Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

KEBIJAKAN HUKUM TENTANG PENGATURAN SANTET


DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

I Putu Surya Wicaksana Putra, Ni Putu Rai Yuliartini, Dewa Gede Sudika Mangku

Program Studi Ilmu Hukum


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {suryawicaksanaputra20@gmail.com, raiyuliartini@gmail.com,


dewamangku.undiksha@gmail.com}

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk (1) mengetahui dan memahami mengenai terkait pertimbangan hukum
tentang pengaturan santet dalam hukum pidana Indonesia, serta (2) Untuk mengkaji dan menganalisis
mengenai kebijakan hukum pidana terhadap pengaturan tentang santet dalam hukum pidana
Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah penelitia hukum
normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder yakni dengan mempelajari dan mengkaji asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum positif
yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan dan peraturan perundang-undangan. Adapun
pendekatan masalah yang digunakan yaitu pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual
dan pendekatan kasus. Hasil penelitian tentang kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana
santet bahwa yang akan dimasukan atau diatur dalam konsep Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) bukan delik santet tetapi delik yang berhubungan dengan masalah santet (kekuatan gaib dan
supranatural), khususnya yang berkaitan dengan penawaran bantuan jasa atau sarana dari orang
yang mengaku memiliki keahlian supranatural (dukun atau paranormal) untuk melakukan suatu
kejahatan atau tindak pidana. Dalam mengkriminalisasi perbuatan yang berhubungan dengan
persantetan, RUU KUHP hanya menitik beratkan pada usaha pecegahan (prevensi) adanya tindakan
praktek santet oleh para dukun atau paranormal. Yang akan dicegah atau diberantas adalah profesi
atau pekerjaan dukun santet yang memberikan bantuan kepada seseorang untuk menimbulkan
kematian atau mencelakakan/menderitakan orang lain. Dengan begitu yang akan dikriminalisasi
adalah perbuatan menawarkan atau memberikan jasa dengan ilmu santet untuk membunuh atau
membuat celaka orang lain.

Kata Kunci : Santet, Kriminalisasi, Kebijakan Hukum Pidana.

Abstract
This study was conducted to (1) know and understand the relevant legal considerations about the
setting of witchcraft in the Indonesian criminal law, and (2) To examine and analyze the criminal law
policy of the arrangement of witchcraft in the Indonesian criminal law. This type of research is used in
legal research is empirically normative law that legal research done by researching library materials or
secondary data that by studying and reviewing the legal principles and rules of positive law derived
from the materials of literature and legislation -invitation. The approach used is a problem that law
approach, conceptual approach and the approach to the case. Results of research on criminal law
policy against the crime of witchcraft that that will be incorporated or organized under the concept of
the draft Penal (Penal Code) is not a crime of witchcraft but the offense related to the problem of black
magic (the magic and the supernatural), especially with regard to offer help services or facilities from
people claiming to have supernatural skills (shaman or paranormal) to commit a crime or a criminal
act. In criminalizing acts related to persantetan, the bill of the Criminal Code only focuses on
prevention efforts (prevention) their actions witchcraft practices by quacks or paranormal. Which would
be prevented or eradicated is a profession or occupation shaman who provides assistance to a person
to cause death or harm the others.

Keywords : Witchcraft, Criminalization, Criminal Law Policy

69
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

PENDAHULUAN yang telah melepaskan diri dari


Manusia adalah mahluk sosial, penjajahan. Oleh karena itu, tugas
yang mana manusia hidup membutuhkan dari pembentuk undang-undang
interaksi terhadap manusia lainnya (zoon adalah menasionalkan semua
politicon) (Arrasjid, 2000: 1). Dengan peraturan perundang-undangan
begitu menimbulkan kesadaran diri bahwa warisan kolonial, dan ini harus
dalam kehidupan masyarakat berpedoman didasarkan kepada Pancasila
pada suatu aturan yang oleh sebagai sebagai sumber dari segala
besar warganya ditaati. Hubungan antara sumber hukum.
manusia dengan manusia, dan b) Alasan yang bersifat
masyarakat diatur oleh serangkaian nilai- sosiologis suatu KUHP pada
nilai dan kaidah-kaidah. Dalam pembagian dasarnya adalah
hukum konvensional, hukum pidana pencerminan dari nilai-nilai
termasuk bidang hukum publik. Artinya, kebudayaan dari suatu
hukum pidana mengatur tentang bangsa, karena ia memuat
hubungan ntar warga negara dan negara, perbuatan-perbuatan yang
dan menitikberatkan pada kepentingan tidak dikehendaki dan
umum atau kepentingan publik. Upaya mengikatkan pada
pembaharuan hukum di Indonesia yang perbuatan-perbuatan itu
sudah dimulai sejak lahirnya Undang- suatu sanksi yang bersifat
Undang Dasar 1945 tersebut tidak dapat negatif berupa pidana.
dilepaskan pula dari landasan sekaligus Ukuran untuk menentukan
tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa perbuatan mana yang
Indonesia seperti telah dirumuskan dalam dilarang itu tentunya
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 bergantung pada pandangan
yaitu “melindungi segenap bangsa kolektif yang terdapat dalam
Indonesia dan untuk mewujudkan masyarakat tentang apa yang
kesejahteraan umum berdasarkan baik, yang benar dan
Pancasila”. sebaliknya.
Mengenai perkembangannya c) Alasan yang bersifat praktis
hingga saat ini, KUHP telah mengalami teks resmi WvS adalah
banyak perubahan. Hal ini dikarenakan berbahasa Belanda meskipun
Indonesia merupakan negara memiliki menurut Undang-Undang
wilayah yang luas dan kepadatan Nomor 1 Tahun 1946 dapat
masyarakatnya sehingga aturan-aturan disebut secara resmi sebagai
yang ada sebelumnya harus diperbaharui, KUHP. Dapat diperhatikan
karena tindakan-tindakan melawan hukum bahwa jumlah penegak
yang terjadi akan terus berkembang. hukum yang memahami
Karena itu hukum pidana yang akan bahasa asing semakin
diperbaharui diharapkan dapat mengikuti sedikit. Disamping itu,
perubahan dan perkembangan perilaku terdapat berbagai macam
masyarakat Indonesia. terjemahan KUHP yang
Adapun alasan-alasan mendasari beredar, sehingga dapat
perlunya pembaharuan hukum pidana dimungkinkan akan terjadi
nasional pernah diungkapkan oleh penafsiran yang menyimpang
Sudarto, yaitu: dari teks aslinya yang
a) Alasan yang bersifat politik adalah disebabkan karena
wajar bahwa negara Republik terjemahan yang kurang
Indonesia yang merdeka memiliki tepat.
KUHP yang bersifat nasional, yang d) Alasan adaptif, KUHP
dihasilkan sendiri. Ini merupakan nasional dimana mendatang
kebanggaan nasional yang interen harus dapat menyesuaikan
dengan kedudukan sebagai negara diri dengan perkembangan-

70
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

perkembangan baru, ada kemutlakan dalam bidang kebijakan,


khususnya perkembangan karena pada hakikatnya dalam masalah
internasional yang sudah kebijakan penilaian dan pemilihan dari
disepakati oleh masyarakat berbagai macam alternatif. Dengan
beradab (Mulyadi, 2008 : demikian, masalah pengendalian atau
400-401). penanggulangan kejahatan dengan
Upaya pembaharuan hukum di menggunakan hukum pidana, bukan
Indonesia yang sudah dimulai sejak hanya merupakan problem sosial seperti
lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dikemukakan oleh packer diatas, tetapi
tersebut tidak dapat dilepaskan pula dari juga masalah kebijakan (the problem of
landasan sekaligus tujuan yang ingin policy) (Prasetyo, 2010 : 20).
dicapai oleh bangsa Indonesia seperti Ditinjau dari pengertian upaya
telah dirumuskan dalam Pembukaan hukum, suatu tindakan yang perlu
Undang-undang Dasar 1945 yaitu dilakukan sebagai tindakan kriminalisasi
“melindungi segenap bangsa Indonesia adalah proses mengangkat perbuatan
dan untuk mewujudkan kesejahteraan yang semula bukan perbuatan pidana
umum berdasarkan Pancasila”. menjadi perbuatan perbuatan yang dapat
Dalam fungsinya sebagai dipidana. Proses kriminalisasi ini terdapat
perlindungan kepentingan manusia, didalam tahap formulasi dari
hukum mempunyai tujuan. Hukum pembaharuan hukum pidana (Sudarto,
mempunyai sasaran yang hendak dicapai. 1981:121). Mengenai masalah
Adapun yang merupakan tujuan pokok kriminalisasi ini sangat erat kaitannya
hukum adalah menciptakan tatanan dengan criminal policy. Criminal policy
masyarakat yang tertib, menciptakan adalah usaha yang rasional baik dari
ketertiban dan keseimbangan. Dengan masyarakat atau pemerintah untuk
begitu tercapainya ketertiban didalam menanggulangi tindak pidana baik
masyarakat diharapkan kepentingan menggunakan sarana penal maupun non
manusia akan terlindungi. penal.
Tujuan dari norma adalah untuk Santet adalah ilmu hitam yang
ditaati, untuk ditaati diperlukan suatu sangat merugikan dan membahayakan
sanksi. Dalam ilmu hukum dikenal orang lain atau kehidupan masyarakat
berbagai bentuk norma yang berlaku sekitar yang dapat dilakukan dari jarak
dalam masyarakat. Norma kesopanan, jauh dan jarak dekat yang biasanya
norma kesusilaan, norma adat, dan norma berakibat fatal terhadap korban yang
hukum. Diantara norma-norma tersebut terkena santet, yaitu terjangkit penyakit
bentuk sanksi yang paling hebat terdapat aneh bahkan sampai kematian. Santet
dalam hukum pidana yaitu sanksi berupa tidak hanya berkembang di Indonesia,
derita atau nestapa yang diberikan secara tetapi juga berkembang di negara-negara
sadar dan sengaja pada seseorang yang lain.
telah melakukan suatu pelanggaran Santet pada umumnya memang
hukum (Santoso, 2011 : 4). sangat sulit untuk dipahami atau
Penggunaan upaya hukum, dimengerti maknanya, tetapi pada
termasuk hukum pidana, sebagai salah dasarnya santet merupakan bagian dari
satu upaya untuk mengatasi masalah ilmu gaib yang memang dipercaya atau
sosial dalam kebijakan penegakan hukum. diyakini oleh beberapa atau sebagian
Disamping itu, dengan adanya tujuan masyarakat di Indonesia. Santet menurut
untuk mencapai kesejahteraan beberapa opini juga dapat menyebabkan
masyarakat pada umumnya, maka seseorang sebagai korban dikarenakan
kebijakan sosial, yaitu segala usaha yang santet tersebut sering di salahgunakan
rasional untuk mencapai kesejahteraan sebagai media untuk membuat orang
masyarakat. Sebagai suatu bentuk upaya celaka, sakit, bahkan bisa menyebabkan
hukum yang termasuk masalah kebijakan, hilangnya nyawa seseorang.
penggunaan hukum pidana sebenarnya Santet adalah sebuah tindakan
tidak merupakan suatu keharusan. Tidak yang dipandang berlawanan dengan

71
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

hukum dan patut dikriminalisasikan. dimana satu keluarga dibakar hidup-hidup


Menurut KUHP yang sekarang berlaku, di dalam rumahnya karena masyarakat
perbuatan meramal nasib atau mimpi dan setempat menduga satu keluarga tersebut
memakai jimat yang mempunyai kekuatan sebagai keluarga yang memiliki ilmu gaib
gaib pada saat persidangan saja bisa atau ilmu santet, kedua pada tahun 2011
diancam pidana, maka seharusnya santet di Dusun Kekes, Trenggalek, Jawa Timur
lebih pantas untuk dijadikan tindak pidana. kejadian ini sama dengan kejadian di
Namun santet merupakan gejala sosial tahun 2010 yaitu dimana satu keluarga
budaya yang sangat kompleks karena yang diduga mempunyai ilmu gaib atau
berkaitan dengan masyarakat, baik primitif santet di bakar hidup-hidup didalam
maupun modern. rumahnya sendiri, ketiga pada tahun 2012
Adapun filosofi santet dapat dibulan Agustus di Malang Jawa Timur
digolongkan menjadi tindak pidana adalah makam seseorang yang diduga menjadi
karena santet diakui dan dipercaya dukun santet dibongkar oleh masyarakarat
keberadaannya di kehidupan masyarakat, karena masyarakat tidak mau dukun
dan menimbulkan keresahan, namun tidak santet ini di makamkan di desa tersebut
dapat dicegah dan diberantas melalui (www.liputan6.com, diakses pada tanggal
hukum karena kesulitan dalam hal 6 Desember 2019).
pembuktiannya. Dengan alasan tersebut Berdasarkan uraian diatas, salah
maka perlu dibentuk tindak pidana baru satu pertimbangan mengapa kebijakan
mengenai santet yang sifatnya mencegah hukum pidana terhadap tindak pidana
agar perbuatan tersebut tidak terjadi santet harus ada dalam Undang-Undang
(Sudarto, 1981 : 121). karena jika dilihat dalam asas legalitas
Sejak dahulu hingga di zaman dimana suatu perbuatan dapat di pidana
modern pada saat ini dilihat dari jika sudah diatur dalam peraturan
kenyataan ternyata santet itu masih ada, perundang-undangan, maka santet tidak
selain harus adanya aturan yang dapat di pidana karena santet tidak
mengatur santet itu sendiri dikarenakan terdapat dalam peraturan perundang-
perbuatan santet yang ada didalam undangan atau KUHP yang sekarang
kehidupan masyarakat belakangan ini berlaku. Sedangkan santet itu sendiri
munculnya berita tuduhan terhadap salah adalah suatu perbuatan yang berlawanan
seorang atau salah satu keluarga yang dengan hukum dan sangat pantas untuk
mempunyai ilmu gaib atau sebagai dukun adanya kriminalisasi terhadap santet itu
santet yang berakhir ricuh dan main hakim sendiri. Dengan demikian seperti yang
sendiri yang dilakukan oleh warga. sudah dijelaskan diatas maka perlu
Dengan begitu dalam hal ini sangat adanya suatu kebijakan hukum pidana
diperlukan adanya pengaturan hukum terhadap tindak pidana santet (Fauzi,
pidana terhadap tindak pidana santet 2013 : 5).
harus ada didalam aturan Kitab Undang- Berdasarkan uraian diatas penulis
undang Hukum Pidana (KUHP), karena merumuskan masalah pertimbangan
santet bisa saja selalu terjadi dimanapun, hukum tentang pengaturan santet dalam
selain itu hukum pidana tidak mengenal hukum pidana Indonesia dan kebijakan
berlaku surut atau retro aktif hukum tentang pengaturan santet dalam
(Ditjenpp.kemenkumham.go.id, diakses hukum pidana Indonesia.
pada tanggal 7 Desember 2019). METODE PENELITIAN
Harus adanya pengaturan tentang Jenis penelitian yang digunakan
santet atau ilmu gaib dalam Kitab Undang- dalam penulisan skripsi ini dipergunakan
undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia penelitian secara hukum normatif dengan
karena didasari dengan adanya kejadian titik tolak penelitian karena adanya
main hakim sendiri yang dilakukan oleh kekosongan norma (Soekanto, 2007 : 13).
warga setempat yang menduga salah satu Jenis pendekatan yang digunakan dalam
warga menjadi dukun santet. Kejadian ini penelitian ini yaitu pendekatan peraturan
terjadi pertama, pada tahun 2010 di perundang-undangan (statue approch);
Tapanuli Utara, Sumatra Utara yang pendekatan konseptual (conceptual

72
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

approach); pendekatan kasus (case mempengaruhi hukum dalam masyarakat.


approach).. Bahan hukum yang digunakan Mistik sebagai pengetahuan yang
bahan hukum primer, sekunder dan mempengaruhi pola pikir manusia pada
tersier. Dalam rangka pengumpulan bahan akhirnya muncul dalam bentuk budaya.
hukum,maka penulis menggunakan teknik Proses kebudayaan mempengaruhi
studi dokumen, kemudian dideskripsikan hukum menjadi budaya hukum. Secara
sesuai dengan pokok permasalahan yang filosofis, keberadaan mistis dalam budaya
dikaji secara yuridis kualitatif. hukum dapat dilihat dari tiga aspek yaitu,
HASIL DAN PEMBAHASAN aspek ontologis, aspek epistemologis,
Pertimbangan Hukum Tentang aspek aksiologis. Hal ini dapat menjadi
Pengaturan Santet Dalam Hukum penghambat perkembangan hukum dalam
Pidana Indonesia beradaptasi pada perubahan dan
Secara Sosiologis, Respon kemajuan dunia saat ini. Dengan begitu
masyarakat Indonesia terhadap kejadian- keberadaan mistik sebagai suatu budaya
kejadian luar biasa, di luar kemampuan hukum, harus ditempatkan pada posisi
manusia biasa memang di bumi Indonesia yang tepat serta harus disertai dengan
di percayai keberadaannya ditengah upaya pembuktian hukum yang tepat jika
kehidupan masyarakat, masalah santet akan menjadi bagian ketentua tertulis,
merupakan suatu pembahasan yang seperti halnya yang terdapat dalam
kerap kali menjadi bahan perdebatan yang pengaturan Rancangan Undang-Undang
panjang di tengah-tengah masyarakat. KUHP mengenai santet. Secara yuridis,
Perdebatan ini baik dilakukan oleh Belum adanya peraturan yang mengatur
akademisi, ahli hukum, ahli sosial, ahli secara tegas mengenai keberadaan dukun
agama maupum supranatural. Daerah santet, mengakibatkan masyarakat lebih
belahan Eropa, masyarakat disana cenderung untuk memilih “Peradilan
mempercayai keberadaan adanya Masyarakat” atau main hakim sendiri yang
seseorang yang bisa menyihir atau diduga sebagai dukun santet dengan cara
memiliki ilmu gaib yang biasa dikenal melakukan tindakan kekerasan yang
sebagai tukang sihir atau paranormal. terkadang hingga mengakibatkan
Masih banyak istilah dengan teknik dan kematian. Perbuatan yang dilakukan oleh
cara kerja yang sama dengan santet yang masyarakat dengan alasan, bahwa
banyak dipraktikan di negara-negara lain, apabila pelaku yang diduga sebagai dukun
selain santet yang ada di Indonesia. santet diserahkan kepada aparat penegak
Persepektif sosiologis masyarakat hukum, kemungkinan tidak akan
Indonesia, banyak atribut santet atau sihir mendapatkan keadilan yang diharapkan
terkadang diatributkan kepada masyarakat oleh masyarakat. Tiga nilai-nilai dasar
tertentu. Sehingga dalam pemenuhan atau dalam penegakan hukum yaitu keadilan,
pencapaian tujuan yang dicapainya selalu kegunaan, dan kepastian hukum sebagai
menggunakan pendekatan magic atau kerangka sosial untuk kebutuhan
mistis, misalnya orang yang ingin masyarakat atau manusia itu maka
mendapatkan wanitan yang diidamkan institusi menampilkan wujudnya dalam
menggunakan sihir atau santet yang bentuk norma-norma. Implementasi dari
mereka sebut dengan jaran goyang. norma-norma hukum pidana Indonesia
Secara filosofis, Ilmu gaib secara umum berupa Undang-undang, menurut Prof.
adalah suatu jenis keilmuan untuk tujuan Sacipto Rahardjo Undang-undang itu
memiliki kemampuan atau melakukan merupakan sumber yang bersifat hukum
perbuatan-perbuatan yang bersifat ajaib paling utama, hukum yang dihasilkan oleh
atau gaib, perbuatan-perbuatan yang tidak perundangan (enacted law, statue law)
sewajarnya, yang melebihi kemampuan sedangkan santet termasuk ke dalam
manusia biasa, sering juga disebut hukum yang tidak di Undang-undangkan
sebagai ilmu supranatural atau metafisika, (unenacted law common law) (Raharjo,
karena menyangkut hal-hal yang tidak 1991 : 83). Pola kehidupan masyarakat
tampat atau kasat mata manusia biasa Indonesia yang bersifat mistis dan negatif
dan diluar kewajaran. Kebudayaan dengan menggunakan media magis

73
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

didalam masyarakat dikenal dengan peramalan atau penafsiran mimpi.


sebutan “santet”. Santet merupakan suatu (Pasal 545)
tindakan criminal yang termasuk dalam b) Menjual, menawarkan,
tindak pidana yang sulit menemukan menyerahkan, membagikan
pemecahnya, sebab anggapan yang atau mempunyai persedian
muncul dimasyarakat kejahatan tersebut untuk dijual/dibagikan, jimat-
sudah tidak ada penyelesaian pidananya jimat atau benda-benda yang
dengan tanpa dasar pembuktian dan sulit dikatakan olehnya mempunyai
mem BAP padahal meja peradilan terbuka kekuatan gaib. (Pasal 546)
untuk setiap kasus yang masuk demi c) Saksi di persidangan memakai
tegaknya keadilan hal ini sesuai dengan jimat-jimat atau benda sakti.
asas legalitas yang berlaku diranah hukum (Pasal 547)
pidana terkenal dengan adagium Dari ketentuan-ketentuan diatas
legendaris von Feuerbach yang berbunyi sudah terlihat adanya hal-hal yang bersifat
“nullum delictum nulla poena sine praevia gaib atau supernatural yaitu peramalan
lege poenali” secara bebas adagium nasib atau mimpi dan jimat-jimat atau
tersebut dapat diartikan menjadi “tidak ada benda-benda sakti yang memiliki kekuatan
delik tindak pidana yang tidak ada hukum gaib, jadi dengan begitu hukum formal
tanpa didasari peraturan yang (perundang-undangan) dapat atau
mendahuluinya” (Hukum Online, diakses mungkin saja mengatur hal-hal yang gaib
pada tanggal 10 Februari 2020), hal ini atau supernatural, sepanjang yang diatur
sesuai dengan Pasal 10 ayat (1) Undang- bukan substansi gaibnya, tetapi perbuatan
Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang yang berhubungan dengan hal-hal gaib
Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi tersebut (Arief, 2011 : 291).
“pengadilan dilarang menolak untuk Penawaran jasa paranormal sangat
memeriksa, mengadili, dan memutus mudah di temui di media, bahkan
suatu perkara yang diajukan dengan dalih paranormal yang sudah dikenal
bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, masyarakat tidak perlu mempromosikan
melainkan wajib memeriksa dan jasanya. Penerima jasa atau pencari jasa
mengadilinya”.Kriminalisasi santet dalam akan mencari sendiri keberadaan
KUHP Sistem hukum Indonesia yang paranormal tersebut melalui informasi dari
formal dan rasional hanya berusaha penerima jasa lain yang berhasil atas
menjaring perbuatan lahirlah yang secara bantuan paranormal yang berhasil
empiris dapat diidentifikasikan dan mengabulkan permintaan dari pencari jasa
dibuktikan hubungan kausalitasnya. Oleh paranormal yang sebelumnya. Apabila
karena itu, perbuatan yang bersifat mistik, dilihat dari segi ekonomi, profesi menjadi
gaib atau metafisika sulit diterima dalam paranormal ini sangat menjanjikan.
sistem hukum yang formal dan rasional. Paranormal dapat meminta bayaran
Namun dengan demikian, tidak berarti dengan biaya setinggi-tingginya (tanpa
semua perbuatan yang berhubungan ada standardisasi fee seperti profesi
dengan hal-hal gaib atau mistik tidak dokter, psikologi, atau advokat) dan tanpa
dapat diatur dalam sistem perundang- perlu bertanggung jawab apabila
undangan yang formal dan rasional. pekerjaannya tidak berhasil. Apabila
Sepanjang perbuatan tersebut yang terjadi kesalahan, maka perbuatan
berhubungan dengan hal-hal gaib atau paranormal tersebut tidak dapat
mistik dapat diidentifikasikan, dapat saja dibuktikan. Berbeda dengan dokter yang
perbuatan itu diatur di dalam hukum terancam tuduhan malpraktek atau
formal (perundang-undangan). Misalnya penyidik yang harus selalu siap
dalam KUHP yang saat berlaku ada dipraperadilan apabila melakukan
ketentuan atau larangan mengenai: kesalahan prosedur dalam menjalankan
profesinya (Arthani, 2015, Vol. 5, 31).
a) Perbuatan (mata pencarian) untuk Kriminalisasi terhadap perbuatan
menyatakan peruntungan/nasib santet yang menyatakan diri sebagaimana
seseorang, untuk mengadakan yang diatur dalam Pasal 252 Rancangan

74
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

KUHP 2019 sebenarnya merupakan atau santet banyak macamnya, ada yang
upaya perlindungan terhadap masyarakat disebut guna-guna dan pelet namun dari
supaya tidak kembali terjebak pada semua macam sihir diatas memiliki tujuan
penipuan yang dilakukan oleh oknum- yang sama yaitu untuk mempengaruhi
oknum yang tidak bertanggungjawab. orang lain. Biasanya sihir atau santet ini
Keyakinan masyarakat Indonesia terhadap digunakan oleh seorang dukun atau
dukun, paranormal dan sebagainya sering paranormal untuk berbuat hal yang
kali berujung pada hal-hal yang tidak negatif, seperti mencelakakan seseorang
diinginkan seperti pelecehan seksual dan yang di benci atau menyakiti orang yang
juga menimbulkan kerugian materiil. pernah menyakiti hatinya, namun dalam
Bedasarkan hal tersebut, Pertimbangan prateknya santet tidak hanya digunakan
untuk mengkriminalisasi suatu perbuatan untuk sekedar menyakiti namun bisa lebih
khususnya perbuatan-perbuatan yang dari menyakiti yaitu hingga berujung
berkaitan dengan hal yang bersifat magis kematian dari seseorang yang terkena
atau ilmu santet ini adalah perbuatan yang santet. Ada juga yang mempergunakan
dipandang sangat tercela atau sihir untuk membuat lawan jenisnya
membahayakan dan merugikan kehidupan menjadi tergila-gila, hal ini biasanya
masyarakat sekitar. dilakukan oleh lelaki untuk mendapatkan
Kebijakan Hukum Tentang Pengaturan hati seorang perempuan yang
Santet Dalam Hukum Pidana Indonesia diinginkannya (Fitriyanto, 2017 : 5).
Ilmu gaib atau supranatural adalah Usaha dan kebijakan untuk
ilmu yang dapat dianggap sebagai ilmu membuat peraturan hukum pidana yang
yang berada diluar batas kemampuang baik pada hakikatnya tidak dapat
manusia dalam menalaahnya, ilmu gaib dilepaskan dari tujuan penanggulangan
juga tidak sesuai dengan hukum alam kejahatan. Usaha penanggulangan
yang berlaku karena sangat sulit untuk kejahatan dengan hukum pidana juga
dibuktikan keberadaannya oleh manusia pada hakikatnya merupakan suatu bagian
melalui panca inderanya. Dengan manusia dari usaha penegakan hukum (khusus
mengalami kesulitan jika dihadapkan penegakan hukum pidana). Maka dari itu
dengan ilmu gaib, seperti contoh sering pula dikatakan bahwa kebijakan
seseorang yang terkena santet akan sulit hukum pidana merupakan bagian dari
menyatakan bahwa dia terkena santet kebijakan penegakan hukum. undangan
karena gejala-gejala yang terlihat akan ataupun hukum yang tidak tertulis.
hampir sama dengan penyakit-penyakit Usaha penanggulangan kejahatan
medis yang diketahui, sedangkan jika mengunakan perbuatan undang-undang
ditelusuri lebih dalam dengan ilmu medis (hukum) pidana pada hakikatnya juga
akan sulit untuk menemukan titik penyakit merupakan bagian integral dari usaha
yang ada pada diri orang tersebut perlindungan masyarakat. Oleh karena itu
(Fitriyanto, 2017 : 3). wajar apabila kebijakan hukum pidana
Kehidupan masyarakat di Indonesia juga merupakan bagian dari kebijakan
masih sangat mempercayai dengan dunia sosial yang dapat diartikan sebagai salah
perdukunan dilihat dari masyarakat yang satu usaha yang rasional untuk mencapai
belum banyak mengenal teknologi dan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus
modernisasi seperti masyarakat pedesaan mencakup perlindungan masyarakat.
sampai masyarakat perkotaan yang bisa Kebijakan Hukum dan Perumusan Delik
dikatakan sudah modern. Hal ini Santet Dalam Konsep KUHP Baru
menunjukan bahwa keberadan dukun di Konsep RUU KUHP menitikberatkan
tengah-tengah masyarakat masih sangat perhatiannya pada usaha pencegahan
diyakini dan dibutuhkan jasanya. Secara yang dilakukan terhadap perbuatan
istilah sihir adalah suatu kegiatan yang praktek santet di kehidupan masyarakat
mempunyai tujuan untuk mempengaruhi Indonesia. Pencegahan atau
orang lain secara fisik maupun pikiran pemberantasan terhadap pekerjaan dukun
dengan cara yang tidak bisa dilihat oleh santet yang menawarkan jasa dengan
kasat mata dan dari jarak yang jauh. Sihir memberikan bantuan kepada seseorang

75
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

untuk mencelakakan atau menimbulkan


hilangnya nyawa orang lain. Dengan kata Kebijakan kriminalisasi atau
lain yang akan dilakukan kriminalisasi kebijakan hukum yang tercantum dalam
adalah perbuatan menawarkan atau RUU KUHP terhadap perbuatan-
memberikan jasa tersebut. perbuatan yang berhubungan dengan ilmu
Adapun perumusan sementara yang telah hitam atau santet masih sangat terbatas.
dirumuskan dalam konsep RUU KUHP Karena yang dapat dipidana dalam
yaitu dalam Pasal 252 tahun 2019 yaitu peraturan yang baru tersebut hanya orang
berbunyi: yang seolah-olah hanya menawarkan jasa
(1) Setiap Orang yang menyatakan dengan jalan “memberitahukan atau
dirinya mempunyai kekuatan gaib, menimbulkan harapan kepada orang lain
memberitahukan, memberikan bahwa karena perbuatannya (yang
harapan, menawarkan, atau mengandung kekuatan magis dapat
memberikan bantuan jasa kepada menimbulkan kematian atau penderitaan
orang lain bahwa karena bagi orang lain, jadi terdapat kelemahan
perbuatannya dapat menimbulkan dalam perumusan konsep RUU KUHP
penyakit, kematian, atau penderitaan ialah tidak dapat menjangkau semua
mental atau fisik seseorang dipidana praktek persantetan, antara lain:
dengan pidana penjara paling lam 3 1. Penawaran atau pemberian jasa
(tiga) tahun atau pidana denda persantetan untuk tujuan-tujuan
paling banyak kategori IV. jahat terhadap orang lain yang
(2) Jika Setiap Orang sebagaimana tidak bermaksud menimbulkan
dimaksud pada ayat (1) melakukan kematian atau penderitaan pada
perbuatan tersebut untuk mencari orang lain.
keuntungan atau menjadikan 2. Praktek persantetan atau
sebagai mata pencaharian atau perbuatan menyantet yang
kebiasaan, pidananya dapat dilakukan oleh orang yang
ditambah dengan 1/3 (satu per tiga). mempunyai kekuatan magis atau
Penerapan Pasal 252 tahun 2019 oleh tukang santet (dukun santet)
tentang persantetan dalam Rancangan itu sendiri, tanpa permintaan orang
Undang-Undang Kitab Undang-Undang lain (Arief, 2002 : 318).
Hukum Pidan (KUHP) banyak SIMPULAN
menimbulkan berbagai tanggapan Pro dan Berdasarkan uraian atas hasil dan
Kontra di kehidupan masyarakat pembahasan bab sebelumnya, maka
Indonesia. Ada sebagian yang didapatkan simpulan sebagai berikut :
menganggap bahwa kriminalisasi tentang Kepercayaan mengenai adanya
santet hanya dapat menimbulkan fitnah, kekuatan supranatural di Indonesia
hal ini dikarenakan belum adanya bukti merupakan budaya yang sudah ada sejak
nyata terhadap santet yang terjadi. dulu dari masyarakat. Kepercayaan akan
Untuk bisa memperkuat dan kekuatan supranatural ini menimbulkan
membuktikan sebuah kasus santet yang banyaknya praktik paranormal atau dukun
terjadi di masyarakat, bukan hal itu yang di kehidupan masyarakat. Paranormal dan
dimaksud dari segi delik formilnya. Oleh dukun dapat memiliki konotasi positif dan
sebab itu sangat kesulitan dalam hal negatif. Perilaku negatif dari paranormal
pembuktian itulah maka Pasal 252 (yang atau dukun ini biasa dikenal dengan santet
dulunya Pasal 292 RUU tahun 2004) atau ilmu hitam. Kriminnalisasi santet
menggunakan rumusan tindak pidana dalam Rancangan KUHP hingga kini
secara formil, yang bukan mempidana masih di perdebatkan oleh badan legislatif.
perbuatan santetnya melainkan Menurut KUHP yang saat ini berlaku
mempidana perbuatan-perbuatan tertentu mengenai perbuatan mistis atau gaib telah
yang sesungguhnya merupakan diatur dalam Pasal 545, 546, 547 KUHP.
perbuatan-perbuatan sebelum perbuatan Santet adalah suatu upaya yang
itu benar-benar dilakukan oleh seorang dilakukan oleh seseorang (dukun atau
dukun atau paranormal. paranormal) untuk mencelakai orang lain

76
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu selanjutnya karena belom adanya
hitam. Santet dilakukan dengan beberapa peraturan perundang-undang atau aturan
cara media seperti boneka yang hukum pidana yang belom bisa
digunakan dan diyakini sangat ampuh. menjeratnya. Mengingat KUHP yang saat
Dampaknya, seseorang yang terkenan ini masih berlaku di Indonesia adalah
ilmu santet atau ilmu gaib diyakini akan warisan dari Kolonial Belanda tidak
mengalami kesakitan, cacat bahkan mengatur masalah tindak pidana santet
hingga menghilangkan nyawa orang yang keberadaan diyakini dan percayai di
tersebut. Indonesia. Usaha untuk bisa menjerat
Berdasarkan uraian yang sudah perbuatan dukun santet dengan Pasal
dijelaskan diatas maka kebijakan hukum yang relevan serta dapat digunakan
pidana terhadap tindak pidana santet di secara maksimal maka perlu adanya
Indonesia dapat disimpulkan bahwa dalam ketegasan dari Pasal tersebut, artinya
mengkriminalisasi perbuatan yang tidak ada penafsiran ganda sehingga tidak
berhubungan dengan persantetan atau timbul kebingungan apa sebenarnya yang
ilmu gaib, Pasal 252 RUU KUHP tahun bisa di jerat dengan Pasal tersebut.
2019 hanya menitikberatkan perhatiannya DAFTAR PUSTAKA
pada usaha pencegahan (prevensi) yang Nawawi Arief, Barda, 2001.Masalah
dilakukannya terhadap praktik santet oleh Penegakan Hukum dan Kebijakan
para dukun santet atau paranormal. Penanggulangan Kejahatan, PT
Tindakan yang akan dicegah atau Citra Aditya Bakti, Bandung.
diberantas ialah profesi atau pekerjaan Raharjo, Sacipto, 1991. Ilmu Hukum, Citra
tukang santet yang memberikan bantuan aditya bakti, Bandung.
kepada orang lain untuk melakukan Soekanto, soerjono dan Mamudji, Sri,
perbuatan yang dapat menimbulkan 2007.Penelitian Hukum Normatif
kesakitan dan kematian orang lain. Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja
Dengan kata lain yang akan dikriminalisasi Grafindo Persada, Jakarta.
adalah perbuatan menawarkan atau Arrasjid, Chainur, 2000.Dasar-dasar ilmu
memberikan bantuan jasa dengan ilmu hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
santet untuk membunuh atau Santoso, topo, 2011. Kriminologi, Jakarta:
mencelakakan atau menderitakan orang Rajawali Pers.
lain. Sudarto, 1981. Hukum dan Hukum
Pidana, Bandung: Alumni.
SARAN Fauzi, tosim, 2013. “Kebijakan Hukum
Adapun saran yang dapat diberikan Pidana Terhadap Tindak Pidana
dalam penelitian ini adalah sebagai Santet di Indonesia” (skripsi).
berikut: Program Studi Ilmu Hukum
Kepercayaan terhadap ilmu magis Program Sarjana Universitas
atau ilmu santet didalam kehidupan Islam Negeri Sunan Kalijaga.
masyarakat Indonesia harus segera Yogyakarta.
dihilangkan dan merubah pola pikir Fitriyanto, Briyan Eko, 2017. “Respon
masyarakat agar tidak mempercayai ilmu Masyarakat Terhadap Fenomena
magis atau ilmu santet yang diyakini Santet (Studi di kampong
keberadaannya di Indonesia. Masyarakat nambahdadi kecamatan terbanggi
pun harus bijak dalam menanggapi besar kabupaten Lampung
seseorang yang diduga berprofesi sebagai Tengah” (skripsi). Jurusan
dukun santet agar tidak melakukan Sosiologi Program Sarjana
tindakan main hakim sendiri. Universitas Lampung. Lampung.
Pembaharuan hukum pidana di Wahyuni, ER. 2014. http://digi lib.unila.
Indonesia khususnya terhadap tindak
ac.id/5415/7/BAB%20I.pdf(Diakses
pidana santet harus segera disahkan,
pada tanggal 5 Nopember 2019).
karena dengan masih adanya perbuatan
Undang-undang Dasar Negara Republik
atau kejadian persantetan yang
Indonesia Tahun 1945.
dikhawatirkan akan ada korban santet

77
e-Journal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Ilmu Hukum (Volume 3 No. 1 Tahun 2020)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP).
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Tahun 2019
Pasal 252 RUU KUHP tentang santet.
https://www.liputan6.com/news/read/2772
83/satu-keluarga-tewas-dibakar-
massa (Diakses pada tanggal 6
Desember 2019).
Ditjenpp.kemenkumham.go.id, (diakses
pada tanggal 7 Desember 2019).

78

Anda mungkin juga menyukai