Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan pendidikan inklusif di Indonesia dipahami oleh sebagian

besar masyakarat sebagai sekolah inklusifdimana kanak- kanak yang

berkebutuhan spesial( children with special needs) semacam anak yang

mengidap autis, tuna netra, tuna bicara serta tuna daksa bisa sekolah

bersama- sama dengan kanak- kanak nordimana kanak- kanak yang

berkebutuhan spesial( children with special needs) semacam anak yang

mengidap autis, tuna netra, tuna bicara serta tuna daksa bisa sekolah

bersama- sama dengan kanak- kanak wajar di sekolah regulermal di sekolah

reguler.Mengingat pentingnya pelayanan Pendidikan Inklusif ditujukan

untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki dalam setiap

keterbatasan individu.Pelayanan pendidikan inklusif haruslah mendapat

perhatian khusus agar dapat dinikmati oleh peserta didik. Karena pentingnya

peran sekolah dalam sistem pelayanan pendidikan menjadikan sekolah

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerjanya dalam

menganalisis berbagai masalah anak berkebutuhan khusus. Hal ini menjadi

prioritas dalam pembangunan bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus

yang layak untuk diupayakan guna membantu peserta didik dalam

menikmati pelayanan bidang pendidkan anak berkebutuhan khusus yang

baik dan merata bagi setiap anak Inklusi.

1
2

SMP N 5 Kota Padang ialah salah satu sekolah Negara yang

menyelenggarakan pembelajaran untuk anak-anak yang bukan berkebutuhan

khusus, namun dalam penyelenggaraan sistem pendidikannya bekerja sama

melalui dinas Pendidikan Kota Padang untuk menerima peserta didik inklusi

setelah calon siswa/i inklusi tersebut menjalani serangkaian tes oleh Dinas

Kota Padang sehingga selanjutnya dapat ditujukan ke sekolah yang dapat

memberikan pendidikan bagi anak tersebut.

Berbicara tentang seluruh anak, anak selaku individu yang istimewa

mereka memiliki perbedaaan, perlu tumbuh kembang dalam keluarga

sekolah dan peserta didik.Di dalam pendidikan ialah sebuah pendekatan

yang berusaha menjangkau semua individu tanpa terkecuali. Pendidikan

inklusi adalah pendidikan yang tidak deskriminatif, pembelajaran yang

membagikan layanan kepada seluruh partisipan ajar tanpa memandang

situasi raga, psikologis, intelektual, sosial, marah, ekonomi, tipe kemaluan,

kaum, adat, tempat bermukim, bahasa serta yang lain.

Sedangkan itu, penafsiran pembelajaran spesial serta layanan spesial

dipaparkan dalam Artikel 32 UU Nomor. 20 tahun 2003 Mengenai Sistem

Pembelajaran Nasional:( i) Pembelajaran spesial ialah pembelajaran untuk

partisipan ajar yang mempunyai tingkatan kesusahan dalam menjajaki cara

penataran sebab keanehan raga, penuh emosi, psikologis, sosial, serta atau

ataupun mempunyai kemampuan intelek serta kemampuan eksklusif.( ii)

Pembelajaran layanan spesial ialah pembelajaran untuk partisipan ajar di

wilayah terasing ataupun tunagrahita, partisipan ajar yang terasing, serta


3

atau ataupun hadapi musibah alam, musibah sosial, serta tidak sanggup dari

bidang ekonomi. Dengan begitu, bagus“ pembelajaran spesial” ataupun“

pembelajaran layanan spesial” memiliki partisipan ajar yang serupa ialah“

kanak- kanak berkebutuhan spesial( ABK)”. Maksudnya,“ pembelajaran

inklusif” memiliki dasar yang amat berlainan dengan“ pembelajaran spesial”

serta“ pembelajaran layanan spesial”, sebab kedua penajaan pembelajaran

itu dicoba dengan cara terpisah dengan pembelajaran reguler untuk kanak-

kanak yang tidak“ berkebutuhan spesial”. Sebaliknya pembelajaran inklusif

untuk kanak- kanak berkebutuhan spesial( yang dicoba dengan cara

berintegrasi bersama- sama dengan kanak- kanak wajar lain pada

pembelajaran reguler).

Ulfa, Maria dan Rizki Amalia (2020:10) Penajaan pembelajaran di

Indonesia pada biasanya bertabiat biasa serta cuma yang mencermati watak

kekhususnya partisipan dididknya. Keanekaan partisipan ajar dalam perihal

keahlian raga serta psikologis buat mendapatkan pembelajaran sepatutnya

pula jadi atensi penguasa. Perihal ini pula sudah ditegaskan dalam Undang–

undang No 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pembelajaran Nasional yang

Melaporkan kalau“ masyarakat negeri yang mempunyai keanehan raga,

penuh emosi, psikologis, intelektual serta ataupun sosial berkuasa

mendapatkan pembelajaran spesial”. Buat penuhi desakan warga serta

desakan Hukum penguasa menyelenggarakan pembelajaran yang

mencermati ciri partisipan ajar.


4

Asal usul dini dimulainya penyelenggaran pembelajaran untuk

anakberkebutuhan spesial ialah lewat pembelajaran spesial berupa segregasi.

Bentuk segregasi merupakan bentuk tertua dari bentuk pembelajaran spesial.

Bentuk segregasi merupakan penajaan pembelajaran spesial untuk anak

berkebutuhankhusus dimana anak ditempatkan pada sekolah- sekolah spesial

yang terpisah dari anak wajar seangkatan. Bentuk integrasi merupakan

wujud ke 2 pemberian layanan pembelajaran untuk anak berkebutuhan

spesial dalam satu sekolah berintegrasi dengan anak wajar seangkatan.

Bentuk Inklusi merupakan bentuk yang berupaya jadi calo antara bentuk

segregasi serta integrasi dimana tidak hanya anak berkebutuhan spesial

mempunyai peluang buat meningkatkan potensinya sekalian anak

berkebutuhan spesial memperoleh layanan untuk keterbatasan yang dipunyai

supaya dapat maksimal.(Hajar, S., & Mulyani, S. R. (2017 :39).

Menurut Pitriani (Fernandes, Reno 2017:121) tentang kendala guru

dalam pelaksanaannya pembelajaran di Kota Padang.Peneliti

menunjukanpoin berarti. Awal, minimnya uraian guru hal karakter anak

berkebutuhan spesial. Kedua, minimnya pelatihan atau penataran pembibitan

yang diperoleh guru biasa mengenai pembelajaran inklusi. Kondisi inilah

yang menimbulkan penerapan di sekolah inklusi tidak bisa dijalani begitu

juga mesetinya.

Pembelajaran inklusi di Kota Padang sedang menaruh banyak perkara,

bagus dari kesiapan sekolah, alat infrastruktur serta keahlian daya guru yang

menguasai keinginan anak inklusi, ataupun pendapatan dari partisipan ajar


5

reguler yang sedang menggangap anak berkebutuhan spesial berlainan,

perihal ini membuktikan kalau bentuk integrasipada sekolah inklusi pada

tataran kebijaksanaan sudah dilaksanakan dengan cara resmi tetapi pada

tataran penerapannya ditingkat micro sekolah- sekolah eksekutif belum sedia

dengan cara sistem serta bentuk.

Bedasarkan hasil observasi peneliti pada tangal 12 Oktober 2020 di

SMP N 5 Kota Padang peneliti menemukan beberapa masalah yaitu,

adanya anak berkebutuhan khusus yaitu, dengan anak yang berkesulitan

belajar , anak slow leaner, speech delay (kesulitan belajar).

Sejalan dengan itu, hasil wawancara peneliti pada bulan Oktober

dengan salah salah satu guru BK di SMP N 5 Kota Padang dapat dijelaskan

bahwa anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut tidak memiliki

kepercayaan diri, sulit bergaul, jarang berinteraksi dengan teman, motivasi

belajar rendah, merasa minder, kurangnya perhatian dari orang tua, sering

melanggar bahkan terkadang juga mendapatkan bullying dari peserta dididk

lainnya sehingga mereka sering menarik diri dari pergaulan, kurangnya

pemahaman guru mengenai karakteristik anak berkebutuhan khusus di

bandingkan dengan anak normal lainnya, kurangnya penataran atau

pelatihan yang di terima guru pendidikan inklusi. Oleh sebab itu, perlu

adanya bimbingan dan perhatian khusus untuk mengatasi masalah yang

dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus, baik dari guru, orangtua, dan dinas

pendidikan terkait, karena pada dasarnya anak berkebutuhan khusus dalam


6

hal ini bahkan memperoleh nilai lebih baik dari anak normal lainnya, untuk

itu hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi steakholders terkait.

Berdasarkan pada permasalahan yang peneliti paparkan diatas dari

penelitian sebelumnya, maka peneliti tertatik untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Analisis Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) di Sekolah Inklusi SMP 5 Negeri Kota Padang”

B. Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di identifikasikan

bahwa permasalahan anak berkebutuhan khusus yaitu:

1. Adanya perserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami kurangnya

kepercayaan diri kesulitan dalam bergaul dengan teman sebaya.

2. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus dijadikan bahan olokan

atau ejekan oleh teman sebayanya.

3. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus merasa minder dengan

keterbatasan yang mereka mikili.

4. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami berkesulitan

belajar.

5. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus mengalami slow leaner.

6. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang hasil belajarnya

rendah.

7. Adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus yang lambat dalam

beraktifitas dibandingkan dengan anak normal lainnya.


7

8. Minimnya uraian guru hal karakter anak berkebutuhan spesial.

9. kurangnya penataran/pelatihan yang diterima guru umum tentang

pendidikan inklusi.

10. Kurangnya kepedulian dari orangtua terhadap anak berkebutuhan

khusus

C. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, maka

fokus masalah adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan anak berkebutuhan khusus dari anak slow leaner

2. Permasalahan anak berkebutuhan khusus dari anak speech delay

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu: apa saja permasalahan anak berkebutuhan khusus di

pendidikan inklusi ?

E. Tujuan Penelitian

Bedasarkan pada rumusan masalah di atas maka penelitian ini

bertujuan untuk meneliti :

1. Permasalahan anak berkebutuhan khusus dari anak slow leaner

2. Permasalahan anak berkebutuhan khusus dari anak speech delay

F. Manfaat Penelitian
8

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka hasil

penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peserta Didik

Sebagai pemahaman peserta didik dalam pemasalahan anak berkebutuhan

khusus oleh anak inklusi

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Untuk tolak ukur pelaksanaan tugas sebagai pembimbing peserta didik

dalam analisis permasalahan anak berkebutuhan khusus

3. Bagi guru

Untuk memberikan informasi kepada seluruh guru khususnya guru BK di

sekolah inklusi

4. Bagi pengelola sekolah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan untuk dan

evaluasi dalam rangka mengentaskan permasalahan permasalahan yang

terjadi disekitar anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai sarana untuk menambahkan pengetahuan dan wawasan peneliti

terhadap terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP N 5

Kota Padang selanjutnya.


9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan

atau bermakna mengalami kelainan/ penyimpangan dengan memiliki

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak normal yang lainnya.

Dilihat dari segi fisik, mental, emosi dalam proses perumbuhan

dibandingkan dengan anak anak yang seusianya sehinnga mereka

memerlukan pelayanan yang khusus. Anak berkebutuhan spesial

dimaksud selaku anak yang memiliki karakter yang berlainan dari anak

yang lain yang ditatap wajar oleh warga pada biasanya. Dengan cara

lebih spesial anak berkebutuhan spesial membuktikan karakterstik raga,

intelektual yang lebih kecil ataupun lebih besar dari anak wajar

sebayanya ataupun terletak diluar standar wajar yang legal di warga.

Alhasil hadapi kesusahan dalam mencapai berhasil bagus dari bidang

sosial, perorangan, ataupun kegiatan pembelajaran.

Lattu, D. (2018:64). menarangkan kalau kemajuan berhubungan

dengan pergantian kualitatif serta kuantitatif. Kemajuan bisa

didefenisikan selaku barisan liberal dari perubahan- perubahan yang

tertib serta koheren. Liberal men catat kalau perubahannya terencana,

membimbing maju serta bukan mundur. Tertib serta koheren

membuktikan terdapatnya ikatan jelas antara pergantian yang terajdi

serta yang sudah mendahulukan ataupun yang hendak mengikutinya.

10
11

Jadi, bisa dibilang kalau membimbing partisipan ajar tercantum

partisipan ajar berkebutuhan spesial amat berarti untuk perkembangan

kemajuan selanjutnya. Salah satu kemajuan yang wajib digapai oleh

partisipan ajar berkebutuhan spesial merupakan kemajuan sosial,

dimana partisipan ajar berkebutuhan spesial wajib bisa bersosialisasi

dengan bagus cocok dengan desakan kemajuan sosial umurnya. Dalam

kondisi PI guru BK diharapkan bisa berfungsi maksimum menolong

anak berkebutuhan spesial supaya pendapatan kemajuan sosial mereka

terkabul dengan bagus. Bagi Abdullah( 2013: 1) Dengan cara kodrati

seluruh orang memiliki bermacam berbagai kebutuan tidak lain anak

berkebutuhan spesial. Salah satu antara lain merupakan keinginan

pembelajaran. Dengan terkabul keinginan hendak pembelajaran anak

berkebutuhan spesial diharapkan dapat mengelola dirinya sendiri serta

bisa membebaskan ketergantungan dengan orang lain. Tertampungnya

anak berkebutuhan spesial dalam badan pembelajaran semaksimal bisa

jadi berarti beberapa dari keinginan mereka terkabul.

Menurut Efendi (2013:2) menyatakan bahwa isilah berkebutuan

spesial dengan cara akurat tertuju pada anak yang dikira memiliki

keanehan atau penyimpangan dari situasi pada umumnya anak wajar

biasanya, dalam perihal raga, psikologis ataupun karakter sikap

sosialnya.

Winarsih, M. (2017:121) mendirikan sekolah spesial awal

bagitunarungu di Paris pada tahun 1770. Ia melandasi pengajarannya


12

pada tata cara holistik dengan pemakaian bahasa pertanda selaku bagian

esensial. Samuel Heinicke dari Jerman 1727- 1790 memperoleh

inspirasinya dari pakar pembelajaran Comenius serta Pestalozzi, kala

mereka meningkatkan tata cara yang diketahui dengan tata cara oral.

Tata cara itu mempengaruhi besar pada dini kemajuan pembelajaran

untuk tuli di Norwegia, bersaing dengan sekolah spesial awal untuk tuli

dimana bahasa pertanda ialah pendekatan komunikasi yang penting. Di

Kopenhagen, Peter A. Castberg( 1779- 1823) mendirikan Badan

Kerajinanbagi orang tuli- bisu ialah pada tahun 1807.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat ditarik

kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang

memiliki keberagaman berbeda bisa dari segi fisik, mental sehingga

memerlukan perhatian yang lebih agar bisa mendapatkan pendidikan

yang layak. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat peneliti

ambil yaitu pengertian dari anak berkebutuhan khusus itu ialah mereka

anak-anak yang memiliki keterbatasan ataupun kelebihan yang sangat

berbeda dengan anak-anak seumuran mereka pada umumnya.Namun,

walaupun mereka memiliki perbedaaan dalam segi fisik, emosi/perilaku

dan dalam segi intelegensi tetapi mereka tetap berhak mendapatkan hak

untuk menajalani pendidikan seperti anak-anak lainnya hanya saja

mereka perlu sedikit pengawasan dan bimbingan yang lebih dibanding

anak-anak lainnya.
13

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan spesial yang bertabiat berdiam( permanen)

alah anak yang mempunyai halangan berlatih serta kemajuan dampak

langsung sebab keburukan, ataupun bawaan semenjak lahir, misalnya

tunanetra, tuli, tunadaksa, terbelakang, lamban berlatih, anak

berbakat, anak berkesulitan berlatih, kendala berbicara, tunalaras,

ataupun kendala marah serta sikap .

a. Slow leaner

1) Pengertian Anak Slow Learner

Desiningrum, Dinie Ratri (2016;12) Anak slow leaner

mempunyai keahlian berlatih yang lelet dibanding dengan

sahabat sebayanya. Anak didik yang lelet dalam cara berlatih

ini menginginkan durasi yang lebih lama dibanding

segerombol anak didik lain yang mempunyai derajat

kemampuan intelektual yang serupa tidak cuma keahlian

akademiknya yang terbatas tetapi pula pada keahlian lain, di

antara lain keahlian koordinasi( kesusahan memakai

perlengkapan catat, berolahraga, ataupun menggunakan

busana). Dari bagian prilaku, anak slow leaner ini mengarah

pendiam serta pemalu, serta susah buat bersahabat. Anak–

anak lelet berlatih ini pula mengarah kurang yakin diri.

Marheni, Krisna Indah ( 2017: 155) menyatakan anak

slow learner dengan cara raga serta pergaulan tidak


14

membuktikan perbandingan dengan anak normal pada

biasanya. Perihal ini membuat pihak sekolah sering- kali tidak

teliti kalau disekolahnya ada anak yang menginginkan

pendampingan yang spesial, ialah menginginkan cara yang

lebih lama serta tata cara yang lebih simpel serta variatif.

Anak slow learner banyakmemerlukan edukasi serta

pendampingan yang lebih, supaya bisa menjajaki pelajaran

denganoptimal cocok dengan tingkatan kemampuannya. Oleh

karena itu, Anak slow learner butuh diberikanpendampingan

ataupun penindakan spesial supaya bisa menjajaki pelajaran

semacam anak yang lain. Bersumber pada paparan di atas, bisa

dimengerti kalau slow learner ialah situasi dimana anak hadapi

kelambanan dalam keahlian kognitifnya serta terletak di dasar

datar– rataanak wajar, oleh karena itu anak slow learner

menginginkan durasi yang lebih lama danintensitas berlatih

ataupun belajar yang lebih banyak buat menguasai ataupun

memahami materipelajaran serta ataupun bimbingan khusus.

Menurut Khabibah, Nur (2013:26) Slow Learner (lambat

belajar) ialah salah satu anak berkebutuhan spesial( ABK)

yang tidak bisa dikenali dari performa fisiknya tetapi

menginginkan layanan pembelajaran yang bertabiat spesial,

ialah layanan yang berupa program pembelajaran spesial yang


15

bermaksud buat menolong kurangi keterbatasannya hidup

dalam bermasyarakat. Selaku orang, tiap anak yang

mempunyai keahlian di dasar pada umumnya mempunyai hak

serta pantas buat berpelajaran serupa semacam kerabat yang

lain yang memiliki keahlian wajar ataupun di atas pada

umumnya. Masyarakat negeri yang mempunyai keanehan

raga, psikologis, intelektual, penuh emosi serta sosial berkuasa

mendapatkan pembelajaran spesial( UUSPN, artikel 5 bagian

2) apalagi di hadapan Allah SWT, orang tidak berlainan

dengan orang yang lain melainkan adab yang dipunyanya.

Slow learnermerupakan anak yang mempunyai prestasi

berlatih kecil( di dasar pada umumnya anak pada

biasanya) pada salah satu ataupun semua zona akademik, tetapi

tidak terkategori anak yang memiliki keterbelakangan

psikologis. Angka uji Intelligence Quotient(IQ) mereka

membuktikan angka antara 70 serta 90, Keahlian akademik

ataupun keahlian koordinasinya( kesusahan memakai

perlengkapan catat, berolahraga, ataupun menggunakan

busana) lebih lelet dibanding dengan sahabat sebayanya. Sikap

mereka mengarah pendiam serta pemalu, alhasil mereka

kesusahan buat bersosialisasi dengan sahabat sebayanya. Slow

Learner mengarah kurang yakin diri, keahlian berasumsi


16

abstraknya lebih kecil dibanding dengan anak pada biasanya.

Mereka mempunyai bentang atensi yang pendek serta

mempunyai karakteristik raga wajar tetapi susah membekuk

modul, responnya lelet, kosa tuturnya kurang alhasil apabila

berdialog kurang.

2) Karakteristik Anak Slow Learner

Karakteristik Slow Learner atau lamban belajar Marheni,

Krisna Indah (2017: 156) Dengan cara biasa anak slow learner

nyaris serupa dengan kanak- kanak wajar pada biasanya. Anak

slow learner tidak hanya lamban dalam menguasai modul pula

lamban dalam meresponimtruksi. Anak slow learner apalagi

tidak sanggup menguasai perintah yang lingkungan ataupun

multiple step instructions. Karakter anak slow learner bisa

dikelompokkan menjadibeberapa pandangan ialah: pandangan

kognitif, pandangan bahasa, pandangan raga, pandangan

marah, serta pandangan moralsosial. Dengan cara rinci

dijabarkan selaku selanjutnya:

a) Aspek kognitif; berhubungan dengan keterbatasan

kapasitas kognitif, ingatan ataupun energi ingatrendah,

kendala serta kurang Fokus, ketidakmampuan

mengatakan ilham. Anakslow learner hadapi

kesusahan nyaris pada seluruh pelajaran, alhasil

membutuhkanpendampingan individu ataupun tata


17

cara berlatih buat menolong menguasai

materipelajaran. Hingga, anak slow learner butuh

uraian dengan memakai berbagaimetode yang menarik

serta gampang dimengerti, dan wajib dicoba berkali-

kali agarmateri pelajaran ataupun bimbingan bisa

dimengerti dengan bagus. Tingkatan keahlian

yangdemikian, mempengarui kemampuann anak dalam

berfikir dengan cara abstrak, sehinggamereka lebih

suka membahas perihal yang bertabiat konkrit. Anak

slow learner kesusahan buat membongkar

permasalahan walaupun perkaranya simpel. Perihal ini

sebab keahlian berfikir anak yang kecil serta ingatan

mereka tidak sanggup bertahan lama( Yusuf, 2003).

b) Bahasa atau Komunikasi; Keterbatasanya kognitif di

atas menyebabkan anak slow learnermenjadi

kesusahan dalam berbicara dengan oranglain. Anak

slow learner hendak lebihmudah menguasai suatu

dengan bahasa yang amat konkrit, perihal ini hendak

menjadipermasalahan dalam berbicara dengan

oranglain yang sudah merambah tahapperkembangan

kognitif berfikir dengan cara abstrak. Keterbatasan

anak dalam memahamiinformasi yang bertabiat

abstrak, menyebabkan anak mempunyai keahlian


18

berbicara yangsangat terbatas. Kosa tutur yang

dipunyai serta dimengerti oleh anak slow learner

sangatsederhana serta terbatas( Borah, 2013).

c) Aspek Fisik; Rumini (1980) menarangkan kalau

kondisi raga anak slow learner serupa semacam kanak-

kanak wajar pada biasanya. Dengan cara raga anak

slow learner tidak membuktikan keajaiban. Tetapi

apabila diamati dari kemajuan motoriknya, anak slow

learner nampak lebih lamban. Kemajuan motorik yang

lamban menimbulkan anak lamban berlatih

danmemiliki keahlian yang kecil. Oleh karena itu, anak

slow learner kerapkali hadapi kesusahan dalam

koordinasi motorik kala memakai pensil ataupun

olahraga.

d) Aspek Emosi; Tsanley & Gulliford (1977) berkata jika

anak slow learnerseringkali nampak memiliki

pengawasan marah yang kecil. Anak kerapkali mudah

merasakanemosi kurang kala apa yang jadi keinginan

dan ego- nya tidak terkabul dengansegera. Anak slow

leaner membidik sensitif, mudah marah dan sering-

kali hingga meledak- meletup. Anak pula cepat patah

bersemangat apabila mereka merasa terhimpit atau

melakukansuatu kelalaian. Namun, Mengenai ini


19

bukans emata- mata karena anak slow learner

selalumemiliki pengawasan marah yang kecil. Bisa

jadi, anak dengan slow learner hanya

mengalamikesulitan dalam mengekspresikan

emosinya. Mimik wajah marah anak slow learner amat

halus namun mereka tetap memiliki kemauan dasar

marah semacam anak alami, sejenis kemauan rasa

aman, kemauan bagikan dan menyongsong kasih cinta,

kemauan didapat oleh orang lain, pengakuan dan harga

diri, kemauan kedaulatan, tanggung jawab, dan

membutuhkan pengalaman dari aktivitas terbaru.

e) Aspek Moral Sosial; Anak slow learner sanggup

berteman di warga, bersikap sepertianak wajar pada

biasanya bila mereka memperoleh edukasi dengan cara

pas. Anakslow learner yang bersikap semacam anak

wajar tidak dikenal oleh warga kalau mereka

merupakan slow learner. Oleh karenanya, orangtua

butuh membagikan edukasi yang lebih serta tidak

menuntut hasil dari mereka semacam anak wajar. Bila

anak kurang siapsecara psikologis hingga anak bisa

hadapi kegagalan, terhimpit apalagi histeris sebab

merasa tidak sanggup penuhi desakan ataupun

kemauan warga( Borah, 2013)..


20

3) Faktor yang Menyebabkan Anak Slow Learner

Pemicu slow leaner pada anak, Desiningrum, Dinie

Ratri( 2016: 12&13) slow leaner pada anak bisa terjalin

sebab factor di antrannya merupakan fakto boikimia yang bisa

mengganggu otak, misalnya: zat perwarna pada santapan,

pecemaran pada area, vitamin yang tidak mencukupi, serta

akibat– akibat intelektual serta sosial yang mergikan kemajuan

anak. Pemicu lainya merupakan factor eksternal yang malah

jadi pemicu penting dilema anak lamban berlatih( slow leaner)

ialah berbentuk strategi penataran yang salah ataupun tidak

pas, pengurusan kegitatan penataran yang tidak

membangkitkan dorongan berlatih anak serta pemberian.

Menurut Suryana ( 2018:17-18) dengan cara biasa,

pemicu slow learner terdiri dari 2 ialah aspek dalam diri

anak( internal) serta luar diri anak( ekstern). Yang tercantum

aspek internal merupakan:

a. Kemampuan dasar (intelegensi/kecerdasan) yang dimiliki

oleh peserta didik.

b. Kuranya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu.

c. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar

d. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi peserta

didik tertentu.

e. Faktor jasmaniah, seperti cacat tubuh.


21

f. Faktor bawaan (heriditas) seperti buta warna, kidal, cacat

tubuh, dan sebagainya

4) Ciri-ciri anak slow leaner

Menurut Suryana (2018:16-17) cirri cirri anak slow

leaner daapt dilihat Secara umum:

a) Awal, siswa yang lamban kesekian kali tidak berusia

dalam ikatan mereka dengan orang lain serta bersikap

kurang baik di sekolah.

b) Kedua, mereka tidak dapat melaksanakan banyak

permasalahan ataupun lingkungan serta bertugas dengan

bagus lama- lama.

c) Mereka kehabisan jejak durasi serta tidak dapat

mengantarkan apa yang sudah mereka pelajari dari satu

kewajiban ke yang lain dengan bagus.

d) Mereka tidak gampang memahami keahlian yang

bertabiat akademis, semacam bagan ataupun ketentuan

pelafalan.

e) Bisa jadi watak yang sangat menjengkelkan merupakan

ketidakmampuan mereka buat mempunyai tujuan waktu

jauh

Menurut Suryana (Nadhir 2009 : 12 -15), gejala atau ciri

anak yang mengalami slow learner dapat dilihat dari beberapa

ciri berikut ini :


22

a) Mempunyai atensi serta Fokus yang pendek.

b) Mereaksi yang lelet.

c) Keahlian buat melakukan keadaan yang abstrak serta

merumuskan terbatas.

d) Keahlian terbatas dalam perihal memperhitungkan

materi yang relevan.

e) Keterlambatan dalam mengaitkan serta mewujdukan

ilham dengan perkata.

f) Kandas memahami faktor dalam suasana terkini.

g) Berlatih lelet serta gampang kurang ingat.

h) Bertukar pandang yang kecil.

i) Serta tidak sanggup menganalisa, membongkar

permasalahan, dan berasumsi kritis.

5) Dampak Slow Learner pada Anak

Dampak dari slow leaner pada anak, Desiningrum, Dinie

Ratri (2016:13) Slow leaner tidak cuma berdampak pada

rendahnya hasil berlatih anak, tetapi terdapat akibat intelektual

yang lain. Slow leaner membuat anak tidak naik kategori, serta

anak mengarah memperoleh lebel yang kurang bagus dari

sahabat– temannya, serta anak mengarah berlagak pemalu,

menarik diri dari area sosialnya serta lamban menyambut data

terkini. Penindakan kepada Anak Slow Learner yang

sempurna: kabibah( 2013: 27) Pengulangan isi materi dengan


23

penguatan kembali melalui aktivitas praktek dapat membantu

proses generalisasi dalam memahami materi yang diajarkan

sangat dibutuhkan dibandingkan dengan temansebayanya yang

berkemampuan rata-rata.

a) Pembimbingan dengan cara perseorangan ataupun

eksklusif, bermaksud buat menolong optimis kepada

keahlian serta impian digapai dengan cara realistik.

b) Durasi penyampaian modul pelajaran tidak jauh serta

pemberian kewajiban lebih sedikit dibanding dengan

sahabatnya.

c) Membuat uraian dasar hal rancangan terkini lebih

berarti daripadamenghafal serta mengenang modul.

d) Unjuk rasa atau peragaan serta petunjuk visual lebih

efisien dibandingkan verbalisasi.

e) Konsep- konsep ataupun pengertian- pengertian

dihidangkan dengan cara simpel.

f) Janganlah memforsir anak berkompetisi dengan anak

yang mempunyai keahlian lebih besar. bekajar keras

serupa dapat memaksimalkan penataran, bagus untuk

anak berprestasi ataupun tidak.

g) Pemberian kewajiban tertata serta kongkrit, slow

learner dalam berlatih golongan bisa ditugaskan buat

bertanggung jawab pada bagian yang aktual, lagi anak


24

lain bisa mengutip tanggung jawab pada bagian yang

lebih abstrak.

h) Bagikan peluang pada anak buat bereksperimen serta

praktek langsung mengenai bermacam konsep dengan

memakai materi- materi kongkrit ataupun dalam

suasana imitasi.

i) Buat membawakan pengajaran modul terkini hingga

kaitkan modul itu dengan modul yang sudah

dipahaminya alhasil sering di dengar untuknya.

j) Instruksi yang simpel mempermudah anak buat

menguasai serta menjajaki instruksi itu. Diusahakan

dikala membagikan bimbingan berdekatan langsung

dengan anak.

k) Bagikan desakan pada orangtua buat ikut serta dalam

pembelajaran buah hatinya di sekolah. Membimbing

melakukan PR, mendatangi pertemuan- pertemuan di

sekolah, berkomunkasi dengan guru, dan lain- lain.

l) Mengenali style berlatih tiap- tiap anak ajar, terdapat

yang memercayakan keahlian visual, auditori ataupun

kinestetik. Wawasan ini mempermudah aplikasi tata

cara berlatih yang pas untuk mereka.


25

b. Speech Delay (Keterlambatan Bicara)

Taseman, dkk( 2020: 14) melaporkan pada dini lahir bocah

mempunyai bahasa suara suara meratap, setelah itu dengan

bersamaan berjalannya durasi bocah terus menjadi besar hadapi

kemajuan dengan melaksanakan komunikasi interaksi ssosial

dalam keluarganya sendiri, orang orang terdekat dari faktor

keluaganya, saudara ataupun dengan lingkunganya. Bersamaan

dengan berjalannya durasi anak mulai berkembang serta

bertumbuh dari raga, kejiwaan dekameter motorik anak mulai

nampak bentuk aksi ataupun sikap anak dikala melaksanakan

komunikasi dengan orang berumur, keluarga ataupun orang lain di

area warga sekelilingnya, inilah dini penerimaaan bahasa awal

anak umur dini.

Kendala keterlambatan ucapan pada anak ialah bagian dari

pandangan kemajuan bahasa. Anak hadapi kendala keterlambatan

berdialog bisa dikenal pada dikala anak merambah umur sekolah

dini. Kendala keterlambatan berdialog ini pasti mempunyai

banyak aspek yang berkaitan dengan anak semacam pola

membimbing dalam keluarga, serta intesitas pemberian dorongan.

Alhasil buat memandang adanyaganguan itu yang bisa guru jalani

merupakan dengan lewat bermacam pendekatan serta alat dan

observasi. Aspek kerlambatan berdialog dipengaruhi oleh aspek


26

dalam yang terdiri dari genetika, keburukan raga, malfungsi

neorologis.

Nadwa,( Oka lely, 2013) Penindakan keterlambatan ucapan

membutuhkan durasi yang kira- kira lama dan kegiatan serupa

yang bagus orang berumur. Sebagian anak tidak mendapatkan

penindakan dengan bagus hingga permasalahan kemajuan itu jadi

suatu yang tidak bisa ditangani ataupun berakibat dengan cara

signifkan kepada perihal lain lain. Keterlambat ucapan kerap

diiringi kendala yang lain cocok dengan penyakitnya semacam

hiperaktif, tingakah laris yang abnormal, susah buat dibawa

bertugas serupa, hingga penangannya diawali dengan

membenarkan aksi lakunya. Sehabis itu terkini dapat di berika

pengobatan yang mensupport semacam pengobatan bicara,

pengobatan okupasi, pengobatan sensori intergritas dan lain- lain,

penangannya membutuhkan kegiatan serupa dari bermacam pakar

semacam fisioterapis, pakar pengobatan okupasitidak hanya

tentunnya pakar pengobatan bicara.

Bagi Khoriah, dkk( 39: 2016) Keterlambatan dalam

berdialog merupakan sesuatu kecondongan dimana anak susah

dalam mengekspresikan kemauan ataupun perasaan pada orang

lain semacam, tidak sanggup dalam berdialog dengan cara nyata,

serta minimnya kemampuan kosa tutur yang membuat anak itu

berlainan dengan anak lain sesusianya. Bagi Hurlock( 1978: 194-


27

196) kalau“ bila tingkat kemajuan ucapan terletak dibawah

tingkatan mutu kemajuan ucapan anak yang usianya serupa yang

bisa dikenal dari akurasi tutur, hingga ikatan sosial anak hendak

tertahan serupa perihalnya bila keahlian main mereka dibawah

keahlian main sahabat sebayanya”. Artinya yakni bila kemajuan

bahasa anak berlainan dengan tingkatan kemajuan bahasa anak

lain seusianya hingga anak hendak hadapi halangan dalam

interaksi sosialnya.

Tipe Telanjur Berdialog( Speech Delay) Keterlambatan

dalam berdialog mempunyai tipe yang beda- beda satu dengan

yang yang lain yang ditunjukkan dengan kendala yang dirasakan

oleh anak. Jenis- tipe keterlambatan dalam berdialog pada anak

umur dini itu bagi Van Tiel( Tsuraya 2013: 25) antara lain: 1)

Specific Language Impairment; 2) Speech and Language

Expressive Disorder; 3) Centrum Auditory Processing Disorder;

4) Pure Dysphatic Development; 5) Gifted Visual Spatial Learner;

6) Disynchronous Developmental. Dari tipe Speech Delay di atas

bisa dimengerti anak hadapi kendala berdialog serta kendala

bahasa tidak hanya diakibatkan oleh aspek kemajuan anak, pula

diakibatkan oleh kendala sensori, kendala neorologis,

intellegences, kepribadian serta ketidakseimbangan kemajuan

dalam serta ketidakseimbangan kemajuan eksternal anak. Perihal


28

ini yang melatarbelakangi kemajuan bahasa serta berdialog pada

anak umur dini jadi telanjur. t.

3. Permasalahan – permalahan yang ada pada anak berkebutuhan

khusus

a. Slow Learner

Desiningum( 2016: 14- 15) Anak yang hadapi kelambanan

berlatih( Slow Learner) memiliki karakter, semacam tidak matang

dalam ikatan interpersonal. Tidak hanya itu kanak- kanak ini pula

membuktikan kesusahan dalam menjajaki petunjuk- petunjuk yang

mempunyai banyak tahap, cuma mempunyai sedikit strategi dalam,

semacam keahlian organisasional, kesusahan dalam berlatih dan

menggeneralisasikan data. Kanak- kanak dengan slow learner ini

mempunyai nilai- nilai yang umumnya kurang baik dalam uji hasil

berlatih. Tetapi sedemikian itu, beberapa dari mereka bisa bertugas

dengan bagus dalam hand- on materials, ialah materi- materi yang

sudah dipersingkat serta diserahkan pada anak, semacam aktivitas di

makmal serta aktivitas manipulatif. Akibat dari keterbatasan

semacam dipaparkan di atas bisa membuat anak slow learner yang

mempunyai self- image yang kurang baik, walaupun sanggup

memahami sesuatu keahlian khusus tetapi mengarah lelet, sebagian

keahlian apalagi serupa sekali tidak bisa dipahami.

Begitu pula dalam perihal energi ingat yang terkategori lelet.

Karakteristik yang lain merupakan, pada umumnya hasil belajarnya


29

yang senantiasa kecil( kurang dari 6), kerap telanjur dalam

menuntaskan tugas- tugas akademik dibanding sahabat seusianya,

serta mempunyai energi ambil kepada pelajaran lelet.

Suryana( 2018: 20- 21) merujuk pada ketiga aspek pemicu

terbentuknya slow learner ialah, terbentuknya salah anggapan,

kendala marah, serta kerutinan yang salah dalam berlatih, hingga

penindakannya antara lain:

a) Kesalahan persepsi

Buat menjauhi terbentuknya kekeliruan anggapan anak, saat

sebelum cara berlatih membimbing guru wajib sanggup jadi guru

yang mengasyikkan, sedangkan buat menanggulangi anggapan

yang salah kepada modul, guru bisa merancang pembalajaran

dengan konsep yang membolehkan terbentuknya cara berlatih

membimbing yang memicu anak buat aktif,

b) Gangguang Emosi.

Mengalami anak yang hadapi kendala marah, guru wajib sanggup

menghormati anak cocok situasi marah dikala itu.

c) Kesalahan kebiasaan dalam belajar.

Mengalami anak yang kerutinan berlatih yang salah, guru bisa

melaksanakan perlakuan dengan mengubah kerutinan itu dengan

kerutinan yang bagus. Cara merubahnya dengan melaksanakan

kerutinan berlatih yang bagus dengan cara lambat- laun.

b. Speech Delay (Keterlambatan Bicara)


30

Rahayu, Elisa, dkk( 2020: 63) salah satu pemicu anak

mengarah mempunyai permasalahan dalam keahlian berdialog.

Perihal itu pastinya amat berlainan bila dibanding dengan kanak-

kanak yang mempunyai tingkatan intelejensi yang besar. Perihal

lain yang diprediksi jadi penghalang keahlian berdialog anak

merupakan problema hal dorongan. Orang berumur mempunyai

jatah berarti dalam kondisi ini. Orang berumur mempunyai posisi

yang penting dengan membagikan peluang berbicara dengan cara

intens pada anak. Aspek yang pengaruhi keahlian berdialog pada

ialah: aspek intelek, ketertiban keluarga, antrean lahir anak, jumlah

keluarga, status sosial serta ekonomi, kaum, adat bahasa, tipe

kemaluan. Terus menjadi besar tingkatan intelejensi anak pasti terus

menjadi besar pula kecakapan berbahasanya alhasil keahlian dalam

berdialog dapat dipahami lebih kilat.

Aspek berikutnya ialah hal ketertiban dalam keluarga. Pola

membimbing yang diaplikasikan berbanding lurus dengan

kecakapan anak dalam berdialog. Dalam keluarga yang

mempraktikkan pola membimbing dengan patuh besar yang

mengarah ke tingkatan absolut, pasti anak hendak lebih sedikit

mengatakan pikirannya dengan cara langsung dalam wujud ucapan.

Aspek berikutnya ialah hal antrean anak dalam keluarga, anak anak

pertama cenderug didorong buat lebih banyak berdialog. Aspek lain

yang pengaruhi keahlian anak dalam berdialog merupakan jumlah


31

dari badan keluarga, dimana jumlah badan keluarga berkesempatan

buat membagikan interaksi komunikasi. Aspek sosial ekonomi

mejadi aspek berikutnya, keluarga ekonomi kategori dasar

mengarah mempunyai interaksi ucapan yang kecil. Aspek

berikutnya yang berfungsi merupakan kerangka balik suku bangsa,

dual- bahasa dalam keluarga, dan jeniskelamin.

4. Sekolah Inklusi untuk Anak Berkebutuhan khusus

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Budiyanto, dkk. (2010:4) mengemukakan kalau

pembelajaran inklusi merupakan penempatan anak berkelainan

tingkatan enteng, lagi, serta berat dengan cara penuh di kategori

regular. Kustawan serta Hermawan( 2013: 5) melaporkan kalau

pembelajaran inklusi ialah sistem pembelajaran yang menungkinkan

anak berkebutuhan spesial buat bisa berlatih bersama dengan anak

reguler di sekolah regulurer. Tujuan pembelajaran inklusi

merupakan buat menyeratakan anak berkebutuhan spesial dengan

anak reguler tanpa perbandingan.

Daniel P. Hallalan, dkk( 2009: 53) mengemukakan

penafsiran pembelajaran inklusi selaku pembelajaran yang menaruh

seluruh partisipan ajar berkebutuhan spesial dalam sekolah regular

sejauh hari. Dalam pembelajaran semacam ini, guru mempunyai

tanggung jawab penuh kepada partisipan ajar berkebutuhan spesial

itu. Penafsiran membagikan uraian kalau pembelajaran inklusi


32

membandingkan anak berkebutuhan spesial dengan anak wajar yang

lain. Buat seperti itu, guru mempunyai tanggung jawab penuh

kepada cara penerapan penataran di kategori. Dengan begitu guru

wajib memilki keahlian dalam mengalami banyaknya perbandingan

partisipan ajar.

Bagi Tarnoto, Nissa( 2019: 51) pembelajaran inklusi

dimaksudkan selaku sistem layanan pembelajaran yang melibatkan

anak berkebutuhan spesial berlatih bersama dengan anak sebayanya

disekolah regular yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penajaan

pembelajaran inklusi menuntut pihak sekolah melaksanakan

adaptasi bagus dari bidang kurikulum, alat serta infrastruktur

pembelajaran ataupun sistem penataran yang dicocokkan dengan

keinginan orang partisipan ajar.

Rancangan yang melandasi pendidian inklusif amat

berlainan dengan rancangan yang melandasi pembelajaran

spesial( special education). Inklusi ataupun pembelajaran inklusif

tidaklah sebutan lain dari pembelajaran spesial. Rancangan

pembelajaran inklusif memiliki banyak kecocokan dengan

rancangan yang melandasi pembelajaran buat seluruh( education for

all) serta rancangan mengenai koreksi sekolah( schools

improvement), diformulasikan kalau akar pembelajaran inklusi

hakekatnya, adalah :
33

a) Pembelajaran yang lebih besar dari pembelajaran resmi,

melingkupi pembelajaran di rumah, partisipan ajar, sistem

nonformal serta informal.

b) Sesuatu pembelajaran yang membenarkan kalau seluruh

anak bisa berlatih.

c) Membolehkan bentuk, sistem serta metodologi

pembelajaran penuhi keinginan seluruh anak.

d) Membenarkan serta menghormati bermacam perbandingan

pada diri anak, ialah perbandingan umur, kelamin, etnik,

bahasa, ketunaan, status kesehatan, serta keahlian.

e) Ialah cara yang energik yang tetap bertumbuh cocok

dengan adat serta konteksnya. Ialah bagian dari strategi

yang lebih besar buat mengiklankan partisipan ajar yang

inklusif

Menurut Chandra, Pratiwi Jamilla (Wardani, 2011:1.34).

Penyelenggaraan sekolah inklusi di Indonesia, dilatarbelakangi oleh

hak anak untuk memperoleh pendidikan. Setiap makhluk

mempunyai kebutuhan. Sebagai makhluk Tuhan yang dianggap

mempunyai derajat tertinggi di antara makhluk lainnya, manusia

mempunyai kebutuhan yang paling banyak dan kompleks.

Kebutuhan manusia secara umum mencakup kebutuhan fisik atau

kesehatan, kebutuhan sosial emosional,dan kebutuhan pendidikan


34

Tidak berbeda dengan orang-orang normal, anak-anak berkebutuhan

khusus juga mempunyai kebutuhan yang sama.

Menurut Pertama, Drama Indah dan Binarahayati Ruysidi

(2010:226) Penajaan sistem sekolah inklusi ialah salah satu

ketentuan yang wajib terkabul buat membuat warga inklusi. Suatu

aturan warga yang silih meluhurkan serta menjunjung besar nilai-

nilai keanekaan selaku kenyataan kehidupan. Banyak permasalahan

yang timbul terpaut penerapan pembelajaran inklusi, semacam

sedikitnya alat cagak sistem pembelajaran inklusi, terbatasnya

wawasan serta keahlian yang dipunyai oleh para guru sekolah

inklusi membuktikan kalau sistem pembelajaran inklusi belum

direncanakan dengan bagus. Penajaan sekolah inklusi untuk anak

berkebutuhan spesial sepatutnya menghasilkan area yang ramah

kepada penataran, yang membolehkan seluruh anak didik bisa

berlatih dengan aman serta mengasyikkan. Penajaan sekolah inklusi

memanglah tidak sesederhana menyelenggarakan sekolah biasa.

Realitas dilapangan dalah perihal karakter anak berkebutuhan

spesial yang diperoleh belum cocok dengan kebijaksanaan,

semacam dalam perihal pendapatan tipe ciri, tingkatan intelek yang

sedang dibawah datar, belum terdapat determinasi batasan jumlah

anak didik yang diperoleh, dan belum mempunyai alat prasaranan

spesial. Sokongan dari orangtua anak berkebutuhan spesial,

orangtua anak didik regular, ataupun warga terkini berbentuk


35

sokongan akhlak. Sementara itu sepatutnya sokongan yang

diperlukan berbentuk sokongan material ataupun keikutsertaan

langsung dalam penajaan pembelajaran inklusi

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Kustawan, Dedy (2013: 14) dijelaskan bahwa pendidiakn

inklusi adalah yang pertama, memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelaonnan fisik,

emosional, mental, dan sosial atau memiliki potentsi keserdasan

atau bakat isitmewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kedua,mewujudkan

penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman ,

dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Disisi laindengan terdapatnya peraturan ini hingga

penguasa serta tiap dasar pembelajaran biasa ataupun keahlian wajib

memperisapkan buat bisa melayani partisipan ajar berkebutuhan

spesial. Pemberian peluang ini pula hendak membagikan dorongan

yang bagus untuk partisipan ajar berkebutuhan spesial, orang

berumur, yang partisipan didiknya berkebutuhan spesial, serta

warga.

Dengan diterimanya peseerta ajar– peseerta ajar

berkebutuhan spesial disetiap dasar pembelajaran yang

menghormati keragaman untuk seluruh partisipan ajar berkebutuhan


36

spesial. Mengganti tindakan sekolah kepada image partisipan ajar

berkebutuhan spesial bukanlah gampang sepeti membalikan telapak

tangan., perihal ini membutuhkan kegiatan keras dari pihak

pemerintah serta pihak terpaut yang lain buat menyadarkannya, buat

itu hingga butuh terdapatnya aksi– aksi pentadaran tindakan sekolah

hal pembelajaran inklusi supaya sekolah ramah serta tidak

diskrimitantif untuk seluruh partisipan ajar.

c. Fungsi Pendidikan Inklusif

Kustawan, Dedy (2013: 16) Guna pembelajaran inklusi

merupakan buat menjamin seluruh partisipan didk berkebutuhan

spesial mendpatkan peluang serta akses yang serupa buat

mendapatkan layanna pembelajaran yang cocok dengan

kebutuhannya serta baik di bermacam rute, tipe, serta tahapan

pembelajaran, serta menghasilkan area pendidiakn yang mendukung

untuk partisipan ajar berkebutuhan spesial buat meningkatkan

potensinya dengan cara maksimal.

Buat bisa menjamin seluruh partisipan ajar berkebutuhan

spesial memdapatkan peluang serta akses serupa buat mendapatkan

layanan pendidian yang cocok dengan kebutuhannya serta baik di

bermacam rute, tipe serta jenjangpendidikan hendak membagikan

masukan kepadapemerintah pusat, provinsi, kabupaten atau kota


37

buat mempersiapkan kebijaksanaan atau program atau aktivitas

serta bermacam bagian pendukung yang lain dalam penyelangaran

pembelajaran.

d. Manfaat Pendidikan Inklusif

Kustawan, Dedy (2013: 18-20) melaporkan khasiat

pembelajaran inklusif untuk peseta ajar berkebutuhan spesial

merupakan mereka mempunyai rasa yakin diridam mempunyai

peluang membiasakan diri dan mempunyai kesiapan dalam

mengalami kehidupan yang jelas pada area biasanya. Pesertaq ajar

berkebutuan spesial bebas dari merek ataupun gelar yang tidak

bagus, menguasai pelajaran di sekolah dengan lebih bagus serta

sanggup, pesertaq ajar berkebutuhan spesial hendak lebih mandiri

bisa menyesuaikan diri, aktif, serta bisa menghormati perbandingan,

dan mendapatkan peluang bersosialisasi serta memberi dengan

partisipan ajar pada umunnnya dengan cara alami alhasil hendak

membagikan masukan yang amat berati dalam pandangan

kehidupannya.

Khasiat pembelajaran inklusif untuk partisipan ajar pada

umumnya

merupakan partisipan ajar bisa berlatih hal keterbatasan

serta keunggulan khusus pada teman- temannya, mengenali

keterbatasan serta keunggulan dan karakteristik temannya.

Partisipan ajar pada biasanya hendak berkembang rasa perhatian


38

kepada keterbatasan serta keunggulannya partisipan ajar

berkebutuhan spesial, partisipan ajar pada umunnya hendak bisa

meningkatkan keahlian sosial, berempati kepada kasus partisipan

ajar berkebutuhan spesial serta teman- sahabat partisipan ajar pada

umunya yang hadapi kesusahan.

Manfaat pembelajaran inklusif untuk guru merupakan

guru hendak lebih tertantang buat membimbing lebih bagus serta

bisa mengakomondasikan seluruh partisipan ajar alhasil hendak

berusaha buat tingkatkan wawasannya leih kereatif serta ahli

membimbing serta ceria, lebih mengidentifikasi denah kekhawatiran

serta kelemahan partisipan didiknya

Khasiat pembelajaran inklusif untuk orang berumur

merupakan orang berumur merasa di hargai ataupun bisa tingkatkan

penghargaaan kepada partisipan ajar. Orang berumur merasa suka

kala buah hatinya bisa bersosialisasi dengan bagus tanpa

terdapatnya pembedaan serta hendak lebih memahani metode

memotivasi kenaikan berlatih ankanya yang di sesuikan degan

keinginan spesialnya.

Khasiat pembelajaran inklusif untuk masyrakat

merupakan bisa mengoptimalkan kemampuan warga dalam

penajaan pembelajaran. Warga hendak lebih siuman kalau tiap

peseta ajar berkebutuhan spesial berkuasa mendapatkan

pembelajaran semacam peserts ajar pada umunnya. Warga bisa


39

mengamalkan pandangan, idea mengerti buah pikiran buat

mengenbangkan pembelajaran yang lebih bagus lagi dengan lebuh

terbuka serta penuh pemahaman.

e. Komponen Pendidikan Inklusif

Menurut Ulva, Maria dan Rizki Amalia (2020:14)

a. Fleksibilitas kurikulum (Bahan aja)

b. Tenaga pendidik (Guru)

1) Guru kelas

2) Guru mata pelajaran/ guru bidang studi

3) Guru pembimbing khusus (GPK) sebagai center of

education

4) Guru pendamping

c. Peserta didik

d. Lingkungan dan penyelenggaran sekolah inklusif

e. Sarana- prasarana

f. Prinsip-prinsip pendidikan inklusi

Menurut Darmoto (2015:6-7) dalam pendidikan inklusif terdapat

beberapa prinsip-prinsip, seperti yang diungkapkan Abdul Salim Choiri :

1) Tiap anak berkuasa mendapatkan pembelajaran dasar yang ebih

baik

2) Tiap anak berkuasa mendapatkan layanan pembelajaran pada

sekolah- sekolah yang terdapat di sekitarnya


40

3) Tiap anak mempunyai kemampuan, kemampuan, serta aksen

kemajuan tiap- tiap yang wajib diserahkan layanan dengan cara

pas.

4) Pendekatan penataran bertabiat fleksibel, kooperatif, serta berakal

guna

5) Sekolah merupakan bagian integral dari warga

Sedangkan secara umum prinsip penyelenggaraan pendidikan

inklusif dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Prinsip Pemerataan dan Peningkatan Mutu

Penguasa memiliki tanggung jawab buat menata strategi usaha

pemertaan peluang mendapatkan layanan pembelajaran serta kenaikan

kualitas. Pembelajaran inklusi ialah salah satu strategi usaha pemerataan

peluang mendapatkan pembelajaran, tidak hanya itu pembelajaran

inklusi pula ialah strategi kenaikan kualitas.

2. Prinsip Kebutuhan Individual

Tiap anak mempunyai keahlian serta keinginan yang berbeda- beda, oleh

sebab itu pembelajaran wajib diusahakan buat membiasakan dengan

situasi anak.

3. Prinsip Kebermaknaan

Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas

yang ramah, menerima keanekaragaman, dan mengahargai perbedaan.

4. Prinsip Keberlanjutan
41

Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua

jenjang pendidikan.

5. Prinsip Keterlibatan

Penyelenggaraan pendidikan inklusi harus melibatkan seluruh

komponen pendidikan terkait

g. Peranan Guru BK

Lattu, (2018 : 63- 65) membimbing serta ceria tidak bebas dari

kewajiban serta tanggung jawab guru tercantum guru BK. Selaku daya

pengajar guru BK memiliki kewajiban, tanggung jawab, wewenang penuh

dalam aktivitas edukasi serta pengarahan kepada beberapa partisipan ajar.

Aktivitas edukasi serta pengarahan di sekolah ialah aktivitas buat

menolong partisipan ajar dalam usaha menciptakan asli dirinya, adaptasi

kepada area dan bisa merancang era depannya alhasil, bisa bertumbuh

dengan cara maksimal. Aktivitas edukasi serta pengarahan pada sekolah

biasanya pula ialah keinginan dasar sekolah eksekutor pembelajaran

inklusif.

Edukasi serta pengarahan di sekolah eksekutor pembelajaran

inklusi amat penting ialah aktivitas buat menolong partisipan ajar

berkebutuhan spesial dalam usaha menciptakan rancangan diri,

menyediakan adaptasi diri kepada hambatannya, mengkoordinasikan

dengan pakar lain, melaksanakan pengarahan kepada keluarganya,

menolong kemajuan anak berkebutuhan spesial supaya bertumbuh efisien,

mempunyai keahlian hidup mandiri, serta meningkatkan kegemaran, dan


42

meningkatkan keahlian sosial serta perorangan Guru Edukasi serta

Pengarahan diharapkan bisa membagikan jasa yang sudah dicocokkan

supaya ABK bisa memahami dirinya sendiri dengan bagus, menciptakan

kebutuhannya yang khusus cocok dengan hambatannya.

Keinginan ini timbul melampiri hambatan- hambatan yang mereka

hadapi kepada situasi yang mereka punya. Layanan edukasi serta

pengarahan dibutuhkan bertepatan dengan edukasi individu, sosial,

berlatih serta pekerjaannya. Layanan edukasi serta pengarahan yang cocok

hendak membangkitkan dorongan partisipan ajar berkebutuhan spesial

dalam bersosialisasi serta berteman. Buat menggapai kemajuan yang

maksimal, dibutuhkan guru BK dalam menolong pengentasan halangan

kepada kewajiban kemajuan sosial yang wajib digapai ABK.

Dewanty( 2013: 45) menjelasakan andil guru bk merupakan

menolong kesusahan partisipan ajar berkebutuhan spesial dengan

membagikan layanan edukasi serta pengarahan. Intensitas guru bk serta

pihak lain ikut serta di dalamnya amat berarti buat menanggulangi kasus

yang dialami anak berkebutuhan spesial, misalnya salah satu kasus dalam

bermacam pandangan di sekolah ialah kerangka balik intelektual, kasus itu

berhubungan akrab dengan cara kemajuan orang yang karakternya

istimewa, berbeda dari orang lain dalam kemajuannya. Disini kedudukan

guru bk dibutuhkan buat menolong tiap orang berkebutuhan spesial

menggapai kemajuan yang segar di dalam lingkungannya. Oleh karena itu,

hendaknya sekolah inklusi mempunyai guru bk yang sanggup


43

membagikan layanan edukasi serta konseling serta direkomendasikan buat

bekerja sama dengan pihak yang mempunyai kemampuan menanggulangi

anak didik yang berkebutuhan spesial, misalnya lususan Pembelajaran

Luar Lazim( PLB), pakar kesehatan, serta psikolog.

h. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Darmono (2015:13-15) orang berumur ialah guru untuk

anak tidak lain anak berkebutuhan spesial dalam area keluarga, di mana

orang berumur ialah guru yang awal kali membagikan pembelajaran, advis

serta lain serupanya. Setelah itu kala orang berumur mensekolahkan anak

mereka yang hadapi keinginan spesial, hingga seluruh suatu yang di

informasikan oleh guru di sekolah nyatanya hendak ditindak lanjuti oleh

para orang berumur di rumah. Disinilah kita dapat memandang kedudukan

berarti orang berumur buat menghasilkan anak berkebutuhan spesial jadi

seseorang anak yang mandiri. Bagi Hewett serta Frenk D penindakan serta

jasa orang berumur kepada anak berkebutuhan spesial merupakan selaku

selanjutnya:

1. Selaku ajudan penting( as aids), ialah selaku ajudan penting yang dalam

menolong tercapainya tujuan layanan penindakan serta pembelajaran anak.

2. Selaku advokat( as advocates), yang paham, mengusahakan, serta

melindungi hak anak dalam peluang menemukan layanan pembelajaran

cocok dengan karakter spesialnya.

3. Selaku pangkal( as resources), jadi pangkal informasi yang komplit

serta betul hal diri anak dalam upaya campur tangan sikap anak.
44

4. Selaku guru( as teacher), berfungsi jadi pengajar untuk anak dalam

kehidupan tiap hari di luar jam sekolah.

5. Selaku diagnostisian( diagnosticians) determinan karakter serta tipe

keinginan spesial serta berdaya melaksanakan treatmen, paling utama di

luar jam sekolah.

Kala kemampuan kemampuan anak berkebutuhan spesial timbul,

hingga pada biasanya orang tualah yang awal kali memahaminya.

Bersumber pada observasi orang berumur, hingga seluruh suatu yang ada

pada diri anak setelah itu diinformasikan pada guru untuk dicoba aksi

lewat program penataran untuk anak berkebutuhan spesial. Lewat program

pembelajaran itu diharapakan bisa meningkatkan bakatnya. Kala orang

berumur kerap melayani serta bersama dengan anak yang hadapi keinginan

spesial, dalam perihal ini orangtua hendak merasakan kalau apa yang

dikerjakannya merupakan suatu yang dapat jadi kemampuan kemampuan

dalam aspek khusus. Dari situlah setelah itu orang berumur bisa

melaksanakan sharing dengan guru di sekolah supaya dapat membagikan

pembelajaran spesial cocok dengan bakatnya, alhasil sanggup digali serta

dibesarkan bakatnya lebih dalam lagi. Alhasil bisa kesimpulan kalau orang

berumur haruslah lebih berfungsi aktif dalam meningkatkan pembelajaran

serta penataran anak berkebutuhan spesial. Sebab orang berumur

merupakan orang terdekat untuk buah hatinya alhasil mereka dapat lebih

ketahui serta menguasai buah hatinya sendiri memakai jalinan hati ataupun

perasan yang mereka punya.


45

B. Penelitian Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan merupakan bagaian yang

mengurangi tentang beberapa pendapat atau hasil penelitian yang

terdahulu berkaitan dengan permaslahan yang di teliti.

1. Penelitian Leli Pitriani (2017) tentang kendala guru dalam

pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah SMP N 23 Kota Padang. Hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kurangnya pemahaman guru

mengenai karekteristik anak berkebutuhan khusus dan kurangnnya

penataran dan pelatihan yang diterima dari guru umum tentang pendidikan

inkusi.

Relevan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan yaitu sama-

sama membahsa tentang sekolah inklusi namun Leli Pritriani kendala guru

dalam pembelajaran ips di sekolah inklusi. Namum penelitan yang saya

lalukan ialah permasalahan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi

2. Penelitian Ardisal, Damri (2013) tentang pelaksanaan

pembelajaran siswa berkebutuhan khusus di SMK N 4 Padang, hasil

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pendidikan

inlkusi di SMK N 4 Padang, sangat didukung oleh presepsi positif dari

kepala sekolah dan guru GPK orang tua, masyarakat dan dinas pendidikan,

seluruh personil sekolah menjadi aktor penting yang siap melayani semua

anak, tanpa perbedaan dan bertanggung jawab atas kelancaran proses

pelaksanaan pembelajaran sehingga kondisi tersebut dapat menjadi kunci

kemajuan sekolah inklusi


46

Relevan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan yaitu

sama-sama membahsa tentang sekolah inklusi namun membahas tentang

pelaksanaan program sekolah inklusi, seklolah tersebut sangat mendukung

dan bekerja sama.

peneliti akan mengangkat judul yang senada dengan aspek yang

berbeda yaitu “Analisis Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus pada

Sekolah Inklusi Di SMP N 5 Kota Padang”

C. Kerangkan Berfikir
47

Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini maka disusun

kerangka pikir. Hal ini untuk memperjelas arahan dan tujuan penelitian,

adapun kerangka pikir dari penelitian ini adalah:

P. Inklusi

Anak Berkebutuhan Khusus

Adanya masalah

1. Slow leaner 2. speech delay

1. Permaslahan dalam
hubungan interpersonal. 1. Cara komunikasi
2. Kesulitan untuk mengikuti 2. Penyesuaian sosial
petunjuk-petunjuk yang dan peribadi anak
banyak/ langka. 3. Penyesuaian
3. Prestasi belajar yang akademis
rendah
4. Self image yang buruk
terhadap dirinya/ konsep
dirinya.
5. Daya ingat yang lambat.
6. Sering terlambat
menyelesaikan tugas.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 adapun tempat

atau lokasi yang akan dilaksanakan adalah SMP N 5 Kota Padang, alas an

peneliti memilih lokasi ini karena lokasi ditemukan masalah yang

berkaitan dengan penelitan yang akan dilakukan oleh peneliti.

B. Jenis penelitian

Jenis penelitan ini adalah penelitian kualitatif, artinya penelitian ini

menggambarkan suatu keadaan suatu objek tertentu sebagaimana adanya.

Amini (2011 : 24) dalam penelitian kualitatif sebuah realitas sosial yang

terjadi, jawabannya tidak hanya dicari sampai apa yang menyebabkan

kenyataan itu bisa terjadi, akan tetapi di cari sampai kepada makna dibalik

terjadinya kenyataaan yang ditengah tengah masyarakat. Oleh karenanya

untuk dapat memperoleh makna dari kenyataan yang terjadi, pada tahap

pengumpulan data perlu dilakukan kegiatan seperti tatap muka langsung

dengan individu atau kelompok yang di pilih respoden atau informan yang

dianggap mengetahui atau pahami tentang entitas tertentu seperti:

kejadian, orang, proses, atau objek, berdasarkan cara pandang, presepsi

dan sistemyang ada di tengah tengah kehidupan masyarakat. Desain

penelitan kualitatif bersifat umum, kemudian fleksibel untuk

kemungkinan berubah dan perkembangan di lapangan, maka dapat saja

akhir dari desain tersebut final di akhir pembahsaan hasil penelitian.

48
49

C. Definisi Oprasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini ditunjukan unuk

mengatasi dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penafsiran antara

pembaca dan penelitian dari makna yang diinginkan oleh peneliti

mengenai variabel yang terdapat dalam judul penelitian yaitu: “Analisis

Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SMP N 5

Kota Padang”.

Anak berkebutuhan khusus alektuadalahn anak yang mengalami

keterbatasan atu keluarbiasaaan baik fisik, menal-intelektual, sosial,

maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses

petumbuhan atau perkembangan dibandingkan dengan anak-anak lainya

yang seusianya. Anak berkebutuhan khusus yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah anak slow learner dan anak speed deley. Permaslahan

anak slow leaerner meliputi: 1)Permaslahan dalam hubungan

interpersonal, mengikuti petunjuk-petunjuk yang banyak/langka, prestasi

yang rendah, self image yang buru terhadap dirinya, daya ingat yang

lambat, sering terlambat dlam menyelesaikan tugas. 2)Permaslahan anak

speed delay meliputi, cara komunikasi, penyesuaian sosial dan pribadi

anak, dan penyesuaian akademis anak.

D. Informan Penelitian

Bungin (2017:76) mengemukakan bahwa informan penelitan

adalah subjek yang memahami objek penelitian. Informan penelitian ini di

tentukan setelah peneliti menemukan informan kunci (key informants) dan


50

selanjutnya dari infroman kunci ditetapkan informan berikutnya. Informan

kunci yang di tetapkan bedasarkan pertimbangan bahwa informan kunci

mengetahui dengan jelas tujuan penelitian serta terkait dengan

permasalahan yang diteliti.

Informan ditentukan bedasarkan pertimbangan bahwa informan

tersebut memiliki pengalaman yang banyak mengenai latar

belakangpenelitian benar benar terkait dengan permasalahan yang diteliti

yaitu, “Analisis Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus Di SMP N 5

Kota Padang”. Informan penelitian kunci ini adalah guru BK untuk

mengetahui lebih dalam mengenai analisis permasalahan anak

berkebutuhan khusus, yang dijadikan infroman dalam penelitian ini dapat

di rinci sebagai berikut:

Tabel : 1 Informan

Anak Informan
No Berkebutuhan Informan Tanbahan
Informan kunci
Khusus Guru Teman dekat
1 Slow leaner (NR) ELF YLF FN
2 Speech delay (AZ) ELF YLF DN

E. Teknik Pengumpulan Data

Bedasarkan sumber data yang digunakan, maka teknik

pengumpulan data penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasimerupakan sesuatu observasi langsung kepada anak didik

dengan mencermati aksi lakunya dalam penataran golongan, kerjasama

serta komunikasi antara anak didik, alhasil periset mendapatkan cerminan


51

atmosfer, bagus di dalam kategori ataupun di luar kategori. Tata cara

pemantauan bisa dimaksud selaku pencatatan analitis kejadian kejadian

yang diselidiki. Dalam pemantauan dengan cara langsung ini, periset tidak

hanya legal selaku pengamat penuh yang bisa melaksanakan observasi

kepada pertanda ataupun cara yang terjalin dalam suasana yang

sesungguhnya serta langsung dicermati oleh observer, pula selaku aktor

serta kontestan yang turut dalam cara berlatih– membimbing.

Pemantauan langsung ini dicoba oleh periset buat memaksimalkan

informasi hal permasalahan sekolah inklusi khususnya kasus anak

berkebutuhan spesial di sekolah.

2. Wawancara

wawancara adalah suatu perbincangan yang di arahkan pada

keadaan tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadap – hadapan secara fisik. Sejalan dengan pendapat

kerlinger 1986 (Gunawan, 2013:162) mengemukakan bahwa wawancara

adalah keadaan peran antar pribadi bertatap muka (face to face). Ketika

seseorang (yakni pewawancara) memberikan pernyataaan – pernyataaan

yang di rancang untuk memperoleh jawaban – jawaban yang relevan

dengan masalah penelitian dengan seseorang yang di wawancarai, atau

informan. Jawaban dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara

(interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang

diteliti.
52

Wawancara yang dilakukan sifatnya terbuka dan mandalam serta

terarah dan semakin memusat. Melalui wawancara akan diperoleh

informasi secara lengkap dan mendalam mengenai permasalahan anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi di SMP N 5 Kota Padang.

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data dan kepercayaaan data penelitian

yang peneliti peroleh dapat dilakukan dengan menggunakan trigulasi data.

Gunawan (2013:218)mengemukakan bahwa trigulasi data digunakan

sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kreadibilitas/ validitas)

dan konsistensis (realibilitas) data, serta bermanfaaat juga sebagai alat

bantu analisis data dilapangan. Pandangan yang sama juga dikemukakan

Mantja (Gunawan: 2013:218) bahwa trigulasi juga digunakan untuk

memantapkan konsintensi metode silang seperti pengamatan

danwawancara atau penggunan metode yang sama seperti wawancara

dengan beberapa informan. Kemudianuntuk memeriksa keabsahan data

serta meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta maka

peneliti menggunakan trigulasi data yang terbagi atas tiga sesuai dengan

yang dikemukakan Denzin 1978 (Gunawan, 2013: 219-220), yaitu:

1. Triangulasi Sumber

. Menggali bukti data khusus lewat bermacam pangkal

mendapatkan informasi. Trigulasi pangkal berati mecocokan data yang

didapat lewat pangkal yang berlainan. Ada pula yang dicoba periset

dalam triangulasi pangkal ialah mencocokan informasi yang


53

terungakap dari informan kunci serta informan bonus berikutnya

disimpulkan.

2. Triangulasi Metode atau Teknik

Upaya memeriksa kesahan informasi, ataupun memeriksa

kesahan penemuan periset buat mendapatkan bukti informasiyang

profesional serta cerminan yang utuh hal informan khusus, periset

lazim memakai tata cara tanya jawab leluasa serta tanya jawab tertata.

Trigulasi tata cara ini dicoba bila informasi ataupun data yang di dapat

dari poin ataupun infroman riset bedasarkan tanya jawab serta

pemantauan berikutnya disimpulkan.

3. Tiangulasi Teoritik

Asumsi kalau kenyataan khusus bisa ditilik bagian

kepercayaaannya dengan sesuatu ataupun lebih filosofi. Triangulasi

teoritik merupakan menfaatkan 2 filosofi ataupun lebih buat diadu

serta dipimpin.

Bedasarkan riset yang sudah dicoba buat metode kesahan

informasi periset memakai trigulasi tata cara ataupun metode ialah

memeriksa kesahan informasi ataupun memeriksa kesahan penemuan

periset buat mendapatkan bukti data yang profesional serta cerminan

yanh utuh data khusus.

Buat triagulasi teoritik tidak pengarang jalani sebab mengenang

keterbatasan durasi buat melaksanakan riset tidak bisa dijangkau oleh


54

periset serta pihak sekolah yang menghalangi durasi dalam

melaksanakan penelitan

G. Teknik Analisis Data

Musfiqon (2012:153) mengemukakan kalau analisi informasi

kualitatif memakai otak serta keahlian pikir periset, sebab periset

selaku perlengkapan analisa( humanas instrument), keahlian periset

dalam mengaitkan dengan cara analitis antara informasi satu dengan

informasi lainya amat memastikan cara analisa informasi kualitatif.

Analisa informasi ialah sesuatu cara kategorisasi informasi supaya bisa

ditafsirkan, sebab penelitan ini merupakan bertabiat naratif hingga

analisa yang dipakai merupakan dengan tutur tutur. Berikutnya

Miles& Humbeman( Sugiyono, 2012: 337) mengemukakan kalau

dalam riset kalitatif terdapat 3 jenjang analisa ialah:

1. Reduksi data ( Data Reduction)

Pengurangan informasi ialah cara merangkul memilah perihal–

hal yang utama mementingkan pada perihal– perihal yang berarti,

dicari sahabat serta polanya serta membuang yang tidak butuh dari

informasi yang didapat di alun- alun. Dalam langkah ini periset

memilah informasi mana yang relevan dengan tujuan serta fokus riset

selanjunnya dikelompokan.

Bedasarkan riset yang sudah dicoba lewat tanya jawab hingga

bisa dicoba penyeleksian dari data yang didapat cocok dengan yang
55

diperlukan dalam riset serta jadi fokus riset. Informasi yang tidak

mengatakan fokus riset diabaiakan saja

2. Penyajian Data (Display Data)

Penyajian informasi bisa dicoba dalam wujud penjelasan pendek,

denah ikatan antara kategoriatau dalam wujud bacaan yang bertabiat

naratif dengan menyuguhkan informasi bisa memudahkan dalam

menguasai apa yang sudah dimengerti. Dalam langkah ini periset

menyuguhkan informasi berupa bacaan naratif, hasil tanya jawab ini

informan kunci serta informan bonus

3. Penarikan kesimpulan (verivikasi)

Pencabutan kesimpulan meurpakan analisi informasi sambungan

dari pengurangan informasi serta informasi ini alhasil informasi bisa di

simpulkan dalam wujud desktiptif selaku lapoaran riset serta langkah

terahir ini dri informasi telah terdapat disimpulkan. Berikutnya

bedasarkan informasi yang telah display bisa disimpulkan.


56
BAB IV
HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Umum dan Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk data kualitatif sesuai

dengan hasil wawancara dengan guru BK sebagai informan kunci, guru

mata pelajaran dan teman dekat sebagai informan tambahan mengenai

analisis permasalahan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP

Negeri 5 Kota Padang. Analisis data hasil temuan penelitian ditunjukan

untuk melihat analisis permaslahan anak berkebutuhan khusus di sekolah

dengan sub variabel sebagai berikut:

a. Analisis permasalahan

b. Anak berkebutuhan khusus

Data penelitian didapatkan melalui hasil wawancara yang telah

dilakukan pada bulan juni 2021 dengan guru BK, guru mata pelajaran

dan teman dekat. Wawancara di lalukan dengan menajukan beberapa

butui pertanyaaan yang kemudian hasilnya diolah sesuia dengan teknik

analisis yang digunakan.

2. Profil Informan

a. Informan kunci

1) Nama : ELF (Guru BK)


Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : padang

57
58

b. Informan tambahan

1) Nama : YLS
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Padang

2) Nama : DN
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Padang

3) Nama :FN
Umur : 15 tahun
Jenis kemalmin : Perempuan
Alamat : Padang

3 . Deskripsi Hasil Penelitian

a. Permasalahan Anak Slow Leaner

Secara umum hasil penelitian tentang permasalahan anak slow

learner bermasalah atau mengalami hambatan dari dari aspek, kesulitan

untuk mengikuti petunjuk-petunjuk yang banyak/langka, prestasi yang

rendah, self image yang buruk terhadap dirinya/ konsep dirinya, daya

ingat yang lambat, sering terlambat menyelesaikan tugas dan dari segi

aspek permasalahan dalam hubungan interpersonal dan self image yang

buruk terhadap dirinya/ konsep dirinya,berjalan normal untuk lebih

jelasnya dapat di uraikan sebagai berikut:


59

1) Hubungan Interpersonal

Bedasarkan hasil wawancara dari informan kunci (ELF) dan

Informan tambahan ( YLS dan FN) bahwa hubungan interpersonal

peserta didik anak slow leaner terlihat tampak normal dan di senangi

sama teman temannya dan pandai bergaul..

Dalam keaktifan menurut ELF Dalam ke aktifan peserta didik anak

slow leaner kurang aktif, dalam keberanian anak untuk mengukapkan

pendapat sangat rendah sehingga dalam pembelajaran anak-anak slow

leaner kurang aktif. Dan menurut dari YLS dan FN keaktidan anak slow

leaner ini memang dia tidak aktif. dalam ke aktifan pembelajaran tidak

banyak komentar, ditanya dia diam saja, entah dia mengerti atau dia tidak

paham pokoknya dia diam. Tidak banyak merespon dia diam saja.

Dan didalam interkasi sosial anak slow leaner dengan teman

temanya di sekolah Interaksi sosial peserta didik anak slow leaner di

sekolah pada umumnya normal, normal sini teman temannya tidak

menganggap bahwa ketidak kecerdasan adalah sebuah persoalan dalam

bergaul. Dan menurut YLS dan FN interaksi sosialnya baik, kalau

diganggu temanya diam diam saja dan Dalam interaksinya kalau saya

lihat dia biasa biasa saja, dia memang malasnya saja.kalau dilihat itu slow

leaner nya itu mungkin tidak dibawah 90, dalam mentalnya dia bagus.

Jadi artinya anak tidak mengalami permasalahan dalam menjalin

hubungan interpersonal dan berjalan normal sepeerti biasanya.


60

2) Kesulitan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci dan

informan tambahan dalam pemahaman anak slow leaner untuk mengikuti

petunjuk yang diberikan oleh guru menurut ELF Pemahaman peserta

didik anak slow leaener dalam mengikuti petunjuk yang di berikan oleh

guru lambat, untuk anak slow leaner sini guru harus ekstra sabar, dan

lambat dalam memberikan penjelasan materi dan guru harus berulang kali

menyampaikan petunjuk, atau terkadang guru menyuh untuk bertenayak

kembali keteman, dan menurut FN pemahaman yang diberikan guru ada

paham cuma disini lambat saja dan sering diluang ulang dan menurut

YLS nah justru itu, ini saja petunjuk yang di berikan di dalam grup tidak

mau dia baca. Ada, ada dia masuk di dalam grup itu, tapi apa dia paham

dan apa dia tidak paham selalu dia chat pribadi dengsn ibu. Padahal di

dalam grup sudah di beritau ini dan itu dan sudah cukup jelas.contoh nya

ambil nomor ujian di tanggal sekian, pemulangan buku di tanggal sekian

udah ada di dalam grup itu, dan nanti dia di ulangkannya lagi bertanya

secara pribadi.

Dan petunjuk seperti yang sulit dipahami Petunjuk yang sulit di

pahami oleh anak slow leaner dalam proses pembelajaran salah satunya

petunjuk dalam pengerjaan tugas banyak yang tidak mengerti oleh

mereka, petunjuk seperti matematika, ipa, dan petunjuk seperti

keterampilan . untuk menagkap petunjuk seperti itu anak anak sangat

lambat. Anak anak seperti itu sebetulnya harus di contoh kan, dan
61

seharusnya disini guru harus mengatisipasinya itu jangan dari penilaian

hasil, melainkan penilaian dari prosesnya.itulah salah satu kelemahannya.

Sedangkan menurut FN dan YLS Petunjuk yang sulit di pahami ketika

guru memberikan perintah-perintah hingga guru mengulangi kembali, dan

terkadang tidak mau membaca informasi yang diberikan.

3) Perstasi yang rendah

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci dan

informan tambahan menurut ELF Prestasi belajar (nilai ulangan harian,

tuggas nilai lapor dan lain-lainnya) Prestasi belajar anak slow leaner

dalam bentuk nilai ulangan harian nilai rapor dan lain- lain rendah,

sedangkan menurut YLS Pada umunya nilainya dibawah kkn( di bawah

rata-rata) dan dan tugas tugasnya juga sering tidak lengkap dibuatnya.

Contohnya guru memberikan tugas dari bab 1 -bab 3 yang diisinya hanya

bab 1 saja, dan bab 1 itu aja yang dia kumpulkan, dan untuk nilsai tugas

pun jadi tidak tuntas, sebab kareana dia tidak pernah membaca informasi

yang di berikan dan FN juga rendah.

Jadi di dalam prestasi belajar anak slow leaner nilai ulanganharian

maupun nilai ujian rendah.

4) Self image yang buruk terhadap dirinya/Konsep dirinya

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci dan

informan tambahan menurut ELF dalam diri anak slow leaner mengukur

kepercayaan diri anak slow leaner itu sangat susuah, jika dilihat dari segi

pergaulan tidak ada masalah, tetapi jika dilihat dari segi belajar itu
62

kepercayaan diri itu rendah sekali, ketika guru menunjuk untuk

mengulang dan menjelaskan kembali kedepan peserta didik tidak bisa,

tidak berani.sedangakan dari YLS kepercayaaan dirinya normal biasa

biasa saja dan tidak ada masalah, dan tidak ada mindernya dan FN

kepercayan diri anak ini biasa bisa saja. Pendiam tidak banyak bicara, jika

tidak ditanya tidak menjawab

Dan presepsi terhadap dirinya sendiri resepsi, pemahaman atau

penilaian terhadap pada rasa dirinya sendiri itu cenderung rendah

sedangkan dari FN dan YLS presepsinya biasa saja, jadi presepsi dan

kepercayaan dirinya normal seperti biasa jika dilihat dari gesi pergaulan

hanya saja dia pendiam.

5) Daya ingat yang rendah

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci dan

informan tambahan menurut ELF dalam daya ingat anak slow leaner di

dalam kelas sangat rendah dan menurut FN daya ingat nya rendah harus

diulang- ulangi kembali dan harus di ingat ingat terus dan dari YLS Kalau

daya ingatnya, si anak ini nilai dalam ujiannya rendah otomatis daya

ingatannyakan tidak sama dengan yang lainnya.kalau yang saya liat.

Dan menurut ELF dalam kemampuan memahami materi yang

diberikan oleh guru Kemampuan anak anak slow leaner dalam memahami

materi yang di berikan oleh guru rendah, anak yang benar benar slow

leaner dini benar benar rendah, menurut FN untuk memahami materi

sangat lambat dan harus sering diluang-ulang, sedangakn dari YLS dalam
63

kemampuan anak ini dala memahami materi yang di berikan ya jelas

kurang dan malah sangat kuranglah dia itu, “ coba kita liat, dia masuk 100

persen tetapi nilainya di bawah KKN dan coba kita liat berapa lama

masuknya dia ini, dia masuk mulai dari jm 10.29 wib dan 10.29 wib juga

dia keluar, dan berati dia tidak membaca ya kan dan inilah model anak-

anak ini.

Jadi di dalam daya ingat yang rendah anak slow leaner guru harus

eksta sabar dalam mengulang-ulang materi yang diberikan .

6) Sering terlambat menyelesaikan tugas

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci dan

informan tambahan menurut ELF hambatan anak slow leaner dalam

proses pembelajaran disini yang pertama itu pasif, yang kedua anak tidak

fokus dalam belajar dan sulit untuk bekonsentrasi dan anak slow leaner

butuh waktu lama dibandingkan oleh temannya, jadi guru butuh waktu

lebih ekstra dan butuh waktu lebih lama agar anak slow leaner

memahami,. Dan guru harus paham terhadap anak slow leaner tersebut.

dan dari FN sering mengulang-ulang kembali materi yang diberikan oleh

guru mata pelajaran dan ari YLS Hambatannya dalam proses

pembelajaran kalau dari sekolah tidak ada, dan dari orang tua malah

orang tua support aanknya ini. Dan tidak ada hambatannya, memang

fokusnya itu dia kurang, tidak ada fokusnya.

Dan dalam ketepatan waktu mengumpulkan tugas menurut ELF

Dalam ketepatan waktu anak slow leaner mengerjakan tugas,anak


64

tersebut butuh waktu lebih lama, lebih lambat dalam menyelesaikan

tugas, apalagi tugas tugas yang memang dia mengerjakan tugas yang

berfikr sendiri, dan dari FN untuk mengupulkan tugas sering telat begitu

pun dari YLS Ketepatan waktu dia dalam mengumpukan tugas dia sering

lalai, kemudian dia tidak mengerjakan tugas yang diminta.

Jadi dalam untuk mengumpulkan tugas yang diberikan pada anak

slow leaner suka terlambat dan hambatannya materi yang diberikan suka

di ulang-ulang dan kurangnya fokus.

b. Permasalahan anak Speech Delay

Secara umum hasil penelitian tentang permasalahan anak speech

dekay bermasalah atau mengalami hambatan dari dari aspek cara

berkomunikasi, penyesuaian sosial dan pribadi anak, penyesuaian

akademis dapat di uraikan sebagai berikut:

1) Cara komunikasi

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci ELF dan

informan tambahan DN dan YLS, menurut ELF permasalahan yang

dialami anak Speech delay Permasalahan komunikasi yang di alami,

yang pertama sulit berkomunikasi secara verbal, sulit menangkap

penjelasan guru kecuali dengan melihat gerak bibir, dan kedalanya

sekarang karena adanya covid-19 guru guru pake masker,sedangkan dan

dari YLS Hanya bicara saja, guru berkomunikasi dengan pelan pelan saja

mengikuti gerak mulut, dan dari DN Permasalahan dalam komunikasi

tidak terlalu mendengar, kalau guru menjelaskan jadi dia tidak terlalu
65

tau. Guru menjelaskan berulang ulang. Jadi menerima info tidak terlalu

tau. Si Az pun tidak terlau sering berkomunikasi sama teman teman. Az

pendiam.

Dan didalam keaktifan proses pembelajaran menurut ELF

kendalanya anka kurang atif karna terkendala berkomunikasi, sedangakan

dari YLS kalau dalam mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan dan

segala macam lengkap dan dari DN Kalau dalam tugas kerja sama

kelompok Az aktif, Cuma terkendala dalam komunikasi saja susah. Dan

kalau bicara Az memperhatikan gerak mulut.

Jadi disimpulkan permasalahan yang dialami hanya saja terkendala

dengan komuniksi dan apalagi sekarang adanya pandemic covid-19 guru

guru pakai masker menjadi kurang jelas.

2) penyesuian sosial dan pribadi anak

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci ELF dan

informan tambahan DN dan YLS permasalahan sosial (menyendiri,

terisolir, dll )yang dialami dalam pembelajaran menurut ELS

permasalahanya anak ini sulit bergauldan tidak memiliki banyak teman

dan dari DN tidak terlalu memiliki banyak teman sedangakan dari YLS

dia berteman baik dengan temanya didalam kelas.

Dalam interasi sosial disekolah maupun dikelas menurut ELF

kurangnya interaksi sosial dikaernakan speech delay tersebut, sedangkan

dari DN dalam berinterkasi anaknya sangat ramah dan baik, dan dari YLS

dalam interaksi sosialnya di kelas baik baik saja.


66

Jadi disimplkan anak speech delay ini dalam penyesuaian sosial

pribadinya tidak terlalu memiliki banyak teman dan bergaul walau begitu

anaknya baik dan ramah.

3) penyesuain akademis

Bedasarkan hasil dari wawancara dari informan kunci ELF dan

informan tambahan DN dan YLS menurut ELF dalam kepercayaan diri

disekolah anak ini kurang percaya diri (PD), sedangakan dari DN percaya

diri, ketika temannya mau membantu dia tidak mau, dan sebisa mungkin

dia bisa mencoba sendiri, sedangakan dari YLS Kepercayaan dirinya,

tidak ada masalah dia sangat percaya diri. Dan teman- temannya

mendukung.

Dan dalam prestasi belajar menurut ELF perstasi belajar anak ini di

atas rata-rata, sedangakan dari YLS Prestasi belajarnya mungkin masuk

dalam 10 besar, skalau sama saya mungkin dalam 5 besar dia ada, dan

dari DN bagus prestasi nya, Az masuk dalam 10 besar, Az pintar. Cuma

hanya terhambat dalam bicara saja.

Jadi disimpukan dalam penyesuaian akademis anak speech delay

ini masuk dalam 10 besar dan dalam kepercayaan dirinya, dia percaya

diri.

B. Rekapitulasi hasil penelitian

Bedasarkan wawancara yang telah dilakukan pada bulan Juni 2021,

maka dapat direkapitulasi sebagai berikut:


67

Table 2. Rekapitulasi wawancara Analisis Permasalahan Anak


Berkebutuhan Khusus di Sekolah
Variabel Indikator Hasilnya
No
a. Permasalahan a) Anak tidak mengalami
dalam hubungan permasalahan dalam
interpeesonal menjalin hubungan
Anak interpersonal.
slow b) Dalam keaktifan anak
leaner kurang aktif.
c) Dalam interaksi sosial
normal seperti biasa.
1. b. kesulitan untuk 1) pemahaman anak
mengikuti petunjuk- sangat lambat dan guru
petunjuk yang banyak sering mengulang-uang
atau langka materi yang diberikan.
2) petunujuk yang sulit di
pahami, sepeti petunjuk
yang seperti megarah
keterampilan dan
perintahyang diberikan.
3) presepsi diri normal
seperti biasa.
B. Prestasi yang a) Nilai rendah, dibawah
rendah rata-rata.
d.self image yang 1) dalam mengukur
buruk terhadap dirinya/ kepercayaan diri rendah,
konsep dirinya dan pendiam.
2) presepsi terhadap diri
biasa saja.
e. daya ingat yang 1) daya ingat lambat.
lambat 2) kemampuan
pemahaman materi
rendah.
3) kurang fokus, sehingga
sering diulang-ulang.
f. sering terlambat 1) Permasalahan yang
menyeelesaikan tugas dialami butuh waktu lebih
lama, dan kurang fokus.
2) lambat dalam
mengumpuli tugas.

2. a. cara Komunukasi 1) permasalahan


Anak komunikasi dengan
Speech melihat gerak bibir
delay 2) dalam dalam keaktifan
68

tidak terlalu aktif,karena


terkendala dengan
komunikasi
b. penyesuain sosial 1) tidak terlalu banyak
dan pribadi anak teman
2) tidak terlalu bergaul
c. penyesuain akademis 1) dalam percaya diri tidak
anak ada masalah
2) masuk dalam 10 besar

C. Hasil dan pembahsan

Bedasarkan hasil temuan terungkap analisis permasalahan anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi di SMP N 5 Kota Padang.

1. Slow leaner

Bedasarkan hasil penelitian terungkap bahwasannya permasalahan

anak berkebutuhan khusus anak slow leaner. Dalam hubungan

interpersonal didalam pembelajaran anak slow leaner terlihat tampak

biasa saja, dan di dalam keaktifannya pembelajarannya memang kurang

aktif dan tidak banyak berkomentar dalam mengungkap keberanian untuk

bertanya. Di dalam interaksi sosial anak slow leaner dengan teman-

temannya biasa-biasa saja, melainkan temannya tidak pernah

menganggap bahwa ketidak kecardasan bukanlah persoalan tolak ukur

dalam bergaul/berteman.

Dalam pemahaman materi yang diberikan oleh guru anak slow

leaner sangat lambat, guru beksrtra lebih sabar dan berulang-ulang

menyampikandalam menjelaskan materi yang diberikan, dan Petunjuk

yang sulit dipahami oleh anak slow leaner petunjuk yang dalam
69

pengerjaaan tugas dalam keterampilan atau hitung-menghitung atau malas

membaca informasi petunjuk, hasil nilai ulangan harian maupun ujian

rendah dibawah rata- rata (kkm) didalam kepercayaan diri Kepercayaaan

diri anak slow leaner didalam kelas jika dilihat dari segi pergaulan tidak

ada masalah, Dalam daya ingat anak slow leaner didalam kelas sangat

rendah,Hambatan anak slow leaner dalam proses pembelajaran, disini

anak sangat pasif, tidak fokus/ sulit berkonsenterasi, terkadang butuh

waktu lama dibandingkan temannya. Permasalahan yang sering dialami

anak slow leaner butuh waktu lama dalam mengerjakan tugas, kurang

fokus dan kurang mengerti sehingga mengumpuli tugas suka terlambat.

Bedasarkan penemuan penelitian di atas terdapat faktor yang

menyebabkan anak slow lenaer yaitu faktor internal yang seperti bawaaan

dari lahir/ genetik dan faktor eksternal seperti tidak mendaaptkan

pelayanan yang baik, strategi pembelajaran yang salah atau tidak tepat,

pengelolaan kegiatan pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi

belajar anak dan pemberian ulang penguatan yang tidak tepat.

Sejalan dengan pendapat teori yang menyatakan bahwa anak slow

leaner, menurut Marheni (2017: 155) Slow Learner kerap dipakai buat

mengatakan anak yang memiliki keahlian kognitif di dasar pada

umumnya ataupun lamban berlatih. Anak slow learner mempunyai hasil

berlatih di dasar pada umumnya dari anak wajar pada biasanya. Situasi itu

bisa terjalin disalah satu aspek akademik ataupun diseluruh aspek

akademik. Anak lamban berlatih mempunyai tingkatan Intelligence


70

Quotient(IQ) antara 70- 90. Pengelompokan slow learner didasarkan bila

anak tidak sukses menggapai tingkatan kemampuan sesuatu subjek

berlatih yang dibutuhkan selaku ketentuan menguasai subjek berlatih

pada tingkatan selanjutnya. Oleh karenanya, anak slow learner

menginginkan durasi serta keseriusan belajar yang lebih banyak buat

mengulang modul pelajaran itu supaya memperoleh hasil yang cocok

dengan standar ataupun lebih maksimal.

Jadi bisa di simpulkan kalau anak slow leaner di mempengaruhi

oleh banyak faktor- fakror serta gimana strategi guru dlam menagani

dalam pepbelajaran anak slow Leaner

a. Faktor-Faktor Penyebab Anak Slow Learner

Menurut Marheni (2017:157) Banyak pakar mengemukakan

terdapatnya multi aspek pemicu terbentuknya slow learner, ialah antara

lain;( a) Aspek prenatal serta genetik yang bisa menimbulkan anak hadapi

slowlearner mencakup: 1) keanehan kromosom; 2) kendala biokimia

dalam badan; serta 3) kelahiranpremature.( b) Aspek Biologis Non-

keturunan, ialah: 1) bunda berbadan dua komsumsi obat- obatanyang

mudarat bakal anak ataupun bunda alkoholis, konsumen narkotika serta

zat aditif dengan takaran berlebih yang bisa pengaruhi ingatan waktu

pendek anak; 2) Ibu

berbadan dua dengan vitamin kurang baik; 3) radiasi cahaya X;

serta 4) aspek Rhesus.( c) Aspek dikala cara Kelahiran, merupakan


71

kondisikekurangan zat asam dikala cara kelahiran sebab cara kelahiran

yang lama ataupun bermasalah, alhasil menimbulkan memindahkan zat

asam ke otak bocah tertahan.( e) Aspek setelah melahirkan serta Area,

mencakup: 1) kekurangan vitamin serta nutrisi; 2) guncangan raga

dampak jatuh ataupun musibah; serta 3) sebagian penyakit semacam

meningitis serta enchepalis. Aspek area yang bisa menimbulkan anak

hadapi slow learner ialah eksitasi yang salah, alhasil anak tidak bisa

bertumbuh maksimal. Opini lain, yang mengatakan sebagian pemicu anak

slow learner, mencakup: 1) aspek generasi; 2) kemajuan otak terbatas

sebab minimnya rangsangan; 3) dorongan yang kecil; 4) permasalahan

atensi; 5) perbandingan kerangka balik kultur anak dengan sekolah; serta

6) kekalutan permasalahan individu.

b. strategi guru dalam menagani dalam penataran anak slow leaner

Bagi Zalukhu,( 2020: 25- 28) strategi guru dalam mengatasi Slow

Leaner strategi pelatihan yakni salah satu aturan metode yang digunakan

guru dalam mengatasi pembelajar lamban slow learner berlaku seperti

edukasi dan langkah- tahap untuk membawakan materi pelatihan. Dari

tipe- jenis strategi diatas, Stretegi pelatihan ialah tata cara atau tata cara

yang digunakan oleh seorang guru dalam mengatasi satu permasalahan di

dalam jenis dalam metode pelatihan untuk mencapai tujuan penataran.

Jadi strategi pelatihan ialah tata cara atau tata cara yang digunakan

oleh seograng guru dalam mengatasi kasus pada anak slow learner. Anak

slow learner ialah anak yang hadapi kesulitan dalam belajar. Anak slow
72

learner anak yang lamban dalam menyerap materi pelatihan dibandingkan

dengan anak yang yang lain. Anak slow learner menginginkan lama yang

lama dalam menyerap materi pelatihan dengan demikia peranan guru

ialah membawakan materi dengan metode berkali- kali dalam

membawakan materi pelatihan walhasil kontestan didik mampu menduga

pelatihan yang di informasikan oleh guru, dan anak bisa memahami dan

mengerti walaupu tidak semua. Guru wajib memiliki kemampuan yang

bisa mengiplikasikan sesuai dengan batas kemampuan anak. Dan materi

yang di informasikan oleh guru dapat membantu anak slow learner sesuai

dengan kemauan anak.

Dengan metode badan Anak slow learner tidak memiliki analogi

dari anak serupa berumur yang lain, kemampuan berasumsi ialah jadi

analogi buat anak slow leaner yakni anak berkebutuhan istimewa( ABK)

yang hadapi kesulitan dalam belajar. Walhasil berlaku seperti guru

dituntut berasumsi lebih inovatif dalam menyusun dan membenarkan

strategi belajar buat kontestan didik. Penyampaian materi ialah menarik,

variatif dan edukatif yang telah dicocokkan dengan kemampuan

kontestan didik. strategi ni dicoba biar materi ajar dapat didapat oleh

kontestan didik. Satrategi yang digunakan oleh seorang guru dalam

menanagani anak slow leraner ialah berlaku seperti berikutnya:

1) Melakukan pendekatan kepada anak

Pendekatan merupakan salah satu strategi yang dipakai oleh guru

pada anak didiknya. Anak yang hadapi permasalahan dalam berlatih


73

butuh pendekatan dari seseorang guru dampingi orang. Pendekatan yang

dipakai guru dicoba dengan cara berbicara pada partisipan ajar, alhasil

guru sanggup turun kedalam bumi anak dengan melaksanakan

pendekatan, interaksi, serta berbicara dampingi orang.

2) Penyamapian materi secara berulang-ulang

Anak slow learnermerupakan anak yang hadapi kesusahan dalam

berlatih serta membekuk modul yang di informasikan, anak ini lamban

dalam menanggapai modul yang disamapaikan, sulit buat menyambut

modul. Anak slow learner membutuhkan durasi yang lama dalam

menyambut modul dibanding dengan anak yang lain. Dengan begitu, guru

paham metode yang harus dicoba buat menanggulangi anak yang slow

learner ini dengan mengantarkan modul dengan dengan cara berkali- kali,

alhasil anak sanggup untuk menguasai modul itu.

3) Memelihara kesabaran

Dalam membimbing tidak sedikit Hambatan yang ditemui oleh

seseorang. Dalam membantu serta melayani partisipan ajar guru harus

mimiliki ketabahan dalam membagikan modul pada partisipan ajar, serta

tidak menyamaratakan keahlian anak dengan kemampuannya sendiri.

Guru yang membimbing dalam kategori wajib mempunyai ketabahan

dalam menanggulangi serta melayani anak lamban slow learner alhasil

anak merasa aman serta merasa dipedulikan tanpa memandang

perbandingan yang terdapat, alhasil anak antusias dalam berlatih.

4) Mengenal pribadi pesrta didik


74

Guru yang membimbing di dalam kategori terlebih dulu menguasai

serta memahami karakter anak. Butuh untuk guru buat menguasai

bagimana partisipan ajar dalam berlatih serta meresap modul yang di

informasikan oleh guru

5) Memberikan motivasi kepada anak

Salah satu yang mengakibatkan kesuksesan anak minimnya

dorongan dari banyak orang terdekat, orangtua, serta guru. Dorongan

merupakan salah satu penganjur membagikan antusias pada partisipan

ajar dalam berlatih, kala guru yang membimbing didalam kategori

membagikan dorongan pada nara didiknya paling utama pada anak yang

hadapi maslah dalam berlatih semacam anak slow learner hendak

menolong anak dalam mempunyai atensi dalam berlatih serta antusias

dalam berlatih buat memperoleh hasil serta menggapai tujuan penataran.

6) Memberikan perhatian kepada anak

Guru yang mengajardidalam kategori harus mencermati anak

didiknya. Terkhusus pada mereka yang memgalami permasalahan dalam

berlatih semacam anak slow learner. Guru harus membagikan penataran

yang membuat mereka tidak jenuh dalam mengerjakannya.

Bagi Suryana,( 2018: 19- 20) penindakan anak slow learner buat

menanggulangi anak slow learner diperlukan wawasan serta keahlian.

Menanggulangi anak slow learner pada cara berlatih membimbing, guru

bisa mempertimbangan banyak perihal antara lain:


75

a) Pahami bahwa anak membutuhkan lebiah banyak pengulangan,

3 sampai 5 kali untuk memahami suatu materi dibanding akan yang lain.

Maka kebutuhan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan famileir

yang dapat membantu proses generalisasi.

b) Kegiatan tutorial baik di sekolah mapun di rumah

c) Gunakan metode demonstrasi dan pentunjuk visual sebanyak

mungkin untuk menghindari verbalisme.

d) Pada awal pembelajaran ajarkan konsep yang sederhana untuk

modal memahami pelajaran berikutnya.

e) Sederhanakan petunjuk.

f) Kenali gaya belajar anak, baik visual, auditori, maupuan

kinestetik.

2. Speech delay

Permasalahan yang dialami anak speech delay dalam komunikasi

sulit komunikasi dalam verbal, ketika menjelaskan guru dengan pelan-

pelan dan si anak memperhatikan dari gerak mulut.Dalam keaktifan

pembelajaran anak speech delay jika dalam mengerjakan tugas maupun

catatan itu lengkap, Cuma terkendala dalam komunikasi sehingga anak

kurang aktif. Dalam bersosialisi permasalahan yang dialami anak speech

delay sulit bergaul dan tidak terlalu memiliki banyak teman,dalam

interaksi sosial anak speech delay anaknya baik-baik saja, ramah. Dalam

kepercayaaan anak speech delay anak ini tidak percaya diri, dan perestasi

belajar anak ini masuk dalam peringkat 10 besar dikelasnya.


76

Hasil penelitian secara umum anak speech delay dari segi aspek

cara berkomunikasi, penyesuaian sosial dan pribadi anak bermasalah dan

dari segi aspek akademis berjalan normal.

Bedasarkan penemuan penelitan di atas terdapat fakor yang

menyebabkan anak speech delay dan sejalannya dengan pendapat yang

menyatakan bahwa Kemampuan berbicara anak merupakan hal yang

sangat penting dalam perkembangannya. Di mana ketika anak telah

mampu berbicara dengan baik maka ia akan mampu mengekpresikan

perasaan serta gagasan dan emosi mereka antara anak dengan

lingkungan sekitanya.

Menurut (2020:4) faktor- faktor pemicu keterlambatan ucapan

banyak pemicu keterlambatan ucapan, yang sangat biasa merupakan

rendahnya tingkatan intelek yang membuat anak tidak bisa jadi berlatih

berdialog serupa bagusnya semacam sahabat seangkatan mereka yang

kecerdasannya wajar ataupun besar; kurang dorongan sebab anak

mengenali kalau mereka bisa berbicara dengan cara mencukupi dengan

wujud prabicara desakan orang berumur buat lalu memakai“ ucapan

bocah” sebab mereka beranggapan yang begitu“ manis”; terbatasnya

peluang praktek berdialog sebab ketatnya batas tentang seberapa banyak

mereka diperkenankan ucapan di rumah; lalu menembus berteman

dengan kerabat sebandung yang bisa menguasai perkataan spesial mereka

serta pemakaian bahasa asing di rumah yang melambatkan memperlajari

bahasa bunda. Salah satu pemicu yang tidak diragukan lagi, sangat biasa
77

serta sangat sungguh- sungguh merupakan ketidak mampuan mendesak

anak berdialog, apalagi pada dikala anak mulai berkicau. Bila anak tidak

didorong berkicau, perihal itu hendak membatasi pemakaian kosakata

serta mereka hendak lalu terabaikan di balik sahabat sama tua mereka

yang menemukan desakan berdialog lebih banyak. Kekurangan desakan

itu ialah pemicu yang sungguh- sungguh. Keterlambatan ucapan nampak

dari kenyataan kalau bila orang berumur tidak cuma berdialog pada anak

mereka namun pula memakai alterasi tutur yang besar, keahlian ucapan

anak hendak bertumbuh dengan kilat.

Bagi( 2020: 104) tanda- ciri speech delay pada anak terlambatnya

keahlian biacara anak bisa diamati dari timbulnya sebagian ciri-

karakteristik spesial

1. Tidak merespon terhadap suara

2. Adanya kemunduran dalam perkembangan

3. Tidak memiliki ketertarikan untuk berkomunikasi

4. Kesulitan dalam memahami perintah yang diberikan

5. Mengeluarkan kata- kata atau kalimat yang tidak biasa seperti anak-

anak pada umumnya

6. Berbicara lebih lambat dari pada anak seumurannya

7. Perkataanya sulit dimengerti bahkan oleh keluarganya sendiri

8. Kesulitan memahami perkataan orang dewasa.

9. Kesulitan berteman, bersosialisasi dang mengikuti permainan.

10. Kesulitan dalam belajar mengeja, bahasa bahkan matematika


78

Menurut Sari dkk (2019:376-377) langkah- langkah guru dalam

tingkatkan keahlian berdialog anak“ speech delay”. Keahlian berdialog

ialah perihal berarti yang wajib dipunyai oleh tiap anak. Keahlian

berdialog pula jadi perlengkapan buat anak bisa melampaui tahap

perkembangan serta kemajuannya. Memaksimalkan perkembangan serta

kemajuan anak dibutuhkan suatu strategi ataupun metode yang wajib

dicoba buat menanggulangi anak“ Speech Delay” ialah:

1) Dikala berdialog senantiasa mencermati aturan bahasa yang

diucapkan.

2) Melatih anak berdialog dengan betul, ayal serta diulang- ulang.

3) Senantiasa mengaitkan anak berdialog pada tiap kondisi dengan

membenarkan artikulasi anak yang sedang galat. Kanak- kanak

menemukan khasiat kala orangtua serta guru mereka dengan cara

aktif mengaitkan mereka dalam obrolan, mengajukan persoalan

pada anak, serta menekankan bahasa interaktif

4) Penggunaan media teknologi yang mendukung pembendaharaan

kata anak-anak.

Senada dengan langkah-langkah di atas, langkah-langkah

yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak

yakni:

1. Mengidentifikasi penyebab anak terlambat berbicara.

Untuk dapat menangani kasus anak yang terlambat bicara tentunya

harus mengetahui terlebih dahulu penyebabnya.


79

2. Tidak mengikuti pola bicara anak yang salah

Ketika guru berkomunikasi dengan anak, guru tidak pernah

mengikuti cara bicara anak yang salah. Mengikuti cara bicara anak yang

salah hanya akan membuat anak semakin yakin bahwa bahasa yang

digunakan oleh anak itu adalah benar. Guru selalu membiasakan anak

berbicara dengan benar, secara perlahan dan diulang-ulang

3. Melibatkan anak berbicara pada setiap keadaan

Setiap kegiatan baik di dalam ataupun di luar kelas anak yang

memiliki keterlambatan berbicara hendaknya selalu dilibatkan untuk

berkomunikasi.

4. Melakukan kontak mata saat berbicara dengan anak

Melakukan kontak mata langsung ketika berbicara kepada anak

merupakan salah satu cara agar anak paham dengan bahasa diucapkan.

6. Konsultasi mengenai perkembangan anak pada dokter dan

psikolog

Psikolog menjadi sebuah cara untuk menambah pengetahuan dan

wawasan guru dalam menyelesaikan permasalahan keterlambatan bicara

pada anak. Tidak hanya guru namun orangtua juga dapat

mengkonsultasikan perkembangan anak pada dokter/psikolog. Dengan

adanya parent meeting mengenai tumbuh kembang anak maka orangtua

serta guru dapat belajar lebih banyak mengenai perkembangan anak

terlebih anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bagaimana cara

menanganinya. Orangtua juga dapat bertanya apa saja mengenai


80

perkembangan anaknya selama ini. Orangtua dapat berkonsultasi dengan

gurunya kapanpun terutama saat pembagian rapor.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian tentang analisis ermasalahan anak

berkebutuhan khusus di sekolah inklusi SMP N 5 kota Padang yang dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Anak slow leaner

a. Permasalahan dalam hubungan interpeesonal, anak tidak mengalami

permasalahan dalam menjalin hubungan interpersonal dan dalam

keatifan pembelajaran sangat rendah

b. Kesulitan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk yang banyak/ langka,

dalam kesulitan untuk mengikuti petunjuk seperti mengarah

keterampilam. Matematika, ipa

c. Prestasi yang rendah, prestasi dalam belajar rendah dibawah rata-rata

d. Self image yang buruk terhadap dirinya/ konsep dirinya dalam

kepercayaaan dirinya rendah

e. daya ingat yang lambat, dalam daya ingat sangat rendah sehinga guru

sering memgulang-ulang kembali memberikan pemahaman dalam

belajar dan anak kurang fokus.

f. sering terlambat menyelesaikan tugas,ketepatan dalam watktu

mengumpulkan tugas sangat lalai.

2. Anak speech delay

a. Cara Komunikasi, terkendala dalam komunikasi apalagi semenja

pademi guru memakai masker, sehingga sulit untuk memahami.

81
82

b. Penyesuaian Sosial Anak dan Pribadi Anak, dalam penyesuain

sosial cenderung menyendiri, dan tidak banyak bergaul.

c. Penyesuaian Akademis Anak, walaupun dengan terkendalanya

komunikasi masuk dalam 10 besar.

B. Saran

Bedasarkan hasil penelitaian sesuai hasil, maka menyarankan beberapa

hal, sebagai berikut:

1. Orang tua

Orang tua harus memperhatikan perkembangan anak khususnya

dalam perkembangan pembelajaran

2. Guru BK

Sebagai masukan untuk guru BK dalam memberikan pelayanan

bimbingan dan konseling, serta upaya sebagai bahankajian dalam

analisis permasalahan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

3. Guru Mata Pelajaran

Diharapkan guru menambahkan pengetahuan mengenai anak

berkebutuhn khusus dan lebih memahami anak berkebutuhan khusus di

sekolah

4. Kepala sekolah

Agar dijadikan pedoman untuk meningkatkan program ataupun

kegiatan-kegiatan guru yang berhubungan dengan analis permasalahan

anak berkebutuhan khusu di sekolah inklusi.


83

5. pengeelola Program Studi STKIP PGRI Sumatera Barat

Agar dapat mempersaipkan mahasiswa bimbingan dan konseling

dengan ilmu pengetahuan dalam mata kuliah anak berkebutuhan

khusus atau pendidikan inklusi, yang dapat dimanfaatkan untuk

membantu mahasiswa lainnya yang akan mengambil penelitian tentang

anak berkebutuhan khusus.

6. Peneliti

Mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman tentang analisis

permaslahan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

7. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan atau pedoman

khususnya bagi peneliti yang berminat meneliti tentang analisis

permasalahan anak berkebutuhan khuus di sekolah inklusi.

Anda mungkin juga menyukai