Oleh :
Kelas :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KUHP yang sekarang diberlakukan di Indonesia adalah KUHP yang
bersumber dari hukum kolonial Belanda (Wetboek van Strafrecht) yang pada
prakteknya sudah tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sekarang.
KUHP yang merupakan warisan KUHP Kerajaan Belanda diberlakukan di
Indonesia dengan beberapa penyesuaian, bahkan Prof. Soedarto menyatakan
bahwa teks resmi KUHP hingga saat ini masih dalam bahasa Belanda.1
1
Soedarto, Suatu Dilema dalam Sistem Pidana Indonesia, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Hukum Pidana Universitas Diponegoro, Semarang, 21 Desember 1974, hlm. 3.
2
Kondisi perubahan hukum yang adil dan sesuai dengan kenyataan
yang berakar dari nilainilai yang ada dalam masyarakat kemudian secara tegas
juga dinyatakan dalam konsideran Rancangan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (RKUHP) yang menyatakan bahwa materi hukum pidana nasional
harus disesuaikan dengan politik hukum, keadaan, dan perkembangan
kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Sementara tujuan
penyusunan hukum pidana dinyatakan sebagai perwujudan upaya
pembaharuan hukum nasional Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta untuk menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 2
2
Konsideran RKUHP.
3
norma hukum yang telah ada. Hal ini dikenal dengan istilah “ Ultimum
Remedium”.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
reformasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, keadilan,
kemandirian, HAM dan demokrasi. Ketiga, penerapan ketentuan hukum
pidana yang merugikan rakyat, khususnya para aktivis politik, HAM dan
kehidupan demokrasi di negeri ini dilakukan perubahan dan peninjauan
kembali konsep-konsep yang terkandung dalam hukum pidana. Reformasi
hukum pidana harus beracuan terhadap ketiga tatanan dan bersinergi terhadap
kepentingan para penegak hukum.
6
Pemahaman lain yang terkandung tentang kebutuhan KUHP bangsa
Indonesia yang telah berubah ini, perlu memperhatikan pada karateristik
hukum pidana dengan ciri khas kehidupan masyarakat dan ideologi bangsa
Indonesia, yaitu Pancasila. Perlu dicari rancangan atau sebuah konsep baru
dalam hukum pidana yang tidak asing bagi bangsa Indonesia. Ketentuan
hukum pidana itu dapat digali dari hukum tidak tertulis atau hukum adat
dengan dua syarat, yaitu: Pertama, ia harus hidup di dalam kalangan
masyarakat Indonesia; Kedua, tidak akan menghambat perkembangan
masyarakat adil dan makmur, yaitu bahwa aturan hukum tidak tertulis harus
disertai dengan ancaman pidana.
B. Tujuan Pemidanaan
3
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT ALUMNI, Bandung, ,
h. 49-51.
7
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum
demi pengayoman masyarakat;
8
f. sikap dan tindakan pembuat sesudah melakukan tindak pidana;
9
mencantumkan tentang pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan
dan merendahkan martabat. Pandangan ini mengerucut pada dua kepentingan,
yakni perlindungan masyarakat dan pembinaan bagi pelaku. Tujuan
pemidanaan dalam RKHUP ini terlihat menganut aliran neo klasik dengan
beberapa karakteristik yang diatur, yaitu adanya perumusan tentang pidana
minimum dan maksimum, mengakui asas-asas atau keadaan yang
meringankan pemidanaan, mendasarkan pada keadaan obyektif dan
mempertimbangkan kebutuhan adanya pembinaan individual dari pelaku
tindak pidana.
4
Pasal 55 RKUHP
10
integratif jika dilihat dari karakteristik model ini. Pandangan teori ini
menganjurkan adanya kemungkinan untuk mengadakan artikulasi terhadap
teori pemidanaan yang mengintegrasikan beberapa fungsi sekaligus
retribution yang bersifat utilitarian dimana pencegahan dan sekaligus
rehabilitasi yang kesemuanya dilihat sebagai sasaran yang harus dicapai oleh
suatu rencana pemidanaan.
Jenis pidana yang diatur dalam RKUHP terdiri dari pidana pokok dan
pidana tambahan. Pidana pokok terdiri atas sebagaimana dicantumkan dalam
Pasal 65 adalah :
• Pidana penjara;
• Pidana tutupan;
• Pidana pengawasan;
11
Sementara pidana mati merupakan pidana pokok yang bersifat khusus dan
selalu diancamkan secara alternatif. Jenis-jenis pidana tambahan dalam
RKUHP adalah :
5
PAF Lamintang, Hukum Penintensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984, hlm. 69.
6
Ibid, hlm. 147.
7
Pasal 80 ayat (1) RKUHP.
12
mereka yang telah melakukan tindak pidana yang dilakukan secara tidak
sengaja8
Jenis-jenis sanksi dan urutan jenis pidana pokok dalam RKUHP sangat
berbeda dengan KUHP sekarang dimana dalam KUHP mengenal 5 pidana
pokok dan tambahan yang mempunyai tata urutan yang juga berbeda (Lihat
tabel di bawah). Tata urutan pidana pokok yang berbeda antara KUHP dengan
RKUHP ini mengindikasikan bahwa terjadi perubahan dalam penentuan jenis-
jenis sanksi pidana. Pidana mati bukan lagi menjadi pidana pokok yang
pertama namun menjadi pidana yang sifatnya khusus. Demikian pula dengan
pidana tutupan menjadi pidana pokok kedua setelah pidana penjara dimana
dalam KUHP, pidana tutupan ini adalah pidana yang berada pada urutan
kelima. Salah satu pidana pokok yang tidak lagi dicantumkan adalah pidana
kurungan yang pada prinsipnya adalah sanksi pidana yang merupakan
pembatasan kebebasan bergerak, sebagaimana pidana penjara, namun
dijatuhkan bagi orang-orang yang telah melakukan pelanggaran.
8
Lamintang, op.cit., hlm. 84.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konsep pembaharuan pemidanaan dalam rancangan kuhp perlunya
Pemahaman suatu rancangan pembaharuan hukum pidana dititik beratkan
pada karateristik hukum pidana yang juga bersifat dinamis yang terkandung
dalam kehidupan masyarakat dan ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.
Aktivitas ini dilakukan oleh alat negara dalam penegakan hukum.
Secara umum, pengaturan tentang pemidanaan dalam RKUHP telah
mengalami kemajuan dimana tujuan pemidanaan dan pedoman pemidanaan
sudah dirumuskan secara jelas dan rinci sebagai bagian untuk menentukan
batas pemidanaan (the limit of sentencing) dan penentuan bobot pemidanaan
(the level of sentencing). Ketentuan dalam pemidanaan ini kemudian
dipertegas dengan penentuan jenis-jenis sanksi yang memberikan alternatif
bagi pengadilan untuk menentukan sanksi yang patut bagi pelaku berdasarkan
tingkat kejahatan, kondisi pelaku dan keadaaan-keadaaan lainnya sehingga
tidak ada penyamarataan (indiscriminately) atas penjatuhan pidana.
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
RUU KUHP
http://reformasikuhp.org/data/wp-content/uploads/2015/02/PEMIDANAAN-
PIDANA-DAN-TINDAKAN-DALAM-RANCANGAN-RUU-KUHP.pdf
https://thezmoonstr.blogspot.com/2013/01/perbandigan-kuhp-indonesia-
dengan.html
https://media.neliti.com/media/publications/44212-ID-konsep-pembaharuan-
pemidanaan-dalam-rancangan-kuhp.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5db80ebe3ae76/meski-dihujat--
banyak-hal-baru-dalam-ruu-kuhp-patut-diapresiasi/
https://www.kompasiana.com/achmadsabil/585cd8a01497739844f04c5d/dasa
r-hukum-dasar-pemidanaan-dan-tujuan-pemidanaan
15