekuatan mesin lain di jalan kereta api atau trem, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
RUU KUHP:Pengusaha atau pedagang adalah orang yang menjalankan perusahaan atau usaha dagang.
Pasal 195
KUHP: (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum
yang digerakkan oleh tenaga uap atau kekuatan mesin lain di jalan kereta api atau trem, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
RUU KUHP:Penumpang adalah orang selain nakhoda dan awak kapal yang berada di kapal atau orang
selain kapten pilot atau awak pesawat udara yang berada dalam pesawat udara.
Pasal 196
KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, merusak, mengambil atau memindahkan tanda
untuk keamanan pelayaran, atau menggagalkan bekerjanya atau memasang tanda yang keliru, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi
keamanan pelayaran;
2. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi
keamanan pelayaran dan mengakibatkan tenggelam atau terdamparnya kapal;
3. dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi keamanan pelayaran dan mengakibatkan
orang mati.
RUU KUHP:Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidang
keuangan atau jasa lainnya yang terkait dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank
lembaga pembiayaan perusahaan efek pengelola reksa dana kustodian wali amanat lembaga
penyinpanan dan penyelesaian pedagang valuta asing dana pensiun perusahaan asuransi dan kantor
pos.
Pasal 197
KUHP: Barang siapa karena kesalahan (kealpaan) menyehabkan tanda untuk keamanan dihancurkan,
dirusak; diambil atau dipindahkan, atau menyebabkan dipasang anda yang keliru, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana kurungan paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika karena per- buatan itu
pelayaran tidak aman;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling banyak empat, rihu lima ratus rupiah, jika karena Ixrhuatan itu
mengakibatkan tenggelam atau terdamparnya kapal,
3. dengan pidana peniara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu
tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Perang adalah termasuk perang saudara.
Pasal 198
KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menenggelamkan atau mendamparkan,
menghancurkan, membikin tidak dapat dipakai atau merusak kapal, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi
nyawa orang lain;
2 dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang
mati.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

RUU KUHP:Perbuatan adalah termasuk perbuatan yang dilakukan atau perbuatan yang tidak
dilakukan yang merupakan tindak pidana menurut peraturan perundang-undangan atau hukum yang
berlaku.
Pasal 199
KUHP: Barang siapa karena kesalahan (kealpaannya) menyebabkan kapal tenggelam atau terdampar,
dihancurkan, tidak dapat dipakai atau dirusak, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama sembilan hulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika karcna perbuatan itu timbul bahaya
bagi orang lain;
2. dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu
tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Permainan judi adalah:
a. setiap permainan yang kemungkinan untuk mendapat untung tergantung pada untung-untungan
belaka;
b. setiap permainan yang kemungkinan untuk mendapatkan untung tersebut bertambah besar karena
pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir;
c. semua pertaruhan tentang hasil perlombaan atau permainan lainnya yang dilakukan oleh setiap orang yang
bukan turut berlomba atau turut bermain; atau
d. pertaruhan lainnya.
Pasal 200
KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghancurkan atau merusak gedung atau bangunan diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya umum bagi
barang;
2. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa
orang lain;
3. dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh
tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain dan mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi
dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Pasal 201
KUHP: Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan gedung atau bangunan dihancurkan
atau dirusak, diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana kurungan paling lama tiga bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, jika perbuatan itu menimbulkan bahaya umum
bagi barang;
2. dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau
pidana denda paling banyak empat rihu lima ratus rupiah, jika petbuatan itu menimbulkan bahaya bagi nyawa
orang;
3. dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun
jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati.
RUU KUHP:Pesawat udara Indonesia adalah pesawat udara termasuk pesawat ruang angkasa yang
didaftarkan di Indonesia dan memperoleh surat tanda kebangsaan pesawat udara Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku termasuk pesawat udara asing yang disewa tanpa
awak pesawat dan dioperasikan oleh perusahaan penerbangan Indonesia.
Pasal 202
KUHP: (1) Barang siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam
perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai oleh atau bersama-sama dengan orang lain, padahal
diketahuinya bahwa karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 18

(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang ber- salah diancam dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
RUU KUHP:Pornoaksi adalah perbuatan mengekploitasi seksual kecabulan dan/atau erotika di muka umum.
Pasal 203
KUHP: (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan bahwa barang sesuatu
dimasukkan ke dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam perlengkapan air minum untuk umum atau untuk
dipakai oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, sehingga karena perbuatan itu air lalu berbahaya bagi
nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
RUU KUHP:Pornografi adalah substansi dalam media atau alat komunikasi yang dibuat untuk
menyampaikan gagasan-gagasan yang mengeksploitasi seksual kecabulan dan/atau erotika.
Pasal 204
KUHP: (1) Barang siapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padahal sifat; berhahaya itu tidak diberi
tahu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakihatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
RUU KUHP:Ruang adalah termasuk bentangan atau terminal komputer yang dapat diakses dengan
cara-cara tertentu.
Pasal 205
KUHP: (1) Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan barang-barang yang
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, dijual, diserahkan atau di bagi-bagikan tanpa diketahui
sifat berbahayanya oleh yang membeli atau yang memperoleh, diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
(3) Barang-barang itu dapat disita.
RUU KUHP:Setiap orang adalah orang perseorangan termasuk korporasi.
Pasal 206
KUHP: (1) Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan bab ini, yang bersalah
dapat dilarang menjalankan pencariannya ketika melakukan kejahatan tersebut.
(2) Dalam hal pemidahaan berdasarkah salah satu kejahatan dalam pasal 204 dan 205, hakim dapat
memerintahkan supaya putusan diumumkan
RUU KUHP:Sistem komputer adalah suatu alat atau perlengkapan atau suatu perangkat perlengkapan
yang saling berhubungan atau terkait satu sama lain satu atau lebih yang mengikuti suatu program
melakukan prosesing data secara otomatik.
Pasal 207
KUHP: Barang siapa dengan sengaja di muka umum dengan lisan atau tulisan menghina suatu
penguasa atau hadan umum yang ada di Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
RUU KUHP:Surat adalah surat yang tertulis di atas kertas termasuk juga surat atau data yang tertulis
atau tersimpan dalam disket pita magnetik atau media penyimpan komputer atau media penyimpan
data elektronik lain.
Pasal 208
KUHP: (1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum suatu
tulisan atau lukisan yang memuat penghinaan terhadap penguasa atau badan umum yang ada di
Indonesia dengan maksud supaya isi yang menghina itu diketahui atau lebih diketahui oleh umum,

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam pencariannya dan ketika itu belum lewat
dua tahun sejak adanya pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka yang
bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.
RUU KUHP:Ternak adalah hewan yang berkuku satu hewan yang memamah biak atau babi.
Pasal 209
KUHP: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang pejabat dengan maksud
menggerakkannya untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya;
2. barang siapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Pencabutan hak
tersebut dalam pasal 35 No. 1- 4 dapat dijatuhkan.

RUU KUHP:Tindak pidana mencakup juga permufakatan jahat persiapan percobaan dan pembantuan
melakukan tindak pidana kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 210
KUHP: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan tentang perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
2. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang yang menurut ketentuan undang-undang
ditentukan menjadi penasihat atau adviseur untuk menghadiri sidang atau pengadilan, dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diherikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili.
(2) Jika pemberian atau janji dilakukan dengan maksud supaya dalam perkara pidana dijatuhkan pemidanaan,
maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
(3) Pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 4 dapat dijatuhkan

RUU KUHP:Waktu perang adalah termasuk waktu di mana bahaya perang mengancam dan/atau ada perintah
untuk mobilisasi Tentara Nasional Indonesia dan selama keadaan mobilisasi tersebut masih berlangsung

5. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:


1. Perkembangan prinsip-prinsip yang ada dalam RUU KUHP 2004 yang begitu
signifikan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari perkembangan RUU KUHP
tersebut. Perbaikan sebanyak 14 kali sejak RUU KUHP dicanangkan pertama kali
tahun 1964 menambah kematangan berpikir para konseptornya.
2. Kemajuan-kemajuan yang dimiliki RUU KUHP tahun 2004 meliputi aspek
pidana dan pemidanaan, tindak pidana, dan aspek pertanggungjawaban pidana.
3. Kesan mengejar target waktu dalam pembuatan RUU KUHP tahun 2004 sangat
kentara. Hal ini tampak pada beberapa titik kesalahan dalam ketentuan umum
maupun dalam pasal deliknya. Untuk itu, kritik dan perbaikan selama dibahas
dalam lembaga legislatif mutlak diperlukan, sehingga kesalahan itu tidak ada lagisetelah rancangan
tersebut disahkan menjadi undang-undang.
Terdapat perbedaan antara KUHP Indonesia dengan KUHP belanda padahal jika ditilik dari historisnya
KUHP Indonesia (WvS) mengadopsi dari KUHP Belanda(Ned. MvS) sehingga secara otomatis
harusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara Belanda dengan Indonesia, akan tetapi setelah

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10
Winda,Perbandingan KUHP lama Dan KUHP baru… 20

dipelajari dan dikomparasikan terdapat sekali perbedaan, sebab KUHP belanda dirubah dengan
mereduksi hukum-hukum baru yang lebih update dan lebih fleksibel terhadap keadaan dan tidak
kaku, sedangkan Indonesiabelum mampu untuk merubah hukum yang dipakai dari KUHP Belanda
hingga sekarang, jadi Indonesia masih mencerminkan hukum yang pertama kali dibuat oleh Belanda
dan sama sekali tidak beradaptasi dengan masyarakat pada umumnya, adapun perbedaannya adalah
sebagai berikut

No. Perbedaan KUHP Indonesia KUHP Belanda


1 Penggunaan subjek Belum dicantumkan Sudah dicantumkan sejak
hukum korporasi tahun 1976
2 Sistem denda Di taruh pada setiap Pasal Dirumuskan menjadi
tindak Pidana beberapa kategori, dan
pada pasalnya hny
disebutkan “denda untuk
kategori”
3 Hukuman pidana Dicantumkan hukuman mati Tidak lagi dipakai dan
dalam pasal 10 tidak dicantumkan, dalam
hukuman tambahan
dicantumkan hukuman
penempatan kerja di
Negara
4 Sesuai dengan kebutuhan Tidak sebab walaupun Iya, sebab pada Pasal 9a
masyarakat perbuatan pidana sekecil dijelaskan bahwa delik
apapun itu akan tetap dijatuhi kecil tidak perlu dijatuhi
hukum pidana pidana atau tindakan
5 Sistem pemidanaan Alternatif Alternatif, alternatif
kumulatif dan kumulatif

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia belum mampu untuk menjadi negara yang independent,
walaupun secara de-juro dan de-facto Indonesia sudah dapat dinyatakan sebagai negara yang
merdeka. Ketidak mampuan Indonesia dalam mengikuti perkembangan-perkembangan hukum yang
maju belum dapat dilihat, terbuti bahwa KUHP Indonesia masih menerapkan KUHP lama Belanda
yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat.

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/ | redaksijurnalupu@gmail.com
Jurnal UPU e-ISSN: 0505-0303 | p-ISSN: 0101-0202
Vol. 1 No. 1 Januari 2021 Hal.01-10

REFERENSI

rief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 1996.
________, Perbandingan Hukum Pidana, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994.
Moelyatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, tkp: tp., 1978.
Saleh, K. Wantjik, Seminar Hukum Nasional 1963-1979, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1980.
Undang-undang Peradilan Anak (UU Nomor 3 Tahun 1997), Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
RUU KUHP, Jakarta: Direktorat Jenderal Perundang-undangan Departemen Hukum dan
HAM, 2004.
Media Indonesia Online, 17 Mei 2005 diakses 20 Mei 2006.
Kompas Online, 24 Maret 2005 diakses tanggal 20 Mei 2006.
Kompas Online, 10 November 2003, diakses tanggal 20 Mei 2006.www.humonline.com
Hamzah, Andi. 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia edisi revisi. Jakarta: Sinar Grafika
Djamali, R Abdul. 2007. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hamzah, Andi. 1995. Perbandingan Hukum Pidana Berbagai Negara. Jakarta: Sinar Grafika

[1] Andi Hamzah. 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia edisi revisi. Jakarta: Sinar Grafika. Hal 4
[2] R Abdul Djamali. 2007. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal.186-
187
[3] Andi Hamzah. 1995. Perbandingan Hukum Pidana Berbagai Negara. Jakarta: Sinar Grafika. Hal.7

DOI: https://www.doi.org/10.22303/upu.1.1.2021.01-10

Anda mungkin juga menyukai