Anda di halaman 1dari 16

Jurnal E-ISSN 2502-3101

P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM PENYELESAIAN


PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Oleh:
Luh Putu Sela Septika

Abstract
The existence of violation on human rights automatically raises the state
responsibility to resolve based on laws and regulations. The problem in this
research is how the settings related to the completion of state responsibility for
human rights violation in the laws and regulations in Indonesia and how efforts
to resolve the human rights violation committed by the state actors? This research
is normative legal research that using the statute and the conceptual approach.
Article 28 paragraph (4) states that the protection, promotion, enforcement and
fulfillment of human rights is the responsibility of the state. Article 28 paragraph
(4) of Indonesian Constitution and Article 71 Law No. 39 of 1999 regulatesthe
rights the state responsibility to protect human rights. Severe human rights
violation be tried in the special court of human rights, while the common human
rights violation tried in public court, military court or administration court.
 
Keywords: Human Rights, State Responsibility, Violation on Human Rights

Abstrak
Adanya pelanggaran hak asasi manusia secara otomatis memunculkan tanggung
jawab negara untuk melakukan upaya penyelesaian sesuai peraturan perundangan-
undangan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaturan
tanggung jawab negara terkait penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia
dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia serta bagaimanakah upaya
penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh state actors?
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakanjenis
pendekatan yaknipendekatan perudang-undangan dan pendekatan konseptual.
Pasal 28I ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 dan Pasal 71 UU No. 39 Tahun
1999 mengamanatkan tanggung jawab negara terhadap perlindungan hak asasi
manusia. Pelanggaran berat hak asasi manusia diadili di Pengadilan HAM,
sedangkan pelanggaran biasa hak asasi manusia diadili di peradilan umum,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.

Kata kunci: Hak Asasi Manusia, Tanggung Jawab Negara,


Pelanggaran HAM

 Artikel ini merupakan karya ilmiah mahasiswa pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana dan mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. I Gusti
Ngurah Wairocana, SH., MH dan Dr. I Gede Yusa, SH., MH selaku Pembimbing Tesis.
 Penulis adalah mahasiswa magister ilmu hukum Universitas Udayana, Denpasar, Bali, email:
selaseptika@yahoo.co.id

661
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

I. PENDAHULUAN Pemerintahdalam hal ini


Orde reformasi yang dimulai sebagai perwujudan negara adalah
pada tahun 1998 berusaha menegakkan tepat mengambil tindakan untuk
Hak Asasi Manusia (HAM) dengan memberikan perhatian lebih terhadap
jalangmembuat peraturan perundang- HAM melalui pembentukan peraturan
undangan terkait dengan HAM sebagai perundang-undangan dan ratifikasi
rambu-rambu, seperti Undang-Undang beberapa instrumen internasional
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi di bidang HAM. Sebagaimana
Manusia (selanjutnya disebut UU No. termaktub dalam Undang-Undang
39/1999) dan Undang-Undang No. 26 Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Tahun 1945 (selanjutnya disebut
Asasi Manusia (selanjutnya disebut UU UUD NRI Tahun 1945) bahwa negara
No. 26/2000).Pelembagaan instrumen Indonesia adalah negara hukum
hak asasi manusia juga meningkat (Pasal 1 ayat (3)), sehingga sebagai
ke dalam substansi Undang-Undang konsekuensinya menjamin adanya
Dasar hasil amandemen. perlindungan dan pengakuan terhadap
Pemerintah Indonesia juga HAM.Pemahaman lain yang dapat
meratifikasi International Covenant dielaborasi adalah bahwa eksistensi
on Economic, Social and Cultural HAM merupakan tanggung jawab
Rights (ICESR)dan International negara dalam melindungi segenap
Covenant on Civil and Political bangsa Indonesia sebagaimana
Rights (ICCPR) pada 28 Oktober disebutkan dalam Pembukaan UUD
2005. ICESCR disahkan menjadi NRI Tahun 1945.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2005, Namun, keberadaan peraturan
sedangkan ICCPR menjadi Undang- perundang-undangan yang mengatur
Undang No. 12 Tahun 2005. Selain tentang HAM bukanlah jaminan bahwa
bertugas mengimplementasikan kedua tidak akan ada pelanggaran HAM,
instrumen internasional tersebut, baik dalam kategori berat atau bukan.
pemerintah juga harus membuat laporan Pemerintah sebagai perwujudan negara
yang bertalian dengan penyesuaian dalam memberikan perlindungan
hukum, langkah-langkah, kebijakan dan penegakan terhadap HAM tidak
dan tindakan yang dilakukan. sepenuhnya mampu mengontrol setiap
 Woro Winandi, 2009, Reformasi Penegakan warga negaranya agar tidak melakukan
Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi. Dalam: pelanggaran HAM. Hal inilah yang
Muladi, Editor. Hak Asasi Manusia: Hakekat,
Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif ac.id/76/1/MEKANISME_PENGADUAN_
Hukum dan Masyarakat, PT Refika Aditama, DAN_PELAPORAN_TERHADAP_
Bandung, hlm. 51 PELANGARAN_HAK_ASASI_
 Butje Tampi, Mekanisme Pengaduan dan MANUSIA_DI_INDONESIA.pdf. diakses
Pelaporan Terhadap Pelanggaran Hak tanggal 20 Oktober 2016
Asasi Manusoa di Indonesia.SERVANDA_  Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi
Jurnal Ilmiah Hukum, http://repo.unsrat. Negara, Rajawali Press, Jakarta, hlm. 3

662
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

memberikan pemahaman bahwa pemuda yang rata-rata masih di bawah


pelanggaran HAM dapat terjadi kapan, umur. Kasus ini telah dilimpahkan
dimana, dan terhadap siapa saja. ke Pengadilan Negeri Rejanglebong
Sebagaimana dikutip dari artikel (Bengkulu) dan putusannya adalah
yang dimuat secara online, dinyatakan menjatuhkan hukuman 20 (dua puluh)
bahwa penegakan dan pemenuhan tahun penjara kepada 4 (empat) orang
HAM di Indonesia masih berada pada terdakwa, hukuman mati kepada
tataran memprihatinkan. Keprihatinan seorang terdakwa, serta hukuman
tersebut terungkap secara tegas dalam rehabilitasi bagi yang berumur 13 (tiga
laporan yang disampaikan oleh belas) tahun.
tiga lembaga HAM nasional, yaitu Masalah perbudakan juga
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia merupakan pelanggaran HAM
(Komnas HAM), Komisi Nasional yang hingga saat ini prakteknya
Perempuan dan Komisi Perlindungan masih terjadi terhadap warga negara
Anak Indonesia (KPAI). Laporan Indonesia yang berada di dalam dan di
disampaikan dalam sidang HAM luar negeri. Perbudakan di Indonesia
yang berlangsung di Jakarta. Masing- telah dihapuskan setelah tahun 1980,
masing lembaga HAM mengangkat namun pemerintah belum mampu
tema khusus,yaitu isu intoleransi menghentikannya karena berbagai
beragama; tema pemiskinan dan keterbatasan. Perlakuan para majikan
kekerasan terhadap perempuan; yang semena-mena, bahkan tidak
mengenai kekerasan seksual dan manusiawi terhadap pembantu rumah
pornografi anak.Tema-tema yang tangga adalah bentuk pelanggaran
diangkat salah satunya mendasarkan HAM.
pada pertimbangan bahwa negara Kasus di atasmerupakan
seolah tidak turun tangan untuk dua diantara sekian banyak kasus
menyelesaikan pelanggaran atas pelanggaran terhadap hak hidup, hak
HAM. atas rasa aman, dan hak untuk tidak
Salah satu pelanggaran HAM disiksa sebagaimana diatur dalam
yang terjadi di tahun 2016 adalah Pasal 28A, Pasal 28G ayat (1) dan
kasus pemerkosaan dan pembunuhan Pasal 28I ayat (1) UUD NRI Tahun
terhadap siswi Sekolah Menengah Atas
 Rofiq Hidayat, Vonis Mati Satu Pelaku
di Bengkulu yang bernama Yuyun. Pemerkosa Yuyun, Dianggap Belum Memenuhi
Korban diperkosa dan kemudian Rasa Keadilan, http://www.hukumonline.
com/berita/baca/lt57ee193a24fe4/vonis-mati-
dibunuh oleh 14 (empat belas) orang satu-pelaku-pemerkosa-yuyun--dianggap-
belum-memenuhi-rasa-keadilan, diakses pada
 Ady, Penegakan HAM di Indonesia tanggal 20 Oktober 2016
Memprihatinkan, http://www.hukumonline.  Rhona K.M. Smith, et.al, 2010, Hukum Hak
com/berita/baca/lt52aa8fl6e5d/penegakan- Asasi Manusia, Pusat Studi Hak Asasi Manusia
ham-di-indonesia-memprihatinkan, diakses Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII),
pada tanggal 20 Oktober 2016 Yogyakarta, hlm. 262

663
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

1945. Penegakan dan perlindungan Namun, Penulis menyadari bahwa


terhadap hak-hak tersebut yang terdapat beberapa tulisan ilmiah lain
dikategorikan kedalam hak-hak yang memiliki bahasan hampir sama
sipil dan politik sudah semestinya dengan penelitian ini yaitu berkaitan
mendapatkan perhatian khusus dengan Tanggung Jawab Negara
pemerintah. Tindakan yang bersifat dalam Penyelesaian Pelanggaran Hak
antisipasi maupun penanggulangan Asasi Manusia, antara lain:
atas pelanggaran HAM merupakan Pertama, penelitian pada tahun
dua hal yang sama pentingnya. Melalui 2013 yang berjudul “Penyelesaian
tindakan antisipasi diharapkan mampu Perkara Pelanggaran Hak Asasi
menurunkan tingkat pelanggaran HAM, Manusia (HAM) Berat Prajurit
sedangkan tindakan penanggulangan Tentara Nasional Indonesia (TNI)”
diharapkan dapat memberikan rasa oleh Jootje Jafet Rares dari Universitas
aman, keadilan, memulihkan kejiwaan Sam Ratulangi Manado. Tujuan dari
korban, meredam konflik, dan penelitiannya adalah untuk mengetahui
penghormatan terhadap HAM yang perbuatan yang dilakukan oleh prajurit,
diakui eksistensinya. di bawah komando dan pengendalian
Berdasarkan latar belakang di atau di bawah kekuasaan yang efektif
atas, maka dapat dikemukakan dua dapat dibuktikan telah memenuhi
permasalahan yang akan dikaji dalam unsur-unsur pelanggaran hak asasi
penelitian ini, yaitu bagaimanakah manusia yang berat. Penyelesaian
pengaturan tanggung jawab negara perkara pelanggaran hak asasi manusia
terkait penyelesaian pelanggaran yang berat terhadap prajurit Tentara
hak asasi manusia dalam peraturan Nasional Indonesia yang melakukan
perundang-undangan di Indonesia dan pelanggaran HAM yang berat di
bagaimanakah upaya penyelesaian bawah kekuasaan yang efektif oleh
pelanggaran hak asasi manusia komandan militer melalui mekanisme
yang dilakukan oleh state actors? penyelidikan, penyidikan, penuntutan
Jenis penelitian yang dipergunakan dan pemeriksaan di pengadilan akan
dalam penulisan ini adalah penelitian menimbulkan pertanggungjawaban
hukum normatif dengan pendekatan pidana baik terhadap prajurit TNI
perundang-undangan dan pendekatan maupun pertanggungjawaban pidana
konseptual. komandan militer.
Penelitian ini dilakukan Kedua, penelitian pada tahun
melalui penelusuran bahan hukum, 2004 yang berjudul “Penyelesaian
baik berupa peraturan perundang- Pelanggaran Hak Asasi Manusia
undangan maupun literatur hukum yang Berat; Belajar dari Pengalaman”
yang terkait dengan permasalahan oleh Asmara Nababan dari Komisi
yang akan dikaji dalam penelitian ini. Nasional Hak Asasi Manusia. Tujuan

664
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

dari penelitiannya adalah untuk penelitiannya adalah untuk mengetahui


menguraikan beberapa persoalan- tanggung jawab negara terhadap
persoalan menyangkut konsep pelanggaran hak asasi manusia tenaga
pelanggaran hak asasi manusia yang kerja Indonesia berdasarkan aturan
berat, tanggung jawab individu dalam hukum internasional dan aturan hukum
kejahatan internasional, elemen- nasional.
elemen kejahatan pelanggaran hak Perbedaan penelitian ini
asasi manusia, konsep tanggungjawab dengan keempat penelitian yang telah
komando dan mekanisme penyelesaian dipaparkan di atas terletak pada fokus
kejahatan pelanggaran hak asasi kajiannya. Kajian dalam penelitian
manusia. ini berpusat pada pengaturan dan
Ketiga, penelitian pada tahun bentuk tanggung jawab negara dalam
2015 yang berjudul “Tanggung Jawab menyelesaikan pelanggaran HAM
Negara terhadap Kerugian Wisatawan biasa maupun berat berdasarkan
Berkaitan dengan Pelanggaran Hak peraturan perundang-undangan yang
Berwisata sebagai Bagian dari Hak berkaitan dengan HAM.
Asasi Manusia” oleh Putu Eva Laheri Adapun yang menjadi tujuan dari
dari Universitas Udayana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaturan tanggung jawab negara
secara konseptual wisatawan dapat dalam peraturan perundang-
mengajukan tuntutan ganti rugi kepada undangan terkait dengan penyelesaian
negara atas dilanggarnya hak berwisata pelanggaran HAM, serta memberikan
yang dimiliki oleh wisatawan tersebut, gambaran yang jelas tentang upaya
serta untuk mengetahui tuntutan ganti penyelesaian pelanggaran HAMyang
rugi tersebut dapat diajukan ketika dilakukan oleh negara. Tanggung
wisatawan mampu membuktikan jawab negara yang dimaksud dalam
bahwa negara telah melakukan penelitian ini adalah tanggung jawab
pelanggaran hak sebagaimana yang muncul akibat terjadinya
diuraikan dalam Pedoman Maastricht pelanggaran HAM.
dan negara tidak mampu membuktikan
jika pelanggaran tersebut terjadi II. METODE PENELITIAN
karena negara dalam keadaan bahaya Jenis penelitian yang digunakan
atau darurat. dalam penulisan ini adalah jenis
Keempat, penelitian pada tahun penelitian hukum normatif atau disebut
2013 yang berjudul “Tanggung Jawab juga penelitian hukum kepustakaan.
Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji
Asasi Manusia Tenaga Kerja Indonesia” menyajikan pengertian penelitian
oleh Edward Richard J. Pinoke dari hukum normatif yakni penelitian hukum
Universitas Sam Ratulangi. Tujuan yang dilakukan dengan cara meneliti

665
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

bahan pustaka atau penelitian yang kekuasaan terdapat hubungan timbal


berlandaskan pada ketentuan hukum balik. Hal ini bermakna bahwa negara
dalam peraturan perundang-undangan hukum memberikan jaminan untuk
yang berlaku,10 dan kemudian dikaitkan terselenggaranya tertib hukum dalam
dengan permasalahan yang dikaji. tatanan kehidupan masyarakat.13
Jenis pendekatan yang digunakan Selanjutnya, jaminan atas
adalah pendekatan konseptual dan perlindungan HAM merupakan salah
pendekatan perudang-undangan.11 satu ciri penting dari negara hukum
seperti yang dikemukakan oleh Jimly
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Asshiddiqie,14 selain diterapkannya
3.1. Pengaturan Tanggung Jawab asas legalitas, pembagian kekuasaan,
Negara dalam Peraturan dan adanya peradilan administrasi
Perundang-undangan Terkait negara. Secara khusus dalam UUD
Penyelesaian Pelanggaran NRI Tahun 1945 telah diatur bab
Hak Asasi Manusia khusus mengenai pengaturan HAM
Indonesia adalah negara yakni Pasal 28A – 28J. Pengaturan ini
hukum yang berarti bahwaseluruh memberikan pemahaman bahwa HAM
penyelenggaraan negara berdasarkan merupakan hak konstitusional yang
atas hukum, di mana peraturan- dijamin dan dilindungi oleh konsitusi.
peraturan hukum berlaku terhadap Pasal 1 angka 1 UU No. 39/1999
segala badan atau alat-alat menyebutkan: “Hak Asasi Manusia
perlengkapan negara. Definisi adalah seperangkat hak yang melekat
negara hukum ini dicermati melalui pada hakikat dan keberadaan manusia
tulisan Soepomo “…bahwa Republik sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha
Indonesia dibentuk sebagai negara Esa dan merupakan anugerah-Nya
hukum.” dalam bukunya yang berjudul yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
Undang-Undang Dasar Sementara dan dilindungi oleh negara, hukum
dengan Komentar Pasal-pasalnya.12 dan Pemerintah, dan setiap orang demi
Negara hukum memberikan kehormatan serta perlindungan harkat
perlindungan hukum kepada dan martabat manusia.” Ketentuan
masyarakat di mana antara hukum dan pasal tersebut menegaskan kembali
 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, bahwa negara maupun pemerintah
Penerapan Teori Hukum pada Penelitian
memiliki kewajiban untuk melindungi
Tesis dan Disertasi, PT RajaGrafindo Perkasa,
Jakarta, hlm. 12 HAM yang berkedudukan sebagai hak
10 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian dasar.
Hukum, Fajar Interpratama Offset, Jakarta,
hlm. 93
11 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, op.cit.,
hlm. 17 13 Ibid.
12 I Dewa Gede Atmadja, 2015, Teori Konstitusi 14 Jimly Asshidiqie, 2007, Pokok-pokok Hukum
dan Konsep Negara Hukum, Setara Press, Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT
Malang, hlm. 124 Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, hlm. 310

666
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Pelanggaran HAM dapat Setiap perbuatan yang dilakukan


dilakukan oleh seseorang atau dengan maksud untuk menghancurkan
kelompok orang termasuk di atau memusnahkan seluruh atau
dalamnya adalah aparat negara yang sebagian kelompok bangsa, ras,
didasarkan pada kesengajaan atau kelompok etnis, kelompok agama,
ketidak sengajaan. Kelalaian secara dengan cara:
melawan hukum berupa mengurangi, a. membunuh anggota kelompok;
menghalangi, membatasi, dan atau b. mengakibatkan penderitaan fisik
mencabut HAM sebagaimana dijamin dan mental yang berat terhadap
oleh UU No. 39/1999 dikategorikan anggota-anggota kelompok;
sebagai pelanggaran, bahkan c. menciptakan kondisi kehidupan
dalam haltidak mendapatkan atau kelompok yang akan
dikhawatirkan tidak memperoleh mengakibatkan kemusnahan
penyelesaian hukum yang adil dan secara fisik baik seluruh atau
benar sesuai mekanisme hukum sebagiannya;
termasuk dalam pelanggaran (Pasal 1 d. memaksakan tindakan-tindakan
angka 6 UU No. 39/1999). yang bertujuan mencegah
Dilihat dari segi hubungan kelahiran di dalam kelompok;
hukum dan HAM, maka pada atau
prinsipnya pelanggaran HAM e. memindahkan secara paksa anak-
adalah pelanggaran hukum.Namun, anak dari kelompok tertentu ke
seringkali terjadi perbedaan pendapat kelompok lain.
dalam mengkualifikasi pelanggaran Pasal 9 tentang kejahatan
HAM berat dan pelanggaran HAM terhadap kemanusiaan:
biasa. Pelanggaran HAM berat yang Salah satu perbuatan yang
dirumuskan dalam Pasal 7 UU No. dilakukan sebagai bagian dari serangan
26/2000meliputi kejahatan genosida yang meluas atau sistematik yang
dan kejahatan terhadap kemanusiaan. diketahuinya bahwa serangan tersebut
Rumusan delik pelanggaran HAM ditujukan secara langsung terhadap
berat dalam Pasal 7 UU No. 26/2000 penduduk sipil, berupa:
berasal dari rumusan Pasal 6 dan7 a. pembunuhan;
Rome Statute of International Criminal b. pemusnahan;
Court (Statuta Roma) yang kualifikasi c. perbudakan;
perbuatannya memiliki hal-hal yang d. pengusiran atau pemindahan
bersifat spesifik yang membedakannya penduduk secara paksa;
dengan tindak pidana umum.15 e. perampasan kemerdekaan atau
Rumusan Pasal 8 UU No. perampasan kebebasan fisik lain
26/2000 tentang kejahatan genosida: secara sewenang-wenang yang
melanggar (asas-asas) ketentuan
15 Ibid., hlm. 106

667
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

pokok hukum internasional; pelanggaran HAM biasa, maka tindak


f. penyiksaan; pidananya harus memenuhi unsur-
g. perkosaan, perbudakan unsur tindak pidana umum. Unsur
seksual, pelacuran secara obyektif yakni perbuatan pidana/actus
paksa, pemaksaan kehamilan, reus yang meliputi: adanya perbuatan
pemandulan atau sterilisasi yang memenuhi rumusan undang-
secara paksa atau bentuk-bentuk undang; bersifat melawan hukum; dan
kekerasan seksual lain yang tidak ada alasan pembenar. Sedangkan,
setara; unsur subyektif berkenaan dengan
h. penganiayaan terhadap suatu pertanggungjawaban pidana/criminal
kelompok tertentu atau responsibility.
perkumpulan yang didasari Terkait dengan kejahatan
persamaan paham politik, ras, terhadap kemanusiaan dan kejahatan
kebangsaan, etnis, budaya, HAM berat lainnya, maka unsur-
agama, jenis kelamin atau unsur kejahatan/the elements of
alasan lain yang telah diakui crime terdiri atas unsur material dan
secara universal sebagai hal unsur mental. Unsur material yakni
yang dilarang menurut hukum adanya perbuatan (conduct), adanya
internasional; akibat-akibat yang ditimbulkan dari
i. penghilangan orang secara perbuatan tersebut (consequences)
paksa; atau dan adanya keadaan-keadaan yang
j. kejahatan apartheid. menyertai perbuatan tersebut. Unsur
Berdasarkan rumusan pasal- mental terdiri atas unsur kesengajaan
pasal di atas, maka pelanggaran HAM dan adanya pengetahuan.17
berat merupakan jenis pelanggaran Pasal 30 Statuta Roma
yang dilakukan oleh penguasa menentukan adanya kesengajaan
negara (state actors) atau organisasi/ apabila sehubungan dengan
kelompok yang terorganisir,serta perbuatan (conduct) tersebut, si
tindakannya memiliki dampak yang pelaku berniat untuk melakukan
luas atau dilakukan secara sistematik. atau turut serta melakukan perbuatan
Sedangkan, pelanggaran HAM biasa tersebut. Berkaitan dengan akibatnya
adalah pelanggaran yang dilakukan (consequences), si pelaku berniat
oleh kelompok masyarakat atau untuk menimbulkan akibat tersebut
individu tertentu terhadap individu atau sadar bahwa pada umumnya akan
atau kelompok masyarakat lain dan terjadi dalam kaitan dengan perbuatan
diadili di Peradilan Umum.16 tersebut. Sedangkan, pengetahuan
Agar dapat dinyatakan sebagai (knowledge) diartikan sebagai
16 Ni Ketut Sri Utari, et.al., 2016, Buku Ajar kesadaran terhadap suatu keadaan atau
Hukum Hak Asasi Manusia, Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar, hlm. 100 17 Ibid., hlm. 109

668
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

akibat yang akan timbul. dan mengikat. Artinya, apabila terjadi


Perlu diperhatikan pula pelanggaran terhadap hak-hak tersebut,
mengenai elemen kejahatan terhadap maka negara menjadi satu-satunya
kemanusiaan dalam hal mana perbuatan pihak yang berkewajiban menjaga dan
terjadi, yaitu (1) perbuatan tersebut melindunginya sebab hak sipil dan
dilakukan sebagai bagian dari serangan politik bersifat universal.19 Berkenaan
yang meluas atau sistematik ditujukan dengan tanggung jawab negara ini,
pada penduduk sipil; (2) keharusan maka pengaturannya dalam hukum
adanya pengetahuan pelaku bahwa positif Indonesia dijumpai padaUUD
perbuatan yang dilakukan merupakan NRI Tahun 1945, UU No. 39/1999,
bagian dari atau dimaksudkan untuk dan UU No. 26/2000.
menjadi bagian dari serangan yang Rumusan pasal-pasal dalam
meluas dan sistematis terhadap UUD NRI Tahun 1945 secara khusus
penduduk sipil. tidak ada yang menyebutkan tentang
Kualifikasi serangan yang meluas bentuk tanggung jawab negara dalam
mengandung dimensi kuantitatif/ penyelesaian HAM. Hanya saja
besar/banyak atau skala luas: nasional/ disebutkan tanggung jawab negara
regional/internasional, bukan perkara secara umum, terutama pemerintah
pelaku perseorangan terhadap orang dalam perlindungan, pemajuan,
lain (isolated crime). Membunuh satu penegakan, dan pemenuhan hak asasi
orang saja bisa dianggap pelanggaran manusia.20 Dalam rangka melindungi
HAM yang berat, asal perbuatan dan menegakkan HAM, maka
itu merupakan bagian dari serangan pemerintah membentuk peraturan
yang meluas yang ditujukan pada perundang-undangan yang berkaitan
penduduk sipil. Kualifikasi sistematik dengan HAMdi bawah UUD NRI
maksudnya bahwa adanya bentuk Tahun 1945. Peraturan perundang-
rencana yang terpola atau metodis undangan yang akan dibentuk itu
dan jelas dari sebuah kebijaksanaan diharapkan mampu memberikan
(policy). Sehingga, perbuatannya pengaturan lebih mengkhusus terhadap
berencana, terorganisir dan akibatnya perlindungan HAM.21
adalah luas.18 Pengaturan tanggung jawab
Penyelesaian pelanggaran HAM negara secara tidak langsung
sudah sepatutnya diutamakan sebagai ditunjukkan pula oleh Pasal 30 ayat
bentuk penegakan dan perlindungan (4) UUD NRI Tahun 1945 yang
HAM. Pada prinsipnya, penegakan
19 Ibid., hlm. 87.
hak-hak yang berkaitan dengan hak 20 Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar
sipil dan politik merupakan tanggung Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
Pasal 8 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
jawab negara yang bersifat mutlak tentang Hak Asasi Manusia
21 Pasal 28I ayat (5) Undang-Undang Dasar
18 Ibid., hlm. 110 Negara Republik Indonesia Tahun 1945

669
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

menyebutkan: “Kepolisian Negara bidang hukum, politik, ekonomi,


Republik Indonesia sebagai alat negara sosial, budaya pertahanan keamanan
yang menjaga keamanan dan ketertiban negara, dan bidang lain.23 Keberadaan
masyarakat bertugas melindungi, undang-undang ini menjadi tonggak
mengayomi, melayani masyarakat, dibentuknya pengadilan hak asasi
serta menegakkan hukum.” Pemahaman manusia di lingkungan Peradilan
atas ketentuan pasal tersebut, bahwa Umum sebagai upaya mengadili
Kepolisian Negara Republik Indonesia pelanggaran hak asasi manusia (Pasal
merupakan alat negara, sehingga 104 ayat (1)). Sehingga pada tanggal
tanggung jawab negara dibebankan 23 November 2000 disahkan UU No.
kepada pihak kepolisian. Tugas 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
melindungi, mengayomi, melayani Hak Asasi Manusia.24
masyarakat, dan menegakkan hukum Tanggung jawab negara dalam
apabila dielaborasi, maka tidak hanya UU No. 39/1999 diwujudkan pula
berfokus pada bidang pertahanan dan melalui keberadaan Komisi Nasional
keamanan saja, melainkan menyentuh Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
pula ranah HAM. Tindakan kepolisian Komnas HAM adalah lembaga mandiri
seperti melakukan penyelidikan atas yang kedudukannya setingkat dengan
pelanggaran hukum tertentu, mengatasi lembaga negara lainnya yang bertujuan
terorisme, pengawalan kegiatan untuk meningkatkan perlindungan
demonstrasi, maupun tindakan lainnya dan penegakan hak asasi manusia.25
merupakan bagian dari perlindungan Guna mencapai tujuan tersebut,
dan penegakan HAM. Komnas HAM melaksanakan fungsi
Realisasi dari Pasal 28I pengkajian, penelitian, penyuluhan,
ayat (5) UUD NRI Tahun 1945 pemantauan, dan mediasi tentang hak
mengenai pelaksanaan HAM yang asasi manusia sebagaimana di atur
dijamin dan diatur dalam peraturan oleh Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang
perundang-undangan yakni dengan No. 39 Tahun 1999.
pembentukan dan pemberlakuan UU UU No. 26/2000 dibentuk sebagai
No. 39 Tahun 1999. Undang-undang pemenuhan Pasal 104 ayat (1) UU No.
ini menentukan bahwa pemerintah 39/1999, bahwa perlunya dibentuk
wajib dan bertanggung jawab terkait suatu Pengadilan Hak Asasi Manusia
usahanya menghormati, melindungi,
23 Pasal 72 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
menegakkan, dan memajukan hak tentang Hak Asasi Manusia
asasi manusia.22 Kewajiban dan 24 Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:
tanggung jawab pemerintah tersebut “Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam
meliputi langkah implementasi dalam ayat (1) dibentuk dengan undang-undang
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun.”
22 Pasal 71 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 25 Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang No. 39
tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

670
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

untuk menyelesaikan pelanggaran 3.2. Upaya Penyelesaian


HAM berat. UU No. 26/2000 menganut Pelanggaran Hak Asasi
asas non-retroaktif, sehingga hanya Manusia oleh State Actors
dapat mengadili pelanggaran hak Melindungi kebebasan dan hak
asasi manusia yang terjadi setelah asasi setiap orang merupakan tugas
undang-undang ini diberlakukan, yaitu negara yang senantiasa dilakukan
setelah tahun 2000. Pengadilan HAM secara aktif demi terciptanya
bertempat di 4 (empat) kota besar di kesejahteraan rakyat. Lembaga/
Indonesia, diantaranya Medan, Jakarta, badan pemerintahan tidak dapat
Surabaya, dan Makassar.26Tempat dan melakukan tindakan atau perbuatan
kedudukan Pengadilan HAM yaitu yang bertentangan dengan konstitusi.
di daerah kabupaten atau kota yang Dalam kerangka sebuah negara,
daerah hukumnya meliputi daerah konstitusi memuat konsep-konsep
hukum Pengadilan Negeri yang dasar dan merupakan ketentuan
bersangkutan. hukum yang tertinggi, sehingga negara
UU No. 26/2000 tidak dan konstitusi menjadi dua hal tak
secara tegas mendefinisikan istilah terpisahkan.28
pelanggaran HAM berat, melainkan Konstitusi memberikan arahan
hanya menyebutkan secara limitatif yang jelas mengenai tanggung
jenis-jenis perbuatan yang dapat jawab sekaligus tujuan yang hendak
dikualifikasikans ebagai pelanggaran diwujudkan oleh negara, khususnya
HAM berat, yakni kejahatan genosida dalam melindungi dan menegakkan
dan kejahatan terhadap kemanusiaan.27 HAM. Saat negara/Pemerintah (states
Walaupun demikian, tetap saja actor) melakukan pelanggaran HAM,
perlindungan HAM menjadi aspek maka dapat terhadapnya dapat dituntut
penting yang harus diperjuangkan di Pengadilan HAM Nasional, bahkan
oleh semua pihak. Ditekankan Pengadilan Kejahatan Internasional.
kembali bahwa tanggung jawab Dalam tulisan ini akan dibedakan
negara ditunjukkan oleh keterlibatan antara penyelesaian pelanggaran HAM
alat perlengkapan negara mulai dari berat dan biasa.
dilakukan penangkapan oleh Penyidik Sebagaimana telah diuraikan
terhadap seseorang yang diduga sebelumnya bahwa perkara
melakukan pelanggaran hak asasi pelanggaran HAM dapat dikategorikan
manusia berat sampai dengan diperiksa menjadi dua macam, yaitu pelanggaran
dan diputusnya perkara. HAM biasa dan pelanggaran berat.

28 Eddy Purnama, 2007, Negara Kedaulatan


Rakyat; Analisis terhadap Sistem Pemerintahan
26 Rhona K.M. Smith, et.al., op.cit., hlm. 272 Indonesia dan Perbandingannya dengan
27 Pasal 7 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 Negara-negara Lain, Nusamedia, Bandung,
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia hlm. 33

671
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Kriteria dari pelanggaran HAM berat Dalam perkara pelanggaran


yaitu: menimbulkan kerugian materiil HAM berat dikenal juga adanya
dan immaterial; berdampak secara pertanggungjawaban komando.
luas (nasional/regional/internasional); Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat
motif perbuatan yang sarat masalah (3), seorang komandan/atasan dapat
politik; serta kejahatannya merupakan dipidana dengan hukum yang sama
kejahatan terhadap kemanusiaan dan dengan anak buahnya walaupun ia
kejahatan genosida. Berdasarkan ciri- tidak melakukan apa-apa. Sumber
ciri tersebut, maka perkara pelanggaran pertanggungjawaban pidana bagi
HAM berat diadili melalui peradilan pemegang komando di lingkungan
yang bersifat khusus (Peradilan Hak militer adalah dari kekuasaannya untuk
Asasi Manusia). Sehingga, proses memerintah, mengatur, mengendalikan
acara pemeriksaan yang diterapkan dan mengawasi tindakan prajurit
dalam pelanggaran HAM berat ini di bawah komandonya, dalam
sangatlah berbeda dengan hukum bentuk delik tidak berbuat dan delik
acara pidana biasa.
penyalahgunaan wewenang.30
UU No. 26/2000 hadir sebagai
Pasal-pasal tentang hukum acara
peraturan perundang-undangan yang
dalam UU No. 26/2000 seluruhnya
memuat tentang upaya penyelesaian
berjumlah 24 pasal (Pasal 10 – Pasal
pelanggaran HAM berat.Kejahatan
33). Diawali oleh pasal yang merupakan
yang diatur dalam UU No. 26/2000
ketentuan umum yang menetapkan
adalah kategoriextra ordinary
bahwa “Dalam hal tidak ditentukan
crimes. UU No. 26/2000 adalah lex
lain dalam undang-undang ini, hukum
specialis dengan konsekuensi bahwa
acara atas perkara pelanggaran hak
di dalamnya terdapat ketentuan yang
asasi manusia yang berat dilakukan
menyimpang dari ketentuan yang
terdapat dalam KUHP mengenai berdasarkan ketentuan hukum acara
penerapan asas retroaktif.29 pidana”.31 Beberapa aturan beracara
Ancaman pidana yang dikenakan baru yang diatur dalam UU No.
terhadap pelaku pelanggaran HAM 26/2000 dan mengecualikan aturan
berat berbeda halnya dengan pelaku yang sama dalam KUHP, diantaranya:
pelanggaran HAM biasa. Ancaman (i) pembentukan penyelidik ad hoc,
sanksi pelanggaran HAM berat diatur penyidik ad hoc, penuntut ad hoc,
dalam Pasal 36 – Pasal 41 UU No. dan hakim ad hoc; (ii) penyelidik
26/2000. Berdasarkan ketentuan hanya dilakukan oleh Komnas
Pasal 41 bahwa ancaman hukuman HAM, sedangkan penyidik tidak
bagi pelaku dan yang membantu diperkenankan menerima laporan atau
melakukan, percobaan, permufakatan pengaduan sebagaimana diatur dalam
jahat adalah sama.
30 Ni Ketut Sri Utari, et.al., op.cit., hlm. 115
31 Pasal 10 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000
29 Rhona K.M. Smith, et.al., op.cit., hlm. 309

672
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

KUHP; (iii) diperlukan ketentuan a,b,c,d,e diancam dengan pidana mati,


mengenai tenggang waktu tertentu atau pidana penjara seumur hidup atau
melakukan penyidikan, penuntutan pidana penjara selama-lamanya 25
dan pemeriksaan pengadilan; (iv) tahun atau sekurangnya 10 tahun. Bagi
ketentuan mengenai korban atau kejahatan tercantum dalam Pasal 9
saksi. a,b,c,d,e atau j, dipidana dengan pidana
Dalam hal penyelidikan mati, atau pidana penjara paling singkat
pelanggaran HAM berat merupakan 10 tahun. Bagi kejahatan sebagaimana
kewenangan Komnas HAM, sedangkan diatur dalam Pasal 9 c atau f, dipidana
penyidikan dan penuntutan dilakukan dengan pidana penjara paling lama 15
oleh Jaksa Agung berdasarkan hasil tahun dan paling singkat 5 tahun. Bagi
penyelidikan Komnas HAM. UU kejahatan yang diatur dalam Pasal 9
No. 26/2000 memisahkan lembaga g,h, dan i dipidana penjara selama-
penyelidik dan lembaga penyidik lamanya 20 tahun dan paling singkat
dengan pertimbangan bahwa lembaga 10 tahun.
yang ditetapkan sebagai lembaga Pasal 7 sampai dengan Pasal
penyidik adalah lembaga yang 17 UU No. 26/2000 memberikan
independen dengan maksud agar kewenangan untuk melakukan
hasil penyelidikannya dapat dijamin penangkapan dan penahanan terhadap
objektivitasnya.32 tersangka pelaku pelanggaran berat
Pemeriksaan perkara di hak asasi manusia dan lama waktu
Pengadilan HAM dilaksanakan penahanan serta selama proses
paling lama 180 hari, dan dilakukan persidangan dan kasasi ke Mahkamah
oleh Majelis Hakim yang terdiri dari Agung. Undang-undang ini mengatur
3 hakim ad hoc dan 2 hakim karir mengenai batas waktu maksimal untuk
yang diketuai oleh Hakim Pengadilan melakukan penahanan sejak tahap
HAM.33 Di Pengadilan Tinggi penyidikan, penuntutan, pemeriksaan,
pemeriksaan dilakukan paling lama 90 persidangan, banding, dan kasasi.
hari sejak diterimanya berkas perkara, Lebih lanjut mengenai
dan majelis hakim terdiri dari 3 hakim pelanggaran HAM biasa, terhadap
ad hoc dan 2 hakim karir. Pemeriksaan para pelaku pelanggaran HAM
di tingkat kasasi harus diselesaikan biasa (tidak berat) akan diadili oleh
paling lama 90 hari dengan majelis Peradilan Umum (Perdata/Pidana),
hakim yang terdiri dari 3 hakim ad hoc Peradilan Militer, Peradilan Tata
dan 2 hakim karir.34 Usaha Negara tergantung pada jenis
Mengenai ketentuan pidana, bagi sifat perkara, baik yang berkaitan
kejahatan yang diatur dalam Pasal 8 dengan pelaku, perbuatan dan akibat
32 Rhona K.M. Smith, et.al., op.cit., hlm. 310 yang ditimbulkan dari pelanggaran
33 Pasal 27 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000
34 Pasal 33 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000

673
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

HAM yang dikategorikan biasa.35 sudah melekat bagi negara.36 Dengan


Pelaku dari pelanggaran HAM biasa lain perkataan, dibebaskan atau
adalah perseorangan atau beberapa dihukumnya terdakwa tidak akan
orang, jumlah korban terbatas, dan mempengaruhi kewajiban negara
motif perbuatannya hanya berkisar untuk memberikan kompensasi bagi
pada masalah pribadi/hukum. korban pelanggaran berat hak asasi
Sehubungan dengan adanya manusia.
pelanggaran berat hak asasi manusia,
perlindungan terhadap korban dan IV. KESIMPULAN
saksi adalah tanggung jawab negara 1. Pelanggaran HAM dikategorikan
pula selain membantu penyelesaian menjadi dua yakni pelanggaran
pelanggarannya. Perlindungan saksi HAM berat yang dilakukan
tersebut juga mencakup pemberian oleh states actor dengan alasan
ganti kerugian bagi korban dan politik dan pelanggaran HAM
keluarganya termasuk kompensasi, biasa yang dilakukan rakyat
restitusi, dan rehabilitasi. UU No. sipil dilatarbelakangi oleh
26/2000 telah memberikan jaminan masalah pribadi/hukum. Atas
perlindungan saksi dan korban seperti terjadinya pelanggaran HAM,
diatur dalam Pasal 34 dan Pasal 35. maka diaturlah tanggung jawab
Tata cara pelaksanaannya diatur dalam negara untuk menghormati,
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun melindungi, menegakkan, dan
2002 tentang Perlindungan Korban memajukan HAM sebagaimana
dan Saksi bagi Pelanggaran Berat dimuat dalam UUD NRI Tahun
Hak Asasi Manusia dan Peraturan 1945 (Pasal 28I ayat (4)), UU
Pemerintah No. 3 Tahun 2002 tentang No. 39/1999 tentang Hak Asasi
Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi Manusia (Pasal 71) dan UU No.
terhadap Korban Pelanggaran Berat 26/2000 tentang Pengadilan Hak
Hak Asasi Manusia. Asasi Manusia.
Dapat dipahami bahwa selain 2. Perkara pelanggaran HAM berat
penghukuman kepada pelaku, diadili oleh Peradilan Hak Asasi
pemberian kompensasi kepada korban Manusia, sedangkan perkara
merupakan salah satu bentuk tanggung pelanggaran HAM biasa diadili
jawab negara ketika terjadi pelanggaran oleh Peradilan Umum (Perdata/
berat hak asasi manusia. Pemberian Pidana), Peradilan Militer,
kompensasi tidak harus menunggu Peradilan Tata Usaha Negara
pelaku atau pihak ketiga tidak mampu tergantung pada jenis sifat
untuk memenuhi tanggung jawabnya, perkara, baik yang berkaitan
namun merupakan kewajiban yang dengan pelaku, perbuatan dan
35 Ni Ketut Sri Utari, et.al., op.cit., hlm. 99 36 Rhona K.M. Smith, et.al., op.cit., hlm. 314

674
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

akibat yang ditimbulkan. Pelaku dengan Negara-negara Lain,


pelanggaran HAM biasa adalah Nusamedia, Bandung.
perseorangan atau beberapa Rhona K.M. Smith, et.al, 2010, Hukum
orang di mana jumlah korban Hak Asasi Manusia, Pusat Studi
terbatas. Ancaman pidana bagi Hak Asasi Manusia Universitas
pelaku pelanggaran HAM berat Islam Indonesia (PUSHAM
yakni Pasal 36 – Pasal 41 UU No. UII), Yogyakarta.
26/2000, sedangkan ancaman Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani,
pidana bagi pelanggaran HAM 2013, Penerapan Teori Hukum
biasa disesuaikan dengan KUHP. pada Penelitian Tesis dan
Berkenaan dengan perkara Disertasi, PT RajaGrafindo
pelanggaran HAM berat,terdapat Perkasa, Jakarta.
pertanggungjawaban komando di Sri Utari, Ni Ketut, et.al., 2016, Buku
mana seorang komandan/atasan Ajar Hukum Hak Asasi Manusia,
dapat dipidana dengan hukuman Fakultas Hukum Universitas
yang sama dengan anak buahnya Udayana, Denpasar.
walaupun ia tidak melakukan Winandi, Woro, 2009, Reformasi
apa-apa (Pasal 41 ayat (3) UU Penegakan Hak Asasi Manusia
No. 26/2000). di Era Globalisasi. Dalam:
Muladi, Editor. Hak Asasi
DAFTAR PUSTAKA Manusia: Hakekat, Konsep dan
Buku Implikasinya dalam Perspektif
Asshidiqie, Jimly, 2007, Pokok-pokok Hukum dan Masyarakat, PT
Hukum Tata Negara Indonesia Refika Aditama, Bandung.
Pasca Reformasi, PT Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta. Peraturan
Atmadja, I Dewa Gede, 2015, Teori Perundang-undangan
Konstitusi dan Konsep Negara Undang-Undang Dasar Negara
Hukum, Setara Press, Malang. Republik Indonesia Tahun 1945
HR, Ridwan, 2010, Hukum Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Administrasi Negara, Rajawali 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Press, Jakarta. (Lembaran Negara Republik
Marzuki, Peter Mahmud, 2005, Indonesia Tahun 1999 Nomor
Penelitian Hukum, Fajar 165, Tambahan Lembaran
Interpratama Offset, Jakarta. Negara Republik Indonesia
Purnama, Eddy, 2007, Negara Nomor 3886)
Kedaulatan Rakyat; Analisis Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
terhadap Sistem Pemerintahan tentang Pengadilan Hak Asasi
Indonesia dan Perbandingannya Manusia (Lembaran Negara

675
Jurnal E-ISSN 2502-3101
P-ISSN 2302-528X
Magister Hukum Udayana • Desember 2016 Vol. 5, No. 4 : 661 - 676
(UDAYANA MASTER LAW JOURNAL) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jmhu

Republik Indonesia Tahun


2000 Nomor 208, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4026)
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2002 tentang Perlindungan
Korban dan Saksi bagi
Pelanggaran Berat Hak Asasi
Manusia
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2002 tentang Kompensasi,
Restitusi, dan Rehabilitasi
terhadap Korban Pelanggaran
Berat Hak Asasi Manusia

Internet
Ady, Penegakan HAM di
Indonesia Memprihatinkan, http://
www.hukumonline.com/berita/baca/
lt52aa8flb6e5d/penegakan-ham-di-
indonesia-memprihatinkan
Butje Tampi, Mekanisme
Pengaduan dan Pelaporan Terhadap
Pelanggaran Hak Asasi Manusoa di
Indonesia. SERVANDA_Jurnal Ilmiah
Hukum, http://repo.unsrat.ac.id/76/1/
MEKANISME_PENGADUAN_
DAN_PELAPORAN_TERHADAP_
PELANGGARAN_HAK_ASASI_
MANUSIA_DI_INDONESIA.pdf.
Rofiq Hidayat, Vonis Mati Satu
Pelaku Pemerkosa Yuyun, Dianggap
Belum Memenuhi Rasa Keadilan,
http://www.hukumonline.com/berita/
baca/lt57ee193a24fe4/vonis-mati-
satu-pemerkosa-yuyun--dianggap-
belum-memenuhi-rasa-keadilan.

676

Anda mungkin juga menyukai