Anda di halaman 1dari 8

Pengelolaan Pelaksanaan Proses Pembelajaran Di Sekolah Dasar Inklusi

Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa anak autisme yang belajar dan guru yang mengajar. Dalam upaya membelajarkan anak autisme tidak mudah, guru sebagai untuk anak autisme harus memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten di dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena anak autisme pada umumnya mengalami kesulitan untuk memahami dan mengerti orang lain. Komponen-komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar adalah: a. Anak didik, yakni anak autisme dan anak-anak yang masuk dalam kategori Spectrum autisme, b. Seorang guru anak autisme harus memiliki dedikasi, kesabaran ketelatenan, keuletan dan kreativitas di dalam membelajarkan anak didiknya. Sehingga guru harus memahami prinsipprinsip pendidikan dan pengajaran untuk anak autisme.Prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran bagi anak autism pada umumnya dilaksanakan berdasarkan pada prinsip- prinsip: model

1) Terstruktur, Pendidikan dan pengajaran bagi anak autisme harus diterapkan prinsip terstruktur. Materi pembelajaran dimulai dari materi pembelajaran yang mudah hingga ke sulit. 2) Terpola, Kegiatan anak autisme biasanya terbentuk daripola rutinitas yang terpola dan terjadwal, baik di sekolahmaupun di rumah ( lingkungannya ), mulai dari banguntidur sampai tidur kembali. Anak autisme akan sulit sekalimengubah kebiaasan yang sudah terprogram. Oleh karenaitu di dalam proses pendidikannya anak autisme harusdikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah berkembang,dapat dilatih dengan memakai jadwal yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada akhirnya

anak lebih mudah menerima perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar. 3) Terprogram, Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat dengan prinsip dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga apabila target program pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua, demikian pula selanjutnya. 4) Konsisten, dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi bagi anak autisme, prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya : Apabila anak berperilaku positif memberi respon positif terhadap sesuatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat memberikan respon positif (reward/penghargaan), begitu pula apabila anak berperilaku negatif (Reