Anda di halaman 1dari 4

Nama : Putri Prastya Sholikhah

NIM : 858168285
Jurusan : PGSD-BI / 2A
Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tutor : Ana Rafikayati, M.Pd

SOAL TT1

1. Jelaskan apa saja jenis anak berkebutuhan khusus! Analisis secara tersruktur mulai dari
definisi, ciri- ciri, dan penanganannya jika anak tersebut berada dalam sekolah Saudara!
2. Menurut pendapat Saudara, keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di Indonesia
apakah sudah diperhatikan secara matang oleh pemerintah? Jelaskan pengaruh dampak
kelainan tersebut yang terjadi pada anak, orangtua, dan masyarakat!
3. Sebagai warga negara para penyandang kelainan mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan warga negara lainnya. Jelaskan tiga jenis kebutuhan untuk anak berkebutuhan
khusus dan jelaskan menurut pendapat Saudara tentang keterkaitan ketiganya!
4. Ada jenis pelayanan untuk anak berkebutuhan khusus, diantaranya yaitu sekolah inklusi dan
SLB. Jelaskan menurut pendapat Saudara perbedaan dari kedua jenis layanan tersebut! Dan
jelaskan jenis layanan pendidikan khusus yang dikemukakan oleh McLaughlin & Lewis
(1985)!
5. Pelayanan pendidikan ABK memerlukan pendekatan kolaboratif dalam penyelenggaraanya.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan kalobaratif siapa saja (pakar/personel) yang
berkolaborasi dan bertindak untuk menyelenggarakan peleyanan ABK!
JAWABAN

Soal No. 1
 Seorang anak dikatakan sebagai anak berkebutuhan khusus dikeranakan adanya kelainan
yang dimilikinya dan memerlukan bantuan khusus dalam pembelajaran agar mampu
mengembangkan potensinya secara optimal. Kelainan yang dimiliki anak tersebut tidak
selalu di bawah normal, bisa juga di atas normal, sehingga diperlukannya pengaturan
khusus dalam pelayanan Pendidikan.
 Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus dapat dilihat dari kelainan atau penyimpangan yang
dimilikinya:
1. Kelainan dalam bidang intelektual, yang terdiri dari anak luar biasa cerdas
(intellectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah (tunagrahita).
2. Keluarbiasaan yang terjadi karena hambatan sensori atau indra, terdiri dari anak
tunanetra dan tunarungu.
3. Anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi.
4. Anak yang mengalami penyimpangan perilaku, terdiri dari anak tunalaras dan
penyandang gangguan emosi, termasuk autis.
5. Anak yang mempunyai keluarbiasaan ganda atau berat dan sering disebut sebagai
tunaganda.
 Penanganan terhadap anak tersebut jika berada dalam sekolah saya yaitu:
1. Memberikan pelayanan sekolah biasa dengan Guru Pendidikan Khusus sebagai
konsultan bagi para guru, kepala sekolah dan orang tua ABK. Guru konsultan
berperan membantu para guru untuk menyediakan metode pembelajaran, program,
dan materi khas untuk ABK, serta dapat mengoordinasikan layanan pendidikan yang
sesuai bagi ABK.
2. Menyediakan sumber belajar yang bervariatif sehingga bisa digunakan oleh anak
ABK.

Soal No. 2
Menurut saya, perhatian terhadap ABK di Indonesia semakin lama semakin besar. Hal ini
ditunjukkan oleh banyaknya sekolah untuk ABK yang didirikan. Pada tahun 2021, Yosepha
Pusparisa melaporkan bahwa Indonesia memiliki 2.250 sekolah baik Negeri maupun Swasta
untuk anak berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan antusias
dari ABK untuk senantiasa menuntut ilmu sama seperti halnya anak biasa.
Dampak kelainan bagi anak, kelainan akan mempengaruhi perkembangannya dan
berdampak selama hidupnya. Bagi keluarga, pada umumnya keluarga akan merasa tidak siap
menerima kelainan yang dimiliki oleh anaknya. Sedangkan bagi masyarakat, kelainan ini akan
membuat mereka menyediakan layanan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh ABK.
Sumber : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/02/indonesia-punya-2250-sekolah-
untuk-anak-berkebutuhan-khusus#:~:text=Indonesia%20memiliki%202.250%20sekolah
%20untuk,dan%201.465%20SLB%20berstatus%20swasta.

Soal No. 3
 Ada tiga jenis kebutuhan untuk anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Kebutuhan Fisik/Kesehatan, meliputi sarana/ fasilitas yang dibutuhkan ABK
berkaitan dengan kondisi fisik/kesehatan penyandang kelainan, misalkan tongkat,
alat bantu dengar, lift atau jalan miring pengganti tangga dan pelayanan Kesehatan
secara khusus.
2. Kebutuhan Sosial-Emosional, meliputi support atau bantuan yang diperlukan oleh
penyandang kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan, terutama katika
menghadapi masa yang penting dalam hidup, seperti masa remaja, masa perkawinan,
mempunyai bayi, hingga akhir hidup.
3. Kebutuhan Pendidikan, meliputi bantuan penyediaan pendidikan khusus yang
diperlukan sesuai dengan jenis kelainan.
 Ketiga jenis kebutuhan tersebut saling berkaitan, sebagai warga negara tentunya berhak
dan berkewajiban atas kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini telah diatur dalam Pasal 31
UUD 1945 bahwa semua warga negara berhak mendapat pendidikan. Sementara itu,
kebutuhan fisik dan sosial-emosional sangat menunjang keberlangsungan hidup bagi
ABK.

Soal No. 4
Perbedaan Sekolah Inklusi dan SLB yaitu:
 Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menerima semua anak, baik anak yang normal
maupun anak berkebutuhan khusus (ABK). Sekolah ini tidak memandang kondisi fisik,
intelektual, social, emosional, atau kondisi lain dari anak tersebut.
 Sekolah Luar Biasa (SLB) hanya menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). SLB
dikhususkan untuk ABK agar mereka mendapatkan layanan Pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan anak tersebut.

Menurut McLaughlin & Lewis (1985), ada 7 jenis pelayanan pendidikan yang dapat disediakan
untuk ABK, antara lain:
1. Layanan di sekolah biasa, yaitu anak berkebutuhan khusus yang memenuhi syarat
bersekolah Bersama dengan anak-anak lain di sekolah biasa.
2. Sekolah biasa dengan guru konsultan, yaitu sekolah yang menerima ABK dengan dibantu
oleh guru pendidikan khusus sebagai konsultan bagi para guru, kepala sekolah, dan orang
tua ABK.
3. Sekolah biasa dengan guru kunjung, yaitu sekolah biasa yang menerima ABK dengan
dibantu oleh guru Pendidikan khusus yang bertugas di lebih dari satu sekolah.
4. Model ruang sumber merupakan sekolah yang dilengkapi dengan ruangan khusus bagi
ABK untuk mendapatkan bimbingan dari guru Pendidikan khusus.
5. Model kelas khusus merupakan model layanan yang mana ABK dipisahkan dari anak-
anak normal yaitu dengan diberikan kelas-kelas khusus bagi ABK.
6. Model sekolah khusus siang hari merupakan model yang menyediakan layanan bagi
ABK dalam satu sekolah khusus pada siang hari, sedangkan pada waktu di luar jam
sekolah, ABK berada di rumah bersama keluarga.
7. Model sekolah dalam panti asuhan atau rumah sakit merupakan layanan Pendidikan bagi
ABK yang diberikan di panti-panti asuhan atau rumah sakit tempat ABK dirawat.

Soal No. 5
 Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang dilakukan dengan saling berkolaborasi
antara pihak satu dengan yang lain, dengan membentuk tim dalam membantu ABK
mengembangkan potensinya secara optimal serta memberikan pelayan yang terbaik untuk
ABK.
 Pakar/personel yang berkolaborasi dan bertindak untuk menyelenggarakan pelayanan
ABK adalah:
1. Guru sekolah biasa.
2. Guru Pendidikan khusus.
3. Pengawas sekolah.
4. Kepala sekolah.
5. Orang tua ABK.
6. ABK sendiri.
7. Psikolog sekolah.
8. Guru bina wicara dan persepsi bunyi.
9. Dokter dari berbagai keahlian (dokter spesialis).
10. Perawat sekolah.
11. Guru Pendidikan jasmani yang sudah mendapat pelatihan khusus untuk menangani
ABK.
12. Ahli terapi fisik.
13. Pekerja sosial dan konselor.
14. Personel lain, sesuai dengan keperluan.

Anda mungkin juga menyukai