Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Pengembangan Pendidikan Anak di Sekolah Dasar


Dan
Inovasi Pendidikan Sekolah Dasar
Modul 07

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Anak Di SD

Kami Dari Kelompok 4


Nama Kelompok :
Ilham Nurdiansyah – 857240661
Siska Septiandari – 857241126
Dina Restiana – 857241022

FAKULTAS PERGURUAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TERBUKA (UT)


UPBJJ : SERANG
MODUL 7
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK di SEKOLAH DASAR

A. ENGEMBANGAN HORIZONTAL

Pendidikan anak di SD harus dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, sebab pendidikan
telah menjadi komitmen kita. Namun, persoalannya bentuk sekolah yang bagaimana yang
dapat menjangkau anak dalam segala kondisi. Untuk itu, memang tidak mudah dan seakan
tidak mungkin. Tetapi dengan memahami hakikatnya pendidikan dan kondisi lingkungan, ada
banyak bentuk SD alternative yang bisa diambil sebagai solusi. Masing-masing rumpun
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Rumpun Sekolah Dasar Konvensional

a. Sekolah Dasar biasa


Sekolah dasar biasa adalah sekolah yang memiliki ciri-ciri; a) memiliki Gedung atau
tempat belajar rata-rata sebanyak 6 ruangan, 1 ruang guru, ruangan perpustakaan,
kamar mandi atau WC serta fasilitas pendidikan lainnya. b) kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum nasional yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan,
dan c) proses belajar mengajar berlangsung setiap hari, pagi atau siang. Untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapi, Gedung sekolah dasar biasa dapat
dikembangkan menjadi bertingkat dan juga dapat memiliki lenih dari 6 ruangan
belajar.

b. Sekolah dasar kecil


Sekolah dasar kecil merupakan Sekolah dasar (SD) yang pada awalnya
dikembangkan di daerah terpencil. Sekolah dasar ini dikembangkan dengan ciri
memiliki bangunan yang terdiri atas dua atau 3 ruangan dengan 2 atau tiga guru
yang melayani 6 tingkat kelas. Dalam proses belajar mengajarnya menggunakan
modul atau petunjuk penggunaan buku paket. Guru sekolah dasar kecil mendapat
perantara khusus untuk menjangkau anak-anak di daerah terpencil atau kepulauan.
Selain itu, dilaksanakan pula program satuan bakti guru daerah terpencil bagi
calon guru agar mempunyai bekal keterampilan yang lebih baik da dapat betahan
dalam menjalankan tugasnya.

c. Sekolah dasar pamong


Pamong merupakan singkatan dari pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua,
dan juga guru. System pamong ini berusaha untuk menempatkan anak didik
sebagai subjek pendidikan, melibatkan anggota masyarakat dan orang tua untuk
berperan secara lebih aktif dalam pendidikan dan mengubah peranan guru agar
dapat bekerja lebih efisein dan efektif.
Sekolah dasar Pamong memiliki tingkat kelas yang sama dengan sekolah dasar
biasa. Bedanya adalah seperti kegiatan belajar mengajarnya yang disesuaikan
dengan kondisi masing-masing anak atau orang tua. Sekolah dasar pamong
diperuntukkan bagi anak-anak usia 7-12 tahun yang putus sekolah dan tidak
bersekolah disebabkan oleh factor ekonomi, di mana harus membantu orang
tuanya bekerja.
System SD Pamong dapat berlangsung di mana saja , artinya system SD Pamong
berusaha untuk mengubah pandangan bahwa belajar hanya dapat terjadi di dalam
Gedung sekolah, anak putus sekolah berarti juga putus belajar.
Selain sisitem ini menuntut siswa agar belajar lebih aktif dan guru juga harus bisa
mengawasinya. Guru yang semula menjadi pusat pehatian dengan segala macam
kemampuan yang dimilikinya, dalam system pamong ini juga tugas guru dapat
berubah menjadi motivatir dan stabilisator.

