Anda di halaman 1dari 9

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
ANALISIS HUKUM TENTANG PENYEBARARAN BERITA BOHONG
(HOAX) MENURUT UU NO. 11 TAHUN 2008 JO UU NO. 19 TAHUN
2016
oleh :
Yonathan Sebastian Laowo, S.H.,MH.
Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Nias Selatan

Abstrak
Penyebaran berita bohong atau hoax adalah penyebaran informasi, kabar, berita palsu yang tersebar
melalui internet yang diatur dalam Pasal 28 Ayat (2) UU ITE. Penyebaran berita bohong juga dilakukan oleh
setiap orang yang ditujukan untuk untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau
kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Oleh sebab itu,
penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim
dalam penjatuhan hukuman bagi pelaku tindak pidana penyebaran berita bohong.Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan metode pendekatan masalah melalui pendekatan
perundang-undangan, pendekatan kasus dan pendekatan analisis. Kemudian mengumpulkan data sekunder yang
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Analisis data yang digunakan
yaitu analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dengan metode deduktif. Temuan dalam penelitian ini dan
bahwa pertimbangan hakim dalam penjatuhan hukuman terhadap pelaku tindak pidana penyebaran berita
bohong adalah hakim mempertimbangkan baik secara yuridis maupun secara non yuridis. Pertimbangan hakim
secara yuridis berdasarkan keterangan saksi, keterangan saksi ahli, keterangan terdakwa, barang bukti, tuntutan
jaksa penuntut umum. Sedangkan pertimbangan hakim secara non yuridis berupa latar belakang perbuatan
terdakwa, akibat perbuatan terdakwa, kondisi terdakwa dan faktor agama terdakwa. Pertimbangan hakim
tersebut terpenuhi dan mempunyai keyakinan bahwa pelaku telah melakukan kejahatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 Ayat (2) juncto Pasal 45A Ayat (2) UU ITE juncto Pasal 64 KUHP.

Kata Kunci : Hukum, Penyebaran, Hoax

1. PENDAHULUAN ketentuan tentang serangkaian peraturan yang


Kehidupan manusia merupakan anugerah mengatur perilaku tertentu manusia dan hal ini
Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijalani oleh berarti sebuah sistem norma. Berdasarkan pendapat
setiap manusia berdasarkan aturan kehidupan yang para ahli tersebut diatas, peneliti berpendapat
lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang bahwa hukum adalah suatu norma atau kaidah-
sering digunakan untuk menyebut segala sesuatu kaidah yang dibuat untuk mengatur pola kehidupan
yang bersifat mengatur kehidupan manusia. Sistem masyarakat sehingga memperoleh rasa aman.
norma yang berlaku bagi manusia sekurang- Negara Indonesia sebagai negara hukum
kurangnya terdiri atas 4 (empat) unsur norma, tentunya memiliki hukum untuk mengatur perilaku
yakni: norma moral, norma agama, norma etika warga negara dan penduduknya. Penegasan negara
atau norma sopan santun dan norma hukum. Indonesia sebagai negara hukum tertuang dalam
Norma moral adalah sistem aturan yang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 1 Ayat
berlaku bagi manusia yang bersumber dari setiap (3) yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah
hati manusia atau yang sering disebut juga dengan negara hukum”. Berdasarkan uraian tersebut,
hati nurani yang bekerja atas dasar kesadaran setiap hukum di Indonesia terdiri dari hukum publik dan
manusia terhadap sekelilingnya (consciousness), hukum privat. Hukum publik berbicara tentang
norma agama adalah sistem aturan yang diperoleh kepentingan umum, yakni: hukum tata negara,
manusia berdasarkan ajaran agama yang dianutnya, hukum administrasi negara, hukum pidana dan
norma etika atau norma sopan santun adalah sistem hukum internasional. Sedangkan hukum privat
aturan hidup manusia yang bersumber dari mengatur tentang kepentingan perseorangan, yakni:
kesepakatan-kesepakatan (consensus) yang hukum perdata dalam arti luas mencakup hukum
diciptakan oleh dan dalam suatu komunitas perdata (BW) dan hukum dagang (KUHD)
masyarakat pada suatu wilayah tertentu, dan norma sedangkan hukum perdata dalam arti sempit yaitu
hukum adalah sistem aturan yang diciptakan oleh mencakup hukum perdata saja (BW).
lembaga kenegaraan yang ditunjuk melalui Hukum pidana di Indonesia terdiri dari
mekanisme tertentu. hukum pidana umum dan hukum pidana khusus.
Indonesia adalah negara hukum yang Hukum pidana umum diatur di dalam Kitab
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
didasarkan atas hukum. Menurut Austin, hukum telah dikodifikasi, misalnya: tindak pidana
adalah sebuah ketentuan sosial yang mengatur pencurian, penganiayaan, pembunuhan dan lain
perilaku mutual antar manusia, yaitu sebuah sebagainya. Sedangkan hukum pidana khusus

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 440
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
diatur dalam peraturan perundang-undangan di luar dan hal ini juga ditandai dengan pesatnya
KUHP, misalnya: UU Tindak Pidana Korupsi, UU penyebaran berita bohong (hoax) yang paling
Tindak Pidana Pencucian Uang, UU Informasi dan efektif.
