Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


KODE : PDGK4407
Tutor : Umi Musarofah , S.Hum, S.Pd.I, M.Ag

Nama : Rizqi Putri Utami


NIM : 857814802
Kelas : PGSD.BI/ 2B

1.       Jelaskan pengertian dan perbedaan dari istilah berikut :

a. Anak cacat (disabled children) : Anak cacat atau disabled children adalah anak yang
mengalami hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dapat mengganggu
untuk melakukan mobilitas selayaknya anak-anak lain .

b.   Impaired children individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis,


fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh
seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.

c.   Handicapped children adalah seorag anak yang mengalami hambatan pemenuhan
peran yang normal pada individu dalam komunikasi dan sosialisasidengan
lingkungannya sehingga perlu perlakuan khusus. Contoh orang yang mengalami
amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan
lingkungannya dia memerlukan kursi roda.

d.  Anak Berkebutuhan Khusus (special need children)adalah individu yang mengalami


keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensoris dalam jangka waktu lama
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya
berdasarkan kesamaan hak.

2. Sejarah perkembangan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan khusus tumbuh dari satu kesadaran awal bahwa beberapa anak
membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan biasa agar dapat
mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada
tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satu upaya tersebut dengan mendirikan
lembaga-lembaga residensial yang didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar
penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an. Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi
negara yang memimpin negara-negara lain dalam pengembangan pendidikan khusus di
seluruh dunia.

Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana


dengan memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan
bagi anak penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus.

Lembaga pertama untuk anak tunanetra, tunagraha tahun 1927 dan untuk tunarungu
tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota Bandung. Tujuh tahun setelah kemerdekaan,
Pemerintah RI mengundang-undangkan tentang pendidikan. Undang-undang tersebut
menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka
yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut berhak dan
diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8). Dengan ini dapat dinyatakan
berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-sekolah baru yang khusus bagi anak-
anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras yang disebut dengan
sekolah luar biasa (SLB). Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-
masing kategori kecacatan SLB dikelompokkan menjadi:

1. SLB A untuk tunanetra (buta)


2. SLB B untuk tuna rungu (tuli)
3. SLB C untuk tunagrahita (keterbelakangan mental)
4. SLB D untuk tunadaksa (cacat fisik)
5. SLB E untuk anak tunalaras (cacat pengendalian diri)
6. SLB F untuk anak berbakat
7. SLB G untuk anak tunaganda (cacat kombinasi)

Pemerintah juga mendirikan sekolah terpadu, yaitu sekolah dasar biasa yang
juga melayani anak berkebutuhan khusus, dan SDLB yaitu sekolah dasar yang
memberi layanan kepada ABK dari semua jenis. Sekolah terpadu diniatkan untuk
memberi kesempatan kepada ABK yang memenuhi syarat bersekolah bersama
dengan anak-anak normal lainnya sehingga jurang yang memisahkan antara ABK
dan anak normal dapat dipersempit. Pada perkembangan selanjutnya, Sekolah
terpadu tidak hanya diselenggarakan pada jenjang sekolah dasae, tetapi juga pada
jenjang sekolah dasar, tetapi juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
yaitu SMP dan SMA. Di lain pihak, swasta juga memberikan pelayanan
pendidikan bagi ABK sehingga jumlah sekolah untuk ABK meningkat tajam.
Perhatian yang besar terhadap ABK ditunjukkan oleh yayasan yang bergerak di
bidang sosial dan pada umumnya diprakarsai oleh para orang tua yang
mempunyai ABK. Dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 1988 oleh Tim
Konsultan PLB, ternyata pendirian SLB kadang-kadang dimulai di sebuah
garasi keluarga, yang menampung ABK dari sekitarnya.

Pada tahun 2010 , terbit Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2010 (PP No. 17/2010) tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Dalam PP No. 17/2010 tersebut, Pasal 130 ayat 1 dan 2 berbunyi
sebagai berikut :

1. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada


semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

2. Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui datuan


pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan,
dan/atau satuan pendidikan keagamaan.

Dalam PP No. 17/2010 ini membuka peluang bagi ABK untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan bagi semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Sebutan SLB A, SLB B, dan sebagainya tidak ada
lagi, diganti dengan SDLB, SMPLB, dan SMALB. Ketentuan-ketentuan ini
menyiratkan bahwa anak berkelainan tidak selalu harus dipisahkan dari anak normal
atau dipisahkan menurut jenis kelainan yang disandangnya.

3. Anak berbakat adalah :


Anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam
kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka mambutuhkan layanan
pendidikan secara khusus.

4. Isu yang sedang berkembang saat ini berkaitan dengan pendidikan khusus bagi
anak
Berbakat :

Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang- orang yang
berkualifikasi professional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi
tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun
masyarakat.

Sebagai tindak lanjut dalam memberikan perlakuan pendidikan khusus bagi anak
berbakat, program akselerasi sangat essensial dalam menyikapi permasalahan di atas.
Program akselerasi memberikan kesempatan kesempatan bagi para anak berbakat dalam
percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga
tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA.

Disamping itu juga sekolah akselerasi Kurikulum yang sesuai dengan keberbakatan
anak,sarana atau fasilitas belajar yang mendukung,program dan strategi pembelajaran
yang tepat, sikap atau karakteristik guru serta kualifikasi yang sesuai.

Program akselerasi akan membawa siswa pada tantangan yangberkesinambungan yang


akan menyiapkan mereka dalam menghadapi kekakuan pendidikan selanjutnya. Melalui
program akselerasai ini diharapkan siswa akan memasuki dunia professional pada usia
yang lebih muda dan memperoleh kesempatan untuk bekerja produktif.

5. Cara guru dalam menggali potensi anak agar terlihat potensi/ keunggulan yang
Dimilikinya :
1. Membantu anak dalam mengenali bakat yang ada dalam dirinya.
2. Memberikan pengetahuan tentang bakatnya serta memotivasi anak untuk
mengembangkan dan melatih bakatnya.
3. Memfasilitasi pengembangan bakat siswa.
4. Memmbantu menyalurkan bakat siswa
5. Memberi kesempatanmengikuti lomba-lomba sesuai bakat yang dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai