Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan dasar merupakan sebuah pondasi untuk Pengembangan Nasional dan

merupakan aset suatu bangsa, hal ini tidak terletak pada sumber daya alam yang

melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam daya manusia yang

berkualitas.Di dalam UU No2\1989 pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan

Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu

kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan

nasional.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk

mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan fisik keterampilan motorik

pengetahuan dan penalaran nilai-nilai sikap mental emosional,sportifitas,

spiritual,sosial serta pembinaan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, Pendidikan jasmani sebagai

bagian dari internal dari proses pendidikan secara keseluruhan.Pendidikan jasmani

di Sekolah mempunyai peran unik dibandingkan bidang studi lain, melalui

pendidikan jasmani ini selain dapat di gunakan untuk perkembangan aspek fisik

dan aspek fisikiamotor juga ikut berperan.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan

sember daya manusia,dengan berolahraga secara teratur dan kontinyu akan

meningkatkan fisik dan mental seseorang. Dewasa ini,olahraga tidak hanya di

1
2

lakukan untuk mencari kebugaran atau kesegaran jasmani semata tetapi juga di

lakukan untuk mencapai prestasi yang setinggi–tingginya sehingga dapat

menaikkan pamor suatu bangsa. Untuk itu pembinaan di bidang olahraga perlu di

perhatikan dalam upaya pembentukan watak manusia Indonesia yang mempunyai

kepribadian yang berdisiplin tinggi serta memiliki sikap sportif.

Peningkatan mutu pendidikan berlaku menyeluruh termasuk di dalamnya

pendidikan jasmani sehingga banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pendidikan jasmani,salah satu faktor yang amat menentukan adalah guru. Untuk

meningkatkan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar meliputi aspek materi dan

aspek metode.

Di Provinsi Riau Memperlihatkan bahwa pendidikan jasmani Insdonesia

masih jauh tertinggal dalam Pencapaian indeks pembangunan Manusia,di banding

dengan negara lain, salah satu faktor penyebabnya adalah belum terpadu nya

strategi perkembangan untuk pembangunan pendidikan jasmani yang

berkelanjutan untuk menempatkanmanusia sebagai pusat perhatian didalam

olahragasebagaimana telah menjadi konteks global milenium.

Sedangkan di Kepulauan Meranti masih di hadapkan dengan sejumlah

masalah krusial,seperti keterbatasan Pemerintah terhadap guru, minim nya

infrastruktur sekolah dan fasilitas sekolah hingga masih banyak yang tidak

sekolah serta minimnya fasilitas olahraga disekolah sehingga murid sulit untuk

mengembangkan hobi dan skill olahraga mereka.


3

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembinaan manusia yang

berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani adalaholahraga kesehatan yang

sangat penting bagi kesehatan dan kebugaran tubuh manusia. Sehingga didalam

konteks pendidikan jasmani untuk sekolah yaitu memberikankesempatankepada

siswa peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagaipengalaman belajar

melalui aktifitas jasmani.Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat kesegaran

jasmani adalah makanan/gizi,kebiasan hidup sehat,usia, lingkungan dan istirahat

yang cukup.

Jika dilihat dari perspektif Pemerintah, Peran aktif dari Pemerintah sudah

mulai terlihat pada tahun tujuh puluhan,dan pada waktu itu pemerintah telah

mempersiapkan pembentukan manusia. Di Provinsi Riau sendiri khusunya dalam

segi peningkatan kesehatan dan kesegaran jasmani mulai memperkenalkan senam

pagi yaitu senam Riau Bangkit,Sehingga senam tersebut di masukkan kedalam

kurikulum pendidikan jasmani di Sekolah Dasar pada tahun 1994 penyakit.

Di setiap olahraga sangat memerlukan keterampilan, keberanian,

ketangkasan dan keperercayaan diri. Di dalam pembelajaran Penjaskesrek perlu

merangsang pertumbuhan dan perkembangannya. kekuatan inti pada bagian atas

dan bawah tubuh, mampu melatih kekutan otot ,tulang serta daya tahan tubuh.

Dari penjelasan diatas, adanya indentifikasi dalam melakukan kebugaran

jasmani ketilka seseorang atlit melakukan aktifitas fisik, maka adanya

indentifikasi saat melakukan latihan fisik keburan jasmani, adanya perbedaan


4

antara malakukan tahap pertama kedua dan ketiga, maka hasil latihan fisik akan

menimbulkan hasil yang berbeda,

Dari penejelasan di atas dapat diuraikan mengapa peneliti mengambil

judul ‘Survei identifikasi kebuaran jasmani pada siswa MAN 1 Selatpanjang

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang ada, maka penulis ingin

memecahkan permasalahannya, harus ada program latihan dengan baik,

melakukan aktifitas dengan kefokusan sehinnga tidak cepat menimbulkan

kelelahan. Selain keunggulan- keunggulan tersebut diatas, terdapat keunggulan

lain yang bisa dirasakan oleh manusia, yaitu bisa membangun kekuatan inti pada

bagian atags bawah tubuh,melatih kekutan otot, tulang serta daya tahan tubuh,

bisa menjaga keseimbangan tubuh, serta mengembangkan ketrampilan dan

menanamkan nilai nilai mental spiritual.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang di atas penulis dapat menyampaikan macam

macam indentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya siswa yang mudah kelelahan dalam melakukan latihan fisik.

2. Siwa tidak boleh mengkomsusmsi makanan yang berlebihan, karna akan

mempengatuh pada latihan fisik

3. Siswa akan mengetahui pentingnya melakukan akifitas gerak, karena

dengan aktifitas gerak maka akan timbul kebugaran jasmani.

4. Kurangnya kefokusaan saat melakukan aktifitas fisik


5

5. Kecendrungan siswa yang lebih menikmati pembelajaran pendidikan

jasmani yang beregu atau kelompok seperti, sepakbola, bola voli dan

basket.

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah penelitian di atas ,maka masalah di

batasi pada tingkat kebugaran jasmani pada siswa Man 1 Selat panjang ”.

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah pada

penelitian ini sebagai berikut Apakah ada indetifikasi kebugaran jasmani pada

siswa man I Selatpanjang.

E. TUJUAN PENELITIAN

Bedasarkan latar belakang dan masalah di atas , makadapat di rumuskan

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat indentifikasi kebugaran jasmani pada siswa MAN 1

Selatpanajng.

2. Apakah terdapat identifikasi pada V Sit And Reach tes

3. Apakah terdapat identifikasi pada Sit UP Tes

4. Apakah terdapat identifikasi pada Squat Thrust tes

5. Apakah terdapat identifikasi pada pacer tes

6. Apakah terdapat idebtifikasi pada pengukuran tinggi dan timbang badan


6

F. MANFAAT PENELITIAN

Bedasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

inditifikasi kebugaran jasmani pada siswa MAN 1 Selatpanjang

2. Siswa menambah pengetahuan bagi siswa akan kebugaran jasmani dan

perkembangan jasmaninya.

3. Guru pendidikan olahraga, sebagai bahan ,masukan dalam rangka

meningkatkan keburagan jasmani siswa

4. sekolah sebagai bahan referensi dalam rangka untuk mengetahui indrtifikasi

keburan jasmani pada siswa MAN 1 Selatpanjang.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. DESKRIPSI KONSEPTUAL.

1. Hakikat Kebugaran Jasmani

Pengertian Kebugaran jasmani ,Kebugaran jasmani berasal dari bahasa

inggris Physical Fitness yang secara Harfiah berarti kesesuaian fisik dengan jenis

pekerjaan yang dilakukan dalam Keseharian atau dengan kata lain yang di cocok

adalah komponen fisik dengan tugas Tugas dalam memenuhi tuntutan hidup

sehari – hari. (Suharjana, 2013 : 2).Menurut Arma Mandji yang dikutip oleh

Hidayat (2010:7) kebugaran jasmani Adalah kemampuan seseorang melaksanakan

tugas sehari – hari dengan semangat Tanpa rasa lelah yang berlebihan.Selanjutnya

Menurut Giriwijoyo (2017:60) Menyatakan bahwa kebugaran jasmani adalah

kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan perkerjaan sehari hari

tampa menimbulkan kesalahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki

simpanan tenaga untuk beban kerja tambahan. Dengan demikian kebugaran

jasmani dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup

sehari – hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memilki

kemampuan untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya

7
8

a. Komponen Kebugaran Jasmani

Menurut Badriah, (2013) komponen kebugaran jasmani meliputi berbagai

sistem tubuh, mulai dari sistem otot (muscular), sistem saraf (nervorum), sistem

tulang (skelet), sistem pernafasan (respirasi), sistem jantung (cardio), sistem ginjal

(ekresi), dan kerja sama antar berbagai sistem tersebut secara holistik.

Berdasarkan pada sistem tubuh yang membentuknya, maka komponen kebugaran

jasmani meliputi: kekuatan otot, kelentukan, daya tahan kardiorespirasi dan daya

tahan otot, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kecepatan

reaksi, dan koordinasi, serta memiliki komposisi tubuh yang ideal (hlm.

33).Berikut akan dipaparkan hal yang berkaitan dengan komponen yang

membentuk kebugaran jasmani menurut Badriah, (2013, hlm. 33- 40).

1. Daya Tahan Kardiorespirasi

Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas

melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik.Daya tahan

kardiorespirasi menurut Badriah (2013) “merupakan faktor utama dalam

kebugaran jasmani, bahkan sering menjadi sinonim bagi pengertian kebugaran

jasmani itu sendiri” (hlm.33).Daya tahan kardiorespirasi menurut Dewi, Made,

dan Muliarta (2016) adalah “kemampuan tubuh untuk melakukan latihan dinamis

yang melibatkan banyak kelompok otot dalam waktu yang lama dengan intensitas

sedang hingga tinggi” (hlm.2). Ada juga menurut pendapat Widiastuti (2011, hlm.

14) daya tahan tahan jantung, paru-paru dan pembuluh darah berfungsi optimal

selama aktivitas sehari-hari.Dari pernyataan ini semakin jelas bahwa daya tahan
9

hati, paru-paru adalah kapasitas jantung, paru-paru dan sistem vaskular kinerja

yang optimal dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan pengertian daya tahan kardiorespirasi dari beberapa sumber,

jadi daya tahan kardiorespirasi adalah faktor utama dalam kebugaran jasmani

karena melibatkan banyak kelompok otot yang kerja terus menerus dengan

intensitas yang sedang maupun tinggi.Selain itu ada Faktor fisioligis yang

mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi. Berikut faktor fisiologis menurut

(Badriah, 2013, hlm.33) adalah:

2. Keturunan (genetik)

Hal ini didasarkan pada hasil penelitian bahwa, kemampuan ambilann

oksigen minimal per menit dipengaruhi oleh faktor genetik, khususnya jenis

serabut otot dan kadar Hb. Serabut otot yang dominan untuk mewujudkan kerja

daya tahan adalah jenis otot slow twitch fiber (jenis serabut otot lambat atau

jenis serabut otot merah). Dikatakan serabut otot mersh stsu tipe otot lambat,

karena figmen-figmen pada otot jenis ini berwarna merah karena banyaknya

pembuluh kapiler yang memberikan suplay dan nutrisi untuk kerja otot tersebut.

Semakin banyak pembuluh kapiler yang mensuplay otot tersebut akan semakin

lama kemampuan kontraksinya.

a. Usia, mulai anak-anak sampai usia 20 tahun, daya tanhan kardiorespirasi

meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun.


10

b. Jenis kelamin, sampai pada usia pubertas tidak terdapat perbedaan antara laki-laki

dan wanita dan setelah usia itu wanita lebih rendah sekitar 15- 20% dari laki-

laki.

c. Aktivitas fisik, istirahat ditempat tidur selama 3 minggu akan menurunkan daya

tahan kardiorespirasi sebanyak 17-27 %. Efek latihan aerobik selama 8 minggu

akan meningkatkan sebanyak 62% dari keadaan istirahat atau sekitar 18% bila

tidak melakukan istirahat.

Menurut uraian di atas dikatakan bahwa dalam daya tahan

kardiorespirasiitu di pengaruhi oleh keturunan, usia, jenis kelamin, dan aktivitas

fisik. Untuk meningkatkan daya tahan respiratori diperlukan beberapa bentuk

latihan dalam waktu yang relatif. Berikut beberapa bentuk latihan untuk

meningkatkan daya tahan diantaranya adalah:

a. Fartlek

Disebut juga speed play, yaitu sistem latihan endurance yang maksudnya

adalah untuk membangu, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh

seseorang.

b. Interval Training

Interval training adalah latihan atau sistem latihan yang diselingi interval-

interval berupa masa istirahat, Jadi dalam pelaksanaanya adalah istirahat-latihan,

istirahat-latihan. Interval training merupakan cara latihan yang penting untuk

dimasukan ke dalam program latihan keseluruhan. Banyak pelatih menganjurkan

menggunakan interval training untuk melaksanakan latihan karena hasilnya sangat


11

positif untuk mengembangkan daya tahan keseluruhan maupun stamina atlet.

Bentuk latihan interval dapat berupa latihan lari (interval running) atau renang

(internal swimming) dapat pula dilakukan dalam program weight training maupun

circuit training.

c. Kekuatan Otot

Menurut Badriah, (2013) “Kekuatan otot adalah kemampuan kontraksi

secara maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot” (hlm, 35).Pada

mulanya, otot melakukan kontraksi tanpa pemendekan (isometrik) sampai mecapai

ketegangan yang seimbang dengan beban yang harus diangkat, kemudian disusul

dengan kontraksi dengan pemendekan otot (isotonik).

Faktor fisiologis yang mempengaruhi kekuatan otot menurut (Badriah,

2013, hlm. 35) adalah:

1. Usia, sampai usia 12 tahun peningkatan kekuatan otot terjadi akibat

peningkatan ukuran otot, pada laki-laki maupun wanita sama. Sampai usia

pubertas peningkatan kekuatan otot jauh lebih besar pada laki-laki, karena

adanya pengaruh sekresi hormon testoteron. Kekuatan otot pada wanita

mencapai maksimal pada usia 25 tahun. Penurunan dan kekuatan otot

sangat tergantung pada jenis latihan fisik yang dilakukan dan status

kesehatan.

2. Jenis kelamin, kekuatan otot panggul wanita sebesar 80% kekuatan otot

laki-laki, dan kekuatan otot-otot lengan wanita hanya 55% dari kekuatan

otot-otot lengan laki-laki.


12

3. Suhu otot, kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat bila suhu otot sedikit

lebih tinggi daripada suhu normal tubuh.

Para pakar olahraga telah meyakini bahwa untuk membangun kekuatanotot,

metode yang efektif adalah dengan menggunakan latihan beban (weight training),

karena dengan metode ini intensitas pembebanan bisa terukur dan bisa diatur dengan

mudah dan tepat, disesuaikan dengan tujuan latihan yang diinginkan. Untuk

menyusun program latihan beban, seorang pelatih harus bisa menjawab pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut: berapa beban yang harus diangkat, berapa set latihan

yang harus diselesaikan, berapa repetisi yang harus dilakukan, berapa kali latihan

dalam seminggu, berapa menit harus istirahat diantara set-set latihan, bentuk latihan

apa saja yang cocok untuk dilatihkan.

4. Daya Ledak Otot

Daya ledak otot menurut Badriah (2013) “adalah kemampuan otot atau

sekelompok otot melakukan kontraksi secara eksplosif dalam waktu yang sangat

singkat” (hlm, 57). Daya ledak otot dipengaruhi oleh: kekuatan dan kecepatan

kontraksi otot. Dalam kehidupan sehari-hari daya ledak otot dibutuhkan dalam

upaya: memindahkan tubuh sebagian atau keseluruhan pada tempat lain secara tiba-

tiba dalam olahraga, daya ledak otot sangat dibutuhkan untuk cabang olahraga

melempar (lembing dan cakram), bola basket, bela diri dan olahraga permainan

lainnya, yang memunkinkan.

5. Kecepatan (Speed)
13

Kecepatan adalah kemampuan tubuh untuk menempuh jarak tertentu

ataumelakukan gerakan secara berturut-turut dalam waktu yang singkat.Kecepatan

juga dapat berarti laju gerak tubuh dalam waktu yang singkat. Faktor yang

mempengaruhi kecepatan menurut (Badriah, 2013, hlm.37) adalah sebagai berikut:

a) Kelentukan, kurangnya kelentukan pada daerah panggul dan tungkai atas akan

mengurangi kecepatan lari, karena hal tersebut meningkatkan tahanan ang dibuat

oleh otot antagonis di bagian ekstremitas bawah terutama otot.

b) Betis dan otot-otot paha.

c) Tipe tubuh, walaupun sukar untuk mencari hubungan kecepatan gerak

d) Tubuh dengan tipe tubuh, namun kita dapat mengerti bahwa tubuh yang gemuk

akan menyebabkan seseorang bergerak sangat lamban. Hal ini disebabkan karena

adanya friksi sel lemak yang berada diantara sel-sel otot dan beban ekstra (berat

badan, kurangnya kelentukan, dan sebagainya) yang harus diatasi pada saat

melakukan gerakan.

e) Usia, peningkatan kecepatan sesuai dengan pertambahan usia. Pada wanita rata-rata

mencapai puncaknya pada usia 13-18 tahun dan laki-laki pada usia 21 tahun.

Namun demikian pembinaan kecepatan dapat dimulai sejak anak berusia 6 tahun

atau pada usia anak sekolah taman kanak-kanak sesuai dengan karakteristik anak

seusia ini yang sangat menyukai permainan.

f) Jenis kelamin, wanita mempunyai kecepatan sebesar 85% dari kecepatan laki-laki.

Hal ini disebabkan adanya perbedaan kekuatan otot dan komposisi tubuh.

Latihan kecepatan dapat dilatih dengan tujuan untuk mendapatkanpeningkatan

pada tingkat reflek, kegesitan, kelincahan gerakan, dan kecepatan itu sendiri.Berikut
14

adalah bentuk latihan untuk melatih kecepatan, yaitu latihan Ladder Drills, salah satu

bentuk latihan yang bertujuan untuk melatih kecepatan. Cara latihan lader drills

membutuhkan alat bantu berupa tangga berbahan nilon yang memiliki kotak atau

rongga berukuran 12x12 cm antar anak tangganya, tahapan latihan ladder drills adalah

dengan berjalan atau berlari melewati tiap anak tangga atau rongga tersebut, tanpa

menyentuh tali dengan kecepatan tertentu.Bentuk latihan untuk meningkatkan

kecepatan juga bisa dengan melakukan Lari Akselerasi, yakni lari dengan

menggunakan kecepatan pertambahan secara gradual atau bertahap, mulai dari pelan-

pelan, semakin cepat dan lari secepat-cepatnya dalam jarak 100 meter.

6. Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan tubuh untuk mengubah secara cepat arah

tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.Kelincahan tergantung

kepada faktot-faktor kekuatan, kecepatan, daya ledak otot, waktu reaksi,

keseimbangan, dan koordinasi faktor-faktor tersebut.faktor lain yang mempengaruhi

adalah: tipe tubuh, usia, jenis kelamin, berat badan, dan kelelahan.

Cara latihan untuk meningkatkan komponen kelincahan atau agilitas, dapat dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain dengan berlari bolak-balik secepat- cepatnya (shuttle

run), atau lari bolak-belok (zig-zag run) dan lain-lain.

7. Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan adalah kemampuan ruang gerak persendian.Jadi

dengandemikian meliputi hubungan antara bentuk persendian, otot, tendon, dan

ligamen sekeliling persendian. Faktor fisiologis yang mempengaruhi kelentukan: usia,

aktivitas, dan elastisitas otot. Khususnya untuk kelentukan togok, harus mendapat
15

latihan yang cukup baik, sehingga kemungkinan terjadi cedera punggung dapat

dicegah. Bila punggung cedera, akan berakibat fatal, yaitu mengalami

kelumpuhan.Untuk mengembangkan fleksibilitas dapat dilakukan melalui latihan-

latihan peregangan otot dan memperluas ruang gerak sendi-sendi. Untuk itu dapat

dilakukan dengan beberapa bentuk latihan peregangan, antara lain, pergengan statis,

peregangan dinamis, peregangan pasif, dan peregangan kontraksi-rileksasi.Yang

dimaksud dengan peregangan statis adalah latihan-latihan peregang yang mengambil

sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan kelompok otot tertentu, selanjutnya

dipertahankan selama beberapa detik. Sedangkan peregangan dinamis dilakukan

dengan cara menggerak gerakan anggota tubuh secara berirama dengan gerakan-

gerakan memutar dan memperluas ruang sendi secara beraturan, dengan harapan dapat

mengembangkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi.

8. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang

tepatpada saat melakukan gerakan. Keseimbangan dibagi dua menjadi:

keseimbangan statisdan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah

keseimbangan pada saat kita tidak bergerak atau berdiri tegak, sedangkan

keseimbangan dinamis adalah keseimbanga pada saat kita bergerak. Keseimbangan

tergantung pada: kemampuan intergasi antara kerja indera penglihatan, kanalis semi

pada telinga, dan reseptor pada otot (muscle spindle dan apartus golgi). Gangguan

pada mata dan telinga, akan mengakibatkan seseorang sulit untuk menghentikan

langkah atau gerak dan kesulitan melakukan rangkaian gerak.


16

Salah satu solusi untuk mengatasi dan mencegah adanya gangguan

keseimbangan adalah upaya pemberian latihan, salah satunya adalah balance exercise.

Disampaikan oleh Nyman (2007) bahwa latihan balance exercise adalah suatu

aktivitas fisik yang dilakukan untuk meningkatkan kestabilan tubuh dengan cara

meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah. Sedangkan Madureira (2006) dan

Skelton (2001), mengungkapkan bahwa latihan keseimbangan sangat efektif untuk

meningkatkan keseimbangan fungsional dan statis serta mobilitas lansia.

9. Kecepatan reaksi (Reaction Time)

Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk

memberijawaban kinetik setelah menerima suatu rangsangan. Waktu gerakan berbeda

dengan waktu reaksi dalam proses berfikir. Faktor yang mempengaruhi waktu reaksi

adalah: usia, jenis kelamin, kesiapan, intensitas latihan, latihan, diet dan

kelelahan.Kecepatan reaksi bisa dilatih, contohnya dalam olahraga bulutangkis,

dengan cara melakukan gerakan memukul shuttlecock yang berulang-ulang dengan

waktu yang cepat atau dengan berlari secepat-cepatnya dalam jarak yang pendek,

dapat pula dengan latihan beban yang dilakukan dengan cepat.

10. Koordinasi (Coordination)

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan berbagai

macamgerakan dalam satu pola gerakan secara sistematis dan continue atau hal yang

menyatakan hubungan harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan.

Dengan memiliki tingkat koordinasi yang baik, gerakan yang dilakukan.hanya

membutuhkan energi yang sedikit, sehingga ada efesiensi gerak dan energi.
17

Koordinasi yang rendah akan menyebabkan terjadinya cedera, terlebih pada cabang-

cabang olahraga yang membutuhkan keterampilan gerak yang kompleks dan halus.

Dari uraian diatas ada 9 komponen dalam kebugaran jasmani, masing- masing

dari komponen diatas rata-rata dipengaruhi oleh jenis kelamin, faktor genetik, usia dan

aktivitas fisik yang begitu besar bagi kebugaran jasmani seseorang.

Koordinasi sangat penting dalam menghadapisiatuasi dan lingkungan yang

asing, misalnya lapangan baru, adanya perubahan lapangan yang mendadak, peralatan,

cuaca, lampu dan sebagainya.Koordinasi dapat membantu dalam upaya penyesuaian

yang cepat dengan situasi dan kondisi yang baru.Baik tidaknya koordinasi gerak

seseorang dapat tercermin dari kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara

mulus, tepat dan efisien.Atlet yang memiliki koordinasi yang baik bukan hanya

mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, tetapi juga mudah dan cepat

melakukan keterampilan yang baru, sehingga gerakan dapat efisien.Bentuk latihan

koordinasi diantaranya adalah latihan melakukan berbagai variasi gerak dan

ketrampilan. Atlet pada cabang olahraga tertentu sebaiknya dilibatkan dalam

keterampilan cabang olahraga lainnya.hal ini akan meningkatkan kemampuan

koordinasi gerak secara umum

11. Stamina

Stamina adalah kemampuan daya tahan yang lama organisme manusia

untuk melawan kelelahan dalam batas waktu tertentu, di mana aktifitas dilakukan

dengan intensitas tinggi (tempo tinggi frekuensi tinggi, dan selalu mengunakan power

paru paru, jantung pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan stamina

Cara cara meningkatkan stamina agar tetap fit


18

a) Berolahraga secara rutin, olahraga menjadi cara meniningkatkan

stamina yang pertama

b) Memperbanyak kosumsi makanan penambah stamina

c) Istirahat dengan cukup

d) Banyak minum air putih

2. Faktor Faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani yang baik merupakan interaksi dari berbagai factor

yang mempengaruhi baik secara langsung atau tidak langsung bagi tiap

individu.Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani.Menurut Ratnasari

(2017, hlm. 7-10), menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmani antara lain:

a. Umur

Terdapat bukti yang berlawanan antara umur dan kelenturan. Beberapa

penelitian menunjukan bahwa kelenturan meningkat sampai remaja awal, dan

sesudah itu menurun. Penurunan kelenturan dimulai sekitar usia 10 tahun pada

anak laki-laki dan 12 tahun pada anak perempuan dan bukti menunjukan bahwa

dewasa yang lebih tua mempunyai kelenturan kurang dibanding dewasa muda.

a. Jenis Kelamin

Secara umum anak perempuan lebih lentur dari anak laki-

laki.Perbedaananatomis dan pola gerak serta aktivitas yang teratur pada kedua

jenis kelamin mungkin menyebabkan perbedaan kelenturan ini, begitupun dengan

kekuatan otot berbeda antar jenis kelaminnya.


19

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang

dihasilkanoleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy

expenditure yang bermakna.Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu

gerakan fisik yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik di luar

sekolah termasuk aktivitas fisik di waktu luang, dimana aktivitas dilakukan pada

saat yang bebas dan dipilih berdasarkan kebutuhan dana ketertarikan masing-

masing individu.Gambaran aktivitas fisik harus mempertimbangkan kemungkinan

aspek- aspek (1) tipe dan tujuan aktivitas fisik (missal: rekreasi atau kewajiban,

aerobik atau anaerobik, pekerjaan), (2) intensitas (beratnya), (3) efisiensi, (4)

durasi (waktu), (5) frekuensi (misalnya waktu per minggu), (6) pengeluaran kalori

dari aktivitas yang dilakukan.

a. Makanan

Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena

makananyang telah dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber

zat tenaga dan pembangun yang dibutuhkan tubuh.

b. Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosialyang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Dari

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh

terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial.Pengertian yang paling luas sehat

merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri

dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (Psikologis, intelektual,


20

spiritual, dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi)

dalam mempertahankan kesehatannya.

Dari uraian diatas disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang yaitu usia, jenis kelamin, aktivitas

fisik, makanan, dan status kesehatan. Tentu saja ke lima faktor itu sangat

berpengaruh, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kondisi fisik laki-laki dan

perempuan berbeda setelah mengalami pubertas, tidak hanya itu makanan yang

kita makan akan berpengaruh terhadap kesehatan

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang pernah di lakukan orang lain, hampir sama

Dengan penelitian yang akan di lakukan, penelitian yang relavan ini dapat di

manfaatkan sebagai bahan acuan peneliti, serta dapat di manfaatkan sebagai

penguat kajian teori yang sudah ada,,kebugaran jasmani adalah keadaan

kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat- alat tubuh terhadap

tubuh jasmani tertentu, dan terhadap keadaan lingkungan yang harus di atasi

dengan cara yang efesien, tampa kelelahan yang berlebihan

1. Penelitaian ini di lakukan oleh Kamiso (2012:46) mengemukakan bahwa

kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi

alat alat dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan atau fisik

secara tampa lelah dan berlebihan

2. Penelitin ini di lakukan oleh Muhajir (2004:2)mengemukakan kebugaran

jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan


21

penyesuaian (adaptasi terhadap pembebasan fisik yang di berikan

kepadanya (dari kejra yang di lakukan sehari hari ) tampa menimbulkan

kelelahan yang berlebihan

3. Penelitisan ini di lakukan oleh Herisenjaya (2016:13) menyatakan bahwa

kebugaran jasmani adalah kemampuan berbuat sebaik baiknya dari fisik

mental dan spritural untuk menjelaskan tugas kewajiban pribadinya

terhadap pentingan kesejatraan keluarga, orang lain masyarakat bangsa

dan negara sebaik baiknya.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah alur berfikir yang disusun secara singkat untuk

menjelaskan bagaimana sebuah penelitian dilakukan dari awal, proses pelaksanaan,

hingga akhir. Menurut Sugiyono, (2015) kerangka berfikir merupakan “Model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting” (hlm, 91).Kebugaran Jasmani tidak

hanya menggambarkan kesehatan tetapi bagaimana seseorang melakukan kegiatan

sehari – hari.

Banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan apabila memiliki tingkat

kebugaran jasamani yang baik, salah satunya dapat dirasakan ketika seseorang

melakukan suatu pekerjaan dengan durasi yang lama dan melakukan aktivitas fisik

yang melelahkan tetapi tidak merasakan lelah yang berlebihan, Jadi kebugaran

jasmani adalah perwujudan dari peranan seseorang dalam melakukan kegiatan

tertentu dengan hasil yang baik dengan membahagiakan (Wirnantika, Pratama, &
22

Hanief, 2017).Maka dari uraian di atas dapat di simpulakan bahwa peneliti meneliti

Pengaruh Senam Riau bangkit teradap Kebugaran jasmani

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di dalam penelitian ini dapat dirumuskan

hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara.Menurut Sugiyono, (2016) “Hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan permasalahan di atas maka

hipotesis dalam penelitian ini Adanya :indentivikasi kebugaran jasmnai pada siswa

MAN 1 Selatpanjang.
23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitianyang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Korelasi, salah satu Sudaryono (2014: 67) menguemukaan bahwa analisis

korelasi merupakan salah satu teknik stastistik yang sering di gunakan untuk

mencari hubungan variabel. Kolerasi di artikan sebagai hubungan Meskipun

variabel Tersebut Saling berhubungan erat auat berkolerasi, belum tentu

variabel tersebut saling mempengaruhi. Dalam analisis kolerasi ini, output yang

di hasilkan hanya dalam rentang -1 samapi 1 dan menjadi korelasi posisitif

(hasil positif ), korelasi negatif ( hasil negatif ).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini di laksanakan di sekolah MAN 1 Selatpanjang Desa

Banglas, Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti.

2. Waktu Penelitian : Selasa 21 Maret 2024

1. Populasi

Menurut Nursalam (2015) bahwa populasi adalah keseluluran dari

variabel yang menyangkut masalah yang di teliti. Sehingga selama suatu

variabel masih memiliki hubungan dengan topik yang di teliti maka termasuk

ke dalam populasi. Populasi berjumblah 20 siswa.


24

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011:81) menjelaskan bahwa, sampel adalah

bagian dari jumlah dan karakteristik yang memiliki populasi tersebut. Sampel

dalam penelitian adalah siswa kelas 10 MAN 1 Selat Panjang, Desa Banglas,

Kecamatan Tebing Tinggi,Kabupaten Kepulauan Meranti, dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel

20, Orang. Sampel yang diambil adalah siswa kelas X 1, dengan cara

proposional total sampling .

MAN 1 SELAT JUMLAH


KESELULURAN
PANJANG LAKI- LAKI

1 20 20

Tabel . 1 Sampel siswa Kelas X 3 MAN 1 Selatpanjang

Karena populasi pada Siswa MAN 1 berjumlah 20 orang maka jumlah

Sampel nya 20 Dalam satu Kelas X 3

D. Intrumen Penelitian

Untuk pengumpulan data dari sampel penelitian diperlukan alat

yang iyalah Pluit ,stopwatch,cone krucut olahraga disebut instrument, Dalam

penelitian ini penulis menggunakan tes keburan jasmani TKPN merupakan

suatu baterai tes yang digunakan oleh seorang guru untuk menentukan tingkat

kebugaran jasmani peserta didiknya di sekolah. Tes Kebugaran Jasmani.

Menurut (Sugiyono, 2017, p. 102) instrumen instrumen penelitian ini

adalah alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang
25

diamati.secara sfesifik semua fenomena ini disebut dengan variabel peneliti.

Untuk pengumpulan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut

instrument, Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes kebugaran jasmani

yaitu Tes Kebugaran pelajar nusantara (TKPN) (Rusdiana et al., 2022) untuk

pelajar dengan rentan usia 9-18 tahun. Instrument tes pengukuran kebugaran

yang dilakukan pada TKPN ini diantaranya:

Indeks masa tubuh Deskripsi Indeks masa tubuh (IMT) adalah salah

satu cara untuk mengetahui status masa tubuh dengan kriteria: Obesitas,

Gemuk, Ideal, dan Kurus. Indeks masa tubuh dapat dicari dengan mengetahui

tinggi badan dan berat badan menggunakan rumus (kg/m2 ).

A. PENGUKURAN TINGGI BADAN

Peralatan:

1.Untuk mengetahui postur tubuh vertikal dari lantai ke ujung kepala

(vertex). Peralatan

2.Stadiometer atau pita pengukur yang dilekatkan dengan kuat secara

vertikal di dinding, dengan tingkat ketelitian sampai 0,01 cm.

3.Gunakan dinding yang rata atau tidak bergelombang.

Pelaksanaan:

1. Permukaan lantai harus rata dan padat. Pelaksanaan

2. Testee berdiri tegak tanpa alas kaki, tumit, pantat dan kedua bahu

menempel pada stadiometer atau pita pengukur.

3. 4.Kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang menggantung bebas di

samping badan (dengan telapak tangan menghadap ke arah paha).


26

4. 5.Kepala testee tegak dengan bagian belakang kepala menempel pada

dinding, dan pandangan mata lurus ke depan.

5. Tumit testee tidak boleh terangkat (jinjit).

6. Apabila pengukuran menggunakan stadiometer, turunkan platformnya

sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila menggunakan pita

pengukur, letakkan segitiga siku-siku tegak lurus pada pita pengukur di

atas kepala, kemudian turunkan ke bawah sehingga menyentuh bagian atas

kepala

GAMBAR 1.Pengukuran tinggi badan

Sumber: Jurnal Moderasi olahraga 3 (2) 2023

Penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan kuadrat (M2)


27

Contoh

: Berat badan Anto = 60 kg

Tinggi badan Anto = 170 cm = 1,7

IMT = 60

(1,72)

=60

(2.89

20.76

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Sesuai Dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar

Antropometri Anak

Tabel 2. Status Gizi anak

Indeks Katagori Status Gizi Ambang batas

(Z-Score

Umur (IMT/(U) Gizi Kurang (thinness) 3 SD sd= 2 SD

Anak usia 5-18 Gizi Baik (normal) 2 SD sd= 1 SD

Tahun Gizi Lebih (overweight) “ 1 SD sd= 2 SD

Obesitias (obese) ‘’ 2 SD
28

Penilaian

Catatlah tinggi badan teste dalam posisi bediri sempurna tersebut dengan

ketelitian 0,01 kg.

B. PENGUKURAN BERAT BADAN

Tujuan

Mengetahui berat badan dalam satuan kilogram dengan ketelitian hingga 0,01

kg. Peralatan

Peralatan

Alat penimbang dengan ketelitian hingga 0,01 kg, di tempatkan pada

pemukaan yang rata sekala alat penimbang harus diterap lebih dahulu agar alat

tersebut memenuhi stadar

Pelaksanaan

1) Teste bediri tegak tampa alas kaki, tumit ,pantat dan kedua bahu

menempel pada stadiometer atau pengukur

2) kedua tumit sejajar dengan kedua lengan yang mengantung bebas

di samping badan (dengan telapak tangan menghadap ke arah paha)

3) kedua teste tegak dengan bagian belakang kepala menempel pada

dinding,dan pandangan mata lurus kedepan

4) Tumit teste tidak boleh terangkat (jinjit)

5) Apabila pengukuran mengunakan stadiometer, turunkan

Platformnya sehingga dapat menyentuh bagian atas kepala. Apabila

mengunakan pita pengukur, letakan segitiga siku siku tegak lurus pita

pengukur, letakan segitiga siku siku tegak lurus pada pita pengukur di atas
29

kepala, kemudian turunkan ke bawah sehingga meneyntuh bagian di atas

kepala

Gambar 2.pengukuran berat badan

Sumber: Jurnal kesehata masyarakat (3),77 2017

Penilaian

Catatlah berat badan teste hingga ukuran 0,01 kg yang terdekat dan jika di

perlukan alat penimbang lebih dahulu


30

V SIT AND REACH TEST

Deskripsi

V Sit and Reach adalah intrumen tes modifikasi dari Sit and Reach untuk

mengukur fleksibilitas otot punggung dan otot hamstring. Fleksibilitas disebut

pula dengan kelentukan.

Tujuan

Mengukur efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri terhadap segala aktivitas

dengan peregangan tubuh pada bidang sendi yang luas.

Peralatan

Pita/garis Meteran/ Penggaris

Pelaksanaan

1. Siapkan permukaan lantai rata dan tempelkan pita atau garis selebar 1 meter.

2. Arahkan peserta untuk duduk dengan kedua tumit menempel pada pita/garis

sebagai titik 0 (nol).

3. Pastikan lutut lurus dan kaki dibuka selebar bahu membentuk V atau kurang

lebih 30 cm.

4. Pasang penggaris atau meteran di antara kedua kaki peserta.

5. Setelah meteran atau penggaris terpasang, satukan kedua tangan dengan

perlahan kemudian lakukan jangkauan sejauh mungkin di sepanjang meteran/

penggaris.
31

6. Setelah sampai jangkauan titik terjauh tahan posisi tersebut, kurang lebih 3

detik.

7. Ukur hasil jangkauan dari pita/garis yang telah dibuat.jarak sebelum

pita/garis bernilai negatif dan setelah pita/garis bernilai positif

Penilaian Catat hasil jangkauan terjauh dari 3 kali percobaan., yang di ambil

nilai yang paling banyak.

Gambar 3. Sikap awal V Sit Reach

Sumber: Jurnal ilmu olahraga (3) ,22 2022


32

Gambar 4. Sikap Akhir V sit Reach

Sumber: Jurnal ilmu olahraga (3) ,22 2022

Tabel 3. Skala 5 A Sikap awal V Sit Reach

NO SKOR KETERANGAN

1 5 Sangat baik/Sangat setuju

2 4 Baik/Setuju

3 3 Cukup Baik

4 2 Tidak Baik/Tidak Setuju

5 1 Sangat Tidak baik

SIT UP 60 DETIK

Deskripsi
33

sit-up atau baring duduk adalah bentuk gerakan yang melibatkan otot perut.

Gerakan ini dilakukan dengan cara terlentang, menekuk lutut, kemudian

mengangkat tubuh ke atas.

Tujuan

Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut. Kekuatan dan daya tahan otot

perut penting untuk menjaga stabilitas otot inti tubuh.

Peralatan Stopwatch,,

Pelaksanaan

1. Siapkan tempat atau permukaan yang tidak keras atau aman

2. Peserta duduk dengan lutut ditekuk, telapak kaki rata dengan permukaan

lantai dan kaki dipegang oleh peserta lain.

3. Kedua lengan rapat menyilang di depan dada.

4. Pada saat aba-aba 'Mulai', peserta menurunkan tubuh dengan punggung

menyentuh permukaan lantai kemudian angkat tubuh sehingga siku menyentuh

paha.

5. Lakukan gerakan berulang selama 60 detik.

Penilaian:

1. Gerakan sit up yang sempurna dihitung sebagai hasil tes.

2. Gerakan sit up yang sempurna selama 60 detik dicatat pada lembar penilaian.
34

(a)

(b)

Gambar 5
35

(c)

Sumber: Jurnal pendidkan olahraga volume 11 2023

Tabel 4. Skala 5 A SIT UP

NO SKOR KETERANGAN

1 5 Sangat baik/Sangat setuju

2 4 Baik/Setuju

3 3 Cukup Baik

4 2 Tidak Baik/Tidak Setuju

5 1 Sangat Tidak baik

Sumber: Olah Data


36

SQUAT THRUST 30 DETIK

Deskripsi

Squat thrust adalah gerakan kombinasi mengubah posisi tubuh dari posisi berdiri,

berjongkok lalu posisi push up dan kembali berdiri.

Tujuan

Mengukur kemampuan daya tahan kekuatan, kontrol tubuh, keseimbangan,

koordinasi dan kelincahan.

Peralatan

Stopwatch, Permukaan lantai rata yang dan aman

Pelaksanaan

1. Posisi awal peserta tes squat thrust adalah berdiri tegak selebar bahu dengan

tangan di samping.

2. Pada saat aba-aba “Mulai“ peserta melakukan gerakan mulai dari posisi

berdiri, jongkok dan letakkan tangan di lantai di depan kaki lalu tempatkan berat

badan di kedua lengan, dorong kaki ke belakang seperti posisi push up kemudian

kembali ke posisi jongkok, lalu loncat kembali ke posisi awal berdiri.

3. Gerakan dianggap sempurna apabila dimulai dari posisi berdiri sampai

dengan kembali ke posisi berdiri.

4. Lakukan secara berulang selama 30 detik.

5. Catat hasil tes pada lembar penilaian.

Penilaian:

1. Gerakan squat thrust yang sempurna dihitung sebagai hasil tes.


37

2. Gerakan squat thrust yang sempurna selama 30 detik dicatat pada lembar

penilaian

Gambar 6 Gerakan squat thrust

Sumber: Jurnal JPDO 6 143,2023

Tabel 5. Skala 5 A Gerakan squat thrust

NO SKOR KETERANGAN

1 5 Sangat baik/Sangat setuju

2 4 Baik/Setuju

3 3 Cukup Baik

4 2 Tidak Baik/Tidak Setuju

5 1 Sangat Tidak baik

Sumber: Olah Data


38

PACER TEST

Deskripsi

Tes Progressive Aerobic Cardiovascular Endurance Run (PACER) adalah tes

daya tahan kardiovaskular aerobik progresif dengan menggunakan lari bolak

balik pada jarak 20 meter dengan kecepatan langkah semakin meningkat setiap

menitnya mengikuti irama yang telah ditentukan. Tes Ini juga dikenal sebagai

modifikasi dari bip test atau bleep test.

Tujuan

Mengukur kesanggupan kerja jantung dan paru-paru secara maksimal

Peralatan

Stopwatch, Meteran , Lintasan minimal 25 meter , Cone/Kerucut, Peralatan

pemutar audio (sound system), Lembar Penilaian , Alat Tulis

Pelaksanaan

1. Siapkan area lari dengan jarak 20 meter dengan jarak tambahan 2,5 meter

pada setiap ujung area tes.

2. Area tes terbagi ke dalam beberapa lintasan lari dengan jarak minimal 1 meter

untuk setiap peserta ditandai dengan kerucut atau penanda lainnya.

3. Pada aba-aba on your mark, get ready, start, peserta mulai berlari pada

lintasan yang telah ditentukan dengan berusaha mempertahankan kecepatannya

sesuai dengan irama audio.


39

4. Peserta berlari dari garis awal ke garis akhir dengan ketentuan salah satu kaki

menyentuh garis akhir sebelum bunyi “TING”.

5. Saat bunyi “TING” peserta harus berbalik dan berlari kembali ke ujung garis

akhir yang lain. *Jika peserta mencapai garis sebelum bunyi “TING”, mereka

harus menunggu di garis sampai mendengar bunyi “TING” dan kemudian berlari

kembali ke ujung yang lain.

6. Ketika kalimat perpindahan level berbunyi (end of level), peserta tetap

melanjutkan berlari ke ujung garis yang lain dengan meningkatkan kecepatan

sesuai dengan irama audio.

7. Peserta terus berlari bolak-balik dari garis awal ke garis akhir sampai mereka

menyelesaikan tes atau mereka telah dua kali gagal/terlambat melewati garis

akhir.

Penilaian

: Catat hasil pacer test peserta ketika sudah 2 kali gagal/terlambat.

E.Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan di MAN 1 Selat panjang dengan

teknik Pengumpulan data dilakukan melalui tahapan tes dan pengukuran

khususnya (Tes kebugaran pelajar nusantara Tkpn Sumber Asissten Deputi

Pengolaan olahraga pendidikan Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga

Kementrian Pemuda dan olahraga Repoblik Indonesia Tahun 2022), komponen

yang terdapat di dalam Tes pada penelitian yakni:

Pengukur tinggi badan Tujuanya iyalahUntuk mengetahui postur tubuh

vertikal dari lantai ke ujung kepala (VERTEX) Peralatan Stadiometer atau


40

pita pengukur yang di letakan dengan kuat secara vertikal di dinding, dengan

tingkat ketelitian sampai 0,01 cm. Permukaan lantai harus rata dan padat.

Pelaksanaan

1. PENGUKURAN BERAT BADAN Tujuanya Mengetahui berat badan

dalam satuan kilogram dengan ketelitian hingga 0,01 kg. Peralatan Peralatan

Alat penimbang dengan ketelitian hingga 0,01 kg, di tempatkan pada

pemukaan yang rata sekala alat penimbang harus diterap lebih dahulu agar

alat tersebut memenuhi stadar.

2. V Sit reach test , V Sit and Reach adalah intrumen tes modifikasi dari Sit

and Reach untuk mengukur fleksibilitas otot punggung dan otot hamstring.

Fleksibilitas disebut pula dengan kelentukan. , Tujuannya iyalah Mengukur

efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri terhadap segala aktivitas dengan

peregangan tubuh pada bidang sendi yang luas.Peralatan yang di gunakan

iyalah Pita/garis Meteran/ Penggaris.

3. SIT UP 60 sit-up atau baring d, uduk adalah bentuk gerakan yang

melibatkan otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara terlentang,

menekuk lutut, kemudian mengangkat tubuh ke atas. Tujuanya iyalah

Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut. Kekuatan dan daya tahan otot

perut penting untuk menjaga stabilitas otot inti tubuh. Peralatan yang

digunakan iyalah Stopwatch, Matras ,

4. SQUAT THRUST 30 DETIK, Squat thrust adalah gerakan kombinasi

mengubah posisi tubuh dari posisi berdiri, berjongkok lalu posisi push up dan

kembali berdiri. Tujuannya adalah Mengukur kemampuan daya tahan kekuatan,


41

kontrol tubuh,keseimbangan, koordinasi dan kelincahan. Peralatan Stopwatch,

Permukaan lantai rata yang tidak licin atau matra

5. Pacer test Tes Progressive Aerobic Cardiovascular Endurance Run (PACER)

adalah tes daya tahan kardiovaskular aerobik progresif dengan menggunakan lari

bolak balik pada jarak 20 meter, dengan kecepatan langkah semakin meningkat

setiap menitnya mengikuti irama yang telah ditentukan. Tes Ini juga dikenal

sebagai modifikasi dari bip test atau bleep test. Tujuanya adalah Mengukur

kesanggupan kerja jantung dan paru-paru secara maksimal

C. Teknik Analisis Data

Jenis penelitian ini tergolong pada jenis penelitian deskriptif. Populasi

menurut Handayani (2020) populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang

akan di teliti yang memiliki ciri sama, bias berupa individu dari suatu kelompok,

peristiwa, atau sesuatu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 20 siswa dan sampel berjumlah 20 orang

dengan teknik Purposive Sample. Instrumen penelitian TesTKPN. Teknik

analisis data dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif


42

BAB IV

HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisis dan pembahasan hasil penelitian sesuai

dengan data dan fakta yang ditemui dilapangan yang berkaitan dengan tinjauan

Inditivikasi kebugaran jasmani pada siswa Man I Selatpanjang dengan

mengunakan Tes TKPN,

A.Deskripsi Data penelitian

Penelitian ini diakukan untuk mengetahui inditifikasi kebugaran jasmani

pada siswa Man 1 selat panjang, penelitian ini dilakukan oleh siswa Man 1

Selatpanjang pada kelas X, yaitu X I yang berjumblah 20 siswa

Di bawah ini Responenden dalam penelitian ini siswa berjenis kelamin laki-laki

yang berjumblah 20 0rang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Tes Index Masa Tubuh (IMT)

Pengukuran Status Gizi dengan tes IMT terhadap 20 orang sampel, didapat skor

tertinggi 20, skor terendah 13,8, rata-rata (mean) 18,9, simpangan baku (standar
43

deviasi) 2,8. Dari data hasil tes ini dapat dibuatkan table distribusi frekuensi

sebagai berikut:

Tabel 6. Tes indesk Masa Tubuh (IMT)

NO Katagori status Gizi Ambang Batas Frekuensi Presentase

(z-Score)

1 Gizi kurang -2 SD sd<-1 2 8%

2 Gizi Baik -2 SD sd+ 1 18 92%

SD

3 Gizi Lebih + 1 SD sd + 2 0% 0%

SD

4 Obesitas < + 3SD 0 0%

Total 20 100%

Sumber: Olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi status status gizi kurang dengan 2 siswa

dengan presentase sebesar 8%, kategori terbanyak pada kategori gizi baik

berjumlah 18 siswa dengan presentase sebesar 90%, dengan presentase 0% dan

obesitas 0%

2. Hasil Tes V Sit Reach Test

Pengukuran Kebugaran
44

Jasmani dilakukan dengan tes Kebugaran Jasmani Pelajar Nusantara (TKPN) V

Sit Reach Test terhadap 20 orang sampel, didapat skor tertinggi 29, skor terendah

-13, rata-rata (mean) 8,04, simpangan baku (standar deviasi) 9,57. Dari data hasil

tes ini dapat dibuatkan table distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 7.Hasil Tes V SIT Reach Test

NO Katagori Frekuensi Presentase

1 Baik Sekali 8 36%

2 Baik 5 24%

3 Cukup 2 8%

4 Rendah 2 8%

5 Rendah Sekali 3 24%

Total 20 100%

Sumber: olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi V Sit Reach Test baik sekali dengan 8 siswa

dengan presentase sebesar 36%, baik 5 orang dengan presentase 24%, cukup 2

orang dengan presentase 8%, rendah 2 orang dengan presentase 8%, dan rendah

SSsekali 3 orang dengan presentase 20%. Sehingga jika ditampilkan dalam bentuk

diagram, maka data tingkat V Sit Reach Test Siswa kelas X1 Man 1 SelatPanjang

3. Hasil Sit Up/ Baring duduk selama 60 detik

Pengukuran Kebugaran Jasmani dilakukan dengan tes Kebugaran Jasmani Pelajar

Nusantara (TKPN) Sit Up/ Baring duduk selama 60 detik terhadap 20


45

orangsampel, didapat skor tertinggi 41, skor terendah 17, rata-rata (mean) 26,1,

simpangan baku (standar deviasi) 5,82. Dari data hasil tes ini dapat dibuatkan

table distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Sit Up/ Baring duduk

No Katagori Frekuensi Persentase

1 Baik sekali 0 0%

2 Baik 0 0%

3 Cukup 1 6%

4 Rendah 6 22%

5 Rendah sekali 13 72%

Total 20 100%

Sumber: olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi Sit Up baik sekali dengan 0 siswa dengan

presentase sebesar 0%, baik 0 orang dengan presentase 0%, cukup 1 orang dengan

presentase 6%, rendah 6, , dengan presentase 22% dan rendah sekali 13 orang

dengan presentase 72%

4. Hasil Squat Thrust 30 Detik

Pengukuran Kebugaran Jasmani dilakukan dengan tes Kebugaran Jasmani Pelajar

Nusantara (TKPN) Squat Thrust 30 Detik terhadap 20 orang sampel, didapat skor

tertinggi 8, skor terendah 4, rata-rata (mean) 5,8, simpangan baku (standar


46

deviasi) 1. Dari data hasil tes ini dapat dibuatkan tabel distribusi frekuensi sebagai

berikut:

Tabel 10. Hasil squat thurs 30 detik

NO Katagori Frekuensi Fresentase

1 Baik sekali 0 0%

2 Baik 0 0%

3 Cukup 0 0%

4 Rendah 17 82%

5 Rendah sekai 3 18%

Total 20 100%

Sumber: olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi Sit Up baik sekali dengan 0% siswa dengan

presentase sebesar 0%, baik 0% orang dengan presentase 0%, cukup 0 orang

dengan presentase 0%, rendah 17% orang dengan presentase 82%, dan rendah

sekali 3%orang dengan presentase 18%.

5. Hasil Pacer Test

Pengukuran Kebugaran jasmani dilakukan dengan test Kebugaran jasmani

(TKPN) Pacer Test terhadap 20 orang sampel di dapatkan skor tertunggi 41, skor

terendah 9, rata – rata (mean) 20,8 simpangan baku (standart deviasi ) 10,70. Dari

data hasil tets ini dapat di buatkan tabel frekuensi sebagai berikut.
47

Tabel 11. Hasil Pacer Test

No Katagori Prekuensi Presentase

1 Baik sekali 0 0%

2 Baik 0 0%

3 Cukup 6 35%

4 Rendah 4 10%

5 Rendah sekali 10 55%

Total 20 100%

Sumber: olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi Pacer Test baik sekali dengan 0 siswa dengan

presentase sebesar 0%, baik 0 orang dengan presentase 0%, cukup 6 orang dengan

presentase 35%, rendah 4 orang dengan presentase 10%, dan rendah sekali 10

orang dengan presentase 55%.

6. Hasil Test Kebugaran jasmani

Pengukuran Kebugaran Jasmani dilakukan dengan tes Kebugaran Jasmani Pelajar

Nusantara (TKPN) terhadap 20 orang sampel, didapat skor tertinggi 2, skor

terendah 1,2, rata-rata (mean) 1,47, simpangan baku (standar deviasi) 0,217. Dari

data hasil tes ini dapat dibuatkan tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:Tabel

12. Hasil Test kebugaran jasmani

No Hasil Capaian Fa Fr Katagori


48

1 > 3 3 12% Baik Sekali

2 2-3,9 2 9% Baik

3 4-2,9 4 14% Cukup

4 5-1,9 3 18% Kurang

5 <6 8 47% Kurang sekali

Total 20 100%

Sumber: olah data

Tabel di atas, menunjukan frekuensi Kebugaran Jasmani baik sekali dengan 3

siswa dengan presentase sebesar 12%, baik 2 orang dengan presentase 9%, cukup

4 orang dengan presentase 14%, kurang 3 orang dengan presentase 18%g , kurang

sekali 8 orang dengan presentase 47%,


49

Frekuensi dentifikasi Kebugaran Jasmani

50
45
40
35
30 kurang sekali
kurang
25 cukup
baik
20
baik sekali
15
10
5
0
Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

Berdasarkan dari diagram di atas menjukan bahawa seluluh dari tes inditifikasi

kebugaran jasmani, menunjukan bahawa kebugaran jasmani terdapat berintifikasi.

dengan mengunakan tes Tkpn kurangnya kebugaran jasmani pada siswa.


50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dengan IMT kategori gizi

baik sebesar 88% akan tetapi tidak ditunjang dengan kebugaran jasmani yang

yang memiliki kategori kurang dengan nilai proporsi 1,47. Sehingga bisa

dikatakan penerapan Survei terdapat inditifikasi kebugaran jasmani pada siswa

Man 1 Selatpanjang Mengunakan tes Kebugaran Pelajar Nusantara (TKPN).

B. SARAN

Di setiap olahraga sangat memrlukan keterampilan, keberanian sedangkan

kepercayaan diri. Di dalam pembelajaran penjaskes perlu merangsang

pertumbuhan dan perkembangannya. Maka dari ini peneliti ingin memberikan

saran kepada atlit harus adanya program latihan kebugaran jasmani , melalui

latihan fisik dalam seminggu beberapa hari supaya atlit tidak mudah

menimbulakan kelelahan saat melakukan latihan fisik, kebugaran jasmani.

\
51

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M.R.,Musa,R.M.,(2017).Prediction of Specific Physical characteristic

and Fitness Related Variables on Cardiovascular Endurance among some

Selected Uniform Arm Units of University Sultan Zainal Abidin,

Malaysia. Movement, Health & Exercise, 6(1).

Adi, B. S.2010. Meningkatkan Kebugaran Jasmani Anak SD Melalui Latihan

Kebugaran Aerobik. Skripsi.

Apri, Agus. 2012. Olahraga Kebugaran Jasmani Padang. Padang

Sukabina Press.

Dessi. N. S., Indri W., & Sefri H. 2020. Contributions of Arm Muscle Strength

Against Forehand Drive Skills for Table Tennis Athletes. In 1st

International Conference of Physical Education (ICPE 2019) (pp. 120-

123). Atlantis Press.

Faqih, A., & Christina Yh, S. 2017. Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa

Kelas Iv Dan V Sekolah Dasar Segugus Selatan Kecamatan Plumpang

Kabupaten Tuban. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 5(3), 385


52

Giriwijoyo & Zafar Sidik, D. 2010. Konsep Dan Cara Penilaian Kebugaran

Jasmani Menurut Sudut Pandang Ilmu Faal Olahraga. Jurnal Kepelatihan

Olahraga

Kusnandar. 2007. Kebugaran Jasmani. Pemenrintah Daerah Provinsi DKI

Jakarta, Jakarta Timur.

Lutan Rusli. 2001. Pendidikan Kebugaran Jasmani. Direktorat jendral Olahraga

Depdiknas, Jakarta.

Muhajir, M. Ed, Drs. 2004. Pendidikan Jasmani. PT Ghalia Indonesia, Bandung.

Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani: Prinsip-Prinsip

dan Penerapannya. Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas, Jakarta.

Nuriman. 1996. Pedoman Cara – Cara Pembinaan permainan Bola Voli.

Jakarta: Depdikbud.

Rahmani. 2014. Buku Super Lengkap Olahraga. Sukabina Press, Padang

Yusri, dkk. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Calon

Jemaah Haji Kota Palembang Tahun 2019. Jurnal Epidemiologi

Kesehatan Komunitas, 5(1), 57–68.


53

LAMPIRAN

FOTO BERSAMA SISWA MAN KELAS X1


54

5 MACAM TES KEBUGARAN PELAJAR NUSANTARA (TKPN)

FOTO PENGUKURAN TINGGI DAN BERAT BADAN


55

FOTO TEST V SIT AND REACH


56

FOTO TEST SIT UP


57

FOTO TEST SQUAT THRUST


58

FOTO TES PACER


59

ALAT ALAT YANG DIGUNAKAN

KOSUMSI

Tabel . Daftar hadir siswa


60

NO NAMA SISWA UMUR

1 Gilang ramadan syaputra 16 tahun

2 Ahmad mulana 16 tahun

3 Rifli setia cipta 15 tahun

4 M suliandi adha 16 tahun

5 Salman alfarizi 15 tahun

6 Sahsul amin 15 tahun

7 Zanuar rafi syaputra 15 tahun

8 Aditia perdana putra 16 tahun

9 Fatah risksi hariyandi 15 tahun

10 Rizki ridayat 15 tahun

11 Rudi hamdani 15 tahun

12 Wildan firdaus 15 tahun

13 M Kafa asyandi 15 tahun

14 Said ulil absor 16 tahun

15 El hafis 15 tahun

16 Gilang 15 tahun

17 Muhamad rizki 15 tahun

18 Muhamad sidik 16 tahun

19 Salman alfarizi 15 tahun

20 Zanuar rafi syaputra 15 tahun


61
62
63

Anda mungkin juga menyukai