2. Rumpun Sekolah Dasar Luar Biasa

Peserta didik yang memiliki kelainan fisik, mental atau emosi dalam rentangan yang
amat lebar, memerlukan program pendidikan kusus. Model integrasi dengan segala
variasinya perlu dilaksanakan dalam upaya meningkatkan daya tamping peserta didik
yang berkelainan, rintisan ke arah model integrasi juga perlu diikuti dengan penyiapan
guru yang memiliki kemampuan untuk mengahapi peserta didik, sehingga semua
calon guru perlu memperoleh wawasan Pendidikan Luar Biasa (PLB).

a. Sekolah dasar luar biasa (SDLB)


Sekolah Dasar Luar Biasa ini adalah sekolah setingkat dengan Sekolah Dasar
yang siswanya terdiri dari anak-anak penyandang cacat (anak luar biasa)
dengan berbagai macam ketunaan yaitu anak tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, dan tunadaksa. Berdasarkan Inpres sekolah dasar tersebut
didirikanlah Sekolah Dasar Luar Biasa disetiap Kabupaten/Kotamadya untuk
menampung anak usia 7-12 tahun yang menyandang kecacatan (anak luar
biasa) dalam rangka wajib belajar. Guru SDLB ini adalah lulusan Sekolah
Guru Pendidikan Luar Biasa dan sarjana lulusan jurusan pendidikan Luar
Biasa IKIP/universitas. Dalam rangka pembinaan SDLB jka memungkinkan
harus memiliki tenaga ahli non-kependidikan, seperti medis, physiotherapy,
psikologi, speech therapy.

b. Sekolah luar biasa (SLB)


Sekolah Luar Biasa merupakan Lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk
menangani dan memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak
penyandang kelainan (anak luar biasa) seperti kelainan fisik, mental, dan
emosi/social. SLB dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu SLB Pembina
dan Sekolah Luar Biasa bukan Pembina. SLB Pembina terdiri dari dua
macam, yaitu SLB Pembina Tingkat nasional dan SLB Pembina Tingkat
Provinsi.
1. SLB Pembina Tingkat Nasional
Adalah SLB yang melaksanakan latihan dan penyegaran bagi tenaga kependidikan
SLB, melaksanakan pengolahan dan pemecahan masalah di bidang pembinaannya,
serta melaksanakan pengembangan SLB, meliputi tingkat persiapan dasar, dan
menengah/lanjutan.

2. SLB Pembina Tingkat Provinsi


Adalah sekolah yang menyelenggarakan penyegaran bagi tenaga kependidikan serta
menjadi percontohan penyelenggaraan SLB. SLB juga memiliki tugas dan fungsi
melaksanakan pengembangan SLB, meliputi tingkat persiapan, dasar dan menengah.
Meskipun demikian, ada suatu perbedaan prinsip di antara keduanya, yakni fungsi
SLB Pembina dalam pengkajian hal ini hanya dimiliki oleh SLB Pembina tingkat
nasional. Sedangkan SLB Pembina tingkat provinsi tidak melaksanakan pengkajian.
SLB adalah sekolah bagi anak penyandang cacat (Anak Luar Biasa) yang jenjang
pendidikannya meliputi tingkat persiapan, dasar, dan lanjutan. Satu sekolah dapat
menerima satu atau lebih ketunaan, misalnya SLB A dan C.

c. Sekolah dasar terpadu


Pendidikan luar biasa bagi peserta didik yang mengalami kelainan fisik mental
atau emosi yang harus dipandang dan juga diperlukan sebagai bagian integral
dari system pendidikan bagi peserta didik pada umumnya. Oleh karena itu,
dengan memperhatikan tingkat kelainan yang dialami peserta didik,
pelaksanaan pendidikan luar biasa harusnya dilaksanakan secara bervariasi
mulai dari kelas khusus, sampai kepada layanan yang terintegrasi dalam kelas
besar.
Layanan terintegrasi itu harus memungkinkan peserta didik memenuhi
kebutuhannya yang secara spesifik tidak terakomodasikan dalam program
pendidikan pada umumnya. Sekolah Dasar Terpadu ialah sekolah yang
diproyeksikan untuk dapat menampung semua anak Sekolah dasar (SD),
termasuk didalamnya anak berkelainan dan anak berbakat.
Adapun juga yang menjadi perbedaan kegiatan itu, antara lain (1) adanya
usaha pengintegrasian atau pembaruan beberapa anak berkelainan pada kelas
Sekolah Dasar Biasa, (2) adanya guru pembimbing khusus yang mendampingi
atau memantau guru kelas demi kelancaran proses belajar mengajar, (3)
adanya anak-anak penyandang ketunaan yang diharuskan mengikuti
pendidikan formal di Sekolah Dasar secara klasikal yang menggunakan
kurikulum sekolah dasar biasa, (4) siswanya terdiri dari anak-anak berusia 7-
12 tahun.

3. Rumpun Pendidikan Luar Sekolah

Upaya mengatasi masalah putus sekolah perlu diarahkan pada upaya pokok, yaitu
pencegahan dan penampungan. Upaya penampungan dapat dilakukan melalui
peningkatan dan pengembangan kegiatan rumpun pendidikan luar sekolah yang
memungkinkan perserta memperoleh ijazah kesetaraan Sekolah Dasar (SD).
Pendidikan luar sekolah ini, seperti kursus-kursus yang diselenggarakan Diklusmas,
kegiatan magang, dan kejar usaha. Upaya tersebut harus melibatkan tokoh-tokoh
masyarakat, cerdik cendikiawan, dan kelompok masyarakat yang berkemampuan.

4. Rumpun Sekolah Keagamaan


Dalam rangka mewujudkan manusia Inodnesia seutuhnya maka pendidikan diharapkan
memberi perhatian terhadap pendidikan agama. Salah satu pilihan itu dengan memasukkan
anaknya pada rumpun sekolah keagamaan, di Lembaga ini juga mereka berharap pendidikan
aagama tercukupi, serta mata ajarannya juga selaras dengan situasi dan kondisi anak.
Rumpun sekolah Keagamaan yaitu Madrasah Ibtidaiyah dan Pondok Pesantren.
1. Madrasah Ibtidayah
Satuan pendidikan yang bersifat umum tingkat Sekolah Dasar (SD) yang dikelola
oleh Departemen Agama. Ijazah atau surat tanda tamat belajar (STTB) Madrasah
Ibtidayah mempunyai arti nilai yang sama dengan ijazah Sekolah Dasar dan
sebaliknya serta lulusannya dapat melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat
Pertama berdasarkan peraturan penerimaan siswa baru.
Pembinaan bidang studi agama diselenggarakan oleh Menteri agama, sedangkan
pembinaan dan pengawasan mata pelajaran umum dilakukan oleh Mendiknas
berdasarkan keputusan Bersama Menteri pendidikan dan Menteri agama.

2. Pondok Pesantren
Merupakan Lembaga pendidikan yang sebenarnya tremasuk jalur pendidikan luar
sekolah yang memiliki tingkta Sekolah Dasar. Lembaga ini sudah cukup
membudaya dan berperan penting dalam pembinaan manusia Indonesia.
Sebab dalam realitanya masih terkesan belum terpadu dengan satuan pendidikan
lainnya. Pondok pesantren harus disadari memiliki dua nilai religious dan nilai
kultur tradisional. Keunggulan lainnya bahwa Lembaga pesantren adalah;
(a) Merujuk langsung ke sumber nilai,
(b) Memberi peluang ke arah interaksi edukatif yang demokratis,
(c) Interaktif yang akrab antara santri dan kiai memberi peluang untuk
intensifikasi pendidikan,
(d) Kiai tampil sebagai panutan yang diteladani,
(e) Pembinaan disiplin melalui pendidikan salat, shaum, dan lain sebagainnya,
(f) Menampilkan kesederhanaan dan kewajaran hidup,
(g) Mengembangkan pribadi yang mandiri,
(h) Sifat reponsif terhadap perkembangan dan penetapan kehidupan.

B. PENGEMBANGAN VERTIKAL

Pengembangan pada dimensi vertical ini mengandung arti bahwa penyelenggraan pendidikan
sekolah dasar selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata juga harus
mempertimbangkan peserta didik baik dalam aspek kemampuan, pola hidup maupun
lingkungan social budaya.

1. Pengembangan Kualitas Pendidikan


Dengan input dan proses pendidikan yang berkualitas, diharapkan menghasilkan produk
pendidikan yang bermutu, yang di antara karakterisktik hasilnya bercirikan sebagai berikut
ini ;
a. Peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas-tugas
belajar ( Learning Tasks ) yang harus dikuasai sesuai dengan tujuan dan sasaran
pendidikan.
b. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga dengan belajar,
peserta didik bukan hanya mengetahui sesuatu melainkan terampil dalam melakukan
sesuatu.
c. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lingkungan khususnya seperti dunia kerja.

2. Pengembangan Relevansi Pendidikan


Kurang sesuainya materi pendidikan selama ini diatasi dengan penyusunan kurikulum baru.
Dengan kurikulum baru ini, anak dibina kepribadiannya melaui pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Namun seiring
perubahannya yang begitu cepat tentu saja pengembangan dimensi relevansi ini harus terus
dilakukan.

3. Pengembangan Efisiensi Pendidikan


Dalam konteks yang sangat luas efisiensi ini berkatitan dengan professional dalam
manajemen nasional pendidikan yang dialaminya terkandung antara lain; disiplin keahlian,
etos kerja, dan cost-effectiveness. Dalam rangka peningkatan efisiensi ini dapat dilakukan
pelatihan manajemen.

INOVASI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. LINGKUP INOVASI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD)

Inovasi adalah suatu upaya yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan
yang dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu yang hendak diperbaiki ialah proses
pendidikan maka tidak mengerankan jika pada awalnya kebanyakan inovasi pendidikan
berpulang kepada metode pembelajaran.
Miles dalam Ibrahim ( 1988:52 ) mengungkapkan peling tidak ada 11 komponen penting
menjadi wilayah inovasi dalam pendidikan. Kesebelas komponen tersebut yaitu;
(1) Personalia,
(2) Banyaknya personal dan wilayah kerja,
(3) Fasilitas fisik,
(4) Penggunaan waktu,
(5) Perumusan tujuan,
(6) Prosedur pembelajaran,
(7) Peran yang diperlukan,
(8) Wawsan dan perasaan,
(9) Bentuk hubungan antarbagian atau mekanisme kerja,
(10) Hubungan dengan system lain,
(11) Dan strategi pembelajaran.

B. BEBERAPA CONTOH INOVASI DALAM PENDIDIKAN DI SD

1. Bidang Kurikulum : Kurikulum tingkat Pendidikan (KTSP)


Misi KTSP adalah memberi kewenangan kepada setiap Satuan Pendidikan (Unit sekolah)
untuk mengembangkan kurikulum dan silabus sendiri atas dasar pertimbangan potensi siswa
dan karakterisktik SDM, sekolah dan daerah tempat sekolah itu berada.
Kurikulum nasional yaitu kurikulum SD yang diberlakukan sama di tiap provinsi, daerah,
kecamatan atau sekolah, karena setiap satuan (unit) Sekolah Dassar diberi otonomi atau
kewenangan untuk dapat mengembangkan kurikulum sendiri tanpa harus sama atau seragam
dengan kurikulum sekolah lainnya.
Perlu Anda catat, dengan KTSP setiap satuan pendidikan juga diberi kewenangan untuk
mengembangkan mata pelajaran Muatan Lokal ( MULOK ), suatu mata pelajaran yang
berbasis potensi. Mata pelajaran Mulok diberikan kepada siswa dengan maksud untuk
mengembangkan potensi khas yang dimiliki oleh daerahnya. Di Jepara misalnya
dikembangkan mata pelajaran mengukir sebagai Mulok, di Bali misalnya ada mata pelajaran
memahat sebagai muatan local.

2. Bidang Pembelajaran : Quantum Learning (QL)

Beberapa tahun terakhir ini dunia pendidikan sempat dihebohkan dengan suatu
inovasi dalam Metode Pembelajaran yang disebut sebagai Quantum Learning (QL).
Inovasi ini muncul dari gagasan yang dikembangkan oleh Bobbi DePorters & Mike
Hernacki (1999).Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. (Terjemahan dan penerbit Kaifa).
QL terdiri dari sejumlah teknih belajar yang sasaran akhirnya adalah membantu para
siswa agar responsive dan bergairah atau bersemangat dalam menghadapi tantangan-
tantangan belajar dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam situasi nyata yang
tengah dihadapi dilingkungannya. Kondisi ini muncul pada siswa karena siswa tidak
hanya menggunakan kekuatan kecerdasan akal pikiran semata di dalam belajarnya,
tetapi juga menggunakan kekuatan-kekuatan lain yang dimilikinya.

Dengan QL anak tidak dijejali dengan pemberian materi pelajaran dari guru, tetapi
yang lebih penting bagaimana agar anak itu mengembangkan kemampuan berpikir,
imajinasi kreatif, sikap optimis, emosi dan perasaan sukses atau berhasil untuk
menguasai tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru.

3. Bidang Manajemen : Manajemen Berbasis sekolah ( MBS )

MBS semakin dikenal karena dianggap cocok dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana
yang diisyaratkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan dan Provinsi
sebagai daerah otonomi.
Dalam hubungannya dengan MBS kebijakan tentang KTSP semakin menegaskan bahwa
sekolah memiliki kewenangan akademik sepenuhnya. Dengan kata lain, MBS sekolah bukan
hanya diberi kewenangan akademik melalui pengembangan kurikulum dan silabus sendiri
tapi juga diberi kewenangan penuh untuk mengelola partisipasi orang tua anak dan
masyarakat dalam memajukan sekolah tersebut.
MBS merupakan suatu inoivasi yang menempatkan sekolah sebagai suatu entitas atau system
yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dalam mengelola semua sumber daya
yang ada. Karakteristik kemandirian sekolah dicerminkan dalam kondisi sarana dan prasarana
pendidikan, mutu SDM yang dimiliki, dan hubungan pembiayaan yang berbeda-beda dari
masyarakat untuk pengembangan dan keunggulan sekolah yang bersangkutan sesuai dengan
aspirasi pihak-pihak yang berkepentingan ( Stakeholders ).

C. PRINSIP DAN MODEL PERENCANAAN INOVASI PENDIDIKAN ANAK DI


SEKOLAH DASAR

1. Prinsip Perencanaan Inovasi Pendidikan


Perencanaan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan untuk mencapai suatu keberhasilan
inovasi pendidikan. Dalam hal ini, perencanaan berarti suatu persiapan dan pengambilan
keputusan untuk berbuat secara sistematik yang merupakan serangkaian aktivitas
berkelanjutan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Ada tiga jenis hubungan yang sifatnya perlu secara proaktif dijalin dalam rangka inovasi
pendidikan itu sendiri. Pertama, hubungan reaktif, yang berarti hubungan secara kontinum
mengadakan respon terhadap kekuatan dari luar, seperti tekanan masalah politik, ekonomi,
sosail, dam kebudayaan. Kedua, hubungan proaktif, yaitu system yang memegang peranan
sebagai pengambil inisiatif mengadakan perubahan atau inovasi dan secara aktif untuk
mencari sumber-sumber dari lingkungannya. Ketiga, hubungan interaktif, yaitu hubungan di
mana pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan suatu system sebagai hasil adanya
hubungan interaksi antara system dengan lingkungannya.
Hubungan proaktif dan interaktif antara sekolah dengan lingkungannya, berarti dalam usaha
mengadakan perubahan atau inovasi dapat terjadi saling mengembangkan dan mengontrol
antara sekolah dengan lingkungannya. Dengan demikian, segala sumber yang ada di
lingkungan sekolah dasar dapat didayagunakan untuk menyukseskan proses inovasi tersebut.
Ibrahim (1988) mengungkapkan elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan yaitu
sebagai berikut :
(1) Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi
(2) Mengidentifikasi masalah,
(3) Menentukan kebutuhan,
(4) Mengidentifikasi sumber penunjang dan penghambat,
(5) Menentukan alternative kegiatan,
(6) Menentukan alternative pemecahan masalah,
(7) Menentukan alternative pendayagunaan sumber daya yang ada,
(8) Menentukan kriteria untuk memilih alternative pemecahan masalah,
(9) Menentukan alternative pengambilan keputusan,
(10) Dan menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi.

2. Model Perencanaan Inovasi Pendidikan

Agar perencanaan inovasi pendidikan tidak melenceng dari berbagai elemen pokok
perencanaan tersebut, perlu digunakan suatu model perencanaan inovasi pendidikan Sekolah
Dasar yang ada. Model yang dimaksud ialah model perencanaan inovasi pendidikan
prokatif/interaktif (MOPIPPI).
Kata-kata kunci yang mrupakan ciri utama MOPIPPI ialah terbuka, fleksibel, keseluruhan,
dan hubungan baik. Terbuka artinya Sekolah Dasar merupakan system yang mau menerima
Input baik dari dalam system itu sendiri maupun dari luar system. Fleksibel artinya dalam
proses perencanaannya bebas untuk bergerak dari tahap satu ke tahap berikutnya, yang
tentunya sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

D. PENERAPAN INOVASI PADA SEKOLAH DASAR


Berikut adalah tentang apa saja dan bagaimana cara menerapkan ide untuk memperbaiki atau
memecahkan masalah-masalah di Sekolah Dasar, yang penerapannya merupakan sesuatu
yang disebut sebagai inovasi adalah sebagai berikut :
1. Buatlah rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan. Untuk
mempermudah disarankan menggunakan pertanyaan “apakah Anda akan (a)
mengembangkan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk mengajarkan
matematika atau IPA, (b) menggunakan sumber dan media pembelajaran yang murah
dan efektif, (c) mengumpulkan data, (d) membagi wewenang dan tanggung jawab, (e)
mengusahakan peningkatan produktivitas, (f) mengembangkan cara penilaian, (g)
membantu orang tua peserta didik, (h) menambah, mengurangi atau mengubah
persyaratan keurikulum, dan lain sebagainya”.
2. Gunakan metode atau carayang memberi kesempatan;
3. Kembangkan berbagai macam alternative;
4. Gunakan data atau informasi yang sudah ada;
5. Gunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas;
6. Gunakan pengalam di SD atau Lembaga lain.
7. Buatlah secara positif;
8. Menerima tanggung jawab pribadi;
9. Adanya pengorganisasian kegiatan.

Anda mungkin juga menyukai