Anda di halaman 1dari 6

Tugas pendidikan anak berkebutuhan khusus

Nama : KARTINI

NIM : 858 434 013

Jawaban tugas 1

1. Disabilitas penglihatan. Anak disabilitas penglihatan adalah anak yang mengalami


gangguan daya penglihatan berupa kebutaan menyeluruh (total) atau sebagian (low
vision). namun banyak anak yang memiliki kekurangan tersebut malah berprestasi
dibidangnya. Karena kekurangan fisik tidak menjadi hambatan untuk maju dan
berkembang bagi Nusa dan Bangsa.
2. Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang mengalami keterbatasan
atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Pemerintah sendiri telah
mengamanatkan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sebagaimana
diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yaitu: Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh
perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk
menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Kemudian
lewat Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (“UU Sisdiknas”) mengamanatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,
yang berbunyi: Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Selanjutnya dalam
Pasal 32 UU Sisdiknas menjelaskan: Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa. Adapun telah tersedia satuan pendidikan yang diperuntukan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun
menengah yaitu satuan pendidikan khusus seperti Sekolah Dasar Luar Biasa
(SDLB)/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)/Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB). Selain pada satuan pendidikan khusus, siswa berkebutuhan khusus juga
dapat menempuh pendidikan pada sekolah terpadu. Sekolah terpadu merupakan
sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, sarana
prasarana yang sama untuk seluruh peserta didik. Sekolah terpadu saat ini lebih dikenal
dengan sekolah inklusif. Pendidikan inklusif merupakan wujud penyelenggaraan
pendidikan yang tidak memisahkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak
normal pada umumnya dalam proses pembelajaran. Sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif hendaknya mampu memfasilitasi setiap anak tanpa membedakan kondisi fisik,
intelektual, sosial-emosional, linguistik atau kondisi lainnya.Hal tersebut menunjukkan
bahwa pendidikan inklusif sebagai suatu sistem yang memungkinkan anak berkebutuhan
khusus mendapatkan layanan pendidikan inklusif.
Pasal 2 huruf a Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa (“Permendiknas 70/2009”)  menyebutkan:
Pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Dasar Hukum:
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa.
3. Di Indonesia masih ditemukan anak berkebutuhan khusus dan anak penyandang
disabilitas yang ditolak di sekolah umum maupun sekolah inklusi. Berbagai
pemasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi antara lain karena tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang belum ramah anak, guru pendamping yang kurang,
pembiayaan yang mahal untuk penyediaan guru pendamping, anak penyandang
disabilitas rentan mendapat bully dan lainnya. Di Indonesia masih ditemukan anak
berkebutuhan khusus dan anak penyandang disabilitas yang ditolak di sekolah umum
maupun sekolah inklusi. Berbagai pemasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi
antara lain karena tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang belum ramah anak,
guru pendamping yang kurang, pembiayaan yang mahal untuk penyediaan guru
pendamping, anak penyandang disabilitas rentan mendapat bully dan lainnya. Lebih
lanjutnya, anak-anak disabilitas ini telah dilindungi oleh UU 23 tahun 2002 tentang
perlindunan anak; UU 35 Tahun 2014, UU 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
Prinsip SDG’s “No One will be left Behind” dan ini merupakan tanggung jawab
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sumber Liputan6.com, Solo
4. A. Pendidikan segresi Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan dimana
anak berkebutuhan khusus terpisah dari sistem pendidikan anak pada umumnya.
Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasif dilaksanakan secara khusus dan terpisah
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak pada umumnya.Pendidikan segregasi
adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan
reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau
Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak
tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk
anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus
(SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan
khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem
pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana
prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah
segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena
lingkungan pergaulan yang terbatas. Fasilitas dan sarana Pendidikan segregasi ;

 Tersedia alat-alat bantu belajar yang dirancang khusus untuk siswa. Sebagai contoh
tunanetra, seperti buku-buku Braille, alat bantu hitung taktual, peta timbul, dll.

 Jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari delapan orang sehingga guru dapat
memberikan layanan individual kepada semua siswa.
 Lingkungan sosial ramah karena sebagian besar memiliki pemahaman yang tepat
mengenai disability anak.

 Lingkungan fisik aksesibel karena pada umumnya dirancang dengan


mempertimbangkan masalah mobilitas disability, dan kami mendapat latihan
keterampilan orientasi dan mobilitas, baik dari instruktur O&M maupun tutor sesama
disability.

 Dapat menemukan orang disability yang sudah berhasil yang dapat dijadikan sebagai

Bentuk-bentuk system pendidikan segregasi:

 Sekolah Luar Biasa

 Sekolah Dasar Luar Biasa

 Kelas Jauh/Kelas Kunjung

 Sekolah Berasrama

 Hospital School

B. Pendidikan Integraasi

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak dengan disabilias kurang,
belajar bersama anak pada umumnya, tetapi mereka tidak memperoleh pelayanan
pendidikan secara memadai atau mereka tidak mendapatkan sekolah dengan alasan yang
tidak jelas. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya sumber daya manusia dan
banyak tenaga ahli yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak dengan
disabilitas kurang atau rasio penyelenggaraan yang sangat mahal, sehingga masih sedikit
sekolah yang mau menerima mereka karena berbagai alasan di atas. Menyelenggarakan
pendidikan integrasi disekolah merupakan kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah
membalikkan tangan. Namun kita harus berani memulai supaya anak dengan disabilitas
kurang mendapat tempat dan penanganan yang terbaik.

Konsep pendidikan integrasi memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:

 Menempatkan anak dengan disabilitas dengan anak pada umumnya secara penuh

 Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani,


intuisi

 Mengintegrasikan pendidikan anak autis dengan pendidikan pada umumnya

 Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan

 Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk social

Konsekuensi dari perubahan-perubahan tersebut adalah bahwa beberapa siswa yang


mungkin sebelumnya menghabiskan seluruh waktu sekolahnya dalam lingkungan yang
terpisah, sekarang akan mempunyai kelas regular. Oleh karena itu merupakan hal yang
penting bahwa guru kelas regular merasa berkopeten untuk mengajar semua siswa.

 Istilah Integrasi
Istilah yang luas untuk merujuk pada bersekolahnya seorang anak berkebutuhan khusus
pada sekolah regular. Dapat diartikan pada proses memindahkan seorang siswa pada
lingkungan yang tidak terlalu terpisah. Seorang anak berkebutuhan khusus yang bersekolah
pada sekolah regular, tetapi berada pada unit atau kelas khusus. Meskipun siswa tersebut
berada pada kelas khusus, jelas bahwa apabila kelas tersebut pada sekolah regular, peluang
untuk berinteraksi dengan warga sekolah secara umum jauh lebih besar dari pada anak yang
berada pada sekolah khusus yang terpisah.

Banyak sekolah yang mempunyai kelas khusus mempunyai program khusus untuk
mendorong interaksi antara siswa dengan dan tanpa kebutuhan pendidikan khusus.
Misalnya, pada beberapa sekolah, anak-anak menghabiskan pagi harinya pada kelas khusus
dan siangnya pada kelas regular. Para guru dan asisten dari kelas khusus biasa mendukung
penempatan pada kelas khusus. Peluang-peluang bagi interaksi tersebut, berdasarkan atas
prinsip normalisasi. Jauh mungkin untuk terjadi apabila anak tersebut diintegrasikan pada
sekolah reguler.

C. Hakikat Pendidikan Inklusi

Sekolah Inklusi adalah sekolah reguler yang mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa
reguler dan siswa berkebutuhan khusus dalam program yang sama, dari satu jalan untuk
menyiapkan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah pentingnya pendidikan
Inklusif, tidak hanya memenuhi target pendidikan untuk semua dan pendidikan dasar 9
tahun, akan tetapi lebih banyak keuntungannya tidak hanya memenuhi hak-hak asasi
manusia dan hak-hak anak tetapi lebih penting lagi bagi kesejahteraan anak, karena
pendidikan Inklusi mulai dengan merealisasikan perubahan keyakinan masyarakat yang
terkandung di mana akan menjadi bagian dari keseluruhan, dengan demikian anak
berkebutuhan khusus akan merasa tenang, percaya diri, merasa dihargai, dilindungi,
disayangi, bahagia dan bertanggung jawab. Inklusi terjadi pada semua lingkungan sosial
anak, pada keluarga, pada kelompok teman sebaya, pada sekolah, dan pada institusi-institusi
kemasyarakatan lainnya.

Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem


pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa
untuk berpartisipasi penuh daam pendidikan. Inklusi merupakan perubahan praktis yang
memberi peluang anak dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda bisa berhasil
dalam belajar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan anak yang sering tersisihkan,
seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orangtuanya, semua guru dan
administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat. Inklusi memang mengikut sertakan
anak berkebutuhan khusus. Namun, secara luas inklusif juga berarti melibatkan seluruh
peserta didik tanpa terkecuali, seperti:

 Anak yang menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa pengantar yang
digunakan di dalam kelas.

 Anak yang beresiko putus sekolah karena sakit, kelaparan atau tidak berprestasi dengan
baik.

 Anak yang berasal dari golongan agama atau kasta yang berbeda.
 Anak yang terinfeksi HIV atau AIDS, dan

 Anak yang berusia sekolah tetapi tidak sekolah.

Prinsip-prinsip dasar pendidikan inklusi, yang membedakan dengan sistem integrasi, apalagi
segregasi adalah:

 Semua anak, siapapun dia, memiliki hak untuk menempuh pendidikan di sekolah mana
pun, dan sekolah wajib menerima murid, siapapun dia.

 Setiap anak/murid adalah individu yang unik, olehkarenanya, sistem pendidikan harus
dibuat fleksibel, memberikan kemungkinan pada guru untuk melakukan penyesuaian,
guna mengakomodasikan kebutuhan khusus setiap siswa.

 Sistem pendidikan dalam suatu negara harus dibuat satu sistem, dan sistem pendidikan
untuk anak-anak yang menyandang kecacatan merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan umum tersebut; bukan terpisah atau khusus.

Guru-guru di sekolah umum harus memiliki wawasan dan keterampilan untuk mengajar
siswa, siapa pun dia. Itu sebabnya, pendidikan/pelatihan untuk guru harus melakukan
penyesuaian dengan sistem ini. Inklusi berarti bahwa sebagai guru bertanggung jawab untuk
mengucapkan bantuan dalam menjaring dan memberikan layanan pendidikan pada semua
anak dari otoritas sekolah, masyarakat, keluarga, lembaga pendidikan, layanan kesehatan,
pemimpin masyarakat, dan lain-lain.

Adapun kelemahan dan kelebihan disetiap sistem pendidikan Segregasi, integrasi, dan
Inklusi, para siswa yang mempunyai disabilitas dapat menentukan alternatif sistem yang
tepat untuk mendapatkan haknya dalam memperoleh pendidikan. Sebagai pendidik,
seharusnya berusaha untuk dapat mendidik para siswanya baik itu dengan disabilitas
ataupun yang tidak. Karena, pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna.

Dikarenakan siswa tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk
dapat bergabung dalam masyarakat maka diperlukan sistem yang mengajarkan berinteraksi
dengan teman-teman sebaya ataupun yang lain.

5. Beberapa model layanan yang digunakan untuk menangani anak berbakat antara lain :
 Model layanan kognitif - efektif
 Model layanan perkembangan moral
 Model perkembangan nilai
 Dan layanan berbagai bidang khusus lain
Model layanan paling efektif untuk menangani anak berbakat dari aspek kognitif
diantaranya adalah :
 Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi dalam
waktu yang singkat (mempercepat masa belajar)
 Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus melatih
kepandaian anak berbakat tersebut.
 Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga
kepandaian atau keahlianya dapat tersalurkan sesuai perkembanganya.
 Mengirim mereka keajang - ajang kompetensi baik di jenjang nasional maupun
internasional
 Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikanya sampai ke jenjang
universitas tanpa biaya apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang
mampu.

Penjelasan :

Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat khusus
yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat dan
kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani secara khusus agar keterampilan mereka
tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu sangat
cepat jauh melibihi teman-teman sebayanya.
Berikut ciri-ciri anak berbakat :
 Memiliki IQ diatas 130
 Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempurna
 Memiliki keinginan belajar yang tinggi
 Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati
 Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat

Untuk itu pihak pendidikan harus ampu mendeteksi bakat-bakat khusus siswa mereka
yang memiliki kepandaian diluar rata-rata ini dan memfasilitasi segala keperluan si anak
berbakat ini agar bakatnya dapat dibina dan disalurkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain membawa nama baik keluarga, anak berbakat ini juga dapat membawa harum
nama bangsa apabila dapat diikutkan ke ajang-ajang kompetisi dunia sesuai bakatnya
untuk mewakili negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai