Anda di halaman 1dari 11

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SLB NEGERI CILEUNYI

Sifa Nurafiyah

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Bandung, 15 Desember 2022

ABSTRAK

Penelitian mengenai program konseling SLB negeri cileunyi ini


dilakukan agar mengetahui bagaimana lembaga ini berjalan dan bagaimana
implementasi mengenai manajemen layanan bimbingan dan konseling di SLB
Negeri Cileunyiyang beralamat di Jl. Pandanwangi Jl. Cibiru Indah III, Cibiru
Wetan, Kec. Cileunyi, Kabupaten Bandung, JawaBarat 40625. Dalam penelitian ini,
metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan
paradigma fenomenologi. Setelah dilakukan penelitian dengan cara wawancara
Layanan bimbingan dan konseling di SLB Negeri Cileunyi masih belum memadai
karena keterbatasan guru BK dimana di sekolah ini baru memiliki satu guru BK dan juga
ruangan beserta fasilitas yang belum memadai. Ada beberapa program di SLB
NegeriCileunyi yaitu ada pendidikan formal dan pelatihan keahlian atau skill dimana
peserta didik mengikuti lomba seperti seni, olahraga dan juga magang.
PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan
Nasional. Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan “... yang khusus diselenggarakan
untuk peserta didik yang meyandang kelainan fisik atau mental.” Pendidikan tersebut
menurut PP No.72 Tahun 1991 bertujuan “... Membantu peserta didik agar mampu
mengembangkan sikap danketerampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan.
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus.
Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan
Khusus), ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang berbeda dengan anak
normal. SLB biasanya memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak biasa dimiliki oleh sekolah pada
umumnya, dikarenakan fungsinya dari sekolah itu sendiri yang memang hanya akan
memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus.
Menurut data dari tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K)

tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar


18.000 anak dengan jumlah seperti ini Sekolah Luar Biasa (SLB) harus memiliki fasilitas-
fasilitas yang dapat membantu mereka dalam belajar agar dapat mengembangkan
kemampuan mereka.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak-
haknya, reformasi kelembagaan yang melayani ABK. Jika dahulu bentuk kelembagaan yang
melayani pendidikan bagi ABK masih bersifat segresi atau terpisah dari masyarakat
pada umumnya, maka memasuki akhir milenium dua, misi dan visi kelembagaan sudah
cenderung kepada bentuk integrasi. Suatu bentuk dimana anak luar biasa ataupun para
penyandang cacat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan masyarakat pada
umumnya.
Menurut Purwanta (2005), bimbingan konseling untuk anak berkebutuhan
khusus (ABK) yang utama adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab dan mendorong
adanya perubahan tingkah laku yang spesifik. Mu‟arifah, Barida dan Supriyanto (2016)
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus adalah kemampuan dalam memberikan layanan program
bimbingan dan konseling bagi ABK, dengan beberapa pendekatan yang bisa diterapkan
untuk melakukan layanan BK ABK. Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah
luar biasa dibutuhkan dengan bertujuan agar terpecahkannya permasalahan peserta
didik berkebutuhan khusus baik permasalahan pribadi, sosial, belajar, karir secara
mandiri, yang menjadi pembeda antara bimbingan dan konseling di sekolah pada
umumnya dengan bimbingan konseling di sekolah luar biasa adalah pelaksanaan layanannya
menggunakan isi materi yang sesuai dengan peserta didik.
Pada peserta didik berkebutuhan khusus, pasti mengalami hambatan dalam
tugas perkembangan yang seharusnya dapat dicapai menurut perkembangan usianya. Akibat
tidak tercapainya tugas perkembangan sebagaimana mestinya, maka menghasilkan masalah
pada tugas perkembangannya. Kehadiran layanan bimbingan dan konseling sebagai upaya
sekolah membantu wali kelas untuk membimbing peserta didik berkebutuhan khusus
minimal dalam menyelesaikan permasalahhan diri dan sosialnya. Hal ini sangat selaras
dengan tujuan diadakannya sekolah berkebutuhan khusus, dimana pihak sekolah dapat
membantu orang tua peserta didik dengan saling bersinergi membentuk perkembangan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk tumbuh lebih mandiri dan dapat beradaptasi
di lingkungan walaupun keterbatasan yang dimilikinya.
Dalam makalah laporan hasil observasi yang telah kita laksanakan ini menguraikan
semua hal dan aspek mengenai lembaga SLB Negeri Cileunyi. Dalam upaya
mengetahui bagaimana lembaga ini berjalan dan bagaimana implementasi mengenai
manajemen layanan bimbingan dan konseling di SLB Negeri cileunyi

KERANGKA TEORITIS
1. Program layanan
1. Program Bimbingan Karier (sudah terlaksana)
Program Bimbingan Karier merupakan program yang berfungsi menyelenggarakan
seluruh layanan bimbingan yang penekanannya serta orientasinya pada pemberian
bantuan kepada siswa dalam menyusun rencana pendidikan lanjutannya dan rencana
pilihan pekerjaan. Bagi siswa yang telah memasuki jenjang sekolah menengah
(SMLB), rencana pendidikan dan pilihan pekerjaan tersebut merupakan dua hal yang
berkaitan erat.
Dapat dikatakan juga bahwa program bimbingan karir yang sudah terlaksana di sekolah
ini berpusat sekitar layanan dan kegiatan yang tujuan akhirnya adalah agar siswa
mampu menyusun rencana karir dan mengambil keputusan karir serta mengambil
langkah-langkah tindakan relevan yang perlu untuk mewujudkan keputusan tersebut.
2. Program Bina Diri
Program Bina Diri merupakan suatu pembinaan dan pelatihan tentang kegiatan
kehidupan seharihari yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus yang bersekolah
di SLB Negeri Cileunyi ini. Bina diri yang dimaksud ialah kegiatan yang dilakukan
dari mulai tidur sampai tidur kembali, kegiatan tersebut antara lain merawat, mengurus
dan memelihara diri yang merupakan kegiatan rutin dan mendasar yang harus dikuasai
oleh manusia.
Program Bina Diri ini dalam kehidupan anak yang mengalami keterbelakangan
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Kondisi anak yang mengalami
terbelakang mental tidak memungkinkan melakukan perawatan diri sendiri secara
mandiri. Adapun ruang lingkup program ini tidak dapat terlepas dari program
pembelajaran yang lainnya pada satu satuan pendidikan, dalam pengertian
pembelajaran bina diri dapat saling berkontribusi dengan pembelajaran yang lain.
Maka dari itu, guru BK sangat diperlukan tetapi guru BK ataupun guru yang
mengajar memiliki hambatan dalam berkomunikasi karena tidak adanya pengetahuan
khusus semasa perkuliahan yang mengakibatkan kurang maksimalnya dalam program
ini.
2. Program Kesehatan Reproduksi
Dalam memberikan bimbingan mengenai kesehatan reproduksi kepada siswa, guru
BK dapat mengkomunikasikan pengetahuan dengan cara yang benar dan bisa dimengerti
oleh soswa sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kondisi kelainan siswa. Kesehatan
Reproduksi merupakan keadaan sejahtera dan sehat secara fisik, mental maupun sosial
yang berhubungan dengan aspek reproduksi dalam menjalankan sistem, fungsi, dan
prosesnya secara normal serta bebas dari penyakit dan kecacatan. Anak yang mengalami
kebutuhan khusus memerlukan layanan dan bimbingan secara khusus dalam hal
kesehatan reproduksi. Pembimbingan yang dilakukan oleh guru kepada anak
berkebutuhan khusus dilakukan dengan mengumpulkan anak berkebutuhan khusus
kemudian memberikan bimbingan, penamaan alat reproduksi harus dikatakan dengan
bahasa yang sebenarnya (bahasa ilmiah). Materi yang disampaikan berupa
pembimbingan tentang tatacara menjaga kebersihan dan kesehatan alat reproduksi, haid
bagi remaja perempuan, cara memakai pembalut, menamakan alat kelamin dengan
bahasa ilmiah dan menghindari penyelewengan seksual. Hambatan guru BK dalam
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di Sekolah Luar Biasa yaitu Ana k
berkebutuhan mengalami kesulitan dalam menerima materi pendidikan kesehatan
reproduksi, dukungan ddan perhatian dari orang tua siswa sangat rendah, kurangnya
fasilitas yang disediakan sekolah, belum tersedianya tempat berupa ruang khusus untuk
pembimbingan pendidikan kesehatan reproduksi, belum ada waktu atau jam khusus untuk
menyampaikan materi pendidikan kesehatan reproduksi. Selain guru, peran orang tua
juga sangat penting dalam pendidikan kesehatan reproduksi, orang tua membimbing
anaknya dirumah. Namun, terkadang banyak orang tua yang tidak memberikan
bimbingan dan pertahatian kepada anaknya tentang kesehatan reproduksi, penyampaian
mengenai kesehatan reproduksi masih dianggap tabu, penamaan alat kelamin tidak
menggunakan bahasa ilmiah. Solusi guru BK untuk mengatasi hambatan-hambatan
tersebut dengan cara pendidikan kesehatan reproduksi diinclude dalam pelajaran dikelas,
melakukan seminar kecil atau penyuluhan kepada anak dan guru-guru kelas,
pembimbingan dilakukan secara langsung, dukungan orang tua lebih ditingkatkan,
disediakan waktu tersediri untuk pendidikan kesehatan reproduksi, dan pemberian materi
melalui alat peraga karena anak berkebutuhan mengalami kesulitan dalam berpikir
abstrak.

3. Landasan program

Landasan programnya yaitu terdapat di kurikulum, program sekolah, dan visi

misi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode kualitatif.
Haltersebut dilakukan karena adanya keterbatasan dari sampel yang akan diteliti.
Pada penelitianini juga, pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan
deskriptif yang bertujuanuntuk mendeskripsikan secara sistematis, factual, dan
akurat mengenai fakta-fakta dan populasitertentu. Dan paradigma yang digunakan
adalah paradigma fenomenologi, dimana pada penelitian ini digambarkan secara
jelas dan detail mengenai fenomena yang terjadi. Penelitianini dilakukan dengan
teknik observasi dan wawancara.

PEMBAHASAN

1. Perencanaan
Untuk perencanaan berhubung kekurangan guru dan bimbingankonseling
belum maksimal termasuk dengan sekolah lain dan masih meraba- raba bagaimana
peran yang baik. Untuk perencanaan sedang memikirkan untuk asesmen dan
mengarahkan siswa kepada minat dan bakat dengan bekerja sama dengan orang
tua karena anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan orang tua.

2. Pengorganisasian

Untuk pengorganisasian karena masih penyesuaian dan masih belum efektif.


Di umum gurunya lebih kooperatif kalau di sini guru BK yang harusmenanyakan
langsung dengan gurunya.

3. Penggerakan

Untuk penggerakkan, sejauh ini memberikan layanan ke siswa dan orang


tua melalui parenting. Menurut orang tua pengasuhan sudah benar, padahal masih
belum benar dan menjadi PR untuk guru BK.

4. Pemotivasian

Motivasi guru BK berasal dari orang tua dan tidak bercita-cita seorang
pendidik. Cita-cita ingin lebih ke psikolog. Motivasi untuk mengajar karena adik
kuliah di Bandung semuanya merantau dan sekalian menjaga adik.
Cara guru BK memberikan motivasi ke anak-anak SLB: salah satu kendala
karna belum mengetahui karakter anak masing-masing berkebutuhan khusus, adapun
yang paling bisa termotivasi untuk tuna netra karna bisa duaarah.

5. Hasil

Hasil yang diinginkan adalah layanan yang benar-benar bermanfaat bagi anak
dan orang tua. Lebih mengarahkan ke minat dan bakat, ada yang kuliah di UPI yang
tunanetra dan di UIN juga ada.

6. Dampak

Dampak pelayanannya terdapat dampak positif dan dampak negatif. Dampak


positif terdapat pelayanan mengenai bimbingan karier dan koordinasi dengan
orang tua dan di pantau oleh orang tua. Dampak negative sampai sekarang belum
ada yang melaporkan yang macam-macam karena tujuan pelayanannya positif
7. Penilaian

Untuk penilaian sejauh ini masih memantau sejauh mana layanan BK


bermanfaat bagi anak dan orang tua.

8. Pengembangan

Pengembangan sejauh ini melakukan pelayanan yang darurat atau urgent


jika terdapat permasalahan itu langsung ditangani.

Permasalahan yang dihadapi Lembaga

1. Permasalahan dan Faktor Penyebabnya

• Permasalahan yang dialami mengenai keterbatasan guru BK dimana


baru hanya memiliki 1 guru BK dan fasilitas yang kurang memadai yaitu
ruangan BK yang kerahasiaannya masih belum terjaga dan ruangannya
yang tidak khusus selebihnya tidak ada permasalahan.
• Untuk permasalahan orang tua dari siswa sendiri yang masih denial, karena
anaknya masuk SLB.
• Sedangkan permasalahan untuk siswa seperti siswa diberikan gadget,
sehingga tidak mau lepas dari gadget tersebut, tapi guru tetap
mengingatkan, karenakalau diambil siswa tantrum.
• Selain itu, ada siswa yang terlambat masuk, faktornya karena menonton TV
hingga larut malam.
2. Pemecahan Masalah yang Diterapkan (langkah-langkahnya)

• Pemecahan masalah pada masalah guru dan fasilitas:

a. Menambah guru BK

b. Menambah atau meningkatkan fasilitas, seperti ruang konseling


yang memadai dan menjaga kerahasiaannya khususnya pada
ruangannya agar pembicaraan tidak terdengar keluar ruangan.
• Pemecahan masalah pada orang tua yang ideal:
a. Memberikan pemahaman pada orang tua, karena peran orang tua
sangatpenting dan diperlukan bagi anak yang berkebutuhan khusus.

b. Memberikan parenting pada orang tua mengenai kebutuhan anaknya.

• Pemecahan masalah pada siswa yang tantrum:

c. Menangani anak tantrum oleh gurunya yang lebih tahu.

d. Anak yang tantrum, dibiarkan terlebih dahulu dan dipisahkan dari


anaklain.
e. Kemudian, diberikan afirmasi-afirmasi jika sudah reda.

2. Pemecahan masalah jam tidur:

3. Adapun jam tidurnya memberikan pemahaman pada orang tua,


seperti membatasi jam menonton TV.
Hasil Pemecahan Masalah

Dengan melakukan langkah-langkah untuk menghadapi


permasalahan akan mendapatkan hasil yang sempurna dalam proses
konseling.
• Dengan menambahkan tenaga kerja (Guru BK) dan fasilitas yang sesuai
dengan ketentuan maka proses konseling akan lebih efektif sehingga
para peserta didik SLB akan dapat memahami dan mengatasi permasalahan
yang dialaminya.
• Dengan adanya parenting atau konseling terhadap orang tua anak
berkebutuhan khusus maka akan mempermudah konseling terhadap
anak berkebutuhan khusus karena orang tua sudah menerima atau tidak
denial maka orang tua pun dapat membantu tumbuh kembang anaknya
yang berkebutuhan khusus karena sudah memahami kondisi anaknya.
• Dalam menghadapi anak tantrum ada teknik-teknik khusus untuk
menghadapinya, ketika teknik yang dilakukan benar maka anak tidak
akan mengalami tantrum lagi dan bisa lanjut ke proses konseling
selanjutnya.
• Permasalahan jam tidur untuk ABK ini kembali lagi pada keluarganya
sebagai konselor di sekolah maka penting melakukan parenting pada
orang tua anakberkebutuhan khusus ini sehingga ketika orang tua sudah
memahami keadaan anaknya sebagai anak berkebutuhan khusus maka
beliau pun akan ikut serta mengawasi dan membimbing anaknya sesuai
kebutuhannya ketika berada di luar sekolah.

KESIMPULAN DAN SARAN


Layanan bimbingan dan konseling di SLB Negeri Cileunyi masih belum
memadai karena keterbatasan guru BK dimana di sekolah ini baru memiliki satu guru
BK dan juga ruangan beserta fasilitas yang belum memadai. Ada beberapa program
di SLB NegeriCileunyi yaitu ada pendidikan formal dan pelatihan keahlian atau skill
dimana peserta didik mengikuti lomba seperti seni, olahraga dan juga magang.

Saat ini, layanan konseling yang sudah berjalan berupa konseling individu dan
konseling karier dan bimbingan terhadap orang tua berupa bimbingan parenting dan
bimbingan berupa pengarahan atau meluruskan permasalahan mengenai orang tua yang
denial ketika anaknya harus sekolah di SLB Negeri Cileunyi.
1. Saran untuk Lembaga yang dikunjungi

Dikarenakan jumlah siswa lebih banyak dari sebelumnya, sedangkan guru


BK nya hanya ada 1 dan itu pun sambil mengajar juga. Jadi, mungkin bisa
dengan menambah guru BK agar lebih efektif. Kemudian karena fasilitas
kurang memadai seperti ruang konselingnya yang tidak kedap suara atau
terdengar pembicaraannya dari luar, maka dapat menambah atau meningkatkan
serta melengkapi fasilitas untuk konseling, khususnya ruang konseling yang
lebih tertutup dan terjaga kerahasiaannya agar pembicaraan tidak terdengar
keluar ruangan. Kemudian, memberikan pemahaman pada orang tua bagi anak
berkebutuhan khusus itu sangat penting, maka selain memberikan konseling
pada anak tersebut juga dapat memberikan parentingpada orang tuanya.

2. Saran untuk Lembaga terkait

Pemerintah atau dinas pendidikan harus lebih memperhatikan alokasi


danayang tepat bagi SLB Negeri Cileunyi yang dimana nantinya sekolah
mampumempersiapkan fasilitas-fasilitas yang akan mendukung selama proses
pembelajaran.

Pemerintah atau dinas pendidikan juga perlu melakukan pelatihan-pelatihan


kepada calon guru sebelum ia benar-benar terjun langsung ke sekolah.
Pemerintah atau dinas pendidikan diharapkan dapat terjun ke lapangan untuk
mengetahui perkembangan atau kinerja dari guru dan peserta didik.
Pemerintah atau dinas pendidikan harus dapat menyediakan lapangan kerja
bagi anak-anak lulusan SLB supaya ketika sudah lulus di dunia pendidikan,
peserta didik tidak kesulitan dalam mencari pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Dwi Syifaunnufush. 2019. Kecenderungan Kenakalan Remaja ditinjau dari


KekuatanKarakter dan Persepsi Komunikasi Empatik Orangtua, Jurnal Psikolog Integratif , Vol.5,
No. 1

Asiyah, Ririn Nur. 1996.Upaya Penanggulangan Kenakalan Remaja SMUN di Kabupate n


Boyolali. Malang

Rineka CiptaSugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

RinekaCipta.Prayitno. 2012. Jenis Layanan Dan Kegiatan Pendukung Konseling. Jakarta

SekernanMaryanah. 2008.Pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Kenakalan


Siswa di Man1 Jakarta. Jakarta

Widya.Dewa, S. (2005). Bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai