PEMBAHASAN
1
Laksanto Utomo, Penerapan Hukum Progresif dalam Penemuan Hukum oleh Hakim untuk Menciptakan
Keadilan, dalam Refleksi dan Rekonstruksi Ilmu Hukum Indonesia, Yogyakarta: Thafa Media dan Asosiasi
Sosiologi Hukum Indonesia Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Undip, 2012, hlm. 284
2
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty, 1996, hlm. 4
3
Ibid, hlm. 11
4
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-Indonesiaan, Jakarta: CV Utomo, 2006, hlm. 411
1. Di Indonesia, peranan perundang-undangan dalam proses pembaharuan
hukum lebih menonjol, misalnya apabila dibandingkan dengan Amerika
Serikat yang menempatkan yurisprudensi (khusus putusan the Supreme Court)
pada tempat lebih penting.
2. Konsep hukum sebagai “alat” akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penerapan legisme sebagaimana pernah diadakan pada zaman
Hindia Belanda, dan di Indonesia terdapat sikap yang menunjukkan kepekaan
masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu.
3. Apabila pengertian “hukum” ini termasuk pula hukum internasional, maka
konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat telah diterapkan jauh
sebelum konsep ini diterima secara resmi sebagai landasan kebijakan hukum
nasional.
8
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional, Bandung: Binacipta, 1995,
hlm. 13
9
Komnas Perempuan, Lembar Fakta dan Poin Kunci Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2019.
https://www.komnasperempuan.go.id/read-news-lembar-fakta-dan-poin-kunci-catatan-tahunan-komnas-
perempuan-tahun-2019. Diakses pada Sabtu, 12 Desember 2020
Dengan maraknya kasus kekerasan seksual di Indonesia, khususnya bagi kaum
perempuan, diperlukan sebuah peraturan khusus yang mengatur mengenai Kekerasan
Seksual. Ide awal RUU P-KS telah dimulai sejak 2012. Pada 23 Agustus 2016, Komnas
Perempuan bersama dengan Forum Pengada Layanan (FPL) secara resmi menyerahkan
Naskah Akademik dan RUU P-KS kepada Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia (DPD RI). Pada saat itu juga, Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia (DPR RI) menerima Naskah Akademik dan RUU P-KS dan menjadikannya
sebagai Undang-Undang inisiatif dari DPR yang telah ditandatangani oleh 70 anggota
DPR.10
RUU P-KS merupakan suatu upaya pembaharuan hukum dalam mengatasi berbagai
persoalan terkait dengan Kekerasan Seksual. Pembaharuan dalam bentuk hukum ini
memiliki tujuan sebagai berikut:11
1. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya peristiwa kekerasan seksual.
2. Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme penanganan, perlindungan,
dan pemulihan yang melibatkan masyarakat dan berpihak kepada korban, agar
korban dapat malampaui kekerasan yang ia alami dan menjadi penyintas.
3. Memberi keadilan bagi korban kejahatan, melalui pidana dan tindakan tegas
bagi pelaku kekerasan seksual.
Apabila dikaitkan dengan teori Hukum Pembangunan, maka pembentukan RUU P-KS
merupakan salah satu bentuk konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.
Berangkat dari adanya permasalahan mengenai kekerasan
10
Rahmawati, Maidina, dan Supriyadi Widodo Eddyono, RUU DPR Versus DIM Pemerintah: Melihat Posisi DPR
dan Pemerintah Atas Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual. Jakarta: ICJR,
2017, hlm. 27
11
Komnas Perempuan dan Forum Pengadaan Layanan, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang
Penghapusan Kekerasan Seksual, Jakarta: Komnas Perempuan, 2017, hlm. 9