Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL I

Nama : Yuliana Sari


NIM : 855787788
Pokjar : Tungkal Jaya
Program Studi : PGSD
Kode Mata Kuliah : PDGK4407
Nama Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

1. Saudara telah mempelajari mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui sesi
1,2, dan 3. Silakan jabarkan satu kasus mengenai ABK, Saudara dapat mengambil dari
berita atau youtube atau sumber lain tetapi harus menampilkan sumber tersebut!
Setelah itu jelaskan kasus tersebut dengan teori yang telah diperoleh dalam sesi 1
sampai sesi 3, jelaskan dengan kalimat Saudara mengenai kasus tersebut.
Jawab :
Nasib Anak berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi (https://youtu.be/wlw56kUNcDI)
Saat wabah covid-19 Ini muncul dan melanda dunia seluruh aktivitas manusia
dibatasi, termasuk kegiatan pembelajaran baik di sekolah dasar sampai perkuliahan.
Sehingga menuntut sekolah dasar untuk bisa melakukan penyesuaian dalam
penyelenggaraan pendidikan. Salah satunya mengubah pembelajaran tatap muka
(luring) menjadi daring saat pandemi. Pembelajaran daring sendiri dapat dipahami
sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang siswanya dan
Instrukturnya (guru) berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem
telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber
daya yang diperlukan didalamya guna membatasi penyebaran virus yang masif
(Bilfaqih & Qomarudin, 2015). The education system made adjustments due to
Pandemic Covid19, one of them was learning media where previously the system
through face- to-face directly became online learning. To realize this learning,
teachers used various platforms such as WhatsApp, YouTube, Email, Edmodo, and
others. (Herman Zaini, Afriantoni, Abdul Hadi, Fuaddilah All Sofyan, Faisal, 2021).
Pembelajaran digital atau Pembelajaran online yang berbasis pada penggunaan
media teknologi untuk pembelajaran mendapatkan respon yang beragam dari dosen
dan mahasiswa. Beberapa kendala teknis bagi dosen antara lain mengupload materi,
ruang konsultasi, mengupload video, dan tugas. Terkadang materi yang diunggah
kurang komunikatif sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari mahasiswa
terkait tugas, sehingga hasil kerja mahasiswa tidak maksimal seperti yang diharapkan
dosen. Kendala mahasiswa antara lain terkait dengan proses perkuliahan melalui
siakad, download materi, presensi, dan pengunggahan tugas melalui siakad.
(Salamah et al., 2020) Diberlakukannya pembelajaran daring memberikan tantangan
tersendiri bagi guru. pendamping di sekolah umum yang memiliki siswa
berkebutuhan khusus karena siswa berkebutuhan khusus termasuk kelompok yang
paling rentan terjadi degradasi dalam pendidikan bila diterapkan pembelajaran jarak
jauh yang berkepanjangan. Pembelajaran daring bagi siswa berkebutuhan khusus
akan mengalami banyak hambatan dan kendala jika tidak ada kerjasama dari orang
tua dalam mendampingi pembelajaran di rumah. Salfa sairah putri merupakan salah
satu anak berkebutuhan khusus yang memiliki autism, Salfa harus melakukan terapi
2 kali seminggu, namun karna pandemic salfa tidak bisa melakukan terapi di luar,
orang tua Salfa mengaku menemui banyak kesulitan saat melakukan terapi di rumah,
namun tetap sabar menggantikan dokter dalam melakukan terapi pada Salfa.
Dengan sabar Orang tua Saifa selalu membimbing salfa dalam terapinya sambal
belajar melalui media online, seperti video-video di youtube dan juga metode-
metode terapi di media massa, sehingga walau tidak semaksimal terapi dengan
dokter, Salfa tetap bisa terapi di rumah dengan bantuan media massa.

2. Saat ini hak memperoleh Pendidikan bagi ABK sudah diatur dalam Undang-Undang.
Silakan jabarkan peraturan di Indonesia yang mengatur hak tersebut dan jelaskan
dengan kalimat Saudara sendiri!

Jawab :

Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang mengalami keterbatasan


atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Pemerintah sendiri telah
mengamanatkan hak atas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sebagaimana
diatur dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yaitu :

" Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan diri, dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara".

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional ("UU Sisdiknas") mengamanatkan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, yang berbunyi :

"Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,


dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus".

Selanjutnya dalam Pasal 32 UU Sisdiknas menjelaskan :

"Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki


tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa".

