PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang menjadi tujuan pendidikan bagi anak dengan hambatan fisik
motoric
b. Bagaimana layanan rehabilitasi bagi anak dengan hambatan fisik motoric
c. Apa layanan pendidikan untuk anak dengan hambatan fisik motoric
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui tujuan pendidikan bagi anak dengan hambatan fisik
motoric
b. Untuk mengetahui layanan rehabilitasi bagi anak dengan hambatan fisik
motoric
c. Untuk mengetahui layanan pendidikan bagi anak dengan hambatan fisik
motoric
1
BAB II
PEMBAHASAN
Anak Tunadaksa ada yang mengalami kelainan pada fisik atau tubuhnya saja,
namun juga ada yang selain mengalami kecacatan fisik juga disertai dengan berbagai
gangguan seperti gangguan kecerdasan, persepsi, komunikasi, dlsb. Keragaman jenis
dan tingkat kecacatannya akan berdampak pada segi layanan pendidikannya.
Tujuan pendidikan anak atunadaksa bersifat ganda (Dual Purpose), ini mengacu pada
UU NO 2 tahun 1989 tentang USPN dan Peraturan Pemerintah no 72 tahun 1991
tentang PLB yaitu:
2
1. Pengembangan Intelektual dan Akademik
Pengembangan aspek ini dapat dilaksanakan secara formal disekolah melalui
kegiatan belajar. Disekolah khusus anak tunadaksa (SLB-D) tersedia
seperangkat kurikulum dengan semua pedoman pelaksanaannya, namun hal
yang lebih penting adalah pemberian kesempatan dan perhatian khusus pada
anak tunadaksa untuk mengoptimalkan perkembangan intelektual dan
akademiknya.
2. Membantu Perkembangan Fisik
Karena anak tunadaksa mengalami kecacatan fisik maka dalam proses
pendidikan guru harus turut bertanggung jawab terhadap perkembangan
fisiknya dengan cara bekerja sama dengan staf medis. Hambatan utama dalam
belajar adalah adanya gangguan motoric. Oleh karena itu guru harus dapat
mengatasi gangguan tersebut sehingga anak memperoleh kemudahan dalam
mengikuti pendidikan. Guru harus membantu memelihara kesehatan fisik
anak, mengoreksi gerakan yang salah dan mengembangkan kearah gerakan
yang normal.
3. Meningkatkan Perkembangan Emosi dan Penerimaan Diri Anak
Dalam proses pendidikan, para guru bekerja sama dengan psikolog harus
menanamkan konsep diri yang positif terhadap kecacatan agar dapat
menerima dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif sehingga dapat mendorong terciptanya interaksi yang
harmonis.
4. Mematangkan Aspek Sosial
Aspek sosial yang meliputi kegiatan kelompok dan kebersamaannya perlu
dikembangkan dengan pemberian peran kepada anak tuna daksa agar turut
serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan serta dapat bekerja sama
dengan kelompoknya.
3
5. Mematangkan Moral dan Spritual
Dalam proses pendidikan perlu diajarkan kepada anak tentang nilai-nilai,
norma kehidupan dan keagamaan untuk membantu mematangkan moral dan
spritualnya.
6. Meningkatkan Ekspresi Diri
Ekspresi diri anak tuna daksa perlu ditingkatkan melalui kegiatan kesenian,
keterampilan, atau kerajinan.
7. Mempersiapkan Masa Depan Anak
Dalam proses pendidikan, guru dan personil lainnya bertugas untuk
menyiapkan masa depan anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
membiasakan anak bekerja sesuai dengan kemampuannya, membekali mereka
dengan latihan keterampilan yang menghasilkan sesuatu yang dapat dijadikan
bekal hidupnya.
1. Pendidikan Segregasi
4
kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan pada lembaga
pendidikan khusus untuk anak berkebutukhan khusus. Seperti SDlB, SMPLB,
SMALB.
Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua. Bentuk
SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggarakan sekolah mulai
dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan diselenggarakan dalam satu
unit sekolah dengan satu kepala sekolah. SLB berkembang sesuai dengan kelainan
yang ada(satu kelaianan saja), sehingga ada SLB untuk Tunanetra(SLB-A), SLB
untuk tunarungu (SLB-B), SLB untuk tunagrahita (SLB-C), SLB untuk tunadaksa
(SLB-D), SLB untuk tunalaras (SLB-E). Di SLB tesebut ada tingkat persiapan,tingkat
dasar, dan tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistam
individualisasi.
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang di
lengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta Didik SLB berasrama tinggal bersama.
Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan sekolah, sehinggan di
SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan tingkat lanjut, serta unit
5
asrama.bentuk satuan pendidikannyapun sama dengan SLB diatas, sehinggan aapda
SLB-A,B,C,D,dan E.
Kelas Jauh /Kelas Kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk memberi
pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang tinggal jauh dari SLB atau
SDLB. Penyelenggarakan kelas ini merupakan kebijaksnaan pemerintah dalam
rangka menuntaskan wajib belajar sertapemerataan kesempatan belajar.
6
Kegiatan belajar dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal sesuai
dengan ketunaan masing-masing. Pendekatan yang dipakai juga lebih ke pendidikan
individualisasi. Selain kegiatan pembejaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga
diselenggarakan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak. Anak tunanetra
memperoleh latihan menulis dam membaca braille dan orientasi mobilitas, anak
tunarungu memperoleh latihan membaca ujaran, komunikasi total, bina persepsi
bunyi dan irama, anak tunagrahita memperoleh layanan mengurus diri sendiri dan
anak tunadaksa memperoleh layanan fisiotherapi dan latihan koordinasi motorik.
Pada sistem keterpaduan secara penuh dan sebagian, jumlah anak berkebutuhan
khusus dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah keseluruhan. Selain itu dalam
satu kelas hanya ada satu jenis kelainan. Hal ini untuk menjaga agar beban guru kelas
tidak terlalu berat, dibanding jika guru harus melayani berbagai macam kelainan.
Ada tiga bentuk keterpaduan dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus menurut Depdiknas (1986). Ketiga bentuk tersebut adalah :
7
1. Bentuk Kelas Biasa
Dalam bentuk keterpaduan ini anak berkebutuhan khusus belajar dikelas biasa
secara penuh dengan menggunakan kurikulum biasa. Bentuk keterpaduan ini sering
juga disebut keterpaduan penuh.
Pada keterpaduan ini, anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa dengan
menggunakan kurikulum biasa serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata
pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh anak berkebutuhan khusus bersama
dengan anak normal. Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang bimbingan khusus
oleh guru pembimbing khusus (GPK), dengan menggunakan pendekatan individu dan
metode peragaan yang sesuai. Misalnya untuk anak tunanetra, di ruang bimbingan
khusus disediakan alat tulis braille, peralatan orientasi mobilitas. Keterpaduan pada
tingkat ini seing disebut juga keterpaduan sebagian.
8
b. Pendekatan Layanan Pendidikan
9
Program pendidikan sekolah
Program pendidikan sekolah bagai mereka yang tidak mengalami kelainan mental
relatif sama dengan anak normal, hanya bina gerak masih terus dikembangkan
melalui fisioterapi dan terapi okupasi, utamanya untuk perbaikan motoriknya.
Orientasi pembelajaran juga lebih bersifat individu, walaupun dapat juga secara
klasikal. Bagi anak cerebral palcy, binagerak masih terus diupayakan agar anak
memperoleh perkembangan yang optimal.
10
ada parallel bars, dinding kelas di lengkapi dengan parallel bars, meja dan kursi
anak disesuaikan dengan kelainan anak.
a) Brace
Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk memperkuat otot dan
tulang. Brace biasanya digunakan di kaki, punggung, atau di leher. Fungsi brace
berguna untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang. Brace terbuat
dari kulit yang kaku atau plastik yang tebal dilapisi kain atau sepon atau karet pada
tepi dan pinggirannya agar tidak terjadi decubitus (lecet) pada jaringan yang kontak
langsung.
b) Crutch (kruk)
Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukan pada tangan atau ketiak
untuk menyangga beban tubuh. Kruk terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium,
atau pipa stainless steel yang berbentuk bulat setinggi ukuran tubuh pemakainya.
Pada bagian atas tempat yang kontak dengan ketiak atau tangan diberi spon atau
karet agar lunak dan tidak menyebabkan lecet bila dipakai. Ada berbagai macam
bentuk kruk, yaitu (1) standard double bar upright under arm chrutch, (2) extension
crutch, (3) aluminium double bar upright extension crutch, (4) lofstrand crutch, (5)
tricep crutch, (6) standard axillary crutch.
c) Splint
Splint berasal dari bahasa Inggris yang berarti spalk ( bahasa Belanda). Alat ini
bertujuan untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota
tubuh yang sakit tidak salah bentuk Ada dua macam splint, yaitu splint untuk
anggota tubuh bagian atas (tangan) dan splint untuk anggota tubuh bagian bawah
(kaki). Splint dapat dibuat dari bahan gips, kulit sol, karton, kayu, celastic, dan
orthoplast. Bahan-bahan tersebut dibentuk menurut posisi anggota gerak tubuh yang
sakit.
11
d) Wheel chair (kursi roda)
Menurut bentuknya, kursi roda dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kursi roda yang
roda besarnya di depan, dan kursi roda yang roda besarnya di belakang. Kursi roda
yang roda besarnya di depan dapat berputar di tempat yang sempit. Kursi roda yang
roda besarnya di belakang, dapat masuk kolong tempat tidur, sehingga memudahkan
untuk berpindah tempat.
Selain fasilitas pendukung tersebut di atas, fasilitas lain yang mendukung pendidikan
untuk anak tunadaksa adalah ruangan terapi dan peralatan terapi. Terapi yang
berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah fisioterapi, terapi bermain, dan
terapi okupasi.
Maksud rehabilitasi disini adalah suatu upaya yang dilakuakan pada penyandang
kelainan fungsi tubuh atau tunadaksa, agar memiliki kesanggupan untuk berbuat
sesuatu yang berguna baik bagi dirinya maupun orang lain. Sebagaimana telah di
singgung pada bagian sebelumnya bahwa kelainan pada fungsi anggota tubuh, baik
yang tergolong pada tunadaksa ortopedi maupun neurologis akan berpengaruh
terhadap kemampuan fisik, mental, dan sosial dalam meniti tugas perkembangannya.
Oleh karena itu, tekanan rehabilitasi penderita tunadaksa hendaknya menitikberatkan
kepada aspek-aspek tersebut. Jenis rehabilitasi bagi penyandang tunadaksa menurut
kebutuhannya antara lain:
1. Rehabilitasi Medis
Dalam rehabilitasi medis ada beberapa teknik yang dapat digunakan, antara
lain operasi ortopedi, fisioterapi, actives in daily living (ADL), occupational therapy
atau terapi tugas, pemberian pemberian protease, pemberian alat-alat ortopedi, dan
bantuan teknis lainnya. Operasi ortopedi dilakukan sebagai usaha untuk memperbaiki
12
salah bentukdan salah gerak dengan mengurangi atau menghilangkan bagian yang
menyebabkan terjadinya kesalahan bentuk atau gerak.
Occupational therapy adalah bentuk usaha atau aktifitas bersifat fisik dan
psikis dengan tujuan membantu penderita tunadaksa agar menjadi lebih baik dan kuat
dari kondisi sebelumnya melalui sejumlah tugas atau pekerjaan tertentu. Sarana yang
dapat digunakan dalam kegiatan terapi tugas ini antara lain melukis, memahat,
membuat kerajinan tangan, menyulam, merajut, untuk melatih kemampuan tangan.
13
a. Perangkat yang berfungsi sebagai penguat bagian tulang punggung dan badan
c. Pembatasan gerak
2. Rehabilitasi Vokasional
14
• Team work, adalah kerjasama antar berbagai ahli yang tergabung dalam tim
rehabilitasi, seperti kedokteran, ahli terapi fisik, pekerja sosial, konselor, psikolog,
ortopedagog, dan tenaga ahli lainnya.
3. Rehabilitasi Psikososial
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tunadaksa adalah . . . . Tujuan pendidikan anak tunadaksa yaitu untuk
mengembangkan intelektual dan akademik, membantu perkembagan fisik,
meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, mematangkan
aspek sosial, mematangkan moral dan spiritual, meningkatkan ekspresi diri,
dan mempersiapkan masa depan anak. Tujuh tujuan tersebut diupayakan dapat
membnetuk kemandirian dan keutuhan pribadi anak tunadaksa.
Layanan pendidikan anak tunadaksa yaitu ;
a. Bentuk layanan pendidikan
b. Pendekatan layanan pendidikan
c. Fasilitas pendidikan anak tunadaksa
16
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Hermanto,%20S.Pd.,M.Pd./LCD-
PATD.pdf
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/.../1/NURHIKMAH%20-
FDK.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-
MIMIN_CASMINI/Pend._Bagi_ATD.pdf
http://utamywiji.blogspot.com/2012/12/tunadaksa-dan-layanan-pendidikannya.html
http://ppg.spada.ristekdikti.go.id/pluginfile.php/16676/mod_resource/content/1/
KEGIATAN%20BELAJAR%204%20PROSTETIS%20ORTOTIS%20DAN%20ALAT
%20BANTU.pdf
edi purwanto. pendidikan anak berkebutuhan khusus
17