A. ENGEMBANGAN HORIZONTAL
Pendidikan anak di SD harus dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, sebab pendidikan
telah menjadi komitmen kita. Namun, persoalannya bentuk sekolah yang bagaimana yang
dapat menjangkau anak dalam segala kondisi. Untuk itu, memang tidak mudah dan seakan
tidak mungkin. Tetapi dengan memahami hakikatnya pendidikan dan kondisi lingkungan, ada
banyak bentuk SD alternative yang bisa diambil sebagai solusi. Masing-masing rumpun
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
Peserta didik yang memiliki kelainan fisik, mental atau emosi dalam rentangan yang
amat lebar, memerlukan program pendidikan kusus. Model integrasi dengan segala
variasinya perlu dilaksanakan dalam upaya meningkatkan daya tamping peserta didik
yang berkelainan, rintisan ke arah model integrasi juga perlu diikuti dengan penyiapan
guru yang memiliki kemampuan untuk mengahapi peserta didik, sehingga semua
calon guru perlu memperoleh wawasan Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Upaya mengatasi masalah putus sekolah perlu diarahkan pada upaya pokok, yaitu
pencegahan dan penampungan. Upaya penampungan dapat dilakukan melalui
peningkatan dan pengembangan kegiatan rumpun pendidikan luar sekolah yang
memungkinkan perserta memperoleh ijazah kesetaraan Sekolah Dasar (SD).
Pendidikan luar sekolah ini, seperti kursus-kursus yang diselenggarakan Diklusmas,
kegiatan magang, dan kejar usaha. Upaya tersebut harus melibatkan tokoh-tokoh
masyarakat, cerdik cendikiawan, dan kelompok masyarakat yang berkemampuan.
2. Pondok Pesantren
Merupakan Lembaga pendidikan yang sebenarnya tremasuk jalur pendidikan luar
sekolah yang memiliki tingkta Sekolah Dasar. Lembaga ini sudah cukup
membudaya dan berperan penting dalam pembinaan manusia Indonesia.
Sebab dalam realitanya masih terkesan belum terpadu dengan satuan pendidikan
lainnya. Pondok pesantren harus disadari memiliki dua nilai religious dan nilai
kultur tradisional. Keunggulan lainnya bahwa Lembaga pesantren adalah;
(a) Merujuk langsung ke sumber nilai,
(b) Memberi peluang ke arah interaksi edukatif yang demokratis,
(c) Interaktif yang akrab antara santri dan kiai memberi peluang untuk
intensifikasi pendidikan,
(d) Kiai tampil sebagai panutan yang diteladani,
(e) Pembinaan disiplin melalui pendidikan salat, shaum, dan lain sebagainnya,
(f) Menampilkan kesederhanaan dan kewajaran hidup,
(g) Mengembangkan pribadi yang mandiri,
(h) Sifat reponsif terhadap perkembangan dan penetapan kehidupan.
B. PENGEMBANGAN VERTIKAL
Pengembangan pada dimensi vertical ini mengandung arti bahwa penyelenggraan pendidikan
sekolah dasar selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata juga harus
mempertimbangkan peserta didik baik dalam aspek kemampuan, pola hidup maupun
lingkungan social budaya.
Inovasi adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan
yang dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu yang hendak diperbaiki ialah proses
pendidikan maka tidak mengerankan jika pada awalnya kebanyakan inovasi pendidikan
berpulang kepada metode pembelajaran.
Miles dalam Ibrahim ( 1988:52 ) mengungkapkan peling tidak ada 11 komponen penting
menjadi wilayah inovasi dalam pendidikan. Kesebelas komponen tersebut yaitu;
(1) Personalia,
(2) Banyaknya personal dan wilayah kerja,
(3) Fasilitas fisik,
(4) Penggunaan waktu,
(5) Perumusan tujuan,
(6) Prosedur pembelajaran,
(7) Peran yang diperlukan,
(8) Wawsan dan perasaan,
(9) Bentuk hubungan antarbagian atau mekanisme kerja,
(10) Hubungan dengan system lain,
(11) Dan strategi pembelajaran.
Beberapa tahun terakhir ini dunia pendidikan sempat dihebohkan dengan suatu
inovasi dalam Metode Pembelajaran yang disebut sebagai Quantum Learning (QL).
Inovasi ini muncul dari gagasan yang dikembangkan oleh Bobbi DePorters & Mike
Hernacki (1999).Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Terjemahan dan penerbit Kaifa).
QL terdiri dari sejumlah teknih belajar yang sasaran akhirnya adalah membantu para
siswa agar responsive dan bergairah atau bersemangat dalam menghadapi tantangan-
tantangan belajar dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi nyata yang
tengah dihadapi dilingkungannya. Kondisi ini muncul pada siswa karena siswa tidak
hanya menggunakan kekuatan kecerdasan akal pikiran semata di dalam belajarnya,
tetapi juga menggunakan kekuatan-kekuatan lain yang dimilikinya.
Dengan QL anak tidak dijejali dengan pemberian materi pelajaran dari guru, tetapi
yang lebih penting bagaimana agar anak itu mengembangkan kemampuan berpikir,
imajinasi kreatif, sikap optimis, emosi dan perasaan sukses atau berhasil untuk
menguasai tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru.
MBS semakin dikenal karena dianggap cocok dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana
yang diisyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan dan Provinsi
sebagai daerah otonomi.
Dalam hubungannya dengan MBS kebijakan tentang KTSP semakin menegaskan bahwa
sekolah memiliki kewenangan akademik sepenuhnya. Dengan kata lain, MBS sekolah bukan
hanya diberi kewenangan akademik melalui pengembangan kurikulum dan silabus sendiri
tapi juga diberi kewenangan penuh untuk mengelola partisipasi orang tua anak dan
masyarakat dalam memajukan sekolah tersebut.
MBS merupakan suatu inoivasi yang menempatkan sekolah sebagai suatu entitas atau system
yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam mengelola semua sumber daya
yang ada. Karakteristik kemandirian sekolah dicerminkan dalam kondisi sarana dan prasarana
pendidikan, mutu SDM yang dimiliki, dan hubungan pembiayaan yang berbeda-beda dari
masyarakat untuk pengembangan dan keunggulan sekolah yang bersangkutan sesuai dengan
aspirasi pihak-pihak yang berkepentingan ( Stakeholders ).
Agar perencanaan inovasi pendidikan tidak melenceng dari berbagai elemen pokok
perencanaan tersebut, perlu digunakan suatu model perencanaan inovasi pendidikan Sekolah
Dasar yang ada. Model yang dimaksud ialah model perencanaan inovasi pendidikan
prokatif/interaktif (MOPIPPI).
Kata-kata kunci yang mrupakan ciri utama MOPIPPI ialah terbuka, fleksibel, keseluruhan,
dan hubungan baik. Terbuka artinya Sekolah Dasar merupakan system yang mau menerima
Input baik dari dalam system itu sendiri maupun dari luar system. Fleksibel artinya dalam
proses perencanaannya bebas untuk bergerak dari tahap satu ke tahap berikutnya, yang
tentunya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.