NPM :044118245
Konsentrasi :Manajemen Komunikasi
Dosen Pembimbing :Roni Jayawinangun,M.Si
Judul Kolokium :Strategi Manajemen Komunikasi Antar Pengurus
PBFI Kab.Bogor dan pelatih dengan atlit dalam
mencapai prestasi di kejuaraan PorProv XIV Jawa
Barat 2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1
diincar adalah dapat menurunkan berat badan sehingga membuat tubuh ideal.
Debra (dalam Daley, 2015) dalam bukunya menyebutkan beberapa manfaat
berolahraga yaitu mencegah dan menyembuhkan penyakit kronis, membuang
kebiasaan buruk, mengelola cedera jaringan lunak,mengendalikan berat badan,
meningkatkan energi, meningkatkan suasanahati, memperlambat efek penuaan,
dan menjaga ketajaman pikiran.
Menurut Sumardiyanto (2007:56) olahraga dibagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu (1) Olahraga Prestasi,digunakan dalam
kejuaraan, dilombakan. (2) Olahraga Rekreasi, digunakan untuk bersenang-
senang. (3) Olahraga Pendidikan, digunakan dalam kurikulum pembelajaran. (4)
Olahraga rehabilitasi, digunakan untuk memperbaiki keadaan tubuh seseorang.
(5) Olahraga kesehatan, digunakan untuk pencapaian kesehatan tubuh.
Dalam usaha membentuk tubuh dengan memperbesar massa otot melalui
serangkaian latihan fisik sudah lama dikenal sejak zaman kuno dan berkembang
hingga sekarang yang di kenal dengan sebutan binaraga.Binaraga adalah suatu
cabang olahraga yang bertujuan untuk membesarkan otot tubuh dan proses
dalam pembentukan tubuh yang melibatkan hipertrofi otot dengan cara
melakukan latihan beban dan diet protein tinggi secara rutin,seseorang dapat
meningkatkan massa otot.seperti kita ketahui otot tubuh apabila dilatih atau
dibebani dengan beban yang berat dan terus menerus serta di imbangi oleh pola
hidup yang sehat maka ukuran otot akan membsesar.Untuk itu para atlet
binaraga harus menjalani latihan beban yang sangat berat dan sistematis agar
dapat tercapai pembesaran otot yang baik,bentuknya simetris,dan batas-batasnya
dapat terlihat.Selain dari latihan beban,pembesaran otot dapat berkembang
karena asupan pola nutrisi yang cukup.Profesi yang menekuni cabang olahraga
ini disebut dengan binaragawan (Pria) dan binaragawati (wanita).Binaraga juga
di perlombakan dalam berbagai kontes atau sebagai salah satu cabang olahraga
yang selalu diperlombakan di event olahraga dalam skala nasional dan
internasional seperti Pekan Olahraga Provinsi (PorProv),Pekan Olahraga
Nasional (PON) dan Sea Games.
Dalam kejuaraan binaraga,para atlet binaraga memamerkan otot tubuh
mereka dihadapan dewan juri yang menilai penampilan fisik mereka.Dewan juri
ini yang akan memberikan nilai berdasarkan kriteria tertentu contohnya : massa
otot,kesimetrisan tubuh serta penampilan koreografi yang menarik di atas
panggung.Otot tubuh di latih melalui serangkaian proses yang disebut bulking
atau cutting phase,menggelapkan warna kulit tubuh, pembaluran body colour
pada tubuh, ditambah efek sinar lampu pada panggung yang akan membantu
dewan juri untuk melihat bagian otot secara lebih jelas.Federasi binaraga dunia
adalah International Federation of BodyBuilding & Fitness (IFBB) sedangkan
federasi nasional indonesia adalah Perkumpulan Binaraga & Fitness Indonesia
(PBFI).
Peran penting dari seorang pelatih tercermin dari kemampuan
pengetahuan, sikap dan kecakapannya dalam melatih dapat menjadi salah satu
faktor utama yang menentukan prestasi para atletnya (Rohman, 2017). Seorang
pelatih harus bisa menyesuaikan pola latihan nya sesuai dengan kebutuhan para
atletnya.Dengan demikian, mengingat peran penting dari seorang pelatih maka
kompetensi pelatih yang tercermin dari kemampuan pengetahuan, sikap dan
kecakapannya dalam melatih dapat menjadi salah satu faktor utama yang
2
menentukan pestasi tim-nya, oleh karenannya seorang pelatih harus bisa
menyesuaikan gaya kepelatihannya dengan kebutuhan atlet dalam tim-nya
(Rohman, 2017).
Keberhasilan Latihan dan mendapatkan prestasi dalam suatu kejuaraan
adalah hal yang sangat diinginkan oleh setiap cabang olahraga.Pengurus cabang
olahraga,pelatih maupun atlet mengharapkan Latihan yang telah dilakukan akan
berhasil dalam mencapai prestasi.Prestasi olahraga dicapai dengan usaha tidak
mudah harus dengan usaha maksimal,pola latihan yang benar,dan komunikasi
yang efektif antar pelatih dengan atlet.Seringkali kegagalan dalam latihan
disebabkan oleh lemahnya sistem komunikasi.Untuk itu sebagai baik dari
seorang pelatih maupun pengurus cabang olahraga perlu memiliki keterampilan
dan mengembangkan pola komunikasi yang efektif.
Komunikasi adalah faktor yang sangat penting dapat menghubungkan gaya
kepelatihan sang pelatih,teknik pola latihan antar pelatih dengan atlet serta
kebutuhan para atlet dengan pengurus PBFI Kab.Bogor.hal ini dikarenakan
kegiatan organisasi tidak pernah luput dari kegiatan komunikasi.Suatu organisasi
terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarki antara satu
dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Mulyana,2000).
Secara lengkap menurut Rogers ( dalam Effendy,2004:114) organisasi
didefinisikan sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan Bersama melalui jenjang kepangkatan dan pembagian
tugas.GoldHaber (dalam Fajar,2009:122) mengatakan komunikasi organisasi
adalah arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya bergantungan
satu sama lain
Hasil pengamatan yang dilakukan selama bulan Oktober 2021 hingga
Desember 2021 menunjukkan bahwa proses latihan cabang binaraga Kab.Bogor
sudah tampak terjalin komunikasi organisasi dari berbagai pihak baik dari
pengurus PBFI Kab.Bogor,pelatih maupun para atlet sehingga terwujudlah,yakni
berlatih dengan bertujuan untuk mencapai prestasi.Dapat dilihat dari program
kerja pengurus PBFI Kab.Bogor dan dari cara pelatih memberikan arahan
berupa verbal dan nonverbal sudah dilakukan dengan baik.Akan tetapi kondisi
tersebut belum tentu sama dengan sudut pandang atlet.Oleh sebab itu penelitian
ini ingin mengambil penilaian dari berbagai sudut pandang.
Berdasarkan uraian tersebut penelitian dilakukan dengan maksud ingin
mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh
pengurus PBFI Kab.bogor dan pelatih terhadap para atletnya.berdasarkan latar
belakang masalah diatas,maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Strategi manajemen komunikasi antar pengurus PBFI
Kab.Bogor dan pelatih dengan atlet dalam mencapai prestasi menuju kejuaraan
PorProv XIV Jawa Barat 2022”
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut:
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Komunikasi
Komunikasi adalah istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communication yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama.Sama
disini maksudnya adalah sama makna jadi komunikasi dapat terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan di terima oleh komunikan.Hovland mendefinisikan proses
komunikasi sebagai proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan
rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Mulyana, 2010: 62).
Dalam komunikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung
apabila adanya kesamaan makna. sesuai dengan definisi tersebut pada dasarnya
sesorang melakukan komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna antara
manusia yang terlibat dalam komunikasi yang terjadi, dimana kesepahaman
yang ada dalam benak komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan
(penerima pesan) mengenai pesan yang disampaikan haruslah sama agar apa
yang komunikator maksud juga dapat dipahami dengan baik oleh komunikan
sehingga komunikasi berjalan baik dan efektif (Effendy, 2005: 9).
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, dari
kegiatan keseharian manusia dilakukan dengan berkomunikasi. Dimanapun,
kapanpun, dan dalam kesadaran atau situasi macam apapun manusia selalu
terjebak dengan komunikasi. Dengan berkomunikasi manusia dapat memenuhi
4
kebutuhan dan mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karna dengan berkomunikasi
merupakan suatu kebutuhan manusia yang amat mendasar. Oleh karena itu
sebagai makhluk sosial manusia ingin berhubungan dengan manusia lainnya.
Manusia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, Bahkan ingin mengetahui apa
yang terjadi dalam dirinya.
2.2 Tinjauan Terdahulu
Berdasarkan studi pustaka,peneliti menemukan beberapa tinjauan-
tinjauan ataupun referensi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
yang sedang dilakukan oleh peneliti.Studi penelitian terdahulu sangat penting
untuk bahan acuan sehingga dapat membantu peneliti dalam merumuskan
asumsi dasar,untuk mengembangkan penelitian yang dikerjakan oleh
peneliti.”Strategi manajemen komunikasi antar pengurus PBFI dan Pelatih
dengan Atlet dalam mencapai prestasi di Kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi
(PorProv) XIV Jawa Barat”.Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang
peneliti jadikan referensi.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Metode Perbedaan
Penelitian Penelitian Dengan penelitian
Sebelumya
1 STRATEGI Penelitian ini Penelitian yang
KOMUNIKASI berupa diteliti oleh Indra
PERSUASIF pendekatan Ginanjar ini meneliti
ANTARA kualitatif dengan tentang pola
PELATIH metode studi komunikasi pelatih
DENGAN ATLET deskriptif dan atlet dalam
TAEKWONDO DI membentuk
SDT BINA ILMU kerjasama,sedangkan
penelitian dari
peneliti ini meneliti
strategi komunikasi
antar pengurus dan
pelatih dengan atlet
dalam mencapai
prestasi
2 KOMUNIKASI Penelitian ini Penelitian Charles.P
INTERPERSONAL berupa meneliti bagaimana
ANTARA pendekatan efektifitas
PELATIH DAN kualitatif dengan Komunikasi
ATLET metode studi Interpersonal Antara
BULUTANGKIS deskriptif. Pelatih Dan Atlet
DALAM Bulutangkis Dalam
MENINGKATKAN Meningkatkan
PRESTASI PADA Prestasi,sedangkan
DINAS PEMUDA penelitian dari
DAN OLAHRAGA peneliti ini meneliti
(DISPORA) strategi komunikasi
5
PROVINSI RIAU antar pengurus dan
pelatih dengan atlet
dalam mencapai
prestasi.
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertical ialah proses komunikasi dengan melibatkan
pihak-pihak yang secara hierarki memiliki jenjang kedudukan structural
yang berbeda.Misalnya komunikasi antar ketua dengan anggota,antar
pimpinan dengan bawahan,antar kepala bagian dengan subbagian dan
sebagainya.
2. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal disebut pula sebagai komunikasi ke
samping, atau komunikasi mendatar, atau komunikan sejajar ialah proses
penyampaian informasi yang melibatkan pegawai atau pimpinan masing
masing mempunyai level hirarkis jabatan yang setingkat atau sejajar. Jadi
6
pihak-pihak yang berkomunikasi itu berasal dari jenjang jabatan yang
setara. Oleh karena itu melibatkan para anggota dalam posisi jabatan
yang setara, maka komunikasi biasanya berlangsung dalam suasana
demokratis. Misalnya komunikasi antara kepala bagian dalam suatu
perkantoran, ataupun antar pegawai, masing-masing orang atau lembaga
yang terlibat dalam proses ini memiliki kedudukan setingkat.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal ialah proses penyampaian dan penerimaan
informasi atau alur informasi yang berlangsung antara anggota pada
tingkat kedudukan yang berbeda, pada tugas atau fungsi yang berbeda,
dan satu sama lainnya tidak mempunyai wewenang langsung.
.
2.5 Peranan Komunikasi Organisasi
Setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya bahkan
cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan
bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia hidup sendiri. Interaksi dan kerja
sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah
yang disebut dengan organisasi.Interaksi atau hubungan antar individuindividu
dan kelompok atau tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-
harapan.
Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang
harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi,misi dan
tujuan organisasi/kelompok.Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah
yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian
aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati
bersama.
Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern manusia merasa bahwa
selain mengatur dirinya sendiri.Ia juga perlu mengatur
lingkungannya,memelihara ketertiban,mengelola dan mengontrolnya lewat
serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. Dalam
setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan
sebagai pemimpin dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota.Semua
orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi.
Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian
integral dari organisasi.
Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang,antar bagian
dalam organisasi atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-
orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut.Efektivitas organisasi terletak
pada efektivitas komunikasi sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan
pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi
pada semua tingkatan/level dalam organisasi.Selain itu komunikasi juga
berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.Adapaun peranan dalam
membangun organisasi adalah adanya seorang pemimpin yang mampu sebagai
penentu kebijaksanaan,perencanaan, pengorganisasian,penggerakan,pengawasan
dan penilaian.
7
Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka pemimpim
harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif.Dalam konteks
kepemimpinan,seorang ketua organisasi berkomunikasi efektif bila ia mampu
membuat para anggota melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran,
kegairahan, dan kegembiraan.
Untuk mengetahui peranan komunikasi organisasi dalam meningkatkan
motivasi para atlet binaraga Kab.Bogor adalah dengan menggunakan pendekatan
teori kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard.Penekanan teori
kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard memusatkan perhatian
dan analisisnya pada pihak bawahan. dan tingkat kematangan mereka. Para
pemimpin harus harus menilai secara benar atau intuitif mengetahui tingkat
kematangan (kedewasaan) bawahannya dan kemudian menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi atau tingkatan tersebut.
Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa
kepemimpinan terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan.Setiap dimensi
harus diterapkan secara tepat dengan emeperhatikan situasi yang
berkembang.Guna menetukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus,
pemimpin harus mengevaluasi pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten
dan besar komitmen pekerja atas pekerjaan yang diberikan.
Kepemimpinan situsional menyediakan empat pilihan gaya
kepemimpinan. Keempat gaya tersebut melibatkan aneka kombinasi dari
perilaku kerja dengan perilaku hubungan. Perilaku kerja meliputi penggunaan
komunikasi satu arah,pendiktean tugas dan pembeitahuan pada pekerja seputar
hal apa saja yang harus mereka lakukan,kapan dan bagaimana melakukannya
Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku yang tinggi di sejumlah
situasi dan hanya sekadarnya di situasi lain.Perilaku hubungan meliputi
penggunaan komunikasi dua arah, mendengar, memotivasi, melibatkan pengikut
dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan dukungan emosional
pada mereka.Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di aneka
situasi.
Penekanan teori kepemimpinan situasional menurut Hersey dan
Blanchard memusatkan perhatian dan analisanya pada seorang
pemimpin.Tergantung pada orientasi tugas kepemimpinan dan sifat hubungan
atasan dan bahawahan yang digunakan, gaya kepemimpinan yang timbul dapat
mengambil empat bentuk sebagai berikut:
1. Memberitahukan ( Telling)
Seorang pimpinan berperilaku memberitahukan hal itu berarti bahwa
orientasi tugasnya dapat dikatakan tinggi dan digabung dengan
hubungan atasan bawahan yang tidak dapat digolongkan sebagai
akrab meskipun tidak pula digolongkan dengan sebagai hubungan
yang tidak bersahabat.Dalam praktek apa yang terjadi ialah bahwa
seorang pimpinan merumuskan peranan apa yang diharapkan oleh
para bawahan dengan memberitahukan kepada mereka
apa,bagaimana,bilamana dan dimana kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan. Dengan perkataan lain perilaku pimpinan terwujud
dalam gaya yang bersifat direktif.
8
2. Menjual ( Selling )
Jika seorang pimpinan berperilaku menjual berarti ia bertitik tolak
dari orientasi perumusan tugasnya secara tegas digabung dengan
hubungan atasan-bawahan yang bersifat intensif.Dalam situasi
demikian pimpinan harus menampilkan perilaku direktif dan suportif.
3. Partisipatif ( participations )
Perwujudan paling nyata dari perilaku demikian ialah pimpinan
mengajak para bawahannya untuk berperan serta secara aktif dalam
proses pengambilan keputusan. Artinya pimpinan hanya memainkan
peranan sebagai fasilator untuk memperlancar tugas para bawahan
yang antara lain dilakukan dengan menggunakan saluran komunikasi
yang ada secara efektif.
4. Pendelegasian ( Delegating )
Seorang pimpinan dalam menghadapi situasi tertentu dapat pula
menggunakan perilaku berdasarkan orientasi tugas yang rendah
digabung dengan intensitas hubungan atasan-bawahan yang rendah
pula.Dalam praktek dengan perilaku demikian seorang pejabat
pimpinan membatasi diri pada pemberian pengarahan kepada para
bawahannya dan menyerahkan pelaksanaan pada bawahan tersebut
tanpa banyak campur tangan lagi.
Model kepemimpinan ini juga menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
yang paling efektif bervariasi dengan kesiapan bawahan yang mendefinisikan
sebagai keinginan bawahan untuk berprestasi,kemauan untuk bertanggung
jawab,kemauan yang berhubungan dengan tugas,keterampilan dan pengalaman.
Sasaran dan pengetahuan dari pengikut merupakan variabel penting dalam
menentukan gaya kepemimpinan yang efektif
9
konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus diperhitungkan, kemudian
merencanakan bagaimana mencapai konsekuensi-konsekuensi sesuai dengan
hasil yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang hendak dicapai.
2.7 Teknik Strategi Komunikasi
Menurut Arifin (1994), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan
dalam strategi komunikasi, yaitu:
1. Redundancy (Repetition). Teknik redundancy atau repetition adalah cara
mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada
khalayak. Dengan teknik ini sekalian banyak manfaat yang dapat ditarik
darinya.Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan
pesan itu, karena justru kontras dengan pesan yang tidak diulang
ulang,sehingga ia akan lebih banyak mengikat perhatian.
2. Canalizing. Teknik canalizing adalah memahami dan meneliti pengaruh
kelompok terhadap individu atau khalayak.Untuk berhasilnya komunikasi
ini,maka harus dimulai dari memenuhi nilai-nilai dan standard kelompok
dan masyarakat dan secara berangsur-angsur mengubahnya kearah yang
dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini kemudian ternyata tidak mungkin,
maka kelompok tersebut secara perlahan-lahan dipecahkan,sehingga
anggota-anggota kelompok itu sudah tidak memiliki lagi hubungan yang
ketat.Dengan demikian pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan
hilang sama sekali.Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah
diterima oleh komunikan.
3. Informatif.Teknik informatif adalah suatu bentuk isi pesan yang bertujuan
mempengaruhi khalayak dengan jalan memberikan penerangan.Penerangan
berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, di atas fakta
fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar pula.
Teknik informatif ini,lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran
khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa keterangan,
penerangan, berita dan sebagainya.
4. Persuasif.Teknik persuasif adalah mempengaruhi dengan jalan
membujuk.Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan
terutama perasaannya.Perlu diketahui bahwa situasi mudah terkena
sugesti ditentukan oleh kecakapan untuk mengsugestikan atau menyarankan
sesuatu kepada komunikan (suggestivitas), dan mereka itu sendiri
diliputi oleh keadaan mudah untuk menerima pengaruh
(suggestibilitas).
5. Edukatif. Teknik edukatif merupakan salah satu usaha mempengaruhi
khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan
dalam bentuk pesan yang akan berisi pendapat-pendapat,fakta-fakta,dan
pengalaman-pengalaman. Mendidik berarti memberikan sesuatu ide
kepada khalayak apa sesungguhnya, di atas fakta-fakta, pendapat dan
pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenaran,
dengan disengaja,teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah tingkah
laku manusia ke arah yang diinginkan.
6. Koersif.Teknik koersif adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan
memaksa.Teknik koersif ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk
peraturan-peraturan, perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi.Untuk
10
pelaksanaannya yang lebih lancar biasanya di belakangnya berdiri suatu
kekuatan yang cukup tangguh.
2.8 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir sebagai alat ukur peneliti dalam menganalisis yang
dijadikan sebagai skema yang melatar belakangi penelitian ini.Dalam kerangka
berpikir ini,didasarkan oleh kerangka berpikir secara teoritis maupun konseptual.
Dalam penelitian ini,peneliti berusaha menjelaskan konsep dari penelitian yang
diteliti melalui kerangka berpikir.Kerangka berpikir adalah suatu diagram yang
memaparkan secara garis besar alur logika berlangsung sebuah
penelitian.Kerangka berpikir sendiri memiliki fungsi :
1. Menentukan apa dan siapa yang akan dikaji atau tidak dikaji.
2. Kerangka menegaskan adanya hubungan yang ditunjukan dengan tanda
panah berdasarkan rumusan hipotesis.Penjelasan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pokok masalah yang ada dalam penelitian.
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Hambatan
Komunikasi
Pola Organisasi
Pengurus dan
Komunikasi
Pelatih
Proses
Komunikasi
Terbentuknya
Kerjasama Tim Atlet
Sumber:Peneliti.2021
11
Bab III
Metodologi Penelitian
12
2. Sekretariat PBFI Kab.Bogor merupakan lokasi pelatihan atlet berlatih
yang akan menjadi topik dalam penelitian ini.
3. Peneliti mempertimbangan waktu,biaya dan tenaga selama masa
pandemi karena lokasi tersebut terjangkau oleh peneliti.
1. Observasi
Berkaitan dengan observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif maka
observasi yang digunakan yaitu observasi langsung.Observasi langsung
dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap data mengenai proses
komunikasi antar pengurus dan pelatih dengan para atletnya. Observasi ini
bertujuan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai strategi
komunikasi yang dilakukan pengurus dan pelatih.
2. Wawancara
13
Dalam penelitian ini, peneliti mencatat semua jawaban dari responden
sebagaimana adanya. Pewawancara sesekali menyelingi jawaban responden,
baik untuk meminta penjelasan maupun untuk meluruskan bilamana ada
jawaban yang menyimpang dari pertanyaan. Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Maksudnya,
dalam melakukan wawancara peneliti sudah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Di sini, peneliti melakukan wawancara
terhadap Wakil Ketua umum PBFI,Pelatih utama,Wakil Ketua bidang bina
dan prestasi PBFI Kab.Bogor yang dianggap dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan
3. Dokumentasi
Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa daftar responden
penelitian, foto perilaku pelatih dalam berkomunikasi dengan para atletnya,
foto saat rapat antar pengurus dan pelatih dengan para atletnya, foto salah
satu pengurus dalam memberikan amanah kepada para atletnya.
14
Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung
halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai
selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar
lengkap diambil kesimpulan akhir. (Sugiyono, 2013, p. 252).
Daftar Pustaka
i
15
i
Choi, H., Jeong, Y., & Kim, S.-K. (2020). The Relationship between Coaching Behavior and Athlete
https://doi.org/10.3390/ijerph17228618
Davis, L., Jowett, S., & Tafvelin, S. (2019). Communication Strategies: The Fuel for Quality Coach-
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.02156
44955-1_2
Isya, D. J., Suparman, S. N., Hidayat, T., Yuliaty, E., Farida, A. N., Ramly, A. T., & Hubeis, M.
(2021). Strategi Komunikasi Kepemimpinan Pada Era Digital. Diversity: Jurnal Ilmiah
Jennie Raharjo. (2015). POLA KOMUNIKASI PELATIH DENGAN ATLET BASKET. 19.
Junaedi, F., Sos, S., & Si, M. (n.d.). POLA KOMUNIKASI ORGANISASI PADA FANS CLUB
Mampanini, R. A., Ernalia, Y., & Azrin, M. (2016). BODY IMAGE OF HEAVY LIFTERS,
Mastanora, R., & Deswita, M. (2021). Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Motivasi Kerja
Pegawai di Masa Pandemi Covid-19. Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, 3(2),
94. https://doi.org/10.31958/istinarah.v3i2.4823
Seden Avcı, K., Çepikkurt, F., & Kızıldağ Kale, E. (2018). Examination of the Relationship between