Adapun telah tersedia satuan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik
berkebutuhan khusus, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah yaitu
satuan pendidikan khusus seperti Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)/Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
(SMALB),

Selain pada satuan pendidikan khusus, siswa berkebutuhan khusus juga dapat
menempuh pendidikan pada sekolah terpadu. Sekolah terpadu merupakan sekolah
reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, sarana
prasarana yang sama untuk seluruh peserta didik. Sekolah terpadu saat ini lebih
dikenal dengan sekolah inklusif.

3. Dari pertanyaan no 2, terlihat peraturan mengenai Pendidikan bagi ABK memang


sudah ada. Menurut Saudara apakah peraturan tersebut sudah benar-benar
terlaksana di Indonesia saat ini? Berikan alasannya disertai bukti-bukti konkret dari
internet atau sumber lain (harus melampirkan sumbernya)!

Jawab :

Di Indonesia, pendidikan inklusif berpedoman pada UU No. 20 tahun 2003 bahwa


sistem pendidikan harus secara demokratis, berkeadilan serta tidak diskriminatif.
Sejak disahkannya undang-undang tersebut sudah sepatutnya sekolahsekolah reguler
mulai merintis menjadi sekolah inklusi. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan
inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Pendidikan inklusif sebagai layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar bersama
anak normal (non- ABK) usia sebayanya di kelas biasa yang terdekat dengan tempat
tinggalnya. Menerima ABK di Sekolah Dasar terdekat merupakan mimpi yang indah
yang dirasakan orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Sayangnya,
SD inklusi yang sudah menerima tidak langsung dengan mudahnya menangani anak-
anak yang sekolah dengan kebutuhan khusus itu. Kurikulum harus dapat disesuaikan
dengan kelas yang heterogen dengan memiliki anak didik dengan karakteristik ABK
dan reguler. Guru belum siap untuk menangani anak-anak di kelasnya dengan
karakteristik yang berbeda. Akhirnya, guru-guru yang berhadapan langsung dengan
ABK di kelas mengeluh dan sulit untuk mengajar satu metode yang sama dan dengan
perlakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai seperti yang
diharapkan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagal upaya menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dalam
pendidikan inklusi. (Rombort, 2017) Pendidikan Inklusi di SD belum beriringan
dengan visi pendidikan yang mengedepankan keragaman dan kesamaan hak dalam
memperoleh pedidikan. Kurikulum dan metode pengajaran yang kaku dan sulit
diakses oleh ABK masih ditemukan pada kelas inklusi. Pengintergrasian kurikulum
belum dapat dilakukan oleh guru karena kemampuan guru yang terbatas. Guru-guru
belum mendapatkan training yang praktikal dan kebanyakan yang diberikan sifatnya
hanya sebatas sostalisasi saja. Wali kelas dan atau guru bidang studi yang kedapatan
di kelasnya ada ABK masih menunjukkan sikap "terpaksa" dalam mendampingi ABK
memahami materi. Indonesia menuju pendidikan inklusi secara formal dideklarasikan
pada tanggal 11 Agustus 2004 di Bandung.
4. Layanan Pendidikan bagi ABK terdapat beberapa macam yaitu layanan Pendidikan
segregasi, inklusi, dan integrasi. Menurut Saudara layanan Pendidikan manakah yang
paling tepat? Dan berikan alasannya!

Jawab :

Menurut saya layanan Pendidikan yang paling tepat adalah Pendidikan Segregasi.

Alasannya, karena sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan


yang terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan
khusus melalui sistem segregasi maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan
yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan
untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan kusus diberikan layanan
pendidikan pada pada lembaga pendidikan khusus untuk anak. berkebutuhan
khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.

Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling


tua. Pada awal pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya
kekhawatiran atau keragaman terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus
untuk belajar bersama dengan anak normal. Selain itu, adanya kelainan fungsi
tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya,
untuk anak tuna netra, mereka memerlukan layanan khusus berupa braille. orientasi
mobilitas. Anak tuna rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi:
anak tuna daksa memerlukan layanan mobilisasi dan aksesilbilitas, dan layanan
terapi untuk mendukung fungsi fisiknya.
 Ada empat bentuk pelayanan pendidikan dengan sistem segregasi yaitu:

1. Sekolah Luar Biasa (SLB)


Bentuk Sekolah Luar Biasa merupakan bentuk sekolah yang paling tua.
Bentuk SLB merupakan bentuk unit pendidikan. Artinya, penyelenggaraan
sekolah mulai dari tingkat persiapan sampai dengan tingkat lanjutan
diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan satu kepala sekolah. Pada
awalnya penyelenggaraan sekolah dalam bentuk unit ini berkembang
sesuai dengan kelainan yang ada (satu kelainan saja) sehingga ada SLB
untuk tuna netra (SLB-A), SLB untuk tuna rungu (SLB-B), SLB untuk tuna
grahita (SLB-C), SLB untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras
(SLB-E). Di setiap SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar dan
tingkat lanjut. Sistem pengajarannya lebih mengarah ke sistem
individualisasi. Selain ada SLB yang hanya mendidik
satu kelainan saja, ada pula yang mendidik lebih dari satu kelainan,
sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB untuk Anak tuna rungu dan tuna grahita
SLB-ABCD, yaitu SLB untuk anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, dan
tuna daksa. Hal ini terjadi karena jumlah anak yang ada di unit tersebut
sedikit dan fasilitas sekolah terbatas.
2. Sekolah Luar Biasa Berasrama
Sekolah Luar Biasa Berasrama merupakan bentuk sekolah luar biasa yang
dilengkapi dengan fasilitas asrama. Peserta didik SLB bersrama tinggal di
asrama. Pengelolaan asrama menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan
sekolah, sehingga di SLB tersebut ada tingkat persiapan, tingkat dasar, dan
tingkat lanjut, serta unit asrama. Bentuk satuan pendidikannya pun juga
sama dengan bentuk SLB di atas, sehingga ada SLB-A untuk tuna netra, SLB
untuk tuna rungu (SLB-B), SLB untuk tuna grahita (SLB-C), SLB untuk tuna
daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna laras (SLB-E), serta SLB AB untuk anak
tuna netra dan tuna rungu. Pada SLB berasrama terdapat kesinambungan
program pembelajaran yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga
asrama merupakan empat pembinaan setelah anak di sekolah. Selain itu,
SLB berasrama merupakan pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik
yang berasal dari luar daerah, karena mereka terbatas fasilitas antar
jemput.
3.Kelas Jauh/Kelas Kunjung
Kelas jauh atau kelas kunjung adalah lembaga yang disediakan untuk
memeeberi layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang
tinggal jauh dari SLB atau SDLB. Penyelenggaraan kelas jauh kelas kunjung
merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka menuntaskan wajib
belajar serta pemerataan kesempatan belajar. Anak berkebutuhan khusus
tersebar di seluruh pelosok tanah air, sedangkan sekolah- sekolah yang
khusus mendidik mereka masih sangat terbatas di kota/kabupaten. Oleh
karena itu, dengan adanya kelas jauh kelas kunjung menjadi tanggung
jawab SLB terdekatnya. Tenaga guru yang bertugas di kelas tersebut
berasal dari guru SLB-SLB di dekatnya. Mereka berfungsi sebagai guru
kunjung (itenerant teacher). Kegiatan admistrasinya dilaksanakan di SLB
terdekat tersebut.
4. Sekolah Dasar Luar Biasa
Dalam rangka menuntaskan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan
khusus, pemerintah mulai Pelita II menyelenggarakan Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB). Di SDLB merupakan unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yang dididik dalam satu atap. Dalam SDLB terdapat anak tuna
netra, tuna rungu, tuna grahita, dan tuna daksa Tenaga kependidikan di
SDLB terdiri dari kepala sekolah, guru untuk tuna netra, guru untuk tuna
rungu, guru untuk tuna grahita, guru untuk tuna daksa, guru agama, dan
guru olah raga. Selain tenga kependidikan, di SDLB dilengkapi dengan
tenaga ahli yang berkaitan dengan kelainan mereka, antara lain dokter
umum, dokter spesialis, fisioterapis, psikolog, speech therapish, audiolog.
Selian itu ada tenaga administrasi dan penjaga sekolah.
Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah kurikululum yang
digunakan di SLB untuk tingkat dasar yang disesuaikan dengan
kekhususannya. Kegiatan belajat dilakukan secara individual, kelompok
dan klasikal sesuai dengan ketunaan masing- masing pendekatan yang
dipakai juga lebih ke pendekatan individualisasi. Selain kegiatan
pembelajaran, dalam rangka rehabilitasi di SDLB juga diselenggarakan
pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan anak. Anak tuna netra
memperoleh latihan menulis dan membaca braille dan orientasi
moobilitas; anak tuna rungu memperoleh latihan membaca ujaran,
komunikasi total bina persepsi bunyi dan irama, tuna grahita memperoleh
layanan mengurus diri sendiri, anak tuna daksa memperoleh layanan
fisioterapi dan latihan koordinasi motorik. Lama pendidikan di SDLB sama
dengan lama pendidikan di SLB konvensional uuntuk tingkat dasar, yaitu
anak tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa selama 6 tahun, dan anak
tuna rungu 8 tahun.
Sejalan dengan perbaikan istem perundangan di RI yaitu UU RI no.2
tahun 1989 dan PPNo.72 Tahun 1991, dalam pasal 4 PP No.72 Tahun 1991
satuan pendidikan luar biasa terdiri dari:
 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan lama pendidikan minimal 6
tahun.
 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
 Seklah Menengah Luar Biasa (SMALB) minimal 3 tahun.
Selain itu, pasal 6 PP No.72 Tahun 1991 juga dimungkinkan
penyelenggaraaan Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) dengan lama
pendidikan satu sampai tiga tahun.

5. Model-model layanan untuk anak berbakat terdiri dari model layanan kognitif-
afektif, model layanan perkembangan moral, model perkembangan nilai dan layanan
berbagai bidang khusus. Dari seluruh model layanan tersebut, menurut Saudara
manakah model layanan yang paling efektif untuk diterapkan pada anak berbakat
dari aspek kognitif? Berikan alasannya!

Jawab :

Beberapa model layanan yang digunakan untuk menangani anak berbakat antara lain
yaitu :
 Model layanan kognitif-afektif.
 Model layanan perkembangan moral.
 Model perkembangan nilai.
 Dan layanan berbagai bidang khusus lain.

Model layanan yang paling efektif untuk menangani anak berbakat dari aspek kognitif
diantaranya adalah:
 Diberikan kesempatan untuk dapat meloncat kelas ke kelas yang lebih tinggi
dalam waktu singkat (mempercepat masa belajar).
 Membentuk kelas khusus dengan pengajar yang khusus pula yang fokus melatih
kepandaian anak berbakat tersebut.
 Menyediakan perangkat latih yang diperlukan si anak berbakat sehingga
kepandaian atau keahliannya dapat tersalurkan sesuai perkembangannya.
 Mengirim mereka ke ajang-ajang kompetisi baik di jenjang nasional maupun
internasional.
 Pemerintah harus menjamin kelangsungan pendidikannya sampai ke jenjang
universitas tanpa biaya apabila yang bersangkutan berasal dari keluarga kurang
mampu.

Anak berbakat adalah anak yang cukup spesial yang mempunyai bakat-bakat khusus
yang diatas rata-rata rekan sebayanya. Untuk itu dalam menyalurkan bakat dan
kepandaian khusus ini mereka perlu ditangani secara khusus agar keterampilan
mereka tersalurkan dan tidak sia-sia. Mereka umumnya dapat mempelajari sesuatu
sangat cepat jauh melebihi teman-teman sebayanya. Berikut ciri-ciri anak berbakat :
 Memiliki 10 diatas 130.
 Memiliki nilai-nilai pelajaran akademis yang mendekati sempuma.
 Memiliki keinginan belajar yang tinggi.
 Memiliki keingintahuan yang besar tentang sesuatu yang mereka minati.
 Mampu menguasai dan menyelesaikan pelajaran dengan cepat.
Untuk itu pihak pendidik harus mampu mendeteksi bakat-bakat khusus
siswa mereka yang memiliki kepandaian di luar rata-rata ini dan memfasilitasi
segala keperluan si anak berbakat ini agar bakatnya dapat dibina dan disalurkan
ke jenjang yang lebih tinggi. Selain membawa nama baik keluarga, anak berbakat
ini juga dapat membawa harum nama bangsa apabila dapat diikutkan ke ajang-
ajang kompetisi dunia sesuai bakatnya untuk mewakili negara Indonesia.

Mohon maaf sebelumnya Bapak/Ibu Dosen Jika file dokumen word saya tidak
menggunakan "Times New Roman" dikarenakan saya mengedit dari hp (Tidak
punya laptop) tidak bisa diubah ke "Times New Roman". Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai