NIM : 856741492
PRODI : S1-PGSD
UPBJJ-UT : PALEMBANG
MATKUL : PDGK4407 Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
2. Hak penyandang disabilitas dijamin oleh undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang
disabilitas yang mencantumkan hak-hak penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas punya hak
memperoleh pendidikan inklusif untuk mengakses pembelajaran bermutu di seluruh tingkatan dan
jenis fasilitas pendidikan.
Pendidikan inklusif adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menyatukan anak-anak
berkebutuhan khusus dengan anak-anak normal pada umumnya untuk belajar. Meskipun pendidikan
inklusif telah diakui di seluruh dunia sebagai salah satu uapaya mempercepat pemenuhan hak
pendidikan bagi setiap anak, namun perkembangan pendidikan inklusif mengalami kemajuan yang
berbeda-beda di setiap negara.
- Pro Pendidikan Inklusif
1. Belum ada bukti empirik yang kuat bahwa SLB merupakan satu-satunya sistem terbaik
untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus.
2. Biaya penyelenggaraan SLB jauh lebih mahal dibanding dengan dengan sekolah regular.
3. Banyak anak berkebutuhan khusus yang tinggal di daerah-daerah tidak dapat bersekolah di
SLB karena jauh dan/atau biaya yang tidak terjangkau.
- Kontra Pendidikan Inklusif
1. Peraturan perundangan memberikan kesempatan pendidikan khusus bagi anak
berkebutuhan khusus.
2. Hasil penelitian masih menghendaki berbagai alternatif pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus.
3. Banyak orangtua yang anaknya tidak ingin bersekolah di sekolah reguler.
Menurut saya peraturan tersebut memang sudah mulai terlaksana dengan adanya SLB bagi
Anaka Berkebutuhan Khusus di Indonesia. Namun, masih ada perdebatan praktik pendidikan
inklusif antara yang pro dan kontra. Namun, secara filosofis praktik pendidikan inklusif, tidak
terbantahkan sangat penting dan perlu jika dilihat dari sudut pandang hak mendapatkan
pendidikan yang bermutu bagi setiap anak. Inilah paradigma ’’baru’’ pendidikan ABK. Suatu
cara pandang bahwa ABK harus mendapatkan layanan yang sama dan sepadan mutunya dengan
mereka yang normal lainnya. Pendidikan inklusi adalah cara pandang bagaimana agar ABK bisa
mendapatkan pendidikan yang berkualitas, yang tidak dibedakan haknya dengan peserta didik
yang lain. Pendidikan inklusif adalah jawaban atas penolakan terhadap praktik
”dehumanisasi”ABK dalam bidang pendidikan.
Namun dari sudut pandang teknis layanan pendidikan, praktik pendidikan inklusif tentu akan
mengalami kesulitan jika infrastruktur dan sumberdaya manusia tidak dipersiapkan secara
sungguh-sungguh. Dalam tataran teknis inilah biasanya perdebatan tidak berakhir dan cenderung
berujung pada ketidaksetujuan mengingat kondisi lapangan yang ”dianggap” belum siap.
4. Menurut saya ketiga layanan pendidikan tersebut bisa diterapkan karena semua mempunyai
tujuan yang sama namun kemabli lagi kepada sekolah dengan fasilitas yang dibutuhkan bagi
ABK jadi menurut saya yang paling tepat adalah Pendidikan segregasi yaitu sekolah yang
memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan regular, yang memang ada
sekolah khusus untuk ABK. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan
khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk
anak tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk
anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB)
terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka
sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler,
baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem
pembelajaran dan evaluasinya.
Jadi, guru SLB bisa lebih focus kepada pendidikan ABK.
5. Seperti yang kita tau, anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat
khusus yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat dan
kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani secara khusus agar keterampilan mereka
tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu sangat cepat jauh
melebihi teman-teman sebayanya. Oleh karena itu Model layanan yang paling efektif untuk
menangani anak berbakat yaitu Model layanan kognitif-aktif karena dilihat dari aspek kognitif
diantaranya adalah:
- Memberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi dalam waktu
singkat (mempercepat masa belajar).
- Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus melatih kepandaian
anak berbakat tersebut.
- Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga kepandaian atau
keahliannya dapat tersalurkan sesuai perkembangannya.
- Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional maupun internasional.
- Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke jenjang universitas tanpa
biaya apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang mampu.
Kita tahu bahwa anak berbakat mempunyai ciri-ciri seperti memiliki IQ diatas rata-rata,
memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna, memiliki keinginan belajar
yang tinggi, memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati, mampu
menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat.
Jadi, Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus siswa mereka
yang memiliki kepandaian di luar rata-rata ini dan memfasilitasi segala keperluan si anak
berbakat ini agar bakatnya dapat dibina dan disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain
membawa nama baik keluarga, anak berbakat ini juga dapat membawa harum nama bangsa
apabila dapat diikutkan ke ajang-ajang kompetisi dunia sesuai bakatnya untuk mewakili negara
Indonesia.