Transaksi Elektronik dan lain sebagainya. Hukum Belakangan ini munculnya fenomena hoax
pidana yang bersifat khusus dapat atau berita bohong yang beredar di dunia maya,
mengesampingkan hukum pidana yang bersifat karena adanya akses internet dan semakin majunya
umum (Lex specialis derogate legi genaralis), media sosial menjadikan hoax begitu mudah dibuat
dimana ketentuan-ketentuan yang didapati dalam dan disebarkan tanpa ada hukuman yang tegas
aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali yang kepada para pembuat dan penyebar hoax.
diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut. Sederhana dapat di artikan bahwa hoax adalah
Ketentuan diatas juga didukung penuh oleh Kitab istilah untuk menggambarkan suatu berita bohong,
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 63 fitnah atau sejenisnya.
Ayat (2), yang bunyinya ialah “Jika suatu Adapun maraknya hoax karena mudahnya
perbuatan masuk dalam suatu aturan hukum pidana akses informasi di media sosial dan banyaknya
umum, diatur pula dalam aturan pidana yang jenis media sosial seperti: facebook, twitter,
khusus, maka hanya yang khusus itulah yang whatsApp, instagram, dan lain sebagainya. Sebagai
diterapkan.” contoh, pada sebuah artikel A (yang ternyata hoax),
Saat ini pengaruh internet di masyarakat untuk itu diharapkan kepada seluruh masyarakat
terus mengalami peningkatan seiring dengan agar tidak serta merta mempercayai sebuah artikel
banyaknya jumlah pengguna baik melalui tersebut, harusnya masyarakat terlebih dahulu
perangkat komputer, smartphone, tablet, dan membaca seluruh artikel yang di dapatkan melalui
perangkat mobile lainnya. Masyarakat media sosial dan mengklarifikasi sumber artikel
memanfaatkannya untuk berbagai keperluan mulai yang masuk akal. Namun sebagian masyarakat
dari informasi, komunikasi, bisnis, hiburan dan lain dengan serta merta mempercayai sebuah artikel
sebagainya. Hingga pengaruhnya meresap begitu tersebut, bahkan dengan hanya membaca judul
mendalam mulai dari kehidupan publik hingga beritanya saja dan tanpa klarifikasi sumber terlebih
kehidupan pribadi dan hampir setiap kegiatan dahulu. Yang lebih ironisnya lagi, artikel tersebut
masyarakat tidak terpisahkan dari internet. kemudian dishare kemana-mana dan dilihat oleh
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet banyak orang.
Indonesia (APJII) telah merilis laporan hasil survei Hal ini tentu saja dapat dengan mudah
mereka terhadap penetrasi pengguna internet membentuk persepsi publik tentang suatu topik
Indonesia pada 2017. Melalui survei tersebut, pihak tertentu melalui isi artikelnya. Kebiasaan
APJII menuliskan bahwa pertumbuhan penetrasi masyarakat yang selalu acuh dan terlalu mudah
internet di Indonesia telah mencapai angka 54,68 menerima sebuah informasi tanpa klarifikasi
persen di sepanjang 2017. Dari total 262 juta sumber terlebih dahulu. Mengapa, karena kebiasaan
penduduk Indonesia, 143,26 juta jiwa yang ini pada akhirnya bisa menciptakan opini publik,
menggunakan internet, baik dari komputer desktop, tersebar secara masal dan tidak terkontrol. Mungkin
perangkat mobile atau dari fasilitas lainnya. Angka saja hal ini tidak seberapa untuk topik-topik
ini naik dari tahun sebelumnya yang mencapai tertentu, tetapi untuk topik-topik vital dapat
132,7 juta jiwa. Dengan melihat kecenderungan menimbulkan perpecahan dan mengancam
yang terjadi di masyarakat, dapat di pastikan tahun kebhinekaan.
berikutnya akan mengalami peningkatan kembali. Hoax adalah sebuah pemberitaan palsu
Dalam beberapa tahun terakhir, internet yakni usaha untuk menipu atau mengakali pembaca
telah manjadi bagian penting dalam kehidupan atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu,
masyarakat Indonesia, bisa dikatakan internet tidak padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu
bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat dan bahwa berita tersebut palsu. Hoax bertujuan
menjelma menjadi sebuah kebutuhan primer di membuat opini publik, menggiring opini,
Indonesia. Kedatangannya telah membuat dunia membentuk persepsi, juga untuk having fun yang
tersendiri yang dikenal sebagai dunia maya ataupun menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna
dunia komunikasi berbasis computer yang internet melalui media sosial. Saat ini hoax
menawarkan realitas baru berbentuk tidak langsung dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum
atau tidak nyata. di dunia maya merupakan fenomena yang sangat
Saat ini internet telah membentuk mengkhawatirkan, mengingat tindakan carding,
masyarakat dengan kebudayaan baru, masyarakat penipuan, terorisme, hoax, telah menjadi aktifitas
yang tidak lagi dihalangi oleh batasan-batasan pelaku kejahatan di dunia maya, hal ini masih
teritorial antar negara dan masyarakat baru dengan sangat kontras dengan kurangnya regulasi yang
kebebasan beraktifitas dan berkreasi tanpa batas. mengatur pemanfaatan teknologi informasi dan
Namun dibalik semua itu, internet juga melahirkan komunikasi di berbagai sektor yang dimaksud.
kekerasan-kekerasan baru diantaranya, munculnya Dalam perspektif Undang-Undang Nomor
kejahatan yang lebih canggih dalam bentuk “cyber 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
crime” seperti: carding, hacking, cracker, hijacking Elektronik sebagaimana telah diubah dengan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 441
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 undangan secara konsepsional, sekaligus
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi mengetahui penerapannya dalam praktik-praktik
Elektronik yang selanjutnya disebut UU ITE. dan keputusan-keputusan hukum. Hal ini dilakukan
Pelaku pembuat dan penyebar berita hoax dapat dengan menggunakan dua cara pemeriksaan:
dijerat dengan UU ITE, ketentuan pidana bagi a. Peneliti berusaha memperoleh makna baru yang
penyebar hoax diatur dalam Pasal 28 Ayat (1) dan terkandung dalam aturan hukum yang
(2) jo Pasal 45A Ayat (2), antara lain: bersangkutan;
Ketentuan Pasal 28 UU ITE, berbunyi: b. Menguji istilah-istilah hukum tersebut dalam
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak praktik melalui analisis terhadap putusan-
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan putusan hukum.
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Peneliti mengumpulkan data dengan
Transaksi Elektronik. menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak data yang diperoleh melalui bahan pustaka yang
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk terdiri dari:
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan 1. Bahan hukum primer, yaitu: bahan-bahan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu hukum yang mengikat. Bahan hukum primer
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar yang digunakan oleh peneliti adalah Undang-
golongan (SARA). Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang
Sedangkan ketentuan pidana dalam Pasal Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
45A Ayat (2) UU ITE, berbunyi: setiap orang yang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Informasi dan Transaksi Elektronik, Kitab
Pasal 28 Ayat (1) atau Ayat (2) dipidana penjara Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). (KUHAP).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti 2. Bahan hukum sekunder, yaitu: bahan hukum
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul yang memberikan penjelasan terhadap bahan
“Analisis Hukum Tentang Penyebaran Berita hukum primer. Bahan hukum sekunder yang
Bohong (Hoax) Menurut UU No. 11 Tahun 2008 digunakan oleh peneliti adalah hasil-hasil
Jo UU No. 19 Tahun 2016” penelitian, hasil karya atau buku-buku dari
pakar hukum.
2. METODE PENELITIAN 3. Bahan hukum tersier, yaitu: bahan hukum yang
Penelitian ini menggunakan metode memberikan penjelasan dan petunjuk terhadap
pendekatan masalah yang meliputi: bahan hukum primer dan bahan hukum
1. Metode Pendekatan Perundang-Undangan sekunder. Bahan hukum yang digunakan
(Statute Approach) peneliti adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia
Suatu pendekatan normatif tentu harus (KBBI), Kamus Hukum dan Internet.
menggunakan pendekatan peraturan perundang- Penelitian ini menggunakan metode analisis
undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai kualitatif. Analisis data kualitatif tersebut
aturan hukum yang menjadi titik fokus sekaligus dilakukan dengan cara menginterpretasikan dan
tema sentral suatu penulisan. Pendekatan peraturan mendiskusikan bahan hukum hasil penelitian
perundang-undangan digunakan untuk mengetahui berdasarkan pada asas-asas hukum, sistematik
keseluruhan peraturan hukum khususnya hukum, taraf sinkronisasi hukum, perbandingan
penjatuhan hukuman bagi pelaku tindak pidana hukum dan sejarah hukum serta konsep yang
penyebaran berita bohong (hoax) di Indonesia berkaitan dengan pokok permasalahan secara logis,
terkait dengan persoalan hukum yang diteliti. terstruktur dan sistematis.
2. Metode Pendekatan Kasus (Case Approach)
Metode pendekatan kasus ini dilakukan 3. HASIL
dengan cara menelaah kasus yang berkaitan dengan A. Tindak Pidana Hoax
masalah yang dihadapi yang telah menjadi putusan 1. Pengertian Tindak Pidana Hoax
pengadilan. Pendekatan kasus ini digunakan untuk Istilah tindak pidana (delik) merupakan
mempelajari kualitas sebuah kasus, kualitas bukti, terjemahan dari bahasa Belanda “strafbaar feit”
pertimbangan hakim dan fakta persidangan atau yang merupakan istilah resmi dalam “Wetboek van
penerapan norma-norma atau kaidah-kaidah hukum Strafrecht” yang telah diterjemahkan ke dalam
yang dilakukan dalam praktik hukum. Pendekatan bahasa Indonesia dengan kitab Undang-Undang
kasus yang digunakan oleh peneliti adalah studi Hukum Pidana (KUHP) dan masih berlaku di
kasus putusan Nomor 1105/Pid.Sus/2017/PN Indonesia sampai saat ini. Dalam
Jkt.Utr di Pengadilan Negeri Jakarta Utara.Metode perkembangannya kemudian dikenal dengan istilah
Pendekatan Analisis (Analytical Approach) dalam bahasa asing, yaitu delict. Tindak pidana
Analisis terhadap bahan hukum adalah berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat
mengetahui makna yang dikandung oleh istilah- dikenai hukum pidana.
istilah yang digunakan dalam peraturan perundang-

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 442
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
Strafbaarfeit terdiri dari tiga kata, yakni: ditujukan pada perbuatan) dengan ancaman pidana
straf, baar dan feit. Dari istilah yang digunakan (yang ditujukan pada orangnya), ada hubungan
sebagai terjemahan dari strafbaarfeit itu, ternyata yang erat. Oleh karena itu, perbuatan (yang berupa
straf di terjemahkan dengan pidana dan hukum. keadaan atau kejadian yang ditimbulkan orang tadi
Perkataan baar diterjemahkan dengan dapat dan dan melanggar larangan) dengan orang yang
boleh. Sementara itu, untuk kata feit diterjemahkan menimbulkan perbuatan tadi ada hubungan erat
dengan tindak, peristiwa, pelanggaran dan pula. Untuk menyatakan adanya hubungan yang
perbuatan. erat itulah, maka lebih tepat digunakan istilah
Hukum pidana adalah bagian dari perbuatan pidana, suatu pengertian abstrak yang
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara, menunjuk pada dua keadaan konkret yaitu pertama,
yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan adanya kejadian tertentu (perbuatan) dan kedua,
untuk: adanya orang yang berbuat atau yang menimbulkan
a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang kejadian itu.”
tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan Menurut Pompe yang dimaksud dengan
disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma
tertentu bagi barang siapa melanggar larangan (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan
tersebut. sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan
kepada mereka yang telah melanggar hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
dijatuhi pidana sebagaimana yang telah kepentingan umum.
diancamkan. Vos merumuskan bahwa strafbaarfeit
c. Menentukan dengan cara bagaimana adalah suatu kelakuan manusia yang diancam
pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan pidana oleh peraturan perundang-undangan.
apabila ada orang yang disangka telah Selanjutnya menurut R. Tresna, peristiwa pidana
melanggar larangan tersebut. itu adalah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan
Beberapa pendapat para sarjana yang manusia, yang bertentangan dengan undang-undang
menggunakan istilah tindak pidana dan peristiwa atau peraturan perundang-undangan lainnya,
pidana untuk menterjemahkan strafbaarfeit yakni: terhadap perbuatan mana di adakan tindakan
Menurut Moeljatno penggunaan istilah penghukuman.
tersebut tidak tepat, dengan alasan sebagai berikut: Selanjutnya R. Tresna menyatakan bahwa
a. Untuk istilah peristiwa pidana, perkataan dalam peristiwa pidana itu mempunyai syarat-
peristiwa menggambarkan hal yang konkret syarat, yaitu:
(padahal strafbaarfeit sebenarnya abstrak) a. Harus ada suatu perbuatan manusia;
yang menunjuk pada kejadian tertentu, b. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang
misalnya mati orang, yang tidak penting dilukiskan di dalam ketentuan hukum;
dalam hukum pidana. Kematian itu baru c. Harus terbukti adanya “dosa” pada orang yang
penting jika peristiwa matinya orang berbuat, yaitu orangnya harus dapat
dihubungkan dengan atau diakibatkan oleh dipertanggungjawabkan;
kelakuan orang lain. d. Perbuatan itu harus berlawanan dengan
b. Sementara itu, pada istilah tindak pidana, hukum;
perkataan “Tindak” tidak menunjuk pada hal e. Terhadap perbuatan itu harus tersedia
abstrak seperti perbuatan, tapi sama dengan ancaman hukumannya dalam undang-undang.
perkataan peristiwa yang juga menyatakan J.E Jonkers, bahwa peristiwa pidana adalah
keadaan konkret, seperti kelakuan, gerak- perbuatan yang melawan hukum (wederrechttelijk)
gerik atau sikap jasmani, yang lebih dikenal yang berhubungan dengan kesengajaan atau
dalam tindak-tanduk, tindakan dan bertindak. kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat
Sedangkan terjemahan dari istilah dipertanggungjawabkan. Selanjutnya menurut
strafbaarfeit yang tepat adalah perbuatan pidana, Wirjono Prodjodikoro, bahwa tindak pidana adalah
dengan alasan sebagai berikut : suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
“Perbuatan pidana adalah perbuatan yang hukuman pidana.
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana H.J.van Schravendijk, juga berpendapat
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana bahwa perbuatan yang dapat dihukum adalah
tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan kelakuan orang yang begitu bertentangan dengan
tersebut. Sehingga dapat dirumuskan bahwa keinsyafan hukum sehingga kelakuan itu diancam
perbuatan yang dilarang adalah perbuatannya dengan hukuman, asal dilakukan oleh seorang yang
(perbuatan manusia, yaitu: suatu kejadian atau karena itu dapat dipersalahkan, Sedangkan Menurut
keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), Simons, tindak pidana adalah suatu tindakan atau
artinya larangan itu ditujukan pada perbuatannya. perbuatan yang diancam dengan pidana oleh
Sementara itu, ancaman pidananya itu ditujukan undang-undang, bertentangan dengan hukum dan
pada orangnya. Kemudian, antara larangan (yang

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 443
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
dilakukan dengan kesalahan oleh seseorang yang (AS), karena dianggap gagal mengendalikan arus
mampu bertanggungjawab. informasi palsu dalam bentuk berita hoax ataupun
Berdasarkan pendapat para pakar hukum hate speech.
diatas, maka peneliti berpendapat bahwa tindak Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
pidana ( strafbaar feit) adalah suatu perbuatan Indonesia (LIPI), Asvi Warman Adam, mengatakan
dan/atau tindakan seseorang yang telah melanggar ada banyak motif penyebaran berita palsu, dari
suatu aturan dan/atau norma yang karena mulai memperkeruh suasana hingga mencari
perbuatannya dapat dihukum serta diberikan sanksi keuntungan pribadi ataupun kelompok. Masyarakat
berdasarkan peraturan yang mengaturnya. awalnya lebih fokus untuk mencari kebutuhannya,
Istilah hoax sekarang ini sudah tidak asing namun seiring perkembangan zaman sebagian besar
lagi di dunia maya dan begitu akrab di kalangan masyarakat lebih tertarik menyebarkan berita
para netizen. Bahkan istilah ini sudah tercatat bohong melalui media sosial.
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Berikut cerita hoax di Indonesia, yang
dengan menggunakan ejaan “hoaks”. diantaranya sebagai berikut:
Kata ini sudah terdaftar dalam Kamus Besar a. Era Presiden Sukarno
Bahasa Indonesia (KBBI) edisi Ke-V yang juga Suami-istri, Idrus dan Markonah, mengaku
tersedia secara online atau dalam jaringan (daring). sebagai Raja dan Ratu Kubu, Suku Anak Dalam,
Kata hoaks dalam Kamus Besar Bahasa Sumatera, pada 1950-an. Mereka melakukan
Indonesia (KBBI) dikategorikan sebagai ajektiva perjalanan kedaerah-daerah dalam rangka
dan nomina. Sebagai ajektiva, kata hoaks berarti pembebasan Irian Barat yang saat itu masih
tidak benar atau bohong. Dalam penulisannya ditangan Belanda. Cerita itu terdengar keistana.
sebagai frasa, hoaks ini menggunakan kata yang Mereka pun diundang seorang pejabat negara untuk
diterangkan terlebih dahulu, misalnya: menjadi bertemu dengan Presiden Sukarno yang sedang
“berita hoaks”. Namun, hoaks juga bisa berdiri membutuhkan dukungan masyarakat untuk
sendiri sebagai nomina dengan arti “berita pembebasan Irian Barat. Idrus dan Makonah pun
bohong”. bertemu dengan Sukarno, dengan jamuan bak tamu
Asal kata “hoax” sendiri diduga telah ada terhormat. Namun kedok keduanya terbongkar saat
sejak ratusan tahun sebelumnya, yakni: “hocus” mereka jalan-jalan di sebuah pasar di Jakarta.
dari mantra “hocus pocus”, yang berasal dari Seorang tukang becak mengenali keduanya karena
bahasa latin “hoc est corpus” yang artinya “ini Idrus merupakan rekan satu profesinya. Sedangkan
adalah tubuh”, frasa ini kerap disebut oleh pesulap, Markonah seorang pelacur. Kejadian ini merupakan
serupa “sim salabin”. Kata hocus awalnya kasus penipuan pertama yang memakan “korban”
digunakan oleh penyihir untuk mengklaim sampai tingkat presiden.
kebenaran, padahal sebenarnya mereka sedang b. Era Presiden Suharto
menipu. Pada 1970-an, ramai berita bayi di dalam
Kata “hoax” yang didefenisikan sebagai kandungan Cut Zahara Fona, asal Aceh, bisa
tipuan berasal dari Thomas Ady dalam bukunya berbicara dan mengaji. Informasi itu menggegerkan
Candle in the Dark. Alexander Boose dalam masyarakat dan masuk surat kabar, bahkan sampai
Museum of Hoaxes mencatat hoax pertama ke telinga Adam Malik dan Tien Suharto, Ibu
dipublikasikan adalah almanac (penanggalan) palsu Negara. Keduanya pun memanggil Cut ke Istana
yang dibuat oleh Isaac Bickerstaff alias Jonathan Presiden. Saat pertemuan, Adam dan Tien
Swift pada tahun 1709. Saat itu, ia meramalkan mendengarkan suara janin membaca Al-quran.
kematian astrolog John Partridge. Agar Kabar itu pun menjadi besar. Namun seorang
meyakinkan, Isaac Bickerstaff bahkan membuat dokter bernama Herman tak percaya karena
obituary palsu tentang Partridge pada hari yang menurut dia, janin belum bisa bernapas dan
diramalkan sebagai hari kematiannya. mengeluarkan suara. Akibat pendapat itu, Herman
Istilah hoax mulai populer berdasarkan film diancam akan dibunuh orang yang dipercaya Cut.
drama Amerika yang dibintangi oleh Richard Gere Belakangan, kedok Cut terkuak. Rupanya dia
“The Hoax” yang berkisah tentang skandal memasang sebuah tape recorder di perutnya.
pembohongan atau penipuan terbesar di Amerika c. Era Presiden Megawati Sukarno Putri
Serikat. Seiring dengan waktu dan meluasnya Pada 2002, Menteri Agama Said Aqil Al-
penggunaan internet kata hoax semakin terkenal Munawar mengaku mendengar informasi ada harta
dikalangan netizen di seluruh dunia untuk karun milik Prabu Siliwangi yang terpendam di
menyebut sebuah kebohongan. Batu Tulis, Bogor. Informasi itu diteruskan ke
Meskipun hoax merupakan berita bohong Megawati. Megawatipun menunjuk Said Aqil
namun memiliki pengaruh yang signifikan. Dalam sebagai pemimpin untuk menggali harta karun yang
bidang politik misalnya, hoax digunakan untuk disebut bisa melunasi utang Indonesia. Belakangan,
keuntungan pihak tertentu. Media sosial seperti: Said menghentikan penggalian dan harta karun
facebook, twitter dan google, pernah dikritik berat tidak ditemukan.
terutama ditengah kemenangan yang mengejutkan d. Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Donald Trump dalam pilpres Amerika Serikat

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 444
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
Kabar air menjadi bensin (blue energy) pada keadaan tertentu yang melekat (sekitar) pada
2008 sempat ramai dipemberitaan. Penemuannya, perbuatan dan objek tindak pidana.
Joko Suprapto, mempresentasikan di depan SBY Menurut Simons, unsur-unsur tindak
yang kemudian memberikan bantuan Rp 10 miliar pidana (strafbaar feit) adalah :
dan mendirikan pabrik blue energy di Cikeas. a. Perbuatan manusia (positive atau negative,
Temuan itu mendapat kecaman, terutama dari berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan);
universitas Gadjah Mada, Karena dianggap bohong. b. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);
Belakangan Joko meminta maaf karena tidak bisa c. Melawan hukum (onrechtmatig);
mengubah air menjadi bensin dan menjadi d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in
tersangka di Polda DI Yogyakarta. verband staand);
e. Era Presiden Joko Widodo e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab
Kabar tentang 10 juta pekerja asal Cina telah (toerekeningsvatoaar person).
masuk ke Indonesia tak hanya menyebar di media Simons juga menyebutkan adanya unsur
sosial, malainkan di banyak pemberitaan online obyektif dan unsur subyektif dari tindak pidana
menjelang tutup tahun 2016. Pemerintah (strafbaar feit) tersebut yaitu:
mengklarifikasi kabar itu dengan mengungkapkan a. Unsur Obyektif :
jumlah pekerja asing asal Cina hanya 21 ribu orang Adapun yang menjadi unsur obyektif, yakni:
dari total 74 ribu tenaga kerja asing di Indonesia.  Perbuatan orang;
Gara-gara hoaks ini Presiden Joko Widodo  Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;
menghidupkan rencana pembentukan Badan Siber  Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai
Nasional yang sempat dibatalkan. Masih banyak perbuatan itu seperti dalam pasal 281 KUHP
rupa-rupa hoaks dimasa pemerintahan Jokowi sifat “openbaar” atau (dimuka umum)”.
seiring dengan makin masifnya penggunaan b. Unsur Subyektif :
internet oleh masyarakat. Adapun yang menjadi unsur subyektif, yakni:
Berita hoax yang bernada profokatif, fitnah  Orang yang mampu bertanggung jawab;
dan agitasi sangat berbahaya bila dilakukan secara  Adanya kesalahan (dollus atau culpa).
terorganisir, karena dapat menimbulkan dampak Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan.
yang lebih luas. Dampak dari hoaks, yakni: Menurut Leden Marpaung, unsur-unsur tindak
a. Menyita waktu generasi muda; pidana atau delik, yaitu:
b. Memicu perpecahan; a. Unsur Pokok Subyektif
c. Menurunkan reputasi pihak yang dirugikan; Asas pokok hukum pidana tidak ada hukuman
d. Menguntungkan pihak tertentu; kalau tidak ada kesalahan. Kesalahan dimaksud
e. Berita hoax memuat fakta tidak lagi bisa adalah sengaja (the intention / opzet/dolus) dan
dipercaya. kealpaan (the negligence/schuld).
Berdasarkan defenisi diatas, maka peneliti 1) Sengaja (The Intention/ Dolus). Menurut para
berpendapat bahwa tindak pidana hoax adalah pakar ada 3 (tiga) bentuk sengaja yaitu:
suatu perbuatan dan/atau tindakan seseorang yang  Sengaja sebagai maksud (oogmerk);
karena perbuatannya dapat dihukum dengan
 Sengaja dengan keinsyafan pasti (opset
menyebarkan suatu informasi/berita bohong yang
bijzekerheids bewus zijn);
dipelintir dan/atau direkayasa dan dishare melalui
 Sengaja dengan keinsyafan akan kemungkinan
media sosial seperti: facebook, twitter, instagram
(dolus evantualis).
dan whatsApp.
2) Kealpaan (The Negligence/ Culpa), adalah
B. Unsur-Unsur Tindak Pidana Hoax
merupakan bentuk kesalahan yang lebih ringan
Untuk mengetahui adanya tindak pidana
dari dolus (sengaja). Ada 2 (dua) bentuk
(strafbaar feit), maka pada umumnya dirumuskan
kealpaan yakni:
dalam peraturan perundang-undangan pidana
 Tidak berhati-hati;
tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan
disertai dengan sanksi. Dalam rumusan tersebut  Dapat menduga akibat dari perbuatan itu.
ditentukan beberapa unsur atau syarat yang menjadi b. Unsur Pokok Obyektif
ciri atau sifat khas dari larangan tersebut sehingga Unsur pokok obyektif terdiri dari
dengan jelas dapat dibedakan dari perbuatan lain “perbuatan manusia, Akibat (result) perbuatan
yang tidak dilarang. manusia, keadaan-keadaan (The circumstences) dan
Berikut unsur tindak pidana yang dibagi sifat yang dapat dihukum dan sifat melawan
menjadi 2 (dua), yakni: Unsur yang bersifat hukum”.
subyektif adalah semua unsur yang mengenai batin Sedangkan menurut Moeljatno, unsur-
atau melekat pada keadaan batin orangnya, unsur tindak pidana, yaitu:
sedangkan unsur yang bersifat obyektif adalah a. Perbuatan;
semua unsur yang berada diluar keadaan batin b. Yang dilarang (oleh aturan hukum);
manusia/sipembuat, yakni: semua unsur mengenai c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar
perbuatannya, akibat perbuatan dan keadaan- larangan).

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 445
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
Transaksi Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (2)
Berdasarkan rumusan tindak pidana tertentu dalam terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) a. Setiap Orang
tersebut, dapat diketahui adanya 11 unsur-unsur b. Dengan sengaja;
tindak pidana, yaitu: c. Tanpa hak;
a. Unsur tingkah laku; d. Menyebarkan;
b. Unsur melawan hukum; e. Informasi;
c. Unsur kesalahan; f. Untuk menimbulkan rasa kebencian atau
d. Unsur akibat konstitutif; permusuhan individu dan/atau kelompok
e. Unsur keadaan yang menyerah; masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
f. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut agama, ras dan antar golongan (SARA).
pidana; 2. Jenis-Jenis Berita Bohong (Hoax)
g. Unsur syarat tambahan untuk memperberat Berita bohong (hoax) mempunyai
pidana; beberapa jenis diantaranya adalah:
h. Unsur syarat tambahan untuk dapatnya a. Fake news: Berita yang menggantikan atau
dipidana; membuat kebohongan dari berita yang asli.
i. Unsur obyek hukum tindak pidana; Berita ini bertujuan untuk memalsukan atau
j. Unsur kualitas subyek hukum tindak pidana; memasukkan ketidak benaran dalam suatu
k. Unsur syarat tambahan untuk memperingan berita. Penulis berita bohong biasanya
tindak pidana. menambahkan hal-hal yang tidak benar dan
Dari 11 (sebelas) unsur tersebut, membuat suatu berita itu semakin buruk.
diantaranya terdapat 2 (dua) unsur subyektif, yakni: b. Clickbait (Tautan Jebakan): Tautan yang
unsur kesalahan dan unsur melawan hukum, diletakkan secara strategis di dalam suatu situs
sedangkan unsur objektif terdapat 9 (sembilan) dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke
unsur yakni: unsur tingkah laku, akibat konstitutif, situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai
keadaan yang menyerah, syarat tambahan untuk dengan fakta namun judulnya dibuat berlebihan
dapatnya dituntut pidana, syarat tambahan untuk atau dipasang gambar yang menarik untuk
memperberat pidana, syarat tambahan untuk memancing pembaca untuk membuka suatu
dapatnya dipidana, obyek hukum tindak pidana, konten yang muncul.
kualitas subyek hukum tindak pidana dan syarat c. Confirmation bias (Bias konfirmasi): adalah
tambahan untuk memperingan tindak pidana. kecenderungan untuk menginterprestasikan
Berdasarkan unsur-unsur tindak pidana kejadian yang baru terjadi sebagai bukti dari
tersebut, berikut unsur-unsur tindak pidana hoax kepercayaan yang sudah ada.
menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi d. Misinformation: informasi yang salah atau tidak
Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang- akurat, terutama yang ditujukan untuk menipu.
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi e. Satire: sebuah tulisan yang menggunakan
dan Transaksi Elektronik jo Pasal 45A Ayat (1) UU humor (lelucon), hal yang dibesar-besarkan
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas untuk mengomentari kejadian yang sedang
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang hangat.
Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi : f. Post-truth (Pasca-kebenaran): kejadian dimana
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan emosi lebih berperan dari pada fakta untuk
tanpa hak menyebarkan berita bohong dan membentuk opini publik.
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian g. Propaganda: adalah aktifitas menyebar luaskan
konsumen dalam Transaksi Elektronik , dipidana informasi, fakta, argument, gosip, setengah
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun kebenaran atau bahkan kebohongan untuk
dan/atau denda paling banyak Rp mempengaruhi opini publik.
1.000.000.0000,00 (satu miliar rupiah).” C. Ciri-Ciri Berita Bohong (Hoax)
Unsur-unsur tindak pidana berdasarkan Menurut Yosep Adi Prasetyo menyebut
Undang-Undang Informasi dan Transaksi sejumlah ciri-ciri berita bohong (hoax),sebagai
Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (1) terdiri dari berikut:
unsur-unsur sebagai berikut: a. Begitu disebar hoax dapat mengakibatkan
a. Setiap orang kecemasan, permusuhan dan kebencian pada
b. Dengan sengaja; diri masyarakat yang terpapar. “Masyarakat
c. Tanpa hak; yang terpapar hoax biasanya akan terpancing
d. Menyebarkan; perdebatan. Jika sudah berdebat, mereka akan
e. Berita bohong dan menyesatkan; saling benci dan bermusuhan”.
f. Mengakibatkan kerugian konsumen dalam b. Ketidakjelasan sumber beritanya. “Jika di
transaksi elektronik. Perhatikan, hoax di media sosial biasanya
Sedangkan unsur-unsur tindak pidana berasal dari pemberitaan yang tidak atau sulit
berdasarkan Undang-Undang Informasi dan terverifikasi”.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 446
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
c. Isi pemberitaan tidak berimbang dan cenderung unsur-unsur tindak pidana hoax menurut
menyudutkan pihak tertentu. Undang-Undang Informasi dan Transaksi
d. Sering bermuatan fanatisme atas nama Elektronik dalam Pasal 28 Ayat (1) Undang-
ideology. “Judul dan pengantarnya provokatif, Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
memberikan penghakiman bahkan dan Transaksi Elektronik jo Pasal 45A Ayat (1) UU
penghukuman tetapi menyembunyikan fakta Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
dan data. Biasanya juga mencakup tokoh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
tertentu. Penyebarannya juga meminta apa yang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi
dibagikannya agar dibagikan kembali”. :“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
D. Cara Penyebaran Berita Bohong (Hoax) menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
Komunitas Anti Hoax yang membentuk mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Turn Back Hoax menerangkan beberapa cara kerja Transaksi Elektronik , dipidana dengan pidana
penyebaran berita bohong (hoax) diantaranya: penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
a. Berita Bohong (hoax) berawal dari rasa paling banyak Rp 1.000.000.0000,00 (satu miliar
kebencian oknum tertentu terhadap rupiah).”
tokoh/etnis/instansi, yang selanjutnya B. Saran
dilegitimasi kebenaran isi beritanya dengan Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar
menciptakan kebenaran baru sesuai tidak serta merta mempercayai sebuah artikel,
kemauannya. seharusnya masyarakat terlebih dahulu membaca
b. Melalui akun buzzer, berita bohong (hoax) seluruh artikel yang di dapatkan melalui media
menyebarkan provokasi melalui hastag dan sosial dan mengklarifikasi sumber artikel yang
permainan akun bot. masuk akal. Namun sebagian masyarakat dengan
c. Selanjutnya diterima oleh konsumen berita serta merta mempercayai sebuah artikel tersebut,
cenderung sukarela dalam menyukai (like) dan bahkan dengan hanya membaca judul beritanya saja
membagikan (share) berita tersebut berdasarkan dan tanpa klarifikasi sumber terlebih dahulu. Yang
kepentingan masing-masing atau dikarenakan lebih ironisnya lagi, artikel tersebut kemudian
sebuah kebencian terhadap pihak lain sehingga dishare kemana-mana dan dilihat oleh banyak
terkesan bersaing. orang.
E. Cara Melaporkan Berita Bohong (Hoax) Hal ini tentu saja dapat dengan mudah
Pengguna sosial media seperti: facebook, membentuk persepsi publik tentang suatu topik
twetter, instagram, whatsApp dan sosial media tertentu melalui isi artikelnya. Kebiasaan
lainnya dapat melakukan screen capture disertai url masyarakat yang selalu acuh dan terlalu mudah
link, kemudian mengirimkan data ke menerima sebuah informasi tanpa klarifikasi
aduankonten@mail.kominfo.go.id. kiriman aduan sumber terlebih dahulu. Mengapa, karena kebiasaan
segera diproses setelah melalui verifikasi. ini pada akhirnya bisa menciptakan opini publik,
Kerahasiaan pelapor dijamin dan aduan konten tersebar secara masal dan tidak terkontrol. Mungkin
berita bohong (hoax) dapat dilihat di laman web saja hal ini tidak seberapa untuk topik-topik
trustpositif.kominfo.go.id. tertentu, tetapi untuk topik-topik vital dapat
Berdasarkan uraian tersebut, berikut menimbulkan perpecahan dan mengancam
beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan kebhinekaan.
untuk melaporkan konten berita bohong (hoax):
a. Ambilah tangkapan layar konten (screenshot) 5. DAFTAR PUSTAKA
tersebut dan catat alamat url dimana postingan Arto, Mukti.2004. Praktek Perkara Perdata pada
itu berada. Pengadilan Agama.Yogyakarta: Pustaka
b. Buka website pengaduan konten yang beralamat Pelajar.
di http://aduankonten.id/. Bisri, Ilhami. 2011. Sistem Hukum Indonesia.
c. Bisa juga mengirimkan bukti tersebut malalui Jakarta: Rajawali Pers.
alamat email aduankonten@mail.kominfo.go.id Chazawi, Adami. 2009. Pelajaran Hukum Pidana,
atau melalui whatsApp di nomor 08119224545. Bagian 2; Penafsiran Hukum Pidana,
Dasar Peniadaan,
4. PENUTUP Pemberatan&Peringanan, Kejahatan
a. Kesimpulan Aduan, Perbarengan & Ajaran
Istilah hoax mulai populer berdasarkan Kausalitas, hlm. 73.
film drama Amerika yang dibintangi oleh Richard _______ . 2013. Pelajaran Hukum Pidana Bagian
Gere “The Hoax” yang berkisah tentang skandal I. Jakarta: Rajawali Pers.
pembohongan atau penipuan terbesar di Amerika Hamzah, Andi. 1996. KUHP dan KUHAP. Jakarta:
Serikat. Seiring dengan waktu dan meluasnya Rineka Cipta.
penggunaan internet kata hoax semakin terkenal _______ . 2016. Hukum Acara Pidana Indonesia.
dikalangan netizen di seluruh dunia untuk Jakarta: Sinar Grafika.
menyebut sebuah kebohongan.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 447
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.8 No.1 Edisi Februari 2020
Harahap, Yahya. 2008. Pembahasan Permasalahan pemberitaan Hoax Terkait Isu Corporate
dan Penerapan KUHAP. Jakarta: Sinar Nasional), Skripsi Jurusan Ilmu
Grafika. Komunikasi, Universitas
Ibrahim, Johni. 2007. Teori & Metodologi Muhammadiyah Malang, Malang.
Penelitian Hukum Normatif. Malang:
Bayumedia Publishing.
Ilyas, Amir. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana.
Yogyakarta: Mahakarya Rangkang
Offset.
Manan, Bagdir. 2004. Hukum Positif Indonesia.
Yogyakarta: FH UII PRESS.
Mauludi, Sahrul. 2018. Awas Hoax! Cerdas
Menghadapi Pencemaran Nama Baik,
Ujaran Kebencian & Hoax. Jakarta: PT
Gramedia.
Mertokusumo, Sudikno. 2005. Mengenal Hukum:
Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.
Moeljatno, 2014. Azas-Azas Hukum Pidana.
Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad, Rusli. 2006. Potret Lembaga
Pengadilan Indonesia. Yogyakarta: PT.
Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2015. Penelitian Hukum
Normatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Sunarso, Siswanto. 2009. Hukum Informasi dan
Transaksi Elektronik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang ITE.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman.
Ndruru, Sohizanolo. 2018. Analisis Yuridis
Terhadap Penjatuhan Hukum Dalam
Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan
Secara Bersama-Sama. Skripsi
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Hukum
(STIH) Nias Selatan, hlm. 42.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9135/, diakses 12
November 2019.
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.c
om/amp/mrizqihengki/5ccb28703623ae1
f0d69e5ea/mengenal-pasal-28-ayat-1-uu-
ite, diakses tanggal 5 Desember 2019.
https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-
hukum-menurut-para ahli.html?m=1,
diakses 12 November 2019.
Abigail Sekar Ayu Asmara, Bambang Dwi
Baskoro, dan Sukinta, Pemidanaan
Terhadap Pelaku “Hoax” dan
Kaitannya Dengan Konsep Keadilan
Restoratif, dalam Diponegoro Law
Journal, Vol. 7, Nomor 2, 2018.
Yeha Regina Citra Mahardika, 2017. Perilaku
Mahasiswa dalam Menyikapi
Pemberitaan Hoax di Media Sosial
Facebook, (Studi pada Mahasiswa Ilmu
Komunikasi Universitas Muhammadiyah
Malang Angkatan 2013 yang menerima

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 448

Anda mungkin juga menyukai