Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembinaan olahraga merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting untuk
meningkatkan prestasi dalam berbagai cabang olahraga, hal ini sesuai dengan arah
kebijakan pemerintah dalam TAP MPR RI Dan GBHN sebagai berikut :
“untuk menumbuh kembangkan budaya olahraga guna meningkatkan masyarakat
Indonesia, sehingga memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup, yang
mulai sejak dini melalui pendidikan sekolah dan masyarakat” (Debdikbud, 1994).
Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang amat berharga, tetapi tidak diperoleh
dengan sendirinya, melainkan melalui usaha. Tidak ada yang meragukan bahwa
kesehatan itu bukanlah segala-galanya, tetapi segala sesuatu tidak akan ada artinya
tanpa kesehatan (Rhoting & Frohl, 1991, dalam rusli, 2001).
Uraian diatas menyatakan bahwa untuk memiliki kesehatan yang memadai
sebagai upaya untuk mengatasi masalah yang muncul menghadapi bahan fisik dalam
kehidupan modern dapat dibantu dengan melakukan olahraga. Suatu kenyataan
menunjukkan bahwa ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga
sekarang ini. Pertama, mereka yang melakukan olahraga hanya untuk rekreasi, yaitu
mereka melakukan olahraga hanya untuk mengisi waktu senggang, dilakukan penuh
kegembiraan. Jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat,
sarana maupun peraturannya. Kedua, mereka yang melakukan olahraga untuk tujuan
pendidikan, seperti misalnya anak-anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga.
Kegiatan yang tidak formal tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional
melalui kurikulum tertentu. Ketiga, mereka yang melakukan kegiatan olahraga
dengan tujuan mencapai tingkat prestasi tertentu (UUD No.3 Tahun 2005).
Dalam cabang olahraga sepakbola banyak faktor yang mempengaruhi untuk dapat
meraih suatu prestasi. Adapun faktor yang dapat mempengaruhi prestasi tersebut
adalah : kondisi fisik, teknik, taktik dan mental (psikis). Disamping penguasaan
teknik dan taktik yang baik diperlukan kondisi fisik yang bagus, karena tanpa kondisi

1
fisik yang bagus seorang atlet tidak bisa menguasai teknik dan taktik yang baik. Oleh
karena itu diperlukan sekali pemahaman dari seorang pelatih tentang kondisi fisik
para atletnya, agar seorang pelatih dapat merancang dan menjalankan program latihan
sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya dalam melatih.
Untuk meraih prestasi sepakbola yang baik disamping usaha pembinaan dan
berlatih yang teratur, terarah dan kontiniu hendaknya pembinaan tersebut diarahkan
kepada pembinaan kondisi fisik sebagai faktor yang dominan terhadap keberhasilan
dalam meraih prestasi puncak. Adapun komponen kondisi fisik tersebut terdiri dari:
daya tahan, kekuatan, kecepatan, daya ladak, kelentukkan, keseimbangan, kordinasi,
kelincahan, ketepatan dan reaksi, Sayoto (1988). Masing-masing komponen tersebut
itu harus berada pada tingkat yang teratas sesuai dengan tuntunan dari masing-masing
cabang olahraga.
Pembinaan dan pengembangan cabang olahraga pada saat ini terus ditingkatkan,
hal ini menunjukkan bahwa semua kegitan olahraga selain ditujukan untuk kesehatan
dan kebugaran jasmani juga bertujuan untuk pembinaan dan pengembangan Atlet
berprestasi. Oleh karena itu peningkatan kualitas manusia Indonesia harus diusahakan
dengan menciptakan budaya olahraga didalam kehidupan bermasyarakatnya,
penyempurnaan metode latihan, penggunaan fasilitas yang canggih dan sarana
prasarana yang memadai akan mempermudah pencapaian hal tersebut.

Dalam cabang olahraga sepakbola semua komponen kondisi fisik menjadi


dominan dalam suatu pertandingan sepakbola karena olahraga tersebut memerlukan
kondisi fisik dan daya tahan selama pertandingan berlangsung. Mengungkapkan
kondisi fisik satu komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatan maupun
pemiliharaannya, untuk meningkatkan kondisi fisik pemain sepakbola dapat
dilakukan melalui latihan.
Menurut harsono (1988:101) latihan (training) adalah proses yg sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian
menambah jumblah beban latihan atau pekerjaannya. Yang di maksud sistematis
adalah berencana menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari

2
mudah kesukan, latihan yang teratur dari sederhana yang kekomplek. Berulang ulang
maksudnya adalah agar gerakan gerakan semula sukar dilakukan menjadi seperti
mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaanya sehingga menghemat energy. Kian hari
maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk
ditambah bebannya, jadi bukan berarti setiap hari. Salahsatu bentuk latihan untuk
meningkatkan kondisi pemain sepakbola adalah metode latihan interval training.
Interval training Sesuai dengan namanya, interval training adalah suatu sistem
latihan yang di selingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Jadi,
latihan (misalnya lari) – istirahat-latihan- istirahat- latihan dan seterusnya. Interval
training adalah acara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan
keseluruhan. Interval training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh
karena memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun
stamina atlet. Bentuk latihan dalam interval training dapat berupa lari (interval
running). Interval training dapat pula diterapkan dalam weight training, circuid
training, dan sebagainya.
Di Kabupaten Kerinci SSB Bintang Harapan pernah mengukir berbagai prestasi
di setiap ajang yang pernah diikuti. Mereka pernah menjadi juara dua turnamen
Bupati Cup usia 18 Tahun pada Tahun 2014, Mereka pernah juga menjadi juara 1
Usia senior pada Turnamen Sebukar Cup tahun 2015. Namun dari tahun 2015 sampai
saat ini SSB Bintang Harapan tidak pernah lagi mengukir prestasi di setiap ajang
yang diikutinya. Penyebab pemunduran prestasi pemain SSB Bintang Harapan
mungkin di karenakan lemahnya kondisi fisik pemain SSB Bintang Harapan tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis pemain sepakbola SSB Bintang Harapan pada
saat pertandingan uji coba, penulis melihat bahwa pemain sepakbola SSB Bintang
Harapan masih banyak kondisi fisiknya yang lemah dikarenaakan kebanyaan melatih
teknik dari pada fisik. Penyebab lainnya ialah kurangnya kecepatan lari pemain SSB
Bintang Harapan dan kurangnya pelatih mengajarkan metode latihan fisik salah
satunya metode interval training.

3
1.2 Identifikasi Masalah
Berikut tolak dari latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan maka
peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Lemahnya kondisi fisik pemain sepakbola SSB Bintang Harapan
2. Kurangnya kecepatan lari pemain sepakbola SSB Bintang Harapan
3. Kurang di latihnya metode latihan interval training
4. Waktu latihan yang sangat singkat lebih banyak belajar teknik dan games
1.3 Batasan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini, maka diperlukan
pembatasan masalah. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :
Kecepatan lari pemain SSB Bintang Harapan Kabupaten Kerinci.
1.4 Devenisi Operasional Penelitian
1. Interval Training
Interval training adalah serangkaian acara latihan fisik yang diulang-
ulang yang diseling dengan periode-periode pemulihan. Latihan fisik
ringan biasanya mengisi periode pemulihannya. Untuk memahami
mengapa metode pelatihan ini sedemikian berhasilnya, maka akan kita
mulai dengan uraian mengenai produksi energi dan keletihan selama
kegiatan intermiten ini. Produksi energi selama latihan fisik berlaku juga
bagi kegiatan yang dilakukan secara intermiten maupun yang dilakukan
secara kontinyu/terus menerus
2. Kecepatan Lari
Kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar, sehingga
kecepatan merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti
nomer-nomer lari jarak pendek, renang, olahraga beladiri dan olahraga
permainan. Kecepatan yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan-
gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak yang sesingkat-
singkatnya

4
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti oleh penulis
adalah “Apakah terdapat pengaruh metode interval training terhadap peningkatan
kecepatan lari siswa Sekolah Sepakbola Bintang Harapan Kabupaten Kerinci ?
1.6 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah ada atau tidaknya
pengaruh metode interval training terhadap peningkatan kecepatan lari siswa Sekolah
Sepakbola Bintang Harapan Kabupaten Kerinci.
1.7 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pembaca dalam menambah ilmu pengetahuan.
2. Sebagai upaya nyata dalam proses peningkatan prestasi olahraga khususnya
cabang olahraga sepakbola.
3. Sebagai masukan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keolahragaan
dalam memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan terutama mengenai
olahraga sepakbola.
4. Bagi pelatih sebagai panduan dalam pertimbangan pembuatan program
latihan.
5. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan.

5
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Permainan Sepak Bola


a. Pengertian Permainan Sepak Bola
Sepak Bola merupakan permainan beregu yang dimainkan oleh dua
regu, masing- masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk penjaga
gawang. Permaianan bola dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali
kedua tangan. Hampir seluruh permaianan dilakukan dengan keterampilan
kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola mengunakan anggota
badannya dengan kaki maupun tangannya.

Tujuan dalam Permainan Sepak Bola adalah memasukkan bola


kegawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak
kemasukan bola dari gawang lawan. Suatu regu dapat dinyatakan menang
apabila sama maka permainan dinyatakan seri atau Draw.

Sepak Bola terdiri dari 11 orang pemain (Suharsono dalam Adrian


Nusmoy, 1982:79). Hampir seluruh permainan dimainkan dengan
keterampilan kaki, badan dan kepala untuk memainkan bola. Namun tuntunan
tentang teknik dasar dan keterampilan bermain sepak bola.

Djezed dan Darwis, (1985 : 58) mengemukakan :

Sepak Bola adalah satu cabang olahraga permainan yang


masing – masing terdiri dari 11 orang pemain dan salah seorang
pemain diantaranya menjadi penjaga gawang. Dimainkan
dilapangan yang rata berbentuk persegi panjang. Ukuran
penjangnya adalah 110 meter dan lebar 70 meter yang diabtasi
garis selebar 12 cm serta dilengkapi 2 buah gawang yang tingginya
2,44 meter dengan lebar 7,32 meter. Hal ini sesuai dengan

6
praturan PSSI yang telah resmi dipakai dalam induk organisasi
Sepak Bola internasional (FIFA).

Sepak Bola adalah permainan beregu yang tiap regu dari sebelas orang
pemain salah satunya adalah penjaga gawang, permainan seluruhnya
mengunakan tangan didarah hukumannya (Sucipto dalam Adrian Nusmoy,
2000:7).

Permainan Sepak Bola dimainkan dala 2 (dua) babak. Lama waktu pada
setiap babak adaah 45 menit, dengan waktu istirahat 15 menit. Lapangan
permainan empat persegi panjang, dengan waktu istirahat 15 menit.
Lapangan permainan empat persegi panjang, panjangnya tidak boleh lebih
dari 120 meter dan tidak boleh kurang dari 90 meter, sedang lebarnya tidak
boleh lebih dari 90 meter dan tidak boleh kurang dari 45 meter (dalam
pertandingan internasional panjangnya lapangan tidak boleh lebih dari 110
meter dan tidak boleh kurang dari 100 meter, sedang lebarnya tidak lebih dari
75 meter dan tidak boleh kurang dari 64 meter).

Pada pertandingan yang menentukan misalnya pada pertandingan final,


apabila terjadi nilai yang sama, maka untuk menentukan keemenangan
diberikan babak tambahan waktu selama 2 x 15 menit tanpa ada waktu
istirahat. Jika dalam waktu tambahan 2 x 15 menit nilai masih sama, maka
akan dilanjutkan dengan tendangan pinalti untuk menentukan tim maan yang
menang. “Tujuan dari olahraga sepak bola adalah pemain memasukkan bola
sebanyak-banyaknya kegawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya
sendiri, agar tidak kemasukan,” (Sucipto dalam Adrian Nusmoy,2000:7).

Djezed dan Darwis (dalam Adrian Nusmoy, 1985:59) menambahkan


bahwa :

Dalam permainan sepabola digunakan bola yang bulat dari


kulit, dan dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu dua orang

7
hakim garis. Permainan berlangsung dalam dua babak
disesuaikan dengan tingkat umur, usia 12 tahun kebawah lamanya
permainan 2 x 10 menit, sedangkan usia 13–15 tahun 2 x 35
menit, selanjutnya usia 16-19 tahu 2 x 40 menit, dan untuk usia
20 tahun keatas selama 2 x 45 menit. Dengan lamanya istirahat
baik dari usia 12 tahun kebawah samapi 20 tahun keatas waktu
istirahat disamakan yaitu 2 x 15 menit.

Sepak bola merupakan olahraga yang memiliki aktivitas gerak yang


menuntut berbagai keterampilan, teknik dan taktik disamping kondisi yang
prima bagi pelakunya. Disamping itu sepak bola menuntut kreativitas teknik,
keberanian untuk berbuat sesuatu dan kepercayaan akan kemampuan sendiri.
Permainan sepak bola merupakan permaian kelompok yang melibatkan
banyak unsur, seperti fisik, teknik, taktik, dan mental (Herwin, 2006 : 78).

Dengan demikian sepak bola adalah permainan beregu yaitu dua


kesebalasan saling bertanding yang melibatkan unsur fisik, teknik, taktik, dan
mental, dilakukan dengan cara menendang sebuah bola yang diperebutkan
oleh pemain dari kedua tim dengan tujuan memasukkan bola kegawang lawan
seabnyak-banyakna dan memepertahankan gawang dari kebobolan dengan
mengacu pada praturan yang telah ditentukan.

Sepak Bola merupakan cabang olahraga yang sangat populer didunia


dan olahraga ini sangat la mudah dipahami. Pada tanggal 21 mei 1904
berdirilah federasi sepak bola dunia yang disingkat FIFA (Federation
Internasional The Football Association). Dan di Indonesia, organisasi yang
menaungi sepak bola adalah PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia).
PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930.

8
Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang yang digemari
masyarakat indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
baik itu anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu olahrgaa sepak bola
huga banyak dimainkan oleh kaum perempuan baik diluar negeri maupun
dalam negeri. Untuk pembinaan para pemain yang berpotensi dan berbakat
akan dibina atau dilatih.

Untuk meningkatkan keterampilan pemain perlu adanya organisasi


sebagai tempat pembinaan. Organisasi tersebut biasa disebut dengan Klub,
dalam Klub Sepak Bola tersebut perlu adanya manajemen organisasi untuk
kelangsungan organisasi sepak bola tersebut. Karena dalam unsur manajemen
meliputi perencanaan, pengorrganisasi, penggerakan dan pengawasan
sehingga tujuan dari organisasi tersebut dapat dicapai. Dalam organisasi
sepak bola tersebut juga mencakap pembinaan bagi para pemain. Pembinaan
para pemain sepak bola dimulai dari masing-masing klub, kemudian klub
daerah dan yang terkahir klub tingkat nasional.

b. Teknik Dasar Sepak Bola


Permainan sepak bola mencakup dua kemampuan dasar dan gerak atau
teknik yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang pemain sepak bola, yaitu
teknik badan dan teknik bola Remmy Muctar (dalam Adrian Nusmoy 1992 :
54). Menurut Remmy Muctar (1998 : 28), yang dimaksud dengan teknik
badan disini adalah cara seorang pemain menguasai gerak tubuhnya dalam
sebuah permainan yaitu bagaiman cara berlari, cara melompat dan gerak tipu
badan. Sedangkan teknik dengan bola dalah cara pengusaan bola dengan
menggunakan berbagai bagian tubuh, seperti teknik menendang, menerima
bola, menggiring bola, gerak tipu bola, menyundul bola, lemparan kedalam
dan teknik penjaga gawang.

Teknik dasar dengan bola yang harus dimiliki pemain Sepak Bola
menurut Herwin (2004: 24-25) antara lain :

9
a. Pengenalan bola dengan bagian tubuh (ball feeling)

b. Menendang bola (passing)

c. Menendang bola pendek dan panjang melambung, menendang bola


kegawang (shooting)

d. Mengiring bola

e. Menghadapi lawan dan daerah bebas, menerima dan menguasai bola


(Receiving and Controling the ball) dengan kaki, paha dan dada.

f. Menyundul Bola (Heading) untuk bola lambung atau bola atas

g. Gerak tipu (Feinting) untuk melewati lawan

h. Merebut bola (Tackling) saat lawan menguasai bola

i. Melempar bola (Throw-in) bila bola keluar lapangan untuk menghidupkan


kembali permainan

j. Teknik menjaga gawang (Goal keeping).

Sedangkan menurut Sucipto (2000:17), teknik – teknik yang harus


dimiliki oleh seorang pemain sepak bola adalah menendang (Kicking),
menghentikan (stoping), mengiring (Dribling), menyundul (heading),
merampas (Trackling), lemparan kedalam (throw-in), dan menjaga gawang
(goal keeping).

2.2 Kondisi Fisik


Menurut Sarumpaet dalam Asril (2008:93) menyatakan bahwa
“Kondisi fisik adalah keadaan fisik seseorang pada saat tertentu untuk
melakukan suatu pekerjaan yang dijadikan bebannya. Seseorang dapat
dikatakan berada dalam kondisi fisik baik kalau ia mampu melakukan

10
pekerjaan yang dibebankan kepadanya atau yang ingin dilakukannya tanpa
kelelahan yang berlebihan”. Selanjutnya Sajoto (1988:76) mengemukakan
bahwa “Kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan
dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dikatakan dasar
landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat dikemukakan bahwa kondisi


fisik merupakan semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang
realisasinya dilakukan melalui kemampuan pribadi.

Prihastono dalam Martha (2008:42) mengemukakan bahwa


“komponen kondisi fisik terdiri atas 2 bagian yaitu: kondisi fisik umum dan
kondisi fisik khusus, kondisi fisik umum adalah kemampuan dasar untuk
mengembangkan kemampuan tubuh yang terdiri dari: kekuatan, daya tahan,
kecepatan, kelenturan, dan kelincahan. Selanjutnya Frohner dalam Syafruddin
(2005:76) mengemukakan bahwa ”latihan kondisi fisik umum berarti latihan-
latihan yang beraneka ragam untuk mengembangkan kemampuan tubuh dan
merupakan dasar untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus.
Sedangkan kemampuan kondisi fisik khusus merupakan kemampuan yang
langsung dikaitkan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga”.
Jonath dan Krempel dalam Syafrudin (2005:87) mengatakan “bahwa bila
kondisi dihubungkan dengan kemampuan prestasi dalam suatu cabang
olahraga tertentu, maka kondisi disini disebut dengan kondisi fisik khusus”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat dikemukakan bahwa;


latihan kondisi fisik umum merupakan suatu fundamen fisik dalam setiap
cabang olahraga. Ini berarti bahwa kondisi fisik umum merupakan semua
kemampuan jasmani atlet secara umum yang merupakan kondisi awal tubuh
sebelum mengikuti latihan secara khusus yang direalisasikan melalui
kemampuan pribadi dan diperlukan untuk semua cabang olahraga. Kondisi
fisik khusus merupakan suatu latihan yang optimal dari kemampuan kondisi

11
yang menentukan prestasi setiap cabang olahraga. Dengan kata lain, setiap
cabang olahraga atau disiplin tertentu membutuhkan kemampuan kondisi fisik
khusus tersendiri dan spesifik.

Arsil (2000:36) mengemukakan bahwa “Kondisi fisik berfungsi untuk


meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya (multi lateral physical
development), meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specipic physical
development), menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih dan dibina,
untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi dan cara belajar teknik”.

Menurut Syafruddin (2005:54). “Kondisi fisik juga di pengaruhi oleh


beberapa faktor yaitu : kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan, dan daya
ledak”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan daya tahan,


kecepatan, dan kelincahan termasuk dalam komponen kondisi fisik.

a. Daya Tahan (Endurance)


Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam mengunakan ototnya
berkontraksi terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban
tertentu (M. Sajoto, 1995:8). Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja
atau berlatih dalam waktu yang lama, dan setelah belatih dalam jangka waktu
lama tidak mengalami kelelahan yang berlebihan (Garuda Mas, 2000:89).

Permainan sepak bola merupakan salah satu permaianan yang


membutuhkan daya tahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Daya tahan
penting dalam permainan sepak bola sebab dalam jangka waktu 90 menit
bahkan lebih, seorang pemain melakukan kegiatan fisik terus menerus dalam
berbagai bentuk gerakan seperti Berlari, Melompat, Meluncur (sliding), Body
(carge), dan sebagainya yang jelas memerlukan daya tahan yang tinggi.

12
b. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya (M. Sajoto 1995:8). Oleh karena itu seseorang yang mempunyai
kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam
waktu yang pendek setelah menerima rangsang.

Kecepatan disini dapat didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk


tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh. Faktor yang mempengaruhi
kecepatan, antara lain : kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis kelamin (Dangsina
Moeleek, 1984 : 7-8).

Kecepatan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan


kemampuan seseorang dalambermain sepak bola. Pemain yang memiliki
kecepatan akan dapat dengan cepat mengiring bola ke daerah lawan dan akan
mempermudah pula dalam mencetak gol ke gawang lawan, selain itu
kecepatan juga diperlukan dalam usaha pemain mengejar bola.

c. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu, seseorang yang mamu mengubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan tinggi, dalam koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup
baik (M. Sajoto, 1995 : 8) mengunakan istilah ketangkasan.

Ketangkasan adalah kemampuan merubah secara teepat arah tubuh atau


bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan seseorang
dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan, kelentukan
(Dangsina Moeloek, 1984 : 9 ). Dari kedua pendapat tersebut terdapat
pengertian yang menitik beratkan pada kemampuan utnuk merubah arah
posisi tubuh tertentu.

13
Kelincahan dapat kita amati dalam situasi permaianan sepak bola,
misalnya seorang pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih
dapat menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada
temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah mengalami
situasi yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun
kemungkinan justru mengalami cidera kana jatuh.

Proses latihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus
dilakukan dengan hati-hati, dengan sabar dan penuh kewaspadaan terhadap
atlet. Melalui latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang intensitas nya
sedikit demi sedikit bertambah, lama-kelamaan seorang pemain akan berubah
menjadi pemain yang lincah, terampil dan berhasil guna.

Setelah pemain mencapai tingkat kondisi yang baik untuk menghadapi


musim-musim berikutnya, latihan0latihan kondisi tersebut harus tetap
dilanjutkan selama musim dekat perlombaan, meskipun tidak seinsentif
seperti sebelumnya. Maksudnya adalah tingkatan kondisi fisik dapat tetap
dipertahankan selama musm-musim tersebut.

2.3 Kerangka Konseptual


Berdasarkan pendapat para ahli teori-teori yang dikemukakan para ahli
seperti yang dipaparkan dalam kajian teori. Penelitian berpendapat kondisi
fisik khusus sangat

mempengaruhi penampilan atlet sepak bola SSB Gelora Karya. Permainan


sepak bola berlangsung selama 2 x 45 menit selama waktu tersebut suatu team
harus berusaha memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan
mencegah gawang sendiri supaya tidak kemasukan bola dari lawan. Oleh
karena itu sangat dibutuhkan kondisi fisik keterampilan dsar yang baik untuk
memenangkan suatu pertandingan. Dalam waktu 2 x 45 menit pertandingan
akan terjadi banyak pergerakan yang membutuhkan daya tahan aerobik, power
otot tungkai, kekuatan otot lengan, kecepatan dan kelincahan.

14
Agar tampil maksimal dalam pertandingan sepak bola dibutuhkan kondisi
fisik yang baik, dengan demikian untuk mencapai prestasi Sepak Bola yang
maksimal, kondisi fisik diatas harus dalam keadaan prima. Untuk
memperoleh kondisi fisik yang prima diperlukan latihan yang terprogram
dengan baik, unsur kondisi fisik dalam olahraga Sepak Bola tersebut adalah
Daya Tahan, Daya Ledak Otot Tangan, Kecepatan Dan Kelincahan.

Agar lebih jelas gambaran kondisi fisik yang berperan penting untuk atlet
sepak bola SSB Gelora Karya dapat dilihat sebagai berikut :

Aerobik
Daya Tahan
Kondisi fisik atlet
Anaerobik
sepak bola SSB Kecepatan
GELORA KARYA

Kelincahan

Gambar 1 : Kerangka Konseptual

2.4 PENELITIAN RELEVAN


a. Ommani K.adnan (2013) yang berjudul “Survei kondisi fisik atlet Sepak
Bola siswa SMK 1 Gorontalo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh latihan kondisi fisik terhadap peningkatan kondisi fisik
pada atlet sepak bola siswa putra Smk negeri 1 Gorontalo. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa daya tahan cardiovaskuler atlet berkategori sangat
kurang dengan presentase 100%, dari 23 orang siswa atlet sepak bola siswa
Smk negeri 1 Kota Gorontalo dengan melakukan Bleep test mereka hanya
bisa sampai pada tingkat maksimum pada tingkatan kedelapan balikan
keenam (41,8), sedangkan yang paling terendah pada tingkatan kedua
balikan ketujuh (22,1).

15
b. Bangun yuda prawira (2013) yang berjudul “Tinjauan kondisi fisik atlet bola
basket SMA Negeri 3 Payakumbuh”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kondisi fisik atlet bola basket SMA Negeri 3 paya
kumbuh yang berkenaan dengan daya tahan aerobik daya ledak otot lengan,
kecepatan, kelincahan, dan daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dari 30 orang atlet bola basket SMA Negeri
payakumbuh rata-rata tingkat daya tahan aerobik = 34,6 kg/bb bb/menit kategori
kg bb
cukup untuk putra dan = 27,8 /bb /menit kategori kurang untuk putri.
Sedangkan untuk kecepatan rata – rata 5,4 detik di kategori baik untuk putra
dan = 7,5 detik detik tergolong tergolong baik untuk putri. Sedangkan untuk
kelincahan dari 30 orang atlet bola basket SMA Negeri 3 Payakumbuh, rata-
rata tingkat kelincahan 14 detik kategori cukup untuk putra dan 14,7 detik
tergolong kategori baik untuk putri.
c. Satrio Yudi Erlangga (2013) yang berjudul “Survei Kondisi Fisik dan
Keeterampilan Teknik Dasar sepak bola SSB Mitra Surabaya” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kondisi fisik dan
keterampilan teknik dasar sepak bola pemain Mitra surabaya U-15. Hasil
penelitiaan ini menunjukkan bahwa kondisi fisik secara keseluruhan pemain
Mitra Surabaya U-15, 5 % termasuk dalam kategori sangat baik, 5 % dalam
kategori sangat baik, 85 5 dalam kondisi cukup, dan 5 % dalam kategori
kurang. Sedangkan untuk tes keterampilan teknik dasar diketahui bahwa 30
% termasuk kategori sangat baik, 65 % dalam kategori baik, dan sisanya 5 %
sangat baik, 65 % dalam kategori cukup.

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat diskriptif dimana peneliti ini
bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu apa adanya. Sebagaimana yang
dikemukakan Arikunto (2003:137) bahwa: ”penilitian diskriptif adalah penilitian
yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis teretentu, tetapi hanya
meneggambarkan apa adanya tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan“.

3.2 Tempat dan WaktuPenelitian


Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stadion Mini Kota Jambi, pada
tanggal Waktu penelitian pada tanggal 13 Mei 2017 dan 20 Mei 2017 pada pukul
14.30 sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel


a. Populasi
Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan
masalah yang ingin diteliti, populasi adalah obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiono, 2012:80). Berdasarkan
pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet sepak
bola SSB Gelora Karya.

b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:120), apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik populasi diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil
antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.

17
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997:99).

Dalam penelitian yang menjadi variabel adalah kondisi fisik yang


meliputi kecepatan, kelincahan dan daya tahan aerobik (VO2Max).

3.5 TeknikPengumpulan Data


Data yang diperoleh oleh peneliti melalui tes dan pengukuran terhadap
variabel yang terdapat dalam penelitian berupa : kecepatan, kelincahan dan daya
tahan aerobik (VO2Max) dan anaerobik.

Tes terdiri dari (1) sprint 30 untuk mengukur kecepatan, (2) lari bolak-balik
(shuttle run) 4 x 10 meter untuk mengukur kelincahan, dan (3) lari 1500 meter untuk
mengukur daya tahan aerobik dan Running-based Anaerobik Sprin Test (RAST)
untuk mengukur Daya Tahan Anaerobik.

3.6 InstrumenPenelitian Dan PelaksanaanTes


Untuk mendapat data tentang kondisi fisik atlet sepak bola SSB Gelora Karya,
instrumen yang digunakan penelitian ini adalah melalui tes dan pengukuran masing-
masing variabel, yaitu :

a. Kecepatan diukur dengan sprint 3x30 meter.


b. Kelincahan diukur lari bolak-balik (shuttle run) 4x10 meter.
c. Daya tahan aerobik (VO2Max) diukur dengan bleep test
d. Daya tahan Anaerobik diukur dengan (Running-based sprint test) sprint 300
meter.
3.7 Perlengkapan dan Pelaksaan Tes
Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, peneliti mengunakan
instrumen tes untuk masing-masing variabel yaitu sebagai berikut :

1. Tes kecepatan
a. Nama test : Tes lari 30 meter

18
b. Tujuan : untuk mengukur kecepatan
c. Perlengkpan :
1) Stopwatch, meteran dan peluit
2) Lintasan
3) Bendera

Gambar 3.1 Lintasan lari 30 meter


Sumber : Widiaastuti (2011)
d. Pelaksanaan
1) Peserta tes berdiri dibelakang garis start, dengan sikap start melayang
(berdiri).
2) Pada aba-aba “ya” peserta tes berusaha berlari secepat mungkin
dengan dengan menempuh jarak 30 meter.
3) Kecepatan lari dihitung dari saat aba-aba :ya:
4) Tiap peserta diberi tiga kali kesempatan dan waktu yang terbaik yang
akan diambil dari dua kesempatan tersebut.
5) Penilain : untuk mengetahui kemampuan kecepatan dapat diliohat
pada tabel norma di bawah ini :
Tabel 3.1 Norma Standarisasi untuk Kemampuan Tes Lari 30
meter
Persentase / Nilai Skor dari Tes
Kategori
Baik sekali 5 <4.0

19
Baik 4 4.2 - 4.0
Sedang 3 4.4 – 4.3
Kurang 2 4.6 – 4.5
Kurang sekali 1 >4.6
Sumber : Widiaastuti (2011)
2. Tes Kelincahan
a. Nama test : Tes lari bolak-balik
b. Tujuan : untuk mengukur keammpuan merubah arah berlari
c. Perlengkapan
1) Lapangan
2) Stopwach
3) Isolasi atau kapur untuk membuat garis batas

10 meter

Gambar 3.2 Lintasan Lari Bolak-Balik


Sumber : Arsil (2010)
d. Pelaksanaan
a. Pada aba-aba “bersedia” testi berdiri dibelakang garis lintasan.
b. Pada aba-aba “siap” testi lari dengan starr berdiri.
c. Dengan aba-aba “ya” testi segera berlari menuju garis kedua dan
setelah kedua kaki melewati garis kedua segera berbalik dan menuju
kegaris pertama.
d. Testi berlati dari garis pertama menuju garis kedua dihitung satu kali.
e. Pelaksanaan lari dilakukan sampai empat kali bolak-balik hingga
menmpuh jarak 40 meter.
f. Setelah melakukan sebanyak empat kali, pencatat waktu dihentikan.

20
g. Catatan waktu dihitung sampai persepuluh detik (0,1 detik) atau
perseratus detik (0,01)

Tabel 3.2 Norma Standarisasi kelincahan dengan Lari Bolak-


Balik4 10 m

Persentase / Kategori Nilai (VO2Max)


Baik sekali 5 ke atas 12,10
Baik 4 12,11 – 13,53
Sedang 3 13,54 – 13,53
Kurang 2 14,97 – 16,39
Kurang sekali 1 16,40 – ke bawah
Sumber : Arsil (2010)
3. Daya Tahan
- Aerobik (VO2Max)
a. Nama test : Bleep test
b. Tujuan : untuk mengukur konsumsi oksigen maksimal
c. Perlengkapan
1. Lintasan dengan panjang 20 meter dan lebar 1,5 meter yang tidak licin
dan datar.
2. Tape dan Kaset Bleep Test ( Lari Multi tahap)
3. Formulir tes, alat tulis, meteran, patok, tali plastic dan isolasi warna.
d. Pelaksanaan
1. Ukur jarak lintasan 20 meter dan lebar 1,5 meter dan diberi tanda
pada setiap ujungnya.
2. Siapkan kaset Bleep test dan tapenya.
3. Test Bleep dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolak-
balik, yang dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap yang
semakin lama semakin cepat hingga atlet tidak mampu mengikuti

21
irama waktu lari, berarti kemampuan maksimalnya pala level bolak-
balik tersebut.
4. Setiap jarak 20 meter telah ditempuh, pada setiap akhir level, akan
terdengar tanda bunyi 1 kali.
5. Start dilakukan dengan berdiri, dan kedua kaki berada di belakang
garis start. Dengan ab-aba “siap ya”. Atlet lari sesuai dengan irama
menuju garis batas hingga satu kaki melewati batas.
6. Bila tanda bunyi belum terdengar, atlet telah melampaui garis batas,
tetapi untuk lari balik harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila
telah ada tanda bunyi atlet belum sampai garis batas, atlet harus
mempercepat lari sampai melewati garis batas dan segera kembali lari
kea rah sebaliknya.
7. Bila dua kali berurutan atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari
berarti kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikannya
tersebut.

Gambar 3.3. Lintasan Bleep Test / lari multi tahap


Sumber : (Arsil)
e. Pelaksanaan : untuk mengetahui tingkat kemampuan daya tahan aerobic
(VO2Max) atlet dapat dilihat pada table norma standarisasi sebagai berikut
:
Tabel 3.3 Norma Standarisasi untuk Daya Tahan Aerobic (VO2Max)
Persentase / Nilai Waktu

22
Kategori (Dalam Menit)
Baik sekali 5 >51,6
Baik 4 46,51,5
Sedang 3 33,8 – 42,2
Kurang 2 25,0 – 33,7
Kurang sekali 1 <25,0
Sumber : Koni Pusat, 2001
2. Anaerobik
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur daya tahan
Anaerobik peneliti mengunakan Running-based Aerobik sprint test (Rast).
Tujuan tes ini untuk mengukur Daya Tahan Anaerobik dengan validitas = 0,897
serta uji reliabilitas = 0,919 untuk melakssanakan uji RAST diperlukan alat
pendukung, beberapa alat pendukung, di antaranya adalah :
a. Alat dan Fasilitas
1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, lintasan lari sepanjang 35 meter.
2) Bendera Start
3) Peluit
4) Count
5) Stop Watch
6) Formulir tes
7) Alat tulis
8) kalkulator
b. Testor
1) Petugas pemberangkatan sekaligus memberi aba-aba fase waktu istirahat
10 detik.
2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes.
c. Probandus
1) Sikap permulaan peserta berdiri dibelakang garis start
2) Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari

23
3) Pada aba-aba “YA” yang dibunyikannya peluit peserta lari secepat
mungkin, menempuh jarak 30 meter, selama 6 repetisi. Dan repetisi tiap
repetisi istirahat 10 detik dan terus dilakukan samapai repetisi ke enam
300 meter

1,5 Meter

Gambar 3.4 Lintasan sprint 300 meter

Sumber : Arsil (2010)

Tabel 3.4 Norma Lari 300 m


Persentase / Kategori Nilai Waktu
Baik sekali 5 <36.00
Baik 4 37.00 – 39.00
Sedang 3 40.00 – 42.00
Kurang 2 43.00 – 45.00
Kurang sekali 1 >44.00
Sumber : Arsil (2010)

H. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tujuan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka pengujian


data yang telah diperoleh akan dianailis dengan mengunakan statistic deskriptif
(Tabulasi Frekuensi). Dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh

24
berbagai pengukuran (Tes) terhadap tingkat kondisi fisik dan analisi yang
mengunakan tabulasi frekuensi skala lileat :

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Frekuensi = 𝑥 100 %
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

25
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1988). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta. Rineka

Cipta.

Arsil (1999) Buku ajar Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : Sukabina

Arsil (2008). Pembinaan Kondisi Fisik, Padang : FIK UNP

Bangun Yuda Prawira, (2013). Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Bola basket Payakumbuh. Padang.

Ommami K.Adnan, (2013). Kondisi fisik Sepak Bola. Gorontalo

Sajoto (1988). Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta : DEPSIKNAS

Sajoto, Moh. (1995). Pembinaan Kondisi Fisik olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti

PPLPTK.

Satrio Yudi Erlangga, (2013). Survei kondisi Fisik dan Keterampilan teknik dasar sepak bola

SSB Mitra surabaya. Surabaya

Sucipto, Dkk (2000). Sepak Bola. DEPDIKNAS

Sugiono.(2010). Memahami Penelitian diskriptif. Bndung : Alfa Cipta

Syafrudin, (2005). Pengantar Ilmu Melatih. Padang : FIK UNP.

Widiastuti, (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta : Bumi Timur Jaya

26

Anda mungkin juga menyukai