Reformasi
Abstrak
Hak asasi manusia merupakan hal penting dalam diri manusia yang harus dijaga dan
tidak boleh dilanggar. Oleh karenanya, negara Indonesia telah melakukan upaya
pemeliharaan hak asasi manusia. Hukum tersebut berlaku bagi seluruh rakyat
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Penegakan Hukum
demikian penegakan hukum akan melibatkan tingkah laku dari manusia juga. Hukum
tidak bisa tegak dengan sendirinya. Ini berarti, hukum tidak mampu untuk
2007).
Dalam praktiknya, penegak hukum bertindak dalam kategori manusia dan bukan
sebagai jabatan. Para individu yang saat itu berada dalam posisi jabatannya, akan
Kegiatan ini memiliki hubungan timbal balik yang erat dengan masyarakatnya. Oleh
karena itu, struktur masyarakat yang ada di belakang hukum tersebut sebaiknya tidak
masyarakat ini dapat dikatakan sebagai kendala, baik berupa penyediaan sarana sosial
hambatan-hambatan yang menyebabkan suatu hukum tidak dapat atau kurang dapat
usaha untuk mewujudkan ide yang dituangkan dalam peraturan hukum menjadi
kenyataan. Dengan kata lain, hukum atau peraturan itu ditaati oleh masyarakat.
Menurut UU No.39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang
Maha Esa, merupakan anugerah Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara hukum, Pemerintah, maupun setiap orang, demi kehormatan
Gagasan mengenai hak asasi manusia ini bersumber dari teori hak kodrati
(natural rights theory). Teori kodrati mengenai hak itu bermula dari teori hukum
kodrati (natural law theory), yang apabila dirunut kembali sampai jauh ke belakang
hingga ke zaman kuno, dikenal dengan filsafat Stoika, yang terus berlanjut hingga ke
zaman modern melalui tulisan-tulisan hukum kodrati Santo Thomas Aquinas (Modul
Hugo de Groot seorang ahli hukum Belanda yang dinobatkan sebagai “Bapak
Hukum Internasional”, atau yang lebih dikenal dengan nama Latinnya, Grotius,
mengembangkan lebih lanjut teori hukum kodrati Aquinas. Ia memutus asal-usulnya
yang teistik dan kemudian membuatnya menjadi produk pemikiran sekuler yang
hak-hak kodrati. Gagasan Locke mengenai hak-hak kodrati inilah yang kemudian
melandasi munculnya revolusi hak yang meletup di Inggris, Amerika Serikat dan di
Perancis pada abad ke-17 dan ke-18 (PUSHAM UII Yogyakarta & Norwegian Center
for Human Rights (NCHR) Norwegia, dalam Modul 1, Pengantar Hak Asasi Manusia
dan Humaniter).
1215. Magna Charta berisi tentang pembatasan kekuasaan raja yang tadinya absolut
menjadi terbatas. Dalam Magna Charta, Raja dapat dimintai pertanggungjawaban atas
jawab terhadap hukum dan rakyat. Sejarah berlanjut pada tahun 1689 dengan
hukum. Sementara itu, perjalanan sejarah HAM di Amerika Serikat dimulai dengan
berdirinya negara merdeka di bekas wilayah koloni Inggris melalui The American
lebih lanjut hak-hak yang kemudian disebut HAM, yang melahirkan The Rule of Law
(An Introduction to the Study of the Law of the Constitution dalam Modul 1).
sewenang-wenang tanpa alasan yang sah, maupun penahanan tanpa surat perintah
yang dikeluarkan oleh Pejabat sah (El –Muhtaj dalam Modul 1). Selain itu juga diatur
mengenai asas praduga tak bersalah, kebebasan berekspresi, kebebasan beragama, hak
kepemilikan, dan hak dasar lainnya. Hak-hak tersebut kemudian menjadi dasar
pemikiran dalam merumuskan HAM secara universal yang kemudian dikenal dengan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan disahkan oleh PBB pada tahun 1948.
Dengan demikian, HAM merupakan suatu hak dasar yang melekat pada diri tiap
Pembahasan
dari banyak negara, kendala paling umum yang terjadi adalah sulitnya mencari alat
bukti, dan saksi. Hal ini dikarenakan kasusnya telah melampaui waktu yang relatif
lama, dan membuatnya tidak bisa menjangkau kasus dalam jumlah besar, memakan
waktu yang cukup lama dan berlarut-larut, hingga berpotensi gaga1 akibat tidak bisa
memenuhi syarat-syarat hukum formal dari proses hukum itu sendiri. Selain itu, cara
berpikir dan penilaian yang tidak objektif di kalangan aparatur penegak hukum
Hal ini yang diungkapkan juga dalam Disertasi Suparman Marzuki dengan judul
“Politik Hukum Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia Pada Era Reformasi”
tersebut.
yaitu :
Tahap yang dapat disebut sebagai tahap legislasi ini dinilai cukup responsif pada
proses dan substansi terhadap hukum-hukum umum yang tidak terkait langsung
dengan penyelesaian HAM di masa lalu. Hanya saja, apabila dihadapkan dengan
produk hukum HAM yang menjadi dasar hukum penyelesaian pelanggaran HAM, ia
penegakannya. Misalnya pengadilan HAM ad hoc pada kasus Timor Timur dan
Tanjung Priok yang akhirnya tidak berhasil menghukum pelaku. Hal ini dapat
Politik hukum HAM di era reformasi terhadap kasus pelanggaran HAM di masa
lalu lebih cenderung berusaha mengakhiri dan menutup, bukannya mengadili dan
menghukum pelaku. Ini lebih ditujukan untuk menyelesaikan hutang masa lalu yang
masih tersisa di satu sisi, serta kepentingan untuk membangun kehidupan manusia
yang lebih baik dengan mencegah terulangnya pelanggaran HAM dalam bentuk dan
Simpulan
Saran
Daftar Pustaka