2 Dasar Pemikiran:Salah satu usaha untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dalam peningkatan
perstasi olahraga, khususnya dalam proses berlatih, melatih adalah penyusunan rencana tertulis
yang bisa dipakai sebagai pedoman dan panutan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.Perencanaan yang baikperlu mempertimbangkan segala aspek yangmempengaruhi
pencapaian tujuan antara lain: potensi atlet, umur, jenis kelamin, tingkat kemampuan atlet, umur
latihan, sarana dan prasarana, gizi, tes dan pengukuran serta faktor-faktor yang mempengaruhi.
3 Untuk mendukung perencanaan yang baik diperlukan pengetahuan yang komprehensif mengenai
berbagai cabang ilmu seperti anatomi, fisiologi, kinesiologi, spotmedicine, sikologi, sosiologi,
motorlearning, nutrisi, biomekanik, tes pengukuran dan sebagainya.Diperlukan kemampuan skill/
keterampilan dan pengalaman sebagai atlet.Rencana disusun untuk mencapai tujuan atau sasaran
baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus baik jangka panjang, menengah, maupun
pendek.
4 Pengertian Perencanaan:
Pada hakekatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar, terorganisir, dan terus menerus
dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan
tertentu (Waterson dalam Susetiawan dan Affan Gafar, 1991:4). Yunus Sb, menyatakan bahwa
perencanaan adalah suatu pedoman kerja yang disusun secara rasional dan terorganisir dengan
baik untuk mencapai tujuan tertentu, dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan
hambatan yang terjadi dan cara mengatasinya (1993:6).
9 Dalam metode latihan masalah yang paling kompleks dan menantang adalah bagaimana
mencapai prestasi puncak pada tanggal dan waktu yang direncanakan.Bila latihan yang diberikan
terlalu berat sehingga kurang kesempatan untuk regenerasi maka prestasi puncak bisa terjadi
sebelum pertandingan yang penting. Dan sebaliknya bila terlalu ringan maka prestasi puncak akan
tercapai setelah pertandingan.Ini berarti bahwa atlet harus berlatih secara kontinyu sekitar bulan.
2 Untuk mencapai prestasi tinggi seorang atlet dituntut memiliki kemempuan yang maksimal dari semua umur
yang ada antara lain fisik, teknik, taktik, dan mental. Agar atlet memiliki kemampuan yang memeadai untuk
sebuah kompetisi, maka kedua unsur fisik dan psikis harus dilatihkan secara seimbang. Keterampilan secara
mental sangat diperhatikan atlet agar atlet dapat mengatasi berbagai masalah dan kendala saat bertanding,
sehingga dapat mendorong atlet lebih mandiri saat bertanding. Dalam latihan mental atlet harus memiliki
kesadaran, dedikasi, dan kemauan yang kuat untuk mempersiapkan diri pada sebuah pertandingan
(Sukadiyanto, 2014:1). Selanjutnya, menurut Sukadiyanto (2014:1) menyatakan ada beberapa
kemungkinanyang menyebabkan pelatih enggan melatihkan aspek psikis antara lain: (1) belum mengetahui
cara melatihkan aspek psikis (2) sudah mengerti, tetapi karena keterbatasan waktu (3) latihan psikis
memerlukan waktu khusus dan tersendiri (4) mengetahui lawan juga tidak melatihkan psikis.
3 Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada saat bertanding fakta psikis memiliki peran yang lebih dominan
dari faktor teknis maupun fisik, sebab gangguan psikis seperti kurangnya percaya diri, motivasi, konsentrasi,
dan keberanian akan berakibat negatip terhadap keterampilan teknis dan kemampuan fisik atlet. Untuk
mencapai mental yang kuat diperlukan kesehatan tubuh yang baik, kontrol emosi yang baik, dan memiliki fisik
yang prima.Pada setiap aktivitas cabang olahraga termasuk sepakbola selalu melibatkan unsur fisik dan psikis,
sehingga sudah selayaknya pelatih dalam memberikan swetiap proses latihan kedua unsur tersebut harus
dilatihkan secara simultan dan seimbang. Unsur fisik dan psikis dalam proses latihan dan pertandingan secara
kontinyu dan silih berganti saling menunjang untuk dapat menempilkan prestasi yang terbaik (Sukadiyanto,
2014:2) berkaitan dengan hal tersebut ada dua cara untuk melatih ketegaran mental atlet yaitu: (1) latihan
secara verbal, yaitu melalui anjuran yang berupa kata-kata, ceramah, diskusi (2) latihan secara non verbal
(praktik), yaitu kombinasi latihan teknik dan fisik di lapangan, simulasi pertandingan, menghadapi pressing
lawan dsb.
4 Menurut Gallwey (1982:3-4) menyatakan bahwa suasana pertandingan merupakan suatu suasana yang
didominasi oleh unsur mental, maka sikap mental yang mendukung pencapaian prestasi harus dilatihkan
secara tepat kepada atlet. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa atlet yang berprestasi tinggi,
aktivitas pada saat proses latihan kondisinya sama atau menyerupai pada saat pertandingan (Loehr,
1991:133). Untuk itu dalam menyusun setiap sesi latihan pelatih harus mengacu pada periodesasi, situasi,
keadaan yang realistik dengan kondisi yang dihadapi nantinya dalam pertandingan. Menurut Braden dan Wool
dalam Sukadiyanto (2014:3) menyatakan bahwa dalam suasana pertandingan aspek mental pada atlet
mencakup empat konsep yaitu: (1) ada keterkaitan antara pikiran dan badan (2) keadaan psikologis, suasana
hati , suasana haru, perasaan dan semua permasalahan dapat mempengaruhi permainan (3) aspek mental
diantaranya termasuk kecerdikan (smart) dan kepandaian (intellegence) dan, (4) aspek mental juga meliputi
strategi dan taktik. Oleh karena itu atlet yang memiliki keterampilan mental yang prima dapat sebagai jaminan
untuk meraih keberhasilan dalam pertandingan (Loehr, 1991:1).