Anda di halaman 1dari 14

UAS DASAR KEPELATIHAN OLAHRAGA

LAPORAN PROJEK PERIODESASI LATIHAN : PELATIHAN PADA SIKLUS MAKRO KE-1 DENGAN SIKLUS MIKRO KE-2
DAN SIKLUS MAKRO KE-4 DENGAN SIKULUS MIKRO KE-18

Nama : Adito Joyo Ari Pratama Kelas :B


NIM : 88832000010 Mata Kuliah : Dasar Kepelatihan
Olahraga

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Atlet bersiap untuk mencapai tujuan tertentu melalui pelatihan yang terstruktur dan terfokus. Tujuan dari pelatihan adalah untuk meningkatkan
keterampilan atlet dan kapasitas kerja untuk mengoptimalkan kinerja atletik. Pelatihan dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan melibatkan banyak
variabel fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Selama waktu ini, pelatihan dinilai secara progresif dan individual. Sepanjang pelatihan, fungsi fisiologis dan
psikologis manusia dimodelkan untuk memenuhi tugas-tugas yang menuntut.

Upaya pelatihan yang terpenting bagi pemula dan profesional adalah tujuan yang realistis dan dapat dicapai, direncanakan sesuai dengan kemampuan
individu, sifat psikologis, dan lingkungan sosial. Beberapa atlet berusaha memenangkan kompetisi atau meningkatkan performa sebelumnya; yang lain
mempertimbangkan untuk memperoleh keterampilan teknis atau mengembangkan lebih lanjut kemampuan biomotor. Apa pun tujuannya, setiap tujuan harus
setepat dan terukur mungkin. Dalam rencana apa pun, jangka pendek atau panjang, atlet perlu menetapkan tujuan dan menentukan prosedur untuk mencapai
tujuan tersebut sebelum memulai latihan. Batas waktu untuk mencapai tujuan akhir adalah tanggal kompetisi besar.

Periodisasi kemampuan biomotor dan rencana tahunan adalah alat yang memandu pelatihan selama setahun. Mereka adalah komponen penting dari
periodisasi karena mereka membantu pelatih membagi tahun pelatihan menjadi fase yang berbeda dengan tujuan pelatihan yang sangat spesifik. Periodisasi
kemampuan biomotor dan rencana pelatihan tahunan adalah alat metodologis yang diperlukan untuk memaksimalkan adaptasi fisiologis, karena merupakan
landasan intrinsik yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Sama pentingnya untuk juga mengakui bahwa rencana pelatihan teknis, taktis, psikologis, dan
nutrisi juga bergantung pada konsep periodisasi dan harus diintegrasikan ke dalam rencana tahunan untuk membawa adaptasi dan kinerja ke tingkat setinggi
mungkin. Dengan kata lain, fase yang sama yang didefinisikan dalam rencana tahunan juga digunakan untuk periodisasi semua aktivitas yang digunakan
dalam latihan atlet.

Maka dari itu, pada laporan berupa projek pembuatan periodesasi latihan ini saya berusaha untuk menjelaskan pelatihan yang tepat untuk atlet yang
sudah melaksanakan pemeriksaan kebugaran jasmani sebelumnya.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya laporan ini yaitu :

 Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu sebagai bentuk penialian UAS pada mata kuliah Dasar Kepelatihan Olahraga
 Menyusun dan menjelaskan periodesasi latihan untuk atlet yang disebelumnya sudah melaksanakan pemeriksaan kebugaran pada tugas-tugas
sebelumnya
HASIL
PEMBAHASAN

Ilmuwan dan pelatih olahraga mengklaim bahwa atlet yang mengalami program pelatihan yang terorganisir dengan baik dan sistematis sebagai anak-
anak dan remaja biasanya mencapai penampilan terbaik. Pelatih yang tidak sabar yang menekan anak-anak untuk mencapai hasil yang cepat biasanya gagal
karena atlet sering berhenti sebelum mencapai kematangan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pelatihan yang benar dan membagi pelatihan anak-anak dan
remaja ke dalam tahapan perkembangan yang sistematis dengan tujuan yang jelas, pelatih dan orang tua akan lebih mungkin menghasilkan atlet yang sehat
dan berprestasi.

Atlet yang akan saya latih adalah atlet muda U-13, berarti jika dimasukkan dalam fase pengembangan usia atlet berada pada fase athletic formation
jika dalam olahraga sepak bola (fase tergantung cabang olahraga yang dijalani). Jika sudah mengetahui hal tersebut, pelatih baru bisa menyusun program
latihan yang sesuai untuk atlet usia tersebut.

A. Kalendar

Sebelum menyusun periodesasi latihan atau rencana latihan tahunan, pelatih harus mengetahui tanggalan pada musim atau tahun berikutnya. Itu
merupakan tahap awal penyusuan program latihan. Tujuannya untuk menetapkan fase dan sub fase latihan yang nantinya terisi variabel-variabel latihan yang
lainnya.

1. Tanggalan (Bulan dan Minggu)


Disini saya akan mencoba menyusun untuk rencana latihan tahunan untuk musim atau tahun yang akan datan yaitu tahun 2023. Jika dilihat dari
tanggala, 2023 memiliki 12 bulan dengan 52 minggu di dalamnya. Setelah mengetahui tanggalan, pelatih mulai menentukan waktu kompetisi yang akan
bergulir pada tahun atau musim 2023.

2. Kompetisi

Penentuan waktu kompetisi merupakan langkah yang tidak boleh dilewatkan dalam menyusun rencala latihan tahunan. Kompetisi yang akan diikuti
oleh SSB Bintang Taruna Indonesia, Tangerang adalah Tangerang Junir Leugea U-14 (TJL) yang bergulir selama ± 3 bulan yaitu bulan Oktober – November.
Setalah mengetahui dan ditetapkannya waktu kompetisi, pelatih akan mulai menyusun variabel latihan selanjtunya, yaitu fase dan sub fase latihan.

B. Periodesasi

Periodisasi kemampuan biomotor dan rencana tahunan adalah alat yang memandu pelatihan selama setahun. Mereka adalah komponen penting dari
periodisasi karena mereka membantu pelatih membagi tahun pelatihan menjadi fase yang berbeda dengan tujuan pelatihan yang sangat spesifik. Periodisasi
kemampuan biomotor dan rencana pelatihan tahunan adalah alat metodologis yang diperlukan untuk memaksimalkan adaptasi fisiologis, karena merupakan
landasan intrinsik yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Sama pentingnya untuk juga mengakui bahwa rencana pelatihan teknis, taktis, psikologis, dan
nutrisi juga bergantung pada konsep periodisasi dan harus diintegrasikan ke dalam rencana tahunan untuk membawa adaptasi dan kinerja ke tingkat setinggi
mungkin. Dengan kata lain, fase yang sama yang didefinisikan dalam rencana tahunan juga digunakan untuk periodisasi semua aktivitas yang digunakan
dalam latihan atlet.

Periodesasi berisikan siklus-siklus dan kemampuan biomotor yang nantinya sebagai acuan untuk pelatih dalam menyusun latihan. Periodesasi
memiliki 4 model rencana latihan tahunan yaitu monocyle, bi-cycle, tri-cycle dan multiple peak. Untuk atlet junior seperti SSB Bintang Taruna Indonesia,
saya menggunakan rencana latihan tahunan berjenis monocycle. Alasannya, karena model pelatihan ini cocok untuk atlet junior. Karena rencana semacam itu
memiliki fase persiapan yang panjang di mana atlet dapat mengembangkan elemen teknis, taktis, dan fisik dasar tanpa tekanan besar dari kompetisi.
Monocycle adalah rencana tahunan khas untuk olahraga musiman dan olahraga yang daya tahannya merupakan kemampuan biomotor yang dominan.
1. Fase Latihan dan Sub Fase Latihan

Fase persiapan berlangsung selama 3 hingga 6 bulan tergantung pada iklim, olahraga, dan jenis rencana tahunan yang digunakan . Sebenarnya, untuk
olahaga tim pada fase persiapan ini hanya berlangsung paling lama 2-3 bulan. Hal tersebut karena adanya dua jadwal kompetisi yang menyebabkan fase
kompetisi lebih lama dari pada fase persiapan. Akan tetapi, pada rencana latihan tahunan ini, atlet yang akan dilatih merupakan atlet junior pada fase
“Formation Athletic”, artinya jika dilihat dari Long Term Athlete Development (LTAD), tujuannya bukan untuk memenangkan kompetisi, tetapi “Train to
Train”, dimana latihan yang dilakukan dipersiapkan untuk jangka panjang ketika atlet junior ini sudah ke fase “High Performance” (atlet profeional).

Gambar 3. Fase Latihan dan Sub Fase Latihan Pada Rencana Latihan Tahunan SSB Bintang Taruna Indonesia Tahun 2023

Bisa dilihat pada gambar. 3, model rencana latihan diatas merupakan monocycle, baris periodisasi berisi tiga fase : fase persiapan (akhir Febuari
hingga akhir Agustus), fase kompetisi (awal September hingga pertengahan Januari), dan fase transisi (akhirJanurai hingga akhir Febuari).

a. Fase Persiapan : Fase persiapan memiliki 2 sub fase, yaitu fase persiapan umum dan fase persiapan khusus. Saya menetapkan waktu fase persiapan ini
selama 6 bulan dengan sub fase persiapan umum 3 bulan dan fase persiapan khusus 3 bulan lihat gambar. 3. Karena Karena rencana semacam itu memiliki
fase persiapan yang panjang di mana atlet dapat mengembangkan elemen teknis, taktis, dan fisik dasar tanpa tekanan besar dari kompetisi.
b. Fase Kompetisi : Fase kompetisi juga memiliki 2 sub fase, yaitu fase pra kompetisi dan fase kompetisi utama. Pada fase pra kompetisi akan adanya laga
uji coba atau eksibisi sebagai bahan evaluasi seperti teknik, taktik, dan fisik untuk menghadapi fase kompetisi utama. Saya menetapkan waktu 5 minggu fase
pra kompetisi tujuannya untuk meluangkan waktu laga eksibisi dan juga evaluasi sebelum masuk ke dalam fase kompetisi utama.

c. Fase Transisi : Pada fase transisi tidak memiliki sub fase seperti fase persiapan dan fase kompetisi. Fase transisi jua sering disebut dengan off-season. Fase
ini memfasilitasi istirahat psikologis, relaksasi, dan regenerasi biologis sambil mempertahankan tingkat persiapan fisik umum yang dapat diterima (40%
hingga 50% dari fase kompetitif). Pelatihan harus sederhana: Semua faktor pemuatan harus dikurangi; komponen pelatihan utama harus dipusatkan pada
pelatihan umum, dengan minimal, jika ada, pengembangan teknis atau taktis. Fase transisi biasanya berlangsung selama 2 hingga 4 minggu, tetapi dapat
diperpanjang hingga 6 minggu, terutama untuk atlet yang lebih muda. Dalam keadaan normal, fase transisi tidak boleh berlangsung lebih lama dari 6 minggu.
karena dapat menyebabkan penurunan kondisi fisiologis jika terlalu lama istirahat.

2. Kemampuan Biomotor

Gambar 4. Fase Kemampuan Biomotor

a. Strength (Kekuatan)
Tujuan, konten, dan metode program latihan kekuatan akan berubah sepanjang fase rencana latihan tahunan. Perubahan ini bertujuan untuk memaksimalkan
pengembangan jenis kekuatan tertentu yang dibutuhkan dalam olahraga sambil mempertimbangkan karakteristik individu atlet untuk mencapai performa yang
optimal. Perubahan ini juga bergantung pada fase program pelatihan tahunan dan adaptasi fisiologis yang ditargetkan untuk fase tersebut.

Gambar 5. Periodesasi Kemampuan Biomotor Strength (kekuatan)

1). Adaptasi Anatomi

Fase adaptasi anatomi bertujuan untuk perangsang keterlibatan sebagian besar otot sebagai pestabil. selain itu fase ini juga sebagai fase untuk
mempersiapkan otot, tendon, dan ligament agar terbebas dari cedera ketika menghadapi aktivitas stress yang akan datang. Fase adaptasi anatomi ini saya
tetapkan selama 6 bulan tujuannya agar atlet junior SSB Bintang Taruna Indonesia ini memiliki otot, tendon, dan ligamen yang kuat untuk jangka panjangnya
nanti. Sehinga atlet junior ini dapat meminimalisir atau bahkan terbebas dari cedera.

*Catatan : Tidak adanya fase kekuatan maksimum dikarenakan usia atlet yang masih sangat muda untuk menahan beban yang lebih berat karena dapat
memberi efek buruk bagi otot, tendon, ligament, dan tulang atlet.

3) Pemeliharaan

Fase rencana pelatihan tahunan ini dirancang untuk mempertahankan standar fisiologis dan kinerja yang dicapai selama fase sebelumnya. Fase
pemeliharaan harus mengandung volume latihan kekuatan yang cukup tinggi untuk mempertahankan peningkatan kekuatan sambil menghindari
perkembangan kelelahan tingkat tinggi.
b). Speed (Kecepatan)

Periodisasi pelatihan kecepatan dapat mengikuti beberapa subfase yang berbeda: fase kecepatan umum; fase akselerasi; fase kecepatan maksimum; dan fase
daya tahan anaerobik. Untuk olahraga tim, ada juga fase kecepatan, kelincahan, dan kelincahan reaktif khusus, yang langsung mengikuti fase akselerasi.

Gambar 6. Periodesasi Kemampuan Biomotor Speed (Kecepatan)

1). Kecepatan Umum dan Akselerasi

Langkah pertama dalam mengembangkan kecepatan adalah membangun dasar fisiologis dan teknis yang membekali atlet dengan keterampilan yang
dibutuhkan untuk bergerak cepat. Jenis pelatihan ini tipikal untuk fase persiapan umum dari rencana pelatihan tahunan dan dirancang untuk meningkatkan
kemampuan teknis para atlet selama bagian pertama ekspresi kecepatan (yaitu fase akselerasi).

c). Endurance (Daya Tahan)

Daya tahan dikembangkan dalam beberapa fase berbeda di seluruh rencana tahunan. Dalam rencana pelatihan tahunan yang membatasi satu puncak,
umumnya daya tahan akan dikembangkan dalam tiga fase: (1) daya tahan aerobik (oksidatif), (2) daya tahan aerobik dan spesifik, dan (3) daya tahan khusus
(ergogenesis).
Gambar 7. Periodesasi Kemampuan Biomotor Endurance (Daya Tahan)

Akan tetapi, fase-fase tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi biologis atlet yang salah satunya dipengaruhi oleh usia. Karena perencanaa latihan tahunan
untuk atlet U-13 tahun, maka saya hanya menetapkan dua fase: (1) daya tahan aerobik (umum) dan (2) daya tahan khusus.

1). Daya Tahan Umum

Daya tahan aerobik (oksidatif) dikembangkan selama fase transisi (istirahat aktif) dan fase persiapan awal (1 hingga 3 bulan). Setiap olahraga membutuhkan
sedikit perubahan, karena daya tahan aerobik yang dikembangkan selama fase ini dapat berupa kapasitas aerobik, daya aerobik, atau keduanya, tergantung
pada daya tahan khusus yang akan dikembangkan pada tahap selanjutnya. Kapasitas aerobik dapat dicapai melalui penggunaan metode yang seragam dan
stabil dengan intensitas sedang, sedangkan kekuatan aerobik dapat dicapai melalui latihan interval intensitas sedang hingga tinggi . Kekuatan aerobik yang
dikembangkan dalam fase ini berguna untuk olahraga kekuatan, karena memungkinkan atlet mensintesis ulang fosfokreatin lebih cepat di antara
serangan upaya anaerobik

2). Aerobik Khusus

Pengembangan pelatihan daya tahan khusus acara atau olahraga bertepatan dengan fase persiapan dan kompetitif yang terlambat dari rencana pelatihan
tahunan. Aktivitas khusus olahraga adalah rata-rata pelatihan yang disukai selama fase ini. Parameter latihan yang sesuai bergantung pada karakteristik
bioenergi olahraga dan kebutuhan individu atlet. Untuk banyak olahraga, pelatih harus menekankan intensitas latihan sehingga seringkali melebihi intensitas
kompetisi atau permainan.
d). Testing (Pemeriksaan)

Partisipasi atlet dalam kompetisi membutuhkan penilaian berkelanjutan, termasuk pengawasan medis oleh dokter dan pemantauan oleh orang tua dan
pelatih. Untuk menilai peningkatan dan reaksi atlet terhadap pelatihan dengan benar, setiap pelatih dan orang tua harus, seilmiah mungkin, memantau teknik.
Beberapa pelatih dan klub memiliki akses (dan sarana keuangan) ke laboratorium yang dapat mengelola pengujian fisiologis, psikologis, dan biomekanik
untuk mengevaluasi peningkatan, kinerja, efisiensi, efektivitas teknis, dan kekuatan mental atlet. Orang lain tidak memiliki kesempatan seperti itu.

Gambar 8. Periodesasi Pemeriksaan

Tanggal pemeriksaan pertama dilakukan pada awal fase persiapan betujuan untuk memeriksa tingkat kebugaran jasmani atlet setelah masa transisi
pada tahun sebelumnya. Tanggal pemeriksaan selanjutnya (persiapan khusus hingga transisi) bertujuan untuk melihat progres dari latihan yang telah
dilakukan.
Sepanjang program pelatihan, seorang pelatih harus memiliki umpan balik tentang respons fisiologis dan psikologis atlet muda terhadap beban atau
beban yang digunakan dalam pelatihan. Umpan balik semacam itu membantu pelatih memantau peningkatan dan secara efektif merencanakan perkembangan
latihan. Berikut contoh catatan hasil pemeriksaan kebugaran jasmani pada atlet junior SSB Bintang Taruna Indonesia, Tangerang U-13 dengan menggunakan
sarana dan metode yang sederhana.

Contoh hasil pemeriksaan kebugaran jasmani atlet sepak bola


Tabel 1. Pemeriksaan Strenght dan Power

Strength dan Power


Sit Up
Standing Long Incline Push Up
Nama (30
Jump (m) (30 detik)
detik)
1,22 12 13
Muhamad Ilham Budi Pratama 1,23 15 16
Daffra Syafiq Ibrahim 1,26 15 17
Galih Darma Seto Kurniggi 1,29 13 14
Satria Tri Admaja 1,35 14 16
Ferdi Nurdiansyah 1,37 16 13
Ismail Ridho Adhi Wicaksono 1,26 12 17
Ilham Bagus  Prayitno 1,30 12 15
Sahrul Roji 1,25 14 15

Tabel 2. Pemeriksaan Kecepatan


Kecepatan
Nama Sprint 30 m (detik)
Bayu Tirta Prakoso 6,10
Muhamad Ilham Budi Pratama 5,14
Daffa Syafiq Ibrahim 5,29
Galih Darma Seto Kurniggi 4,57
Satria Tri Admaja 5,63
Ferdi Nurdiansyah 5,09
Ismail Ridho Adhi Wicaksono 5,42
Ilham Bagus  Prayitno 5,85
Sahrul Roji 5,05

Tabel 3. Pemeriksaan Kelincahan


Agility
Nama 505 Agility Test (detik)
Bayu Tirta Prakoso 4,5
Muhamad Ilham Budi Pratama 3,59
Daffra Syafiq Ibrahim 3,67
Galih Darma Seto Kurniggi 3,94
Satria Tri Admaja 3,82
Ferdi Nurdiansyah 3,81
Ismail Ridho Adhi Wicaksono 4,41
Ilham Bagus  Prayitno 4,86
Sahrul Roji 3,87

Tabel 4. Pemeriksaan Daya Tahan atau Kardiovaskular


Endurance
Nama Beep Test Level
Bayu Tirta Prakoso 5/3
Muhamad Ilham Budi Pratama 5/6
Daffra Syafiq Ibrahim 5/7
Galih Darma Seto Kurniggi 7/1
Satria Tri Admaja 6/6
Ferdi Nurdiansyah 4/4
Ismail Ridho Adhi Wicaksono 6/6
Ilham Bagus  Prayitno 4/4
Sahrul Roji 4/4

Setelah melaksanakan pemeriksaan kebugaran jasmani, pelatih mulai menyusun program atau unit latihan.

C. Faktor Latihan

Gambar 8. Faktor Latihan

Jika diperhatikan antara volume dengan intensitas memiliki tingkat presentase berbeda. Tingkat volume lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas.
Hal itu dilakukan dengan tujuan menghindari over training. selain dari ke dua faktor yang sudah dijelaskan tadi terdapat beberapa faktor lain yaitu fisik,
teknik, taktik, latihan, dan gizi (jika mengerti gizi olahraga).

Pada awal fase persiapan, fisik dan teknik menjadi faktor utama yang dikembangkan. Mulai memasuki fase kompetisi, persiapan taktik dan psikologi
mulai meningkat, karena untuk persiapan kompetisi utama nanti. Dimana jika dalam pertandingan bukan hanya fisik, teknik, dan taktik saja yang
berpenagruh. Namun, peran psikologis menjadi hal penting juga yang harus diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai