PENDAHULUAN
1
fisik yang bagus seorang atlet tidak bisa menguasai teknik dan taktik yang baik. Oleh
karena itu diperlukan sekali pemahaman dari seorang pelatih tentang kondisi fisik
para atletnya, agar seorang pelatih dapat merancang dan menjalankan program latihan
sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya dalam melatih.
Untuk meraih prestasi sepakbola yang baik disamping usaha pembinaan dan
berlatih yang teratur, terarah dan kontiniu hendaknya pembinaan tersebut diarahkan
kepada pembinaan kondisi fisik sebagai faktor yang dominan terhadap keberhasilan
dalam meraih prestasi puncak. Adapun komponen kondisi fisik tersebut terdiri dari:
daya tahan, kekuatan, kecepatan, daya ladak, kelentukkan, keseimbangan, kordinasi,
kelincahan, ketepatan dan reaksi, Sayoto (1988). Masing-masing komponen tersebut
itu harus berada pada tingkat yang teratas sesuai dengan tuntunan dari masing-masing
cabang olahraga.
Pembinaan dan pengembangan cabang olahraga pada saat ini terus ditingkatkan,
hal ini menunjukkan bahwa semua kegitan olahraga selain ditujukan untuk kesehatan
dan kebugaran jasmani juga bertujuan untuk pembinaan dan pengembangan Atlet
berprestasi. Oleh karena itu peningkatan kualitas manusia Indonesia harus diusahakan
dengan menciptakan budaya olahraga didalam kehidupan bermasyarakatnya,
penyempurnaan metode latihan, penggunaan fasilitas yang canggih dan sarana
prasarana yang memadai akan mempermudah pencapaian hal tersebut.
2
mudah kesukan, latihan yang teratur dari sederhana yang kekomplek. Berulang ulang
maksudnya adalah agar gerakan gerakan semula sukar dilakukan menjadi seperti
mudah, otomatis, dan reflektif pelaksanaanya sehingga menghemat energy. Kian hari
maksudnya ialah setiap kali, secara periodik, segera setelah tiba saatnya untuk
ditambah bebannya, jadi bukan berarti setiap hari. Salahsatu bentuk latihan untuk
meningkatkan kondisi pemain sepakbola adalah metode latihan interval training.
Interval training Sesuai dengan namanya, interval training adalah suatu sistem
latihan yang di selingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat. Jadi,
latihan (misalnya lari) – istirahat-latihan- istirahat- latihan dan seterusnya. Interval
training adalah acara latihan yang penting dimasukan dalam program latihan
keseluruhan. Interval training sangat dianjurkan oleh pelatih-pelatih terkenal oleh
karena memang hasilnya sangat positif bagi perkembangan daya tahan maupun
stamina atlet. Bentuk latihan dalam interval training dapat berupa lari (interval
running). Interval training dapat pula diterapkan dalam weight training, circuid
training, dan sebagainya.
Di Kabupaten Kerinci SSB Bintang Harapan pernah mengukir berbagai prestasi
di setiap ajang yang pernah diikuti. Mereka pernah menjadi juara dua turnamen
Bupati Cup usia 18 Tahun pada Tahun 2014, Mereka pernah juga menjadi juara 1
Usia senior pada Turnamen Sebukar Cup tahun 2015. Namun dari tahun 2015 sampai
saat ini SSB Bintang Harapan tidak pernah lagi mengukir prestasi di setiap ajang
yang diikutinya. Penyebab pemunduran prestasi pemain SSB Bintang Harapan
mungkin di karenakan lemahnya kondisi fisik pemain SSB Bintang Harapan tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis pemain sepakbola SSB Bintang Harapan pada
saat pertandingan uji coba, penulis melihat bahwa pemain sepakbola SSB Bintang
Harapan masih banyak kondisi fisiknya yang lemah dikarenaakan kebanyaan melatih
teknik dari pada fisik. Penyebab lainnya ialah kurangnya kecepatan lari pemain SSB
Bintang Harapan dan kurangnya pelatih mengajarkan metode latihan fisik salah
satunya metode interval training.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berikut tolak dari latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan maka
peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Lemahnya kondisi fisik pemain sepakbola SSB Bintang Harapan
2. Kurangnya kecepatan lari pemain sepakbola SSB Bintang Harapan
3. Kurang di latihnya metode latihan interval training
4. Waktu latihan yang sangat singkat lebih banyak belajar teknik dan games
1.3 Batasan Masalah
Agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian ini, maka diperlukan
pembatasan masalah. Adapun masalah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah :
Kecepatan lari pemain SSB Bintang Harapan Kabupaten Kerinci.
1.4 Devenisi Operasional Penelitian
1. Interval Training
Interval training adalah serangkaian acara latihan fisik yang diulang-
ulang yang diseling dengan periode-periode pemulihan. Latihan fisik
ringan biasanya mengisi periode pemulihannya. Untuk memahami
mengapa metode pelatihan ini sedemikian berhasilnya, maka akan kita
mulai dengan uraian mengenai produksi energi dan keletihan selama
kegiatan intermiten ini. Produksi energi selama latihan fisik berlaku juga
bagi kegiatan yang dilakukan secara intermiten maupun yang dilakukan
secara kontinyu/terus menerus
2. Kecepatan Lari
Kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar, sehingga
kecepatan merupakan faktor penentu di dalam cabang olahraga seperti
nomer-nomer lari jarak pendek, renang, olahraga beladiri dan olahraga
permainan. Kecepatan yaitu kemampuan untuk melakukan gerakan-
gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak yang sesingkat-
singkatnya
4
1.5 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti oleh penulis
adalah “Apakah terdapat pengaruh metode interval training terhadap peningkatan
kecepatan lari siswa Sekolah Sepakbola Bintang Harapan Kabupaten Kerinci ?
1.6 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan apakah ada atau tidaknya
pengaruh metode interval training terhadap peningkatan kecepatan lari siswa Sekolah
Sepakbola Bintang Harapan Kabupaten Kerinci.
1.7 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi pembaca dalam menambah ilmu pengetahuan.
2. Sebagai upaya nyata dalam proses peningkatan prestasi olahraga khususnya
cabang olahraga sepakbola.
3. Sebagai masukan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keolahragaan
dalam memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan terutama mengenai
olahraga sepakbola.
4. Bagi pelatih sebagai panduan dalam pertimbangan pembuatan program
latihan.
5. Bagi penulis sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan.
5
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
6
praturan PSSI yang telah resmi dipakai dalam induk organisasi
Sepak Bola internasional (FIFA).
Sepak Bola adalah permainan beregu yang tiap regu dari sebelas orang
pemain salah satunya adalah penjaga gawang, permainan seluruhnya
mengunakan tangan didarah hukumannya (Sucipto dalam Adrian Nusmoy,
2000:7).
Permainan Sepak Bola dimainkan dala 2 (dua) babak. Lama waktu pada
setiap babak adaah 45 menit, dengan waktu istirahat 15 menit. Lapangan
permainan empat persegi panjang, dengan waktu istirahat 15 menit.
Lapangan permainan empat persegi panjang, panjangnya tidak boleh lebih
dari 120 meter dan tidak boleh kurang dari 90 meter, sedang lebarnya tidak
boleh lebih dari 90 meter dan tidak boleh kurang dari 45 meter (dalam
pertandingan internasional panjangnya lapangan tidak boleh lebih dari 110
meter dan tidak boleh kurang dari 100 meter, sedang lebarnya tidak lebih dari
75 meter dan tidak boleh kurang dari 64 meter).
7
hakim garis. Permainan berlangsung dalam dua babak
disesuaikan dengan tingkat umur, usia 12 tahun kebawah lamanya
permainan 2 x 10 menit, sedangkan usia 13–15 tahun 2 x 35
menit, selanjutnya usia 16-19 tahu 2 x 40 menit, dan untuk usia
20 tahun keatas selama 2 x 45 menit. Dengan lamanya istirahat
baik dari usia 12 tahun kebawah samapi 20 tahun keatas waktu
istirahat disamakan yaitu 2 x 15 menit.
8
Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang yang digemari
masyarakat indonesia dan banyak dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat,
baik itu anak-anak, remaja, dan orang tua. Selain itu olahrgaa sepak bola
huga banyak dimainkan oleh kaum perempuan baik diluar negeri maupun
dalam negeri. Untuk pembinaan para pemain yang berpotensi dan berbakat
akan dibina atau dilatih.
Teknik dasar dengan bola yang harus dimiliki pemain Sepak Bola
menurut Herwin (2004: 24-25) antara lain :
9
a. Pengenalan bola dengan bagian tubuh (ball feeling)
d. Mengiring bola
10
pekerjaan yang dibebankan kepadanya atau yang ingin dilakukannya tanpa
kelelahan yang berlebihan”. Selanjutnya Sajoto (1988:76) mengemukakan
bahwa “Kondisi fisik adalah salah satu prasyarat yang sangat diperlukan
dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dikatakan dasar
landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”.
11
yang menentukan prestasi setiap cabang olahraga. Dengan kata lain, setiap
cabang olahraga atau disiplin tertentu membutuhkan kemampuan kondisi fisik
khusus tersendiri dan spesifik.
12
b. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerjakan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya (M. Sajoto 1995:8). Oleh karena itu seseorang yang mempunyai
kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam
waktu yang pendek setelah menerima rangsang.
c. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu, seseorang yang mamu mengubah satu posisi yang berbeda dalam
kecepatan tinggi, dalam koordinasi yang baik berarti kelincahannya cukup
baik (M. Sajoto, 1995 : 8) mengunakan istilah ketangkasan.
13
Kelincahan dapat kita amati dalam situasi permaianan sepak bola,
misalnya seorang pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih
dapat menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada
temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah mengalami
situasi yang sama tidak saja tidak mampu menguasai bola, namun
kemungkinan justru mengalami cidera kana jatuh.
Proses latihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus
dilakukan dengan hati-hati, dengan sabar dan penuh kewaspadaan terhadap
atlet. Melalui latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang intensitas nya
sedikit demi sedikit bertambah, lama-kelamaan seorang pemain akan berubah
menjadi pemain yang lincah, terampil dan berhasil guna.
14
Agar tampil maksimal dalam pertandingan sepak bola dibutuhkan kondisi
fisik yang baik, dengan demikian untuk mencapai prestasi Sepak Bola yang
maksimal, kondisi fisik diatas harus dalam keadaan prima. Untuk
memperoleh kondisi fisik yang prima diperlukan latihan yang terprogram
dengan baik, unsur kondisi fisik dalam olahraga Sepak Bola tersebut adalah
Daya Tahan, Daya Ledak Otot Tangan, Kecepatan Dan Kelincahan.
Agar lebih jelas gambaran kondisi fisik yang berperan penting untuk atlet
sepak bola SSB Gelora Karya dapat dilihat sebagai berikut :
Aerobik
Daya Tahan
Kondisi fisik atlet
Anaerobik
sepak bola SSB Kecepatan
GELORA KARYA
Kelincahan
15
b. Bangun yuda prawira (2013) yang berjudul “Tinjauan kondisi fisik atlet bola
basket SMA Negeri 3 Payakumbuh”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kondisi fisik atlet bola basket SMA Negeri 3 paya
kumbuh yang berkenaan dengan daya tahan aerobik daya ledak otot lengan,
kecepatan, kelincahan, dan daya ledak otot tungkai. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dari 30 orang atlet bola basket SMA Negeri
payakumbuh rata-rata tingkat daya tahan aerobik = 34,6 kg/bb bb/menit kategori
kg bb
cukup untuk putra dan = 27,8 /bb /menit kategori kurang untuk putri.
Sedangkan untuk kecepatan rata – rata 5,4 detik di kategori baik untuk putra
dan = 7,5 detik detik tergolong tergolong baik untuk putri. Sedangkan untuk
kelincahan dari 30 orang atlet bola basket SMA Negeri 3 Payakumbuh, rata-
rata tingkat kelincahan 14 detik kategori cukup untuk putra dan 14,7 detik
tergolong kategori baik untuk putri.
c. Satrio Yudi Erlangga (2013) yang berjudul “Survei Kondisi Fisik dan
Keeterampilan Teknik Dasar sepak bola SSB Mitra Surabaya” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan kondisi fisik dan
keterampilan teknik dasar sepak bola pemain Mitra surabaya U-15. Hasil
penelitiaan ini menunjukkan bahwa kondisi fisik secara keseluruhan pemain
Mitra Surabaya U-15, 5 % termasuk dalam kategori sangat baik, 5 % dalam
kategori sangat baik, 85 5 dalam kondisi cukup, dan 5 % dalam kategori
kurang. Sedangkan untuk tes keterampilan teknik dasar diketahui bahwa 30
% termasuk kategori sangat baik, 65 % dalam kategori baik, dan sisanya 5 %
sangat baik, 65 % dalam kategori cukup.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat diskriptif dimana peneliti ini
bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu apa adanya. Sebagaimana yang
dikemukakan Arikunto (2003:137) bahwa: ”penilitian diskriptif adalah penilitian
yang tidak bermaksud untuk menguji hipotesis teretentu, tetapi hanya
meneggambarkan apa adanya tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan“.
b. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1996:120), apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik populasi diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil
antara 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.
17
3.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997:99).
Tes terdiri dari (1) sprint 30 untuk mengukur kecepatan, (2) lari bolak-balik
(shuttle run) 4 x 10 meter untuk mengukur kelincahan, dan (3) lari 1500 meter untuk
mengukur daya tahan aerobik dan Running-based Anaerobik Sprin Test (RAST)
untuk mengukur Daya Tahan Anaerobik.
1. Tes kecepatan
a. Nama test : Tes lari 30 meter
18
b. Tujuan : untuk mengukur kecepatan
c. Perlengkpan :
1) Stopwatch, meteran dan peluit
2) Lintasan
3) Bendera
19
Baik 4 4.2 - 4.0
Sedang 3 4.4 – 4.3
Kurang 2 4.6 – 4.5
Kurang sekali 1 >4.6
Sumber : Widiaastuti (2011)
2. Tes Kelincahan
a. Nama test : Tes lari bolak-balik
b. Tujuan : untuk mengukur keammpuan merubah arah berlari
c. Perlengkapan
1) Lapangan
2) Stopwach
3) Isolasi atau kapur untuk membuat garis batas
10 meter
20
g. Catatan waktu dihitung sampai persepuluh detik (0,1 detik) atau
perseratus detik (0,01)
21
irama waktu lari, berarti kemampuan maksimalnya pala level bolak-
balik tersebut.
4. Setiap jarak 20 meter telah ditempuh, pada setiap akhir level, akan
terdengar tanda bunyi 1 kali.
5. Start dilakukan dengan berdiri, dan kedua kaki berada di belakang
garis start. Dengan ab-aba “siap ya”. Atlet lari sesuai dengan irama
menuju garis batas hingga satu kaki melewati batas.
6. Bila tanda bunyi belum terdengar, atlet telah melampaui garis batas,
tetapi untuk lari balik harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila
telah ada tanda bunyi atlet belum sampai garis batas, atlet harus
mempercepat lari sampai melewati garis batas dan segera kembali lari
kea rah sebaliknya.
7. Bila dua kali berurutan atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari
berarti kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikannya
tersebut.
22
Kategori (Dalam Menit)
Baik sekali 5 >51,6
Baik 4 46,51,5
Sedang 3 33,8 – 42,2
Kurang 2 25,0 – 33,7
Kurang sekali 1 <25,0
Sumber : Koni Pusat, 2001
2. Anaerobik
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengukur daya tahan
Anaerobik peneliti mengunakan Running-based Aerobik sprint test (Rast).
Tujuan tes ini untuk mengukur Daya Tahan Anaerobik dengan validitas = 0,897
serta uji reliabilitas = 0,919 untuk melakssanakan uji RAST diperlukan alat
pendukung, beberapa alat pendukung, di antaranya adalah :
a. Alat dan Fasilitas
1) Lintasan lurus, rata, tidak licin, lintasan lari sepanjang 35 meter.
2) Bendera Start
3) Peluit
4) Count
5) Stop Watch
6) Formulir tes
7) Alat tulis
8) kalkulator
b. Testor
1) Petugas pemberangkatan sekaligus memberi aba-aba fase waktu istirahat
10 detik.
2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil tes.
c. Probandus
1) Sikap permulaan peserta berdiri dibelakang garis start
2) Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari
23
3) Pada aba-aba “YA” yang dibunyikannya peluit peserta lari secepat
mungkin, menempuh jarak 30 meter, selama 6 repetisi. Dan repetisi tiap
repetisi istirahat 10 detik dan terus dilakukan samapai repetisi ke enam
300 meter
1,5 Meter
24
berbagai pengukuran (Tes) terhadap tingkat kondisi fisik dan analisi yang
mengunakan tabulasi frekuensi skala lileat :
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Frekuensi = 𝑥 100 %
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
25
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (1988). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta. Rineka
Cipta.
Bangun Yuda Prawira, (2013). Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Bola basket Payakumbuh. Padang.
Sajoto, Moh. (1995). Pembinaan Kondisi Fisik olahraga. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
PPLPTK.
Satrio Yudi Erlangga, (2013). Survei kondisi Fisik dan Keterampilan teknik dasar sepak bola
Widiastuti, (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta : Bumi Timur Jaya
26