Anda di halaman 1dari 15

DASAR KEPELATIHAN

PRINSIP LATIHAN BOLA BASKET

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Nimrot Manalu, M.Kes.

OLEH :
Harry fajar Nugraha Panjaitan ( 6191111010 )

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN & REKREASI


UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
UNIMED
T. A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas Project tentang “PRINSI LATIHAN BOLA BASKET ” tanpa halangan yang berarti dan
selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan Project ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan dan penulisan tugas ini dengan baik. Dan tidak
lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini.

Kami sadar Project ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami berharap saran dan
kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan tugas ini. Dan akhirnya kami berharap semoga
tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 24 september 2021

penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………....II

BAB I……………………………………………………………………………………………..1

BAB II…………………………………………………………………………………………….2

BAB III…………………………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...12

II
BAB I
PENDAHULUANA.
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju.Indonesia
merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan dalam percaturan dunia olahraga.
Ada cabang-cabang olahraga yang dapatmengharumkan nama bangsa ini, dalam upaya
meningkatkan danmempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara ini, maka upaya
tersebuttidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek tersebut berkembang.
Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.

Pelatih merupakan ujung tombak dalam upaya menunjang keberhasilan prestasi


olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik, maka pelatihharus menguasai teori dan
metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih, bekaldasar ilmu melatih tersebut merupakan
landasan yang berpedoman pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan,
meningkatkanketerampilan, teknik, taktik dan strategi.Ledakan pengetahuan dalam ilmu
Kepelatihan telah mencapai yangmengagumkan.

Di banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitianyang ditujukan untuk


meneliti gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baruyang diterbitkan untuk menampung
jumlah penelitian yang makin banyak yangdihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang
nampak di tahun akhir-akhir ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan
ilmu kepelatiha

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1 .Untuk mengetahui prinsip-prinsip latihan dalam ilmu kepelatihanolahraga.
2 .Untuk mengetahui pendapat-pendapat para ahli yang mendukung dari prinsip-prinsip
latihan dalam ilmu kepelatihan.
C. Manfaat
Dari penulisan makalah ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diambil yaitu
sebagai berikut :

1
1 .Dapat mengetahui prinsip-prinsip latihan dalam ilmu kepelatihan Olahraga terkusunya
basket.
2 .Dapat mengetahui prinsip-prinsip latihan dari berbagai pandangan paraahli dalam ilmu
kepelatihan olahraga

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Latihan
Pelatihan olahraga dimulai, lebih dari 3000 tahun lalu, sejak saat itulah atlet dan pelatih
telah melakukan dan mengikuti prinsip-prinsip latihan. Prinsip-prinsip ini telah melalui dan
merupakan hasil penelitian bidang keilmuan biologi, pembelajaran anak, dan psikologis. Prinsip-
prinsip pelatihan olahraga ini merupakan landasan dari teori dan metodologi latihan.

Sukadiyanto dan Muluk (2011: 13) menyatakan bahwa “prinsip latihan merupakan hal-
hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan
yang diharapkan”. Tujuan utama dari latihan adalah untuk meningkatan kinerja keterampilan
(skill) keolahragaam atlet dan, pada akhirnya, level kinerja pelatihan keolahragaan. Pemakaian
secara tepat prinsip-prinsip latihan ini akan menghasilkan program-program latihan yang
superior dan proses pelatihan yang baik dan sesuai bagi atlet. Adapun kualitas latihan
dipengaruhi oleh tahap-tahap berikut:
Program latihan untuk kebanyakan cabang olahraga pada dasarnya dibagi dalam tiga tahap,
yaitu; (a) tahap persiapan (persiapan umum dan persiapan khusus), (b) tahap kompetisi (pra
kompetisi dan kompetisi utama), dan (c) Tahap transisi. Usaha untuk mencapai prestasi
optimal dipengaruhi oleh kualitas latihan. Kualitas latihan ditentukan oleh berbagai faktor
antara lain, kemampuan dan kepribadian pelatih, fasilitas dan peralatan, hasil-hasil
penelitian, kompetisi dan kemampuan atlet yang meliputi bakat dan motivasi, serta
pemenuhan gizi atlet. Latihan yang berkualiats memang sangat diharapkan untuk
menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi (Sari, Tangkudung, & Sofyan, 2018, p. 11).
Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Sukadiyanto dan Muluk (2011: 14-23), ada
1.Prinsip Perkembangan Multilateral (Multilateral Development)
Kebutuhan perkembangan multilateral muncul untuk diterima sebagai kebutuhan dalam
banyak kegiatan pendidikan dan usaha manusia. Dengan mengesampingkan tentang bagaimana
pengajaran khusus dapat terjadi, kegiatan awal harus memperhatikan perkembangan multilateral
dalam upaya untuk memperoleh dasar-dasar yang diperlukan. Sejumlah perubahan yang terjadi
melalui latihan selalu saling berkaitan.

Secara garis besar pembinaan usia dini tersebut dapat dilakukan pada usia 6-14 tahun, yang
diharapkan pada usia 18-24 tahun akan dicapai usia emas. Dengan demikian siswa usia akhir SD

3
dan SMP dapat dikaterogikan sebagai anak usia dini (Raharjo, 2014:168). Pemanduan bakat
tepat diaksanakan sejak anak usia dini dimana pada tahap tersebut latihan dimulai pada tahap
multilateral.

Usia pengembangan multilateral merupakan usia pertumbuhan dimana terjadi


pengembangan berbagai potensi untuk menuju pada pembinaan di masa yang akan datang
(Lumintuarso, 2013:165). Pada usia multilateral anak sebaiknya diperkenalkan pada aktifitas
olah gerak secara menyeluruh untuk membangun komponen fisiknya secara keseluruhan
sehingga anak akan siap untuk selanjutnya masuk ke tahap latihan spesialisasi.

Usia yang tepat untuk memasuki tahap latihan spesialisasi menjadi sangat penting untuk
diketahui dan diterapkan dalam latihan. Secara umum, perbandingan usia untuk memasuki tahap
multilateral dan menuju tahap spesialisasi dapat dilihat pada gambar1.

2.Prinsip Beban Bertambah (Overload)

Konsep latihan dengan beban berlebih berkaitan dengan intesitas latihan. Beban latihan
pada suatu waktu harus merupakan beban lebih dari sebelumnya. Sebagai cara mudah untuk
mengukur intensitas latihan adalah menghitung denyut jantung saat latihan. Pada latihan
kekuatan (strength), latihan dengan beban lebih adalah memberikan tambahan beban lebih berat
atau memberikan tambahan ulangan lebih banyak saat mengangkat beban.

Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh,
sedang bila terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningktan kualitas fisik, sehingga beban
latihan harus memenuhi prinsip latihan itu.
B. Pengembangan Multilateral Dibanding Spesialisasi

Pengembangan kemampuan atlet secara keseluruhan mengandung pelatihan secara


berimbang antara multilateral dan spesialis. Secara umum, pada awal pengembangan pelatihan
atlet harus menitikberatkan pengembangan multilateral, dengan sasaran pengembangan kondisi
fisik secara khusus, yang terutama berpusat kepada keterampilan yang diperlukan pada sebuah
cabang olahraga ditingkatkan secara baik. Dengan tujuan pengembangan atlet secara efektif,

4
pelatih harus memahami pentingnya setiap dua tahap latihan (multilateral dan spesialis) dan
bagaimana merubah titik beratnya dalam rangka pengembangan kemampuan atlet.

Pengembangan Multilateral

Menurut Satria, dkk (2014: 31) prinsip perkembangan yang menyeluruh tampaknya sudah
menjadi suatu tuntutan yang dapat diterima di hampir semua dunia pendidikan dan pembinaan
olahraga. Seseorang pada akhirnya akan memilih dan mempunyai spesialisasi keterampilan,
namun pada awal belajar sebaiknya dilibatkan berbagai aspek kegiatan sehingga ia akan
memiliki dasar-dasar kokoh dan komplit yang akan sangat membantu mencapai prestasinya
kelak.
Untuk mendukung konsep pengembangan multilateral, dijumpai pada berbagai bidang
pendidikan dan human endeavors. Pada cabang olahraga, pengembangan multilateral, atau
pengembangan fisik secara keseluruhan, adalah sebuah necessity. Penggunaan rencana
pengembangan multilateral teramat sangat penting selama tahap awal perkembangan atlet.
Pengembangan multilateral selama rentang waktu beberapa tahun merupakan dasar periode-
periode latihan ketika titik berat berfokus pada perencanaan pengembangan spesialisasi. Jika
prinsip ini diterapkan, fase latihan multilateral akan menguntungkan untuk mengembangkan
kemampuan atlet secara fisik dan psikologi yang merupakan dasar maksimalisasi kinerja atlet
pada pengembangan karirnya.

Temtasi untuk membedakan antara rencana pengembangan multilateral dan mulai latihan
spesialisasi akan sangat cepat, khususnya ketika atlet muda menunjukan kecepatan
perkembangan pada aktivitas sebuah cabang olahraga. Pada berbagai kejadian, merupakan
paramount yang instruktur dan pelatih, atau orang tua tidak menyukai temtasi ini, karena akan
menjadi dokumen yang baik yang merupakan multilateral yang luas berdasar pengembangan
fisik adalah penting untuk persiapan atlet agar berkembang lebih spesialisasi dikemudian hari.

Sebuah pendekatan bertahap untuk pengembangan atlet, meningkat dari multilateral


menuju latihan spesialisasi seiring dengan kematangan atlet, penampilan untuk sebuah

5
persyaratan untuk maksimalisasi kinerja cabang olahraga. Gambar 2.1 merupakan ilustrasi
sebuah model konseptual untuk pendekatan bertahap jangka panjang dalam latihan.
Individualisasi
Individualisasi adalah satu dari persyaratan utama latihan sepanjang masa. Persyaratan
individualisasi yang harus dipertimbangkan oleh pelatih adalah kemampuan atlet, potensi, dan
karakteristik pembelajaran dan kebutuhan kecabangan atlet, untuk menaikkan level kinerja atlet.
Setiap atlet memiliki ciri fisiologik dan psikologik yang dibutuhkan sebagai pertimbangan
pengembangan sebuah rencana latihan.
Seringkali, pelatih menggunakan pendekatan yang tidak ilmiah untuk menyusun program
latihan serta sekaligus tidak mempertimbangkan pengalaman latihan seorang atlet, kemampuan,
dan peningkatan fisiologiknya. Lebih buruk lagi pelatih menggunakan program latihan atlet elit
untuk diterapkan bagi atlet junior yang belum mengalami pengembangan secara fisik, dasar
fisiologik, atau keterampilan psikologi yang diperlukan untuk digunakan tipe latihan yang dipilih
tersebut. Atlet muda secara fisiologik maupun psikologik tidak dapat menyesuaikan dengan
program yang dibuat untuk atlet berpengalaman.

C. PENGEMBANGAN OVERLOAD

Meningkatkan atau overload: ada hubungan antara beban dan proses adaptasi. Beban
pelatihan harus ditingkatkan secara bertahap untuk memungkinkan tubuh, untuk menyesuaikan
tuntutan yang lebih tinggi secara progresif.

Beban latihan kritis: Beban latihan mungkin meningkat untuk memenuhi tuntutan
persaingan yang lebih tinggi dalam situasi yang tidak terduga. Beban latihan harus dikelola lebih
dari beban umum. Beban kritis ini harus diukur 4-5 kali dalam setahun.

Beban Latihan Sebagaimana terlihat dari uraian di atas, dalam latihan olahraga beban
menjadi perhatian utama. Upaya harus dilakukan agar pekerjaan yang mungkin dapat dilakukan
dengan upaya minimal. Beban didefinisikan sebagai jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh tubuh
individu. Ini adalah tuntutan psikologis dan fisiologis yang dikenakan pada bagian-bagian tubuh
melalui rangsangan motorik yang menghasilkan peningkatan dan pemeliharaan kapasitas kinerja
yang lebih tinggi. Latihan olahraga terdiri dari latihan fisik.

6
Oleh karena itu perlu diwaspadai seberapa besar beban latihan membantu merangsang
berbagai organ tubuh, sehingga dapat dicapai manfaat yang maksimal dari seberapa besar beban
latihan membantu merangsang berbagai organ tubuh, sehingga dapat dicapai manfaat yang
maksimal.

Overload

Selama pelatihan orang olahraga, beban diberikan kepada para pemain sesuai dengan
kapasitas mereka. Setiap kali beban ini melampaui kapasitas individu, fisiologis dan psikologis
fungsi menjadi terganggu. Meskipun peningkatan beban ini tidak mempengaruhi orang olahraga
segera, jika pemberian kelebihan beban berlanjut untuk waktu yang lebih lama, itu menghasilkan
penurunan dari kinerjanya. Tanda dan gejala penting kelebihan beban adalah:

 kelelahan,
 penurunan kinerja,
 kehilangan minat dalam olahraga,
 kehilangan konsentrasi,
 kurang motivasi,
 gangguan tidur dan
 kehilangan nafsu makan
 rawan cedera.

Proses Adaptasi dan Beban Pelatihan

Adaptasi diartikan sebagai penyesuaian fisik dan sistem fungsional psikologis terhadap
beban latihan. Adaptasi ke beban menghasilkan peningkatan kinerja kapasitas. Dengan demikian,
seorang olahragawan dapat meningkatkan kemampuannya kinerja sebagai hasil dari proses
adaptasi. Adaptasi proses menuntut bahwa seorang olahragawan mempertahankan keteraturan
dalam pelatihan. Jika seorang olahragawan terkena hal baru dan asing memuat secara sistematis
dan terencana, proses adaptasi akan menjadi lebih cepat.

7
D. PENERAPAN PRINSIP MULTILATERAL & BEBAN BERLEBIH DALAM BOLA
BASKET

1. prinsip multilateral dalam basket

Seperti yang sudah saya katakana diatas, multilateral tidak dapat dilakukan dalam waktu
dekat, maka dari pada itu penerapa prinsip ini dalam permainan bola basket adalah memilih
benih yang dilatih dari usia dini sehinga motorik anak yang melibatkan lari, joging, dan lompat
berulang submaksimal (daya upaya ganda) yang dikombinasikan dengan keterampilan langsung
tubuh seperti berputar, mendarat, menghindar, keseimbangan statis dan dinamis, dan kelincahan.
Aspek lain dari olahraga ini melibatkan keterampilan kontrol objek untuk mengendalikan bola
basket saat menggiring bola, mengoper, menembak, memantul, dll.

Untuk memenuhi kebutuhan kekuatan dan pengkondisian untuk bola basket remaja,
program multidimensi dan komprehensif yang berfokus pada pemuda direkomendasikan.
Pelatihan neuromuskular integratif (INT) telah terbukti menjadi metodologi pelatihan yang
efektif untuk meningkatkan kebugaran, meningkatkan aktivitas fisik, dan melibatkan pemuda
dalam proses kekuatan dan pengkondisian (8). INT meliputi kebugaran kesehatan (misalnya,
kekuatan otot, daya tahan kardiovaskular, daya tahan otot, dan fleksibilitas), kebugaran
keterampilan (misalnya, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, daya, dan
kemampuan reaktif), dan kebugaran olahraga (misalnya, keterampilan motorik terapan dalam
konteks olahraga) dalam perkembangan terkait usia yang seimbang. INT telah terbukti
mempromosikan literasi fisik dan pengembangan atletik jangka panjang.
Drill yang dilakukan dalam prinsip ini sebagai berikut:
 Passing
Melakukan segala macam pasing tidak hanya teknik dasanya seperti chest pass, bounce
pass dan over head pass, masih banyak macamnya seperti behind the back, pass no look,
pass alley oop
 Lay Up
Lebih menuju ke macam-macam lay up, Tidak hanya dengan 2 step dengan tangan kanan
atau kiri, kita bisa melakukan lay up seperti step pertama purak-purak mengumpan,

8
sehingga musuh mengira kita mau mengumpan ternyata tidak, kita melakukan step ke
dua dengan lay up.
 Shooting
Kita bisa melakukan shooting dari sisi manapun di bagian daerah lawan, Shooting
biasanya di pakai oleh shooter dan shooting yang membahayakan adalah shooting three
point
 Dribbling
Mengunakan kombinasi dribble seperti , Crossofer, behind the lag dan roll, lebih banyak
di gunakan play maker atau point guard

2. prinsip beban berlebih dalam basket


Keterampilan olahraga dipelajari melalui berbagai teknik dan konsep. Ini adalah kualitas
latihan yang penting, bukan kuantitas dan intensitas. Mempelajari gerakan dengan benar pertama
kali sangat ideal. Tetapi ketika keterampilan yang dipelajari membutuhkan koreksi yang
substansial, pembelajaran yang berlebihan membantu.

Overload berarti berulang kali melatih keterampilan di luar apa yang diperlukan untuk
melakukannya. Sederhananya, ini adalah metode latihan yang berlebihan di mana kualitas dan
kuantitas digunakan untuk mengatasi kesalahan. Biasanya, keterampilan paling baik dipelajari
ketika kelelahan tidak mempengaruhi kemampuan atlet untuk membuat pola gerakan dengan
benar.

Dalam penerapanya dalam bola basket adalah, latihan yang dilakukan secara massive dan
terstuktur untuk mencapai kemampuan yang kita inginkan dalam waktu secepatnya antar lain dril
untuk prinsi ini adalah:
 Passing
Melakukan passing tunggal ataau berdua atau lebih dengan teman, Pertama-tama
menggunakan bahan stopwach. Kita mencoba passing ke arah tembok selama 1 menit
atau 30 detik, catat berapa jumlah passingnya dan ulangi cara tersebut sampai meningkat,
kegiatan ini di lakukan maksimal 5 kali. Kita liat hasilnya sampai bertambah.
 Lay Up

9
Kita melakukan lay up tanpa drible dan hanya menggunakan 2 step, di lakukan secara
berulang-ulang dan menambah kecepatan 2 step tersebut. Setelah itu kita lay up
menggunakan dribble, dari garis tengah dan di lakukaan sebanyak 4 set. Set pertama 10
kali lay up, set ke dua 20 kali lay up dan seterusya setiap set kita tambah 10.
 Shooting
Melakukan under ring kanan 2 set dan kiri 2 set, setiap pertambahan set kita tambah 20
under ring, setelah itu kita melaatih medium shoot, sama seperti undering tapi
menggunakan 3 set per set kita tambah 10.
 Dribbling
Menggunakan dribble 2 tang sekalingus kita kasih waktu 2-3 menit, selajutnya drible 2
sekaligus sambil sprin(berlari), latihan tersebut di lakukan 5 kali putaran lapangan basket.
Dan menambah power dribble kita.

10
BAB III
A.Kesimpulan
Bola basket adalah olahraga permainan bola berkelompok yang terdiri atas dua tim
beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan
memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Maka dengan itu cara melatih bola basket cukup
kompleks.

Pelatihan dalam basket harus la mengunakan prinsip yang tepat, hal ini dapat diketahui dari
tujuan dari latihan itu tersendiri. Jika dalam beberapa bulan lagi akan diadakan perlombaan
basket maka melatihan mengunakan prinsip overload adalah yang tepat. Akan tetapi jika kita
ingin menyiapkan atlet basket yang akan membawa nama Indonesia ke manca internasioanl
harusla kita didik dari sekarang atau mengunkana prinsip multilateral.

11
DAFTAR PUSTAKA
 https://doc.lalacomputer.com/makalah-bola-basket/

 https://journals.lww.com/acsm

 csmr/fulltext/2019/04000/sports_training_principles.2.aspx

 https://sites.google.com/site/coachlachlansbasketball/principles-of-training/progressive-
overload

 https://www.issaonline.com/blog/index.cfm/2019/understanding-and-using-the-overload-
principle#:~:text=The%20overload%20principle%20is%20one,%2C%20strength%2C
%20or%20muscle%20size.

12

Anda mungkin juga menyukai