Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN SISTEM PEMBELAJARAN SEKOLAH INKLUSI DENGAN

SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)


Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah lembaga pendidikan yang merupakan bagian
terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara khusus diselenggarakan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
fisik, emosional, mental sosial, tetapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Sekolah luar biasa merupakan bagian dari lembaga pendidikan yang mampu mewadahi dan
menyelenggarakan pendidikan secara khusus untuk anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus pula. Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik dengan
kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu dan tunawicara, tunadaksa, tunalaras,
tunaganda dan anak ter belakangan.
Sedangkan Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Serta Pendidikan Inklusi merupakan sistem layanan pendidikan yang mengatur agar siswa
dapat dilayani di sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Tanpa
harus dikhususkan kelasnya, siswa dapat belajar bersama dengan aksesibilitas yang
mendukung untuk semua siswa tanpa terkecuali difabel.
Pada umumnya, Sekolah Luar Biasa SLB dengan sekolah inklusi sama-sama
mengakomodasi anak berkebutuhan khusus agar dapat mengenyam pendidikan sama seperti
anak lainnya. Banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan di sekolah SLB dan
sekolah inklusi adalah sama. Namun jika dicermati ada perbedaan antara pendidikan di
sekolah SLB dan sekolah inklusi. Berikut adalah perbedaan antara sekolah SLB dengan
inklusi dilihat dari beberapa indicator yaitu:
1. Batasan murid yang diterima
A. Sekolah Luar Biasa (SLB)
SLB dirancang khusus untuk anak berkebutuhan khusus sehingga hanya
menerima anak dengan suatu disabilitas. Semua sistem di sekolah luar biasa,
mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, tenaga pengajar, hingga
fasilitasnya disiapkan secara khusus sesuai kebutuhan para siswanya.
B. Sekolah Inklusi
Sekolah inklusi memiliki prinsip yang sama, yaitu kesetaraan hak pendidikan
bagi para anak dengan disabilitas. Sekolah inklusi menerima murid tanpa
memandang apakah mereka anak normal atau berkebutuhan khusus. Bisa
dikatakan, sekolah inklusi sebenarnya adalah sekolah reguler yang juga
menerima murid ABK.

2. Fasilitas belajar mengajar


A. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Di sekolah luar biasa (SLB), para siswa mendapatkan fasilitas sesuai dengan
keterbatasan yang dimiliki. Mulai dari guru, cara berkomunikasi, bahkan
konstruksi gedungnya pun disesuaikan untuk dapat memenuhi kebutuhan para
siswa yang memiliki keterbatasan.
Contohnya SLB Negeri 1 Bangli memiliki staf pengajar guru yang kompeten
dalam mendidik siswa dengan strategi yang disesuaikan berdasarkan anak didik.
Tersedia juga berbagai fasilitas sekolah seperti ruang kelas yang nyaman
sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran.
B. Sekolah Inklusi
Di sekolah inklusi, para siswa berkebutuhan khusus akan belajar bersama-sama
di satu ruang yang sama dengan anak lain. Pelajaran yang diberikan pun sama.
Siswa ABK yang bersekolah di sekolah inklusi juga mendapatkan
pendampingan dari guru pembimbing khusus. Namun, tentunya tidak seintensif
jika bersekolah di SLB. Sekolah reguler yang ditunjuk pemerintah sebagai
sekolah inklusi, sekolah harus memenuhi syarat tertentu. Seperti menyiapkan
lingkungan yang kondusif untuk penyandang disabilitas, guru yang sudah
mendapatkan pelatihan khusus untuk mengajar di sekolah inklusi, fasilitas yang
mendukung semua aktivitas anak, dan sebagainya.
Contohnya Alat atau sarana merupakan komponen penting dalam pendidikan
inklusif tidak terkecuali di SD Saraswati Tabanan.
Adapun sarana yang terdapat di SD Saraswati Tabanan yaitu buku-buku
pendidikan inklusif, rak buku, serta perangkat papan nama untuk ruang
perpustakaan dan ruang bimbingan konseling, kipas angin, korden dan mengalih
fungsikan ruang tertentu (gudang) menjadi ruang Bimbingan Konseling (BK).
Ketersedian ruang BK yang privat, nyaman dan hergonomis akan dapat
membantu menyelesaikan kasus atau membimbing ABK yang bermasalah.

3. Kemampuan kognitif anak


A. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah SLB dikhususkan untuk anak yang memiliki kemampuan kognitif di
bawah rata-rata.
B. Sekolah Inklusi
Di sekolah inklusi, anak-anak ABK diperlakukan sama dengan teman-teman
lainnya. Begitu juga dengan pembelajarannya. Sekolah inklusi lebih tepat untuk
ABK yang memiliki kemampuan kognitif baik.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sekolah inklusi dan sekolah luar
biasa (SLB) sama-sama memiliki Pendidikan yang baik. Namun, orangtua juga
perlu memperhatikan kemampuan kognitif anak. Hal ini akan sangat
menentukan apakah anak lebih baik disekolahkan di SLB atau sekolah inklusi.
Di sekolah inklusi, anak-anak ABK diperlakukan sama dengan teman-teman
lainnya. Begitu juga dengan pembelajarannya.

4. Kriteria seleksi
A. Sekolah Luar Biasa (SLB)
SLB tidak menerapkan kriteria seperti di sekolah inklusi untuk siswanya. Yang
dimana, SLB memiliki tujuan untuk memberikan bekal kepada para ABK untuk
mereka mampu mandiri. Oleh karena itu sekolah ini lebih menekankan pada
keterampilan hidup ketimbang akademis. Pendidikan di SLB, perkembangan
anak akan dipantau lebih intensif.
Contohnya di SLB Negeri 1 Bangli siswa perlu mempersiapkan beberapa syarat
khusus salah satunya membawa hasil tes psikologi. Hasil tes tersebut menjadi
acuan melakukan assesment oleh guru-guru di SLBN 1 Bangli. Tujuannya
untuk mengklasifikasi siswa berdasarkan kelompoknya. Sehingga treatment
pembelajaran yang diberikan sesuai.
B. Sekolah Inklusi
Di sekolah inklusi, ada serangkaian kriteria yang wajib dipenuh siswa, antara
lain, batasan usia pada setiap jenjang, nilai akademis minimal, kemudian
disertai keterangan dari psikolog atau dokter yang sudah mengevaluasi
kelayakan anak untuk dapat belajar di sekolah inklusi.
Contohnya di SD Sarawati Tabanan anak ABK wajib menyertakan hasil tes
psikologi ataupun keterangan dari dokter bahwa anak tersebut layak untuk
belajar di sekolah seperti anak normal lainnya.

5. Proses Pemebelajaran
Proses pembelajaran yang ramah esensinya pada seorang guru yang
memahami setiap anak didiknya sebagai individu yang memiliki keunikan,
kemampuan, minat, kebutuhan, dan karakteristik yang berbeda-beda, pemahaman
tersebut sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Kompetensi dan materi pelajaran disesuaikan dengan potensi atau kebutuhan
individu yang bersangkutan. Maksudnya adalah guru dan anak belajar bersama
sebagai suatu komunitas belajar, menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran,
mendorong partisipasi aktif anak dalam belajar, dan guru memiliki minat untuk
memberikan layanan pendidikan yang terbaik bagi anak. Terlaksananya proses
pembelajaran yang ramah didasarkan oleh pelaksanaan observasi dan asesmen yang
terencana. Observasi dimaksud untuk mengidentifikasi latar belakang, riwayat
perkembangan, dan riwayat kesehatan anak. Sedangkan asesmen perlu dilakukan
untuk menilai kemampuan dasar yang dimiliki anak yang berkenaan dengan
kelebihan, kekurangan, faktor-faktor penghambat proses pembelajaran, dan
kemungkinan yang dapat dikembangkan dari anak.
Sekolah Luar Biasa menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik dengan
kebutuhan khusus seperti tunanetra, tunarungu dan tunawicara, tunadaksa,
tunalaras, tunaganda dan anak ter belakangan. Pendidikan luar biasa berarti
pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan yang unik
dari anak kelainan fisik. pendidikan luar biasa adalah program pembelajaran yang
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan unik dari individu siswa. Mungkin mereka
memerlukan penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi
mengajar yang khusus.

6. Tahapan Masuk Sekolah


Peserta didik yang berkebutuhan khusus yang ingin masuk ke sekolah inklusi
ini memiliki kriterianya tersendiri, ini diberlakukan agar nantinya anak
berkebutuhan khusus pada saat sudah masuk ke sekolah inklusi mereka tidak
terkejut dan tidak merasa dikucilkan di dalam sekolah inklusi, dan jika kriteria
tidak dipenuhi maka anak berkebutuhan tersebut tidak dapat diterima, dan pada saat
pendaftaran masuk sekolah, anak berkebutuhan khusus ini akan melewati seleksi
ketat pada laman PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) jalur inklusi selain itu
anak berkebutuhan khusus ini perlu adanya surat keterangan dari psikolog atau
dokter yang menyatakan bahwa anak tersebut bisa mengikuti Pendidikan inklusi di
sekolah inklusi.
Peserta didik yang memiliki kebutuhan kusus yang ingin masuk ke sekolah
SLB ini dapat melalui beberapa tahapan yaitu yang pertama adalah pendaftaran
dengan melampikan beberapa dokumen. Kedua pada tahapan seleksi, calon siswa
menjalani serangkaian tes observasi oleh tim psikolog dan tenaga ahli SLB untuk
menentukan tingkat kebutuhan khusus siswa. Ketiga yaitu penentuan kelas dan
program. Jika hasil observasi dan wawancara sudah selesai maka dilanjutkan pada
penentuan kelas dari tuna netra tersebut yang dimana akan di sesuaikan dengan
tingkat kebutahannya tersebut. Keempat yaitu penerimaan. Dan yang terakhir
adalah masa orientasi yaitu memperkenalkan siswa dan oang tua siswa pada
lingkungan belajar.

7. Perbedaan Kurikulum
Adapun model kurikulum yang diterapkan pada pendidikan inklusi dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1) Model kurikulum reguler penuh, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama
seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang sama.
2) Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang
dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun
pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan
peserta didik berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa terdapat siswa
berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.
3) Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI
yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas,
guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang
terkait.Kurikulum PPI atau dalam bahasa inggris individualized education
program (IEP) merupakan karakteristik paling kentara dari pendidikan
inklusif. Konsep pendidikan inklusif yang berprinsip adanya persamaan
mensyaratkan adanya penyesuaian model pembelajaran yang tanggap
terhadap perbedaan individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal yang perlu
mendapat penekanan lebih. Thomas M. Stephens menyatakan bahwa IEP
merupakan pengelolaan yang melayani kebutuhan unik peserta didik dan
merupakan layanan yang disediakan dalam rangka pencapaian tujuan yang
diinginkan serta bagaimana efektivitas program tersebut akan ditentukan.
Muatan kurikulum di SLB ini juga umumnya akan menitik beratkan kepada
keterampilan vokasional. Program keterampilan vokasional inu berfokus kepada
pembekalan keterampilan bagi peserta didik agar mereka memiliki jiwa wirausaha
sehingga mereka mampu hidup mandiri di masyarakat. Jenis keterampilan yang
akan dikembangkan pun akan diserahkan kepada satuan pendidikan sesuai dengan
minat, potensi, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan lapangan
kerja di wilayah masing masing. Umumnya, jenjang pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus di SLB juga akan diintegrasikan. Pelaksanaan Kurikulum di
SLB, yaitu :
1) Kegiatan Kurikuler terdiri dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan hal-hal yang tidak
dapat dipisahkan dati tujuan pendidikan secara keseluruhan dari sekolah
yang bersangkutan.
2) Administrasi Kurikulum Dalam rangka meningkatkan tepat guna dan daya
guna pendidikan, dalam kurikulum SLB 1984 diterapkan sistem jam
pertemuan/pelajaran per minggu, per catur wulan, dan atau per semester.
Jam pertemuan pelajaran adalah satuan waktu kegiatan belajar murid yang
ditentukan oleh jumlah jam pengembangan/pelajaran tatap muka ditambah
pekerjaan rumah.
3) Pendekatan Proses Belajar – Mengajar dan Penilaian Proses belajar-
mengajar dilaksanakan dengan lebih mengarah kepada bagaimana siswa
belajar daripada apa yang dipelajari, tanpa mengabaikan ketuntasan belajar
yang memperhatikan kecepatan belajar siswa. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan kelompok.
4) Bimbingan Penyuluhan (untuk SLB-C1) Peranan Bimbingan dan
Penyuluahn pada hakekatnya diarahkan pada pencapaian tujuan
pendidikan di SLB-C1. Bimbingan dan Penyuluhan di SLB-C1 adalah
berupa bantuan khusus yang diberikan kepada siswa maupun kepada
keluarga dalam rangka mengatasi kesulitan yang dihadapi mereka
sehubungan denganb kemampuan dan ketakmampuan siswa.
5) Bimbingan Karir (untuk SLB-A/B/C//C1/D/D1/E) Program Bimbingan
dan Penyuluhan (BP) menitikberatkan pada pelaksanaan program
Bimbingan Karir (BK) secara terencana dan terarah. Bimbingan karir
adalah merupakan bagian dari Bimbingan dan Penyuluhan. Program
Bimbingan Karir dimaksudkan agar murid-murid sedini mungkin mulai
memahami keadaan dan kemampuan dirinya, memahami lingkungan dan
kemampuan untuk menentukan masa depan, baik melalui program pilihan
yang ada di sekolah, maupun program pendidikan lanjutan, ataupun
pilihan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki siswa.

8. Sistem Pendidikan
Di Indonesia, pendidikan inklusi berpedoman pada UU No. 20 tahun 2003
bahwa sistem pendidikan harus secara demokratis, berkeadilan serta tidak
diskriminatif. Sejak disahkannya undang-undang tersebut sudah sepatutnya
sekolahsekolah reguler mulai merintis menjadi sekolah inklusi. Pada pendidikan
dasar, kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Kurikulum
harus dapat disesuaikan dengan kelas yang heterogen dengan memiliki anak didik
dengan karakteristik ABK dan reguler. Pendidikan inklusi sebagai layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar
bersama anak normal (non-ABK) usia sebayanya di kelas biasa yang terdekat
dengan tempat tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah Dasar terdekat merupakan
mimpi yang indah yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan
khusus.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah yang menganut sistem segregasi
atau pemisahan antara anak berkebutuhan khusus dari anak umumnya dalam
memperoleh layanan pendidikan.Sekolah jenis ini akan menekankan keterampilan
hidup kepada anak berkebutuhan khusus sebagai bekal mereka untuk mandiri.Oleh
karena itu, mata pelajaran yang diberikan ini hanya diajarkan di SLB.Muatan
kurikulum di SLB saat ini lebih banyak dititikberatkan kepada keterampilan
vokasional. Program keterampilan vokasional adalah program unggulan di SLB
yang berfokus kepada pembekalan keterampilan bagi peserta didik. Umumnya,
jenjang pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di SLB akan diintegrasikan.
Artinya dalam sebuah gedung sekolah SLB, akan terdapat jenjang sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas dengan satu orang kepala
sekolah.Selain itu, penyelenggaraan pendidikan di SLB juga biasanya iintegrasikan
antar jenis kecacatan seperti:
1) SLB bagian A untuk anak tuna Netra
2) SLB bagian B untuk anak tuna rungu
3) SLB bagian C untuk anak tuna Grahita
4) SLB bagian D untuk anak tuna daksa
5) SLB bagian E untuk anak tuna laras
6) SLB bagian F untuk anak cacat ganda

Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan mendasar antara SLB


dengan Sekolah Inklusi, yaitu:
1) Sekolah inklusi baik untuk anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki
kemampuan kognitif cukup bagus. Namun jika kemampuannya di bawah
rata-rata, lebih baik ia bersekolah di SLB.
2) Sekolah inklusi memperlakukan anak berkebutuhan khusus sama dengan
anak-anak reguler dengan pembelajaran dan lingkungan yang
sama.Sementara itu, SLB diatur sedemikian rupa untuk anak berkebutuhan
khusus.
3) Mulai dari guru yang mengajar, konstruksi gedung, atau cara
berkomunikasi. Jika ada anak berkebutuhan khusus yang dimasukkan
sekolah inklusi harus kuat secara kognitif, karena jika tidak mampu
mengimbangi, ini bisa menimbulkan depresi.
4) Sekolah inklusi juga sebenarnya telah lama diterapkan di negara-negara
lain seperti Jepang, Amerika, dan Eropa. Selain itu, disarankan semua guru
inklusi mengkuti pelatihan khusus untuk hasil yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai