Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nisa Noventya Hanifah

Kelas :B
NIM : A410190069
MatKul : Bimbingan Konseling

‫َّللا ال هرحْ َم ِن ال هرحِ يم‬


ِ ‫ِبس ِْم ه‬

1. Mencari kasus peserta didik usia SMP atau SMA di era covid yang bermasalah dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika.
Bagaimana cara melayani dan memecahkan permasalahan tersebut menurut
Langkah-langkah dan prosedur yang telah ditetapkan. Lebih baik jika tidak
meninggalkan unsur Pendidikan karakter.
Jawab:

a. Kasus peserta didik usia SMP atau SMA di era covid yang bermasalah dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika

Dunia saat ini masih ramai dengan adanya penyebaran wabah COVID-19 yang
begitu cepat dan masif telah menyebabkan puluhan juta orang terinfeksi dan
menyebar di ratusan negara di dunia. Penyebaran COVID-19 telah mempengaruhi
berbagai bidang diseluruh dunia, khususnya bidang pendidikan di Indonesia
(Herliandry, Nurhasanah, Suban, & Kuswanto, 2020). Pendidikan merupakan sebuah
proses dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang kelak akan berguna untuk menopang kehidupan dimasa yang akan
datang.
Karena menyebarnya wabah Covid-19 ini menyebab kegiatan belajar mengajar
tidak bisa diselenggaran di dalam kelas. Kondisi ini, menyebabkan para pemangku
pendidikan harus merancang alternatif pembelajaran jarak jauh. Cara tersebut
dilakukan supaya pelaksana pembelajaran memiliki berbagai jenis alternatif dalam
menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Hal tersebut diperkuat dengan Surat
Edaran (SE) Menteri bidang Pendidikan dan kebudayaan Tahun 2020 Nomor
36962/MPK.A/HK/2020, menginstruksikan agar proses belajar mengajar dilakukan
secara daring dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Pembelajaran daring ialah sebuah pembelajaran yang dilakukan secara jarak
jauh berbantuan media internet dan perangkat bantu lainnya. Dalam praktinya,
pembelajaran daring tidak semaksimal pembelajaran dikelas, terutama pada
pelajaran matematika. Matematika ialah salah satu ilmu yang sangat diperlukan dalam
kehidupan manusia, karena melalui matematika ini siswa dilatih agar mampu berpikir
dengan sistematis, logis, kritis, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan nyata. Karena itu, pelajaran matematika sangat perlu ajarkan
kepada seluruh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tarap perguruan tinggi,
agar siswa mempunyai kemampuan berpikir secara logis, sistematis, analitis, kreatif,
serta bisa bekerjasama dengan baik.
Disamping pentingnya mempelajari matematika, dalam kenyataannya
matematika masih di anggap suatu pelajaran yang sulit dan rumit. Menurut Amallia &
Unaenah (2018) menyatakan bahwa masih banyak siswa yang menganggap
matematika sebagai pelajaran yang sulit, sehingga menyebabkan siswa mudah
menyerah sebelum mempelajari matematika. Selain itu, adanya pembelajaran daring
yang terkesan mendadak karena COVID-19 ini juga menyebabkan persiapan yang tidak
optimal. Sehingga menyebabkan siswa merasa tidak siap dalam pelaksanaanya,
terutama dalam mata pelajaran matematika.
Kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa SMP dalam pembelajaran
Matematika di era pandemic covid ini adalah pada saat:
1. Siswa tidak suka menghafal rumus matematika yang banyak.
Jika siswa di hadapkan dengan rumus-rumus matematika yang banyak. Siswa
mengaku kurang suka jika disuruh menghafal rumus matematika yang dikatanya
banyak dan sulit untuk dihafalkan.
2. Siswa sulit paham karena kurangnya ineteraksi dengan guru.
Kesulitan ini adalah siswa tidak bisa secara langsung kepada guru jika belum
paham terhadao materi yang sudah diajarkan karena terbatasnya ruang interaksi
dengan guru, sehingga menyebabkan guru tidak sepenuhnya bisa mengontrol
keadaan akademik siswa.
3. Matematika itu abstrak.
Rendahnya pemahaman pembelajaran daring matematika siswa dikarenakan
objek yang dipelajarinya abstrak. Chambers mengungkapkan matematika
merupakan suatu bidang ilmu yang erat kaitannya dengan pola-pola abstrak yang
memiliki ciri khas untuk memecahkan masalah.

b. Cara melayani dan memecahkan permasalahan tersebut menurut Langkah-


langkah dan prosedur yang telah ditetapkan.
1. Guru melakukan inovasi demi inovasi dalam pembelajaran khususnya dalam
pelajaran daring matematika, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih baik.
2. Guru memanfaatan faktor pendukung semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kreatifitas dan perkembangan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran daring.
3. Guru menerapkan pembelajaran e-learning yang menarik, efektif dan
menyenangkan.
4. Memaksimalkan ketersediaan fasilitas teknologi yang sudah ada, misalnya
dengan membuat power point ineraktif sehingga pembelajaran daring dapat
berjalan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.
Atau dengan melakukan games yang berhubungan dengan materi matematika
sehingga dapat mendorong semangat siswa sebelum melakukan pembelajaran
5. Guru memberikan motivasi sebagai Pendidikan karakter terhadap peserta
didik sehingga dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan norma dan tata
tertib yang berlaku.

2. Dari beberapa jenis anak berkebutuhan khusus, bagaimana dan jenis ABK yang
mana, yang bisa diintegrasikan untuk bisa mengikuti pembelajaran setara peserta
didik SMP maupun SMA. Jangan lupa tidak meninggalkan Guru Pendamping Khusus
(GPK).
Langkah apa saja yang harus ditempuh bagi seorang guru matematika agar siswa
bisa sukses dan lancar dalam menyelesaikan studinya?
Jawab:
a. Jenis ABK mana yang bisa diintegrasikan untuk bisa mengikuti pembelajaran
setara peserta didik SMP maupun SMA
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan
menuju ke arah perbaikan, penguatan dan penyempurnaan semua potensi
manusia.Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja
dan kapan saja manusia dan mampu melakukan proses kependidikan (life long
education).
Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat (2) yang berbunyi “Warga Negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus”.
Pemerintah telah memfasilitasi pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
dengan adanya lembaga pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Pemerintah menyediakan satuan pendidikan khusus bagi peserta didik
berkelainan, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah,
seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010
tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 133, yang berbunyi:
(1) Satuan pendidikan khusus formal bagi peserta didik berkelainan untuk
pendidikan anak usia dini berbentuk taman kanak-kanak luar biasa atau
sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.
(2) Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang
pendidikan dasar terdiri atas:
• Sekolah dasar luar biasa atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang
sejenis dan sederajat; dan
• Sekolah menengah pertama luar biasa atau sebutan lain untuk satuan
pendidikan yang sejenis dan sederajat.
(3) Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang
pendidikan menengah adalah sekolah menengah atas luar biasa, sekolah
menengah kejuruan luar biasa, atau sebutan lain untuk satuan pendidikan
yang sejenis dan sederajat.
(4) Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara
terintegrasi antar jenjang pendidikan dan/atau antar jenis kelainan. Dalam
peraturan tersebut dijelaskan bahwa pemerintah memberikan kesempatan
bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat memperoleh layanan pendidikan
yang sama dengan siswa reguler. Selain pada satuan pendidikan khusus, siswa
berkebutuhan khusus juga dapat menempuh pendidikan pada sekolah
terpadu. Sekolah terpadu merupakan sekolah reguler yang menerima anak
berkebutuhan khusus, dengan kurikulum, sarana prasarana yang sama untuk
seluruh peserta didik. Sekolah terpadu saat ini lebih dikenal dengan sekolah
inklusif.
Pendidikan inklusif merupakan penggabungan penyelenggaraan
pendidikan luar biasa dengan pendidikan reguler dalam satu sistem pendidikan
yang dipersatukan. Pendidikan inklusif juga mempunyai tujuan yang sama dengan
pendidikan umum, akan tetapi cara penerapannya agak berbeda dengan
pendidikan umum. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif, semua siswa
memperoleh dukungan yang sama dalam proses pembelajaran di kelas. Hanya saja
untuk siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan pendampingan dari guru
pendamping khusus (GPK).
Jadi, Siswa yang dapat diterima dalam pendidikan inklusif adalah siswa
normal dan siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus yaitu
meliputi:

➢ Siswa dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)


➢ Siswa dengan gangguan pendengaran (Tunarungu)
➢ Siswa dengan gangguan bicara (Tunawicara)
➢ Siswa dengan gangguan fisik (Tunadaksa)
➢ Siswa dengan gangguan kesulitan belajar
➢ Siswa dengan gangguan lambat belaja
➢ Siswa dengan gangguan pemusatan perhatian
➢ Siswa cerdas istimewa
➢ Siswa bakat istimewa
➢ Siswa yang memiliki kebutuhan khusus secara social
Pada dasarnya, jika dilihat dari beberapa artikel bahwa semua ABK dapat
menempuh Pendidikan atau sekolah di SMP maupun SMA inklusif, tetapi juga
tergantung dari banyaknya GPK (Guru Pendamping Khusus) yang tersedia di SMP
maupun SMA tersebut karena penyelenggara pendidikan inklusif di Indonesia
belum dapat tercukupi secara memadai kebutuhan guru pendamping khusus
(GPK) yang sesuai dengan jenis kekhususan siswa. Dengan kata lain jumlah siswa
inklusif tidak sebanding dengan jumlah guru pendamping khusus yang ada.
b. Langkah yang harus ditempuh bagi seorang guru matematika agar siswa bisa
sukses dan lancar dalam menyelesaikan studinya?
Menurut Sudjono dalam Askury (1999:137) mengklasifikasi kesulitan belajar
matematika yang difokuskan pada penyebabnya, dibedakan atas faktor dasar
umum dan faktor dasar khusus.

a. Faktor Dasar Umum


Faktor dasar umum adalah faktor yang secara umum menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa, faktor-faktor itu terdiri dari:
1) Faktor Fisiologis
Hasil penelitian Brecker dan Bond dalam Askury (1999:137)
mengungkapkan adanya hubungan yang positif antara kesulitan belajar
dengan faktor fisiologis.
Misalnya seorang yang pendengarannya lemah akan kesulitan dalam
mengikuti penjelasan guru atau temannya.
2) Faktor Intelektual
Siswa yang mengalami kekurangan dalam daya abstraksi, generalisasi, dan
kemampuan penalaran deduktif maupun induktif serta kemampuan
numeriknya akan mengalami kesulitan dalam belajar matematika, karena
kemampuan-kemampuan tersebut merupakan kemampuan dasar yang
menentukan keberhasilan dalam belajar matematika.
Misalnya siswa yang kesulitan memahami sifat komutatif dan sifat
asosiatif dalam penjumlahan, maka siswa akan kesulitan meyelesaikan
soal yang melibatkan hukum-hukum itu dalam penyelesaiannya.
3) Faktor Pedagogik
Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya:
a) guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang
sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya.
b) motivasi serta perhatian guru terhadap siswa kurang.
c) cara pemberian motivasi yang kurang tepat, misalnya hukuman,
membandingkan kemampuan individu siswa (siswa yang
berkemampuan kurang selalu mendapatkan penilaian negatif dan
sebaliknya).
d) guru memperlakukan semua siswa secara sama.
e) suasana kelas selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
cenderung kaku dan serius sehingga siswa kurang berani
mengungkapkan pendapatnya. f) variasi bahasa yang digunakan guru
dalam menyampaikan suatu konsep kurang, sehingga jika siswa
kesulitan menangkap penyampaian guru maka akan timbul sikap
negatif.
4) Faktor Sarana dan Cara Belajar Siswa
Kesulitan belajar matematika juga dapat disebabkan oleh keterbatasan
sarana belajar seperti literatur, alat-alat bantu visualisasi, dan ruang
tempat belajar.
Literatur merupakan sarana belajar yang sangat penting karena
merupakan sumber informasi yang utama tentang konsep atau prinsip
yang harus dipahami siswa. Literatur juga dapat memberikan informasi
yang sifatnya ajeg dan dapat digunakan setiap saat. Di samping itu literatur
juga memuat soal-soal, masalah-masalah, serta tantangan yang dapat
menambah pengalaman serta penguasaan siswa atas suatu konsep atau
prinsip.
Penyajian konsep yang sederhana dan sistematis dapat menimbulkan
sikap positif dalam diri siswa dan mendorong siswa untuk belajar secara
mandiri.
5) Faktor Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah yang nyaman, indah dan sejuk akan membuat siswa
menjadi bergairah untuk belajar. Sebaliknya jika sekolah berada di dekat
pusat-pusat keramaian seperti gedung bioskop, pusat perbelanjaan,
terminal, bengkel yang mengeluarkan suara bising, atau pabrik maka
suasana belajar menjadi tidak nyaman akibatnya aktivitas belajar siswa
akan terganggu, sehingga siswa akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya.

b. Faktor Dasar Khusus


Yang dimaksud dengan faktor dasar khusus adalah faktor yang secara spesifik
menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan melakukan aktivitas belajar.
Faktorfaktor yang dimaksud meliputi:
1) Kesulitan Menggunakan Konsep
Dalam hal ini diasumsikan bahwa siswa telah memperoleh pembelajaran
mengenai konsep, tetapi belum menguasai dengan baik karena mungkin
lupa sebagian atau seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa atas suatu
konsep masih kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan dalam
menggunakannya. Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan konsep
disebabkan antara lain:
a) siswa tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi, misalnya
nama garis yang memotong lingkaran di dua titik, lambang ruas garis,
sinar dan garis.
b) ketidakmampuan siswa menyatakan arti istilah dalam suatu konsep,
misalnya siswa tidak mampu menyatakan istilah, hukum komutatif,
asosiatif, distributif, dan identitas.
c) ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang
diharuskan (syarat perlu) untuk berlakunya suatu sifat tertentu,
misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi. Disini siswa gagal
mengklasifikasikan mana contoh dan mana yang bukan contoh.
d) ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang dinyatakan
oleh istilah yang ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya siswa tidak
dapat membedakan yang contoh dan yang bukan contoh.
Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai dua anggota
sama pada komponen pertama (anggota daerah asal) sedangkan
anggota komponen kedua berbeda (anggota daerah hasil) bukan
merupakan suatu fungsi.
e) ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu
situasi tertentu, misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa
diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak lurus dan belah
ketupat terdiri dari dua segitiga sama kaki. Mungkin siswa juga
mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa ‘luas daerah suatu
belah ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang
diagonalnya’.
2) Kurangnya Keterampilan Operasi Aritmetika
Kesulitan siswa yang disebabkan oleh:
a. Kurangnya keterampilan operasional aritmetika.
Kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan dalam
mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang terdapat dalam
soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun desimal.
b. Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita
Soal cerita adalah soal yang disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu cerita yang dapat dimengerti dan ditangkap secara
matematis. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah
kesulitan siswa memahami cerita itu, menetapkan besaran-besaran
yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model matematika
dan meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika.
Soegiono (1984; 214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika adalah sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar.
Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar ini
banyak dialami siswa yang belum sampai prosea berpikir abstrak yaitu
masih dalam taraf berpikir konkret.
b. Ketidakmampuan menggunakan data.
Bahwa dalam suatu soal tentunya diberikan data-data dari suatu
permasalahan. Namun banyak siswa yang tidak mampu menggunakan
dta mana yang seharusnya dipakai. Kesulitan ini sangat dipengaruhi
oleh pengetahuan siswa tentang konsep ataupun istilah-istilah dalam
soal.
c. Ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika
Bahasa matematika merupakan bahasa simbol yang padat, akurat,
abstrak dan penuh arti. Kebanyakan siswa hanya mampu menuliskan
dan atau mengucakan tetapi tidak dapat mengguakannya. Indikator
kesulitan ini adalah kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol,
grafik, tabel dalam matematika.
d. Ketidakcermatan dalam melakukan operasi hitung.
Bahwa mengerjakan soal -soal matematika diperlukan konsentrasi
yang tinggi, karena banyak menipulasi rumus-rumus dan banyaknya
operasi hitung dalam melakukan operasi terhadap rumus-rumus. Siswa
dituntut untuk cermat terhadap kesalahan-kesalahan yang dapat
terjadi, baik disengaja dilakukan ataupun tanpa disadari telah
dilakukan oleh siswa.
e. Ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan.
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari suatu soal pembuktian, suatu
pembuktian haruslah disusun secara logis dan sistematis berdasarkan
teorema-teorema, konsep-konsep atau definisi-definisi yang telah
dipahami, sehingga kesimpulan yang dibuat berlaku untuk umum dan
juga memperjelas dari pembuktian tersebut. Siswa yang megalami
kesulitan dalam menyimpulkan untuk pembuktian pada soal banyak
disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap konsep.
Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika
Pembelajaran matematika seringkali tidak terlepas dari kesulitan dan
permasalahan yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan, baik di tingkat
pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi.
Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa sangat sulit untuk
dihindari. Kita hanya dapat meminimalkan batas kesalahan atau permasalahan
dengan cara antara lain:
1. Inovasi guru dalam mengaitkan konsep belajar matematika.
Dalam mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika
terutama pada tingkat sekolah menengah diperlukan kemampuan guru
untuk mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan
pengalaman sehari-hari siswa yang diperoleh dari alam sekitarnya. Jika
diperlukan guru dapat menggunakan perumpamaan atau alat peraga yang
mudah dijangkau dan murah serta secara tepat dapat menggambarkan
situasi yang ada.
2. Guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi.
Guru menuntun siswa untuk mampu membuat kesimpulan berdasarkan
sifat-sifat yang khas dari suatu situasi yang diberikan. Kekurangan-
kekurangan yang masih terdapat dalam diri siswa dalam membuat
generalisasi perlu ditangapi secara positif sehingga siswa semakin terpacu
untuk mampu memperoleh jawaban yang tepat.
3. Kreativitas guru dalam menjelaskan konsep dengan Bahasa yang
sederhana dan guru dapat menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran matematika.
Guru hendaknya mampu menjelaskan konsep-konsep matematika kepada
siswa dengan bahasa yang sederhana. Jika memang diperlukan guru dapat
menggunakan alat peraga matematika, karena dengan bantuan alat peraga
yang sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan, konsep matematika
akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian siswa akan
mudah memahami ide dasar suatu konsep atau membuktikan suatu
konsep.
4. Guru dapat membantu mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa.
Kesalahan dibedakan dalam dua hal yaitu kesalahan konseptual atau
kesalahan prosedural,
a) Apabila terjadi kesalahan konseptual, diatasi dengan cara mengajar
kembali teori-teori atau rumus-rumus yang telah dipelajari.
Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara 10
sebelumnya.
b) Apabila ada Kesalahan prosedural, diatasi dengan mencoba kembali
soal-soal atau permasalahan dengan memperhatikan fakta-fakta,
konsep-konsep dan prinsip yang telah dipelajari sebelumnya.
Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang berbeda dengan cara
sebelumnya.
5. Guru dapat menciptakan suasana belajar matematika yang
menyenangkan.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar matematika, guru
perlu mengupayakan adanya situasi dan kondisi yang menyenangkan,
strategi belajar maupun materi matematika yang menyenangkan
6. Sebagai motivator, guru harus membangun motivasi siswa
Guru untuk berusaha belajar keras, apabila dari awal pembelajaran siswa
tidak termotivasi mengakibatkan siswa malas dan materi yang disampaikan
kurang jelas.
7. Metode pembelajaran yang tepat.
Dengan metode yang tepat guru dapat membantu proses pembelajaran
berlangsung dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai