Anda di halaman 1dari 15

PRESPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ANAK TUNARUNGU

MELAKSANAKAN ASESMEN UNTUK ANAK DENGAN HAMBATAN


PENDENGARAN DI SLB ATAU SEKOLAH PENYELENGGARA
PENDIDIKAN INKLUSI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

DOSEN PENGAMPU:
DR. MARTIAS Z S.PD, M.PD

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah matakuliah
prespektif pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu yang berjudul Melaksanakan
Asesmen untuk Anak dengan Hambatan Pendengaran di SLB atau Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusi dapat terselesaikan.
Ketunarunguan adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran yang
meliputi seluruh gradasi ringan, sedang, dan sangat berat yang dikelompokkan
menjadi kurang mendengar dan tuli, kondisi ini menyebabkan terganggunya proses
perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi (Atmaja, 2018: 62).
Tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra
pendengarannya (Atmaja, 2018: 64). Tunarungu adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran (Delphie,
2006: 102). Dari beberapa pengertian tersebut, anak tunarungu adalah anak yang
mengalami gangguan pendengaran baik secara keseluruhan atau sebagian. Klasifikasi
tunarungu menurut Atmaja dilihat dari kondisi tingkat kehilangan pendengaran yaitu
tunarungu sangat ringan (27–40 dB), tunarungu ringan (41–55 dB), tunarungu sedang
(50–76 dB), tunarungu berat (71–90 dB), dan tunarungu parah (di atas 90 dB).
Saran dan masukan dari rekan rekan mahasiswa dan dosen mata kuliah yang
bersifat membangun sangatlah kami harapkan. Semoga makalah ini dapat menjadi
inspirasi dan sumber informasi untuk membangun dan memajukan dunia pendidikan
khususnya PLB. Salam!
Medan, 5 Desember 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................3
C. Tujuan ..........................................................................................................................3
BAB II .....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................4
BAB III ..................................................................................................................................11
PENUTUP .............................................................................................................................11
A. Kesimpulan ................................................................................................................11
B. Saran ..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asesmen merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus
menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang.
Menurut Lenner (1988 ) asesmen didefinisikan sebagai proses pengumpulan
informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan keadaan anak. Dalam
konteks pendidikan, Hargrove dan Poteet ( 1984 ) menempatkan asesmen
sebagai salah satu dari tiga aktivitas penting di bidang pendidikan bahkan
mengawali dari aktifitas yang lain, ialah (1) asesmen (2) diagnostik (3)
preskriptif.
Dengan demikian maka asesmen dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
dan berdasarkan diagnosis tersebut dilakukan langkah berikutnya ialah
preskrepsi, yakni perencanaan program pendidikan. Menurut Salvia dan
Ysseldyke seperti dikutip oleh Lerner (1988:54) dalam Dr.Mulyono
Abdurrahman (1995), dalam kaitannya dengan upaya penanggulangan
kesulitan belajar, asesmen dilakukan untuk lima keperluan, yaitu untuk (1)
penyaringan (screening ), (2) pengalihtanganan (referral), (3) klasifikasi
(classification), (4) perencanaan pembelajaran ( instructional planning), dan (5)
pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).
Khususnya bagi penyandang kelainan penglihatan Asesmen mempunyai
fungsi yang lebih luas, ialah untuk pengobatan, pemberian bantuan dan juga
untuk perencanaan pendidikan. Kegiatan ini harus melibatkan tenaga
profesional, seperti dokter atau tenaga medis, dan atau petugas optic. Jika
ditemukan adanya gejala klinis mengenai tanda-tanda adanya penyakit pada
organ mata, baik yang secara fungsional telah mengganggu yang ditemukan
tersebut secara klinis tidak merupakan suatu penyakit, mungkin memerlukan
bantuan alat optic atau kaca mata yang sesuai. Karena bisa terjadi setelah
dilakukan tindakan medis maupun non medis dapat mengfungsikan kembali
penglihatannya dengan baik, tetapi tidak sedikit anak yang memang mengalami
kelainan penglihatan sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menggunakan
fungsi penglihatan secara baik. Hasil dari asesmen dapat membantu membuat
keputusan tentang pemecahan permasalahan pada pembelajaran.
Pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus yang diintegrasikan masuk kedalam kelas reguler untuk belajar
bersama,anak-anak normal lainnya diskeolah umum, (Olivia: 2017,: 3), praktik
pelaksanaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus diindonesia sendiri
sudah ada sejak tahun 1901 yang diselenggarakan oleh lembaga sosial
masyarakat (LSM) maupun kelompok keagamaan, sedangkan pemerintah
(Depdikbud) baru mengambil tindakan secara nyata dalam membangun
sekolah luar biasa pada tahun 1980 an, sistem ini dinamaknan sistem segregasi
yang mana anak berkebutuhan khusus di didik dalam satu sekolah khusus
namun masih terpisah dengan anak reguler lainnya.
Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus yaitu sekolah luar
biasa (SLB), sekolah Dasar luar biasa (SDLB), sekolah terpadu. SLB sendiri
sudah ada sejak tahun 1945, karena pada tahun itu sudh ada 100 siswa
berkebutuhan khusus, namun pada tahun 1945 masih kekurangan guru
sehingga pemerintah mengirim beberapa tokoh pemerhati SLB untuk studi.
Pelaksanaan sekolah inklusi ini sendiri memiliki 8 aspek yaitu
penerimaan peserta didi baru (PPDB), Identifikasi, Kurikulum (kurikulum
fleksibel), merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran anak, penataan
kelas ramah anak, Asessmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran
adaptif, serta penilaian evaluasi pembelajaran, Asessmen merupakan salah satu
kegiatan evaluasi pendidikan untuk mengumpulkan informasi yang akan
digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran
kepada siswa Berkebutuhan Khusus.
Tujuan Asessmen ini adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program
pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar(Abdurrahman, 2003:46),
Asessmen memiliki macam-macam model pelaksanaan yaitu: Baseline
Asessmen, Progress Asessmen, Spesifik Asessmen, Final Asessmen, dan Follo
up Asessmen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini membahas lebih lanjut
tentang bagaimana sebenarnya karakteristik dan kebutuhan anak berbakat.
Agar lebih sistematis pembahasan terbagi dalam empat topik utama, meliputi:
1. Bagaimana melaksanakan Asessmen untuk anak dengan hambatan
pendengaran di sekolah SLB atau sekolah penyelenggara pendidikan inklusi

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana melaksanakan Asessmen untuk anak dengan
hambatan pendengaran di sekolah SLB atau sekolah penyelenggara
pendidikan inklusi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Melaksanakan Asesemen Anak Dengan Hambatan Pendengaran Di SLB


atau Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi
Anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang
menyimpang dari anak normal dalam hal ciri-ciri mental kemampuan sensorik dan
neuromaskular, prilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi ataupun
kombinasi dua hal atau lebih dari hal-hal diatas sehingga memerlukan modifikasi
dari tugas-tugas sekolah, metode pelajaran yang ditujukan membangun potensi
atau kapasitasnya secara maksimal.
Faktor yang meyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada seseorang, yaitu:
1) Faktor internal
Penyebabnya adalah kondisi biologis yang ada pada anak yang mengalami
kecacatan, misalnya anak tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, atau anak
yang mengalami kesulitan dalam bergerak, anak berkebutuhan khusus dengan
faktor internal ini bersifat permanen (Atmaja:2018.13)
2) Faktor eksternal
Faktor yang meyebabakan ini adalah faktor yang berasal dari luar diri anak
yang menyebabkan anak memiliki hambatan perkembangan dan hambatan
belajar sehingga membuatnya mempunyai kebutuhan khusus dalam pendidikan.
3) Kombinasi
Kebutuhan khusus yang disebabkan kombinasi akan membuat anak memiliki
kebutuhan khusus yang lebih kompleks mislanya anak dengan gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas berada dalam keluarga yang tidak
menerimanya, anak seperti ini dikatakan memiliki kebutuhan khusus akibat
dari kondisi dirinya dan perlakuan orang tuanya yang tidak tepat.
Anak-anak berkebutuhan khusus memiliki karakter yang berbeda satu sama
lainnya, macam-macam anak berkebutuhan khusus, yaitu:
 Tunanetra
Adalah individu yang indera pengelihatnnya tidak berfungsi sebagai
saluran informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.
 Tunarungu
Adalah seseorang yang mengalami gangguan pendengaran yang meliputi
seluruh gradasi ringan, sedang dan snagat berat yang dikelompokkan
menjadi kurang dengar atau tuli, kondisi ini meyebabkan terganggunya
proses perolehan informasi atau bahasa sebagai alat komunikasi.
 Tunagrahita
Adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan
ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan dalam
komunikasi sosial.
 Autisme
Yaitu suatu paham yang tertarik hanya dengan dunianya sendiri, Autisme
adalah kelainan perkembangan saraf seseorang yang dialami sejak lahir
ataupun saat masa balita dengan menutup diri sendiri secara total dan tidak
mau berhubungan dengan dunia luar.
 ADHD
Secara umum menjelaskan ciri yang kurang knsentrasi, hiperaktif, dan
impulsif yang menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar aktifitas
mereka
 Tunadaksa
Adalah mereka yang mengalami gangguan otot, tulang, sendi atau sistem
syaraf yang megakibatkan kurang optimalnya fungsi komunikais,
mobilitas, sosialisasi dan perkembangan keutuhan pribadi.
 Tunalaras
Adalah ketidak mamapuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial,
bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
 Tunawicara
Adalah anak yang mengalami gangguan komunikasi yang mengalami
penyimpangan alam bidang perkembangan bahasa, wicara, suara, irama
dan kelancaran dari usia rata-rata yang disebabkan faktor fisik,psikolois
dan lingkungan.
 Anak berbakat
Adalah mereka yang mempunyai kemampuan unggul dalam segi
intelektual, teknik, estetika, sosial dan fisik, anak berbakat adalah mereka
yang mempunyai kemampuan unggul dan menunjukkan prestasi jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan teman seusianya.
 Slow linier
Adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah rata-rata
tetapi belum termasuk gangguan mental, mereka membutuhkan wkatu
yang lama dan berulang-ulang untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik
maupun non akademik.
B. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi merupakan suatu sistem bagi anak berkebutuhan khusus
yang diintegrasikan masuk kedalam kelas reguler untuk belajar bersama anak
anak normal lainnya belajar disekolah umum, Pendidkan inklusi dinyatakan
sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkelainan
dilayani disekolah-sekolah terdekat, dikelas reguler bersama teman seusianya.
C. Tujuan Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi bertujuan agar naka-anak berkebutuhan khusus dapat
menerima pendidikan yang setara dengan naka-anak normal pada umumnya
(Olivia: 2017. 9), tujuan anak berkebutuhan khusus disekolahkan disekolah anak
normal adalah untuk mengemabangkan kmampuan sosial keduanya, baik bagi
anak berkebutuhan khusus maupun anak normal kemampuan sosial ini dengan
cara berteman.
D. Aspek-Aspek Sekolah Inklusi
 Penerimaan peserta didik baru (PPDB)
Pelaksanaan penerimaan peserta didik baru dilengkapi dengan guru
pendamping khusus yang sudah memahami tentang pendidikan inklusi dan
keberagaman karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus.
 Identifikasi
Merupakan upaya guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk
menemukan dan mengenali anak yang mengalami
hambatan/kelainan/gangguan baik itu fisik, mental, emosional dan sosial dalam
rangka pemberian layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
khususnya.
 Kurikulum (kurikulum fleksibel)
Kurikulum fleksibel yaitu yang mengakomodasikan anak dengan
berbagai latar belakangdan kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan
pendidikan akan lebih peka mempertimbangkan keragaman siswa agar
pemebelajarannya relevan dengan kemampuan dan kenutuhannya.
 Merancang bahan ajar dan kegiatan pembelajaran ramah anak
Bahan ajar tersusun atas topik dan sub topik bahasan tertentu yang
mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan, agar
perhatian siswa terarah apada guru maka guru harus kreatif dalam memberikan
pembelajaran yang kreatif.
 Penataan kelas ramah anak
Cara penataan unsur-unsur fisik dalam suatu ruangan kelas dapat
berdampak pada proses pembelajaran dan prilaku siswa, Kondisi ruangan kelas
dapat mempengaruhi kondisi dan suasana belajar siswa ABK dengan siswa
lainnya.
 Asessmen
Adalah suatu proses pengumpulan informasi seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan
dnegan anak tersebut, langkah-langkah asessmen yaitu:
 Screening, meliputi keputusan untuk menentukan proses kemajuan siswa
yang dianggap cukup berbeda dengan teman lain sehingga patut diberikan
pengubahan pengajaran.
 Diagnosis, yaitu keputusan yang menyangkut kelayakan atas layanan
pendidkan khusus untuk melihat siswa, apakah siswa tersebut pantas untuk
disebut sebagai penyandang disabilitas.
 Penetapan program, keputusan yang berkenaan dengan ranah yang menjadi
tempat berlangsungnya layann-layanan pendidikan khusus yang diterima
siswa.
 Penempatan kurikulum, mengikuti keputusan mengenai level yang akan
dipilih untuk memulai pengajaran siswa.
 Evaluasi pengajaran, meliputi keputusan untuk melanjutkan atau mengubah
prosedur pengajaran yang telah ditetapkan pada siswa.
 Evaluasi program, meliputi keputusan menghentikan, melanjutkan atau
memodifikasi program pendidikan khsusu seorang siswa.
 Pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif
Media pembelajaran adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus pada
hakikatnya adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan ccok dalam
kegiatan pembelajran.
 Penilaian evaluasi pembelajaran
Evaluasi merupakan proses yang penting dalam pengambilan keputusan,
memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisa informasi
tersebut untuk memperoleh data yang tepat yang akan digunakan pengambilan
keputusan diantara beberapa alternatif.
INSTRUMEN ASESSMEN UNTUK ANAK DENGAN HAMBATAN
PENDENGARAN DI SLB DAN SEKOLAH INKLUSI
Nama : ..........................................
Jenis kelamin : .............................................
Tanggal lahir : ............................................
Nama orang tua : ...............................................
Alamat : ................................................
Tanggal Asessmen : ...............................................

Instrumen Artikulasi
NO Organ Hasil
Tes
Artikulasi Baik Cukup Kurang
1 Bibir  Memonyonkan bibir
 Menatik bibir kebelakang
 Menggetarkan bibir
2 Lidah  Menjulurkan lidah kedepan
 Menjulurkan lidah kekiri
 Menyentuh lengkung gigi
atas
 Mendorong pipi kiri
 Mendorong pipi kanan
 Menyapu bibir atas
 Menyapu bibir bawah
3 Velum  Meniup udara keluar melalui
mulut
 Meniup balon
 Meniup peluit
 Menahan udara di mulut
samapai 30 detik
4 Rahang  Membuka mulut sampai
lebar-lebar
 Membuka mulut rapat-rapat
5 Napas  Ambil napas, tahan sampai
10 detik
Instrumen pembedaan bunyi
a. Panjang/pendek

No kata dapat Tidak dapat keterangan

1 Ka
kaaaaaaa
2 Ma
maaaaa
3 La
laaaaaa
4 Sa
saaaaa
5 Ba
baaaaaa

b. Tinggi/rendah

No kata dapat tidak dapat keterangan

1 Papa
pipa
2 Mimi
maju
3 Didi
dodo
4 Sama
simi
5 Lala
loli
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyelenggaraan sekolah inklusif adalah dengn cara menggabungkan siswa
reguler dengan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas yang sama hanya
dibedakan Oleh RPP yang dibuat guru, yaitu terdapat modifikasi pada siswa
berkebutuhan khusus, modifikasi RPP tersebut dibedakan oleh materi, bahan,
strategi belajar, media dan evaluasi pembelajaannya, hal ini dilakukan dengan
cara mneyesuaikan RPP dengan hasil asessmen tiap-tiap anak berkenutuhan
khusus. Tujuan Asessmen ini adalah untuk memperoleh informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program pembelajaran
bagi anak berkesulitan belajar(Abdurrahman, 2003:46), Asessmen memiliki
macam-macam model pelaksanaan yaitu: Baseline Asessmen, Progress Asessmen,
Spesifik Asessmen, Final Asessmen, dan Follo up Asessmen.

B. Saran
Demikian pemaparan mengenai konsep melaksanakan asesmen anak dengan
hambatan pendengaran di SLB atau Penyelenggara Pendidikan Inklusi semoga
pembaca dapat memahami dan bisa mengaktualisasikannya kepada diri sendiri
maupun orang lain. Kami menyadari masih jauh dari kata sempurna sehingga
kami mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. (2017). Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus (dalam setting


pendidikan inklusi). Bandung: PT Refika Aditama.

Dewi, D. P. (2018). Asesmen sebagai upaya tindak lanjut kegiatan identifikasi


terhadap anak berkebutuhan khusus. Wahana, 70(1), 17-24.

Friend, M& Bursuck, W. D. (2015). Menuju Pendidikan Inklusi Panduan Praktis


Untuk Mengajar Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ilahi, M. T. (2013). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:


Ar Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai