a. Anak cacat (disabled children) : Anak cacat atau disabled children adalah anak yang
mengalami hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dapat mengganggu
untuk melakukan mobilitas selayaknya anak-anak lain .
c. Handicapped children adalah seorag anak yang mengalami hambatan pemenuhan
peran yang normal pada individu dalam komunikasi dan sosialisasidengan
lingkungannya sehingga perlu perlakuan khusus. Contoh orang yang mengalami
amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan
lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Pendidikan khusus tumbuh dari satu kesadaran awal bahwa beberapa anak
membutuhkan sejenis pendidikan yang berbeda dari pendidikan biasa agar dapat
mengembangkan potensi mereka. Akar dari kesadaran ini dapat ditelusuri di Eropa pada
tahun 1700-an ketika para pionir tertentu mulai membuat upaya-upaya terpisah untuk
pendidikan anak berkebutuhan khusus. Salah satu upaya tersebut dengan mendirikan
lembaga-lembaga residensial yang didirikan di Amerika Serikat untuk mengajar
penyandang cacat terbanyak di awal 1800-an. Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi
negara yang memimpin negara-negara lain dalam pengembangan pendidikan khusus di
seluruh dunia.
Lembaga pertama untuk anak tunanetra, tunagraha tahun 1927 dan untuk tunarungu
tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota Bandung. Tujuh tahun setelah kemerdekaan,
Pemerintah RI mengundang-undangkan tentang pendidikan. Undang-undang tersebut
menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka
yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk itu anak-anak tersebut berhak dan
diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8). Dengan ini dapat dinyatakan
berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-sekolah baru yang khusus bagi anak-
anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan tunalaras yang disebut dengan
sekolah luar biasa (SLB). Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-
masing kategori kecacatan SLB dikelompokkan menjadi:
Pemerintah juga mendirikan sekolah terpadu, yaitu sekolah dasar biasa yang
juga melayani anak berkebutuhan khusus, dan SDLB yaitu sekolah dasar yang
memberi layanan kepada ABK dari semua jenis. Sekolah terpadu diniatkan untuk
memberi kesempatan kepada ABK yang memenuhi syarat bersekolah bersama
dengan anak-anak normal lainnya sehingga jurang yang memisahkan antara ABK
dan anak normal dapat dipersempit. Pada perkembangan selanjutnya, Sekolah
terpadu tidak hanya diselenggarakan pada jenjang sekolah dasae, tetapi juga pada
jenjang sekolah dasar, tetapi juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi,
yaitu SMP dan SMA. Di lain pihak, swasta juga memberikan pelayanan
pendidikan bagi ABK sehingga jumlah sekolah untuk ABK meningkat tajam.
Perhatian yang besar terhadap ABK ditunjukkan oleh yayasan yang bergerak di
bidang sosial dan pada umumnya diprakarsai oleh para orang tua yang
mempunyai ABK. Dari hasil survei yang dilakukan pada tahun 1988 oleh Tim
Konsultan PLB, ternyata pendirian SLB kadang-kadang dimulai di sebuah
garasi keluarga, yang menampung ABK dari sekitarnya.
Dalam PP No. 17/2010 ini membuka peluang bagi ABK untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan bagi semua jalur dan jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Sebutan SLB A, SLB B, dan sebagainya tidak ada
lagi, diganti dengan SDLB, SMPLB, dan SMALB. Ketentuan-ketentuan ini
menyiratkan bahwa anak berkelainan tidak selalu harus dipisahkan dari anak normal
atau dipisahkan menurut jenis kelainan yang disandangnya.
4. Isu yang sedang berkembang saat ini berkaitan dengan pendidikan khusus bagi
anak
Berbakat :
Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang- orang yang
berkualifikasi professional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi
tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan atau pelayanan di luar
jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun
masyarakat.
Sebagai tindak lanjut dalam memberikan perlakuan pendidikan khusus bagi anak
berbakat, program akselerasi sangat essensial dalam menyikapi permasalahan di atas.
Program akselerasi memberikan kesempatan kesempatan bagi para anak berbakat dalam
percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga
tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA.
Disamping itu juga sekolah akselerasi Kurikulum yang sesuai dengan keberbakatan
anak,sarana atau fasilitas belajar yang mendukung,program dan strategi pembelajaran
yang tepat, sikap atau karakteristik guru serta kualifikasi yang sesuai.
5. Cara guru dalam menggali potensi anak agar terlihat potensi/ keunggulan yang
Dimilikinya :
1. Membantu anak dalam mengenali bakat yang ada dalam dirinya.
2. Memberikan pengetahuan tentang bakatnya serta memotivasi anak untuk
mengembangkan dan melatih bakatnya.
3. Memfasilitasi pengembangan bakat siswa.
4. Memmbantu menyalurkan bakat siswa
5. Memberi kesempatanmengikuti lomba-lomba sesuai bakat yang dimilikinya.