DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
DOSEN PENGAMPU:
DR. MARTIAS Z S.PD, M.PD
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah
prespektif pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu yang berjudul Melaksanakan
Asesmen untuk Anak dengan Hambatan Pendengaran di SLB atau Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusi dapat terselesaikan.
Ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran yang
meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang dikelompokkan
menjadi kurang mendengar dan tuli, kondisi ini menyebabkan terganggunya proses
perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi (Atmaja, 2018: 62).
Tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra
pendengarannya (Atmaja, 2018: 64). Tunarungu adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran (Delphie,
2006: 102). Dari beberapa pengertian tersebut, anak tunarungu adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran baik secara keseluruhan atau sebagian. Klasifikasi
tunarungu menurut Atmaja dilihat dari kondisi tingkat kehilangan pendengaran yaitu
tunarungu sangat ringan (27–40 dB), tunarungu ringan (41–55 dB), tunarungu sedang
(50–76 dB), tunarungu berat (71–90 dB), dan tunarungu parah (di atas 90 dB).
Saran dan masukan dari rekan rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah yang
bersifat membangun sangatlah kami harapkan. Semoga makalah ini dapat menjadi
inspirasi dan sumber informasi untuk membangun dan memajukan dunia pendidikan
khususnya PLB. Salam!
Medan, 5 Desember 2021
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus
menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang.
Menurut Lenner (1988 ) asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan
informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan keadaan anak. Dalam
konteks pendidikan, Hargrove dan Poteet ( 1984 ) menempatkan asesmen
sebagai salah satu dari tiga aktivitas penting di bidang pendidikan bahkan
mengawali dari aktifitas yang lain, ialah (1) asesmen (2) diagnostik (3)
preskriptif.
Dengan demikian maka asesmen dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
dan berdasarkan diagnosis tersebut dilakukan langkah berikutnya ialah
preskrepsi, yakni perencanaan program pendidikan. Menurut Salvia dan
Ysseldyke seperti dikutip oleh Lerner (1988:54) dalam Dr.Mulyono
Abdurrahman (1995), dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan
kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk (1)
penyaringan (screening ), (2) pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi
(classification), (4) perencanaan pembelajaran ( instructional planning), dan (5)
pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).
Khususnya bagi penyandang kelainan penglihatan Asesmen mempunyai
fungsi yang lebih luas, ialah untuk pengobatan, pemberian bantuan dan juga
untuk perencanaan pendidikan. Kegiatan ini harus melibatkan tenaga
profesional, seperti dokter atau tenaga medis, dan atau petugas optic. Jika
ditemukan adanya gejala klinis mengenai tanda-tanda adanya penyakit pada
organ mata, baik yang secara fungsional telah mengganggu yang ditemukan
tersebut secara klinis tidak merupakan suatu penyakit, mungkin memerlukan
bantuan alat optic atau kaca mata yang sesuai. Karena bisa terjadi setelah
dilakukan tindakan medis maupun non medis dapat mengfungsikan kembali
penglihatannya dengan baik, tetapi tidak sedikit anak yang memang mengalami
kelainan penglihatan sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menggunakan
fungsi penglihatan secara baik. Hasil dari asesmen dapat membantu membuat
keputusan tentang pemecahan permasalahan pada pembelajaran.
Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang diintegrasikan masuk kedalam kelas reguler untuk belajar
bersama,anak-anak normal lainnya diskeolah umum, (Olivia: 2017,: 3), praktik
pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus diindonesia sendiri
sudah ada sejak tahun 1901 yang diselenggarakan oleh lembaga sosial
masyarakat (LSM) maupun kelompok keagamaan, sedangkan pemerintah
(Depdikbud) baru mengambil tindakan secara nyata dalam membangun
sekolah luar biasa pada tahun 1980 an, sistem ini dinamaknan sistem segregasi
yang mana anak berkebutuhan khusus di didik dalam satu sekolah khusus
namun masih terpisah dengan anak reguler lainnya.
Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus yaitu sekolah luar
biasa (SLB), sekolah Dasar luar biasa (SDLB), sekolah terpadu. SLB sendiri
sudah ada sejak tahun 1945, karena pada tahun itu sudh ada 100 siswa
berkebutuhan khusus, namun pada tahun 1945 masih kekurangan guru
sehingga pemerintah mengirim beberapa tokoh pemerhati SLB untuk studi.
Pelaksanaan sekolah inklusi ini sendiri memiliki 8 aspek yaitu
penerimaan peserta didi baru (PPDB), Identifikasi, Kurikulum (kurikulum
fleksibel), merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran anak, penataan
kelas ramah anak, Asessmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran
adaptif, serta penilaian evaluasi pembelajaran, Asessmen merupakan salah satu
kegiatan evaluasi pendidikan untuk mengumpulkan informasi yang akan
digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran
kepada siswa Berkebutuhan Khusus.
Tujuan Asessmen ini adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program
pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar(Abdurrahman, 2003:46),
Asessmen memiliki macam-macam model pelaksanaan yaitu: Baseline
Asessmen, Progress Asessmen, Spesifik Asessmen, Final Asessmen, dan Follo
up Asessmen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas lebih lanjut
tentang bagaimana sebenarnya karakteristik dan kebutuhan anak berbakat.
Agar lebih sistematis pembahasan terbagi dalam empat topik utama, meliputi:
1. Bagaimana melaksanakan Asessmen untuk anak dengan hambatan
pendengaran di sekolah SLB atau sekolah penyelenggara pendidikan inklusi
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan Asessmen untuk anak dengan
hambatan pendengaran di sekolah SLB atau sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi
BAB II
PEMBAHASAN
Instrumen Artikulasi
NO Organ Hasil
Tes
Artikulasi Baik Cukup Kurang
1 Bibir Memonyonkan bibir
Menatik bibir kebelakang
Menggetarkan bibir
2 Lidah Menjulurkan lidah kedepan
Menjulurkan lidah kekiri
Menyentuh lengkung gigi
atas
Mendorong pipi kiri
Mendorong pipi kanan
Menyapu bibir atas
Menyapu bibir bawah
3 Velum Meniup udara keluar melalui
mulut
Meniup balon
Meniup peluit
Menahan udara di mulut
samapai 30 detik
4 Rahang Membuka mulut sampai
lebar-lebar
Membuka mulut rapat-rapat
5 Napas Ambil napas, tahan sampai
10 detik
Instrumen pembedaan bunyi
a. Panjang/pendek
1 Ka
kaaaaaaa
2 Ma
maaaaa
3 La
laaaaaa
4 Sa
saaaaa
5 Ba
baaaaaa
b. Tinggi/rendah
1 Papa
pipa
2 Mimi
maju
3 Didi
dodo
4 Sama
simi
5 Lala
loli
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyelenggaraan sekolah inklusif adalah dengn cara menggabungkan siswa
reguler dengan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas yang sama hanya
dibedakan Oleh RPP yang dibuat guru, yaitu terdapat modifikasi pada siswa
berkebutuhan khusus, modifikasi RPP tersebut dibedakan oleh materi, bahan,
strategi belajar, media dan evaluasi pembelajaannya, hal ini dilakukan dengan
cara mneyesuaikan RPP dengan hasil asessmen tiap-tiap anak berkenutuhan
khusus. Tujuan Asessmen ini adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program pembelajaran
bagi anak berkesulitan belajar(Abdurrahman, 2003:46), Asessmen memiliki
macam-macam model pelaksanaan yaitu: Baseline Asessmen, Progress Asessmen,
Spesifik Asessmen, Final Asessmen, dan Follo up Asessmen.
B. Saran
Demikian pemaparan mengenai konsep melaksanakan asesmen anak dengan
hambatan pendengaran di SLB atau Penyelenggara Pendidikan Inklusi semoga
pembaca dapat memahami dan bisa mengaktualisasikannya kepada diri sendiri
maupun orang lain. Kami menyadari masih jauh dari kata sempurna sehingga
kami mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA