4. Kriteria seleksi
A. Sekolah Luar Biasa (SLB)
SLB tidak menerapkan kriteria seperti di sekolah inklusi untuk siswanya. Yang
dimana, SLB memiliki tujuan untuk memberikan bekal kepada para ABK untuk
mereka mampu mandiri. Oleh karena itu sekolah ini lebih menekankan pada
keterampilan hidup ketimbang akademis. Pendidikan di SLB, perkembangan
anak akan dipantau lebih intensif.
Contohnya di SLB Negeri 1 Bangli siswa perlu mempersiapkan beberapa syarat
khusus salah satunya membawa hasil tes psikologi. Hasil tes tersebut menjadi
acuan melakukan assesment oleh guru-guru di SLBN 1 Bangli. Tujuannya
untuk mengklasifikasi siswa berdasarkan kelompoknya. Sehingga treatment
pembelajaran yang diberikan sesuai.
B. Sekolah Inklusi
Di sekolah inklusi, ada serangkaian kriteria yang wajib dipenuh siswa, antara
lain, batasan usia pada setiap jenjang, nilai akademis minimal, kemudian
disertai keterangan dari psikolog atau dokter yang sudah mengevaluasi
kelayakan anak untuk dapat belajar di sekolah inklusi.
Contohnya di SD Sarawati Tabanan anak ABK wajib menyertakan hasil tes
psikologi ataupun keterangan dari dokter bahwa anak tersebut layak untuk
belajar di sekolah seperti anak normal lainnya.
5. Proses Pemebelajaran
Proses pembelajaran yang ramah esensinya pada seorang guru yang
memahami setiap anak didiknya sebagai individu yang memiliki keunikan,
kemampuan, minat, kebutuhan, dan karakteristik yang berbeda-beda, pemahaman
tersebut sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Kompetensi dan materi pelajaran disesuaikan dengan potensi atau kebutuhan
individu yang bersangkutan. Maksudnya adalah guru dan anak belajar bersama
sebagai suatu komunitas belajar, menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran,
mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar, dan guru memiliki minat untuk
memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi anak. Terlaksananya proses
pembelajaran yang ramah didasarkan oleh pelaksanaan observasi dan asesmen yang
terencana. Observasi dimaksud untuk mengidentifikasi latar belakang, riwayat
perkembangan, dan riwayat kesehatan anak. Sedangkan asesmen perlu dilakukan
untuk menilai kemampuan dasar yang dimiliki anak yang berkenaan dengan
kelebihan, kekurangan, faktor-faktor penghambat proses pembelajaran, dan
kemungkinan yang dapat dikembangkan dari anak.
Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik dengan
kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu dan tunawicara, tunadaksa,
tunalaras, tunaganda dan anak ter belakangan. Pendidikan luar biasa berarti
pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan yang unik
dari anak kelainan fisik. pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Mungkin mereka
memerlukan penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi
mengajar yang khusus.
7. Perbedaan Kurikulum
Adapun model kurikulum yang diterapkan pada pendidikan inklusi dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1) Model kurikulum reguler penuh, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama
seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang sama.
2) Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang
dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun
pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan
peserta didik berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa terdapat siswa
berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.
3) Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI
yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas,
guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang
terkait.Kurikulum PPI atau dalam bahasa inggris individualized education
program (IEP) merupakan karakteristik paling kentara dari pendidikan
inklusif. Konsep pendidikan inklusif yang berprinsip adanya persamaan
mensyaratkan adanya penyesuaian model pembelajaran yang tanggap
terhadap perbedaan individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu
mendapat penekanan lebih. Thomas M. Stephens menyatakan bahwa IEP
merupakan pengelolaan yang melayani kebutuhan unik peserta didik dan
merupakan layanan yang disediakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
diinginkan serta bagaimana efektivitas program tersebut akan ditentukan.
Muatan kurikulum di SLB ini juga umumnya akan menitik beratkan kepada
keterampilan vokasional. Program keterampilan vokasional inu berfokus kepada
pembekalan keterampilan bagi peserta didik agar mereka memiliki jiwa wirausaha
sehingga mereka mampu hidup mandiri di masyarakat. Jenis keterampilan yang
akan dikembangkan pun akan diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan
minat, potensi, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan lapangan
kerja di wilayah masing masing. Umumnya, jenjang pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus di SLB juga akan diintegrasikan. Pelaksanaan Kurikulum di
SLB, yaitu :
1) Kegiatan Kurikuler terdiri dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan hal-hal yang tidak
dapat dipisahkan dati tujuan pendidikan secara keseluruhan dari sekolah
yang bersangkutan.
2) Administrasi Kurikulum Dalam rangka meningkatkan tepat guna dan daya
guna pendidikan, dalam kurikulum SLB 1984 diterapkan sistem jam
pertemuan/pelajaran per minggu, per catur wulan, dan atau per semester.
Jam pertemuan pelajaran adalah satuan waktu kegiatan belajar murid yang
ditentukan oleh jumlah jam pengembangan/pelajaran tatap muka ditambah
pekerjaan rumah.
3) Pendekatan Proses Belajar – Mengajar dan Penilaian Proses belajar-
mengajar dilaksanakan dengan lebih mengarah kepada bagaimana siswa
belajar daripada apa yang dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar
yang memperhatikan kecepatan belajar siswa. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan kelompok.
4) Bimbingan Penyuluhan (untuk SLB-C1) Peranan Bimbingan dan
Penyuluahn pada hakekatnya diarahkan pada pencapaian tujuan
pendidikan di SLB-C1. Bimbingan dan Penyuluhan di SLB-C1 adalah
berupa bantuan khusus yang diberikan kepada siswa maupun kepada
keluarga dalam rangka mengatasi kesulitan yang dihadapi mereka
sehubungan denganb kemampuan dan ketakmampuan siswa.
5) Bimbingan Karir (untuk SLB-A/B/C//C1/D/D1/E) Program Bimbingan
dan Penyuluhan (BP) menitikberatkan pada pelaksanaan program
Bimbingan Karir (BK) secara terencana dan terarah. Bimbingan karir
adalah merupakan bagian dari Bimbingan dan Penyuluhan. Program
Bimbingan Karir dimaksudkan agar murid-murid sedini mungkin mulai
memahami keadaan dan kemampuan dirinya, memahami lingkungan dan
kemampuan untuk menentukan masa depan, baik melalui program pilihan
yang ada di sekolah, maupun program pendidikan lanjutan, ataupun
pilihan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki siswa.
8. Sistem Pendidikan
Di Indonesia, pendidikan inklusi berpedoman pada UU No. 20 tahun 2003
bahwa sistem pendidikan harus secara demokratis, berkeadilan serta tidak
diskriminatif. Sejak disahkannya undang-undang tersebut sudah sepatutnya
sekolahsekolah reguler mulai merintis menjadi sekolah inklusi. Pada pendidikan
dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Kurikulum
harus dapat disesuaikan dengan kelas yang heterogen dengan memiliki anak didik
dengan karakteristik ABK dan reguler. Pendidikan inklusi sebagai layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar
bersama anak normal (non-ABK) usia sebayanya di kelas biasa yang terdekat
dengan tempat tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah Dasar terdekat merupakan
mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan
khusus.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang menganut sistem segregasi
atau pemisahan antara anak berkebutuhan khusus dari anak umumnya dalam
memperoleh layanan pendidikan.Sekolah jenis ini akan menekankan keterampilan
hidup kepada anak berkebutuhan khusus sebagai bekal mereka untuk mandiri.Oleh
karena itu, mata pelajaran yang diberikan ini hanya diajarkan di SLB.Muatan
kurikulum di SLB saat ini lebih banyak dititikberatkan kepada keterampilan
vokasional. Program keterampilan vokasional adalah program unggulan di SLB
yang berfokus kepada pembekalan keterampilan bagi peserta didik. Umumnya,
jenjang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di SLB akan diintegrasikan.
Artinya dalam sebuah gedung sekolah SLB, akan terdapat jenjang sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas dengan satu orang kepala
sekolah.Selain itu, penyelenggaraan pendidikan di SLB juga biasanya iintegrasikan
antar jenis kecacatan seperti:
1) SLB bagian A untuk anak tuna Netra
2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu
3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita
4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa
5) SLB bagian E untuk anak tuna laras
6) SLB bagian F untuk anak cacat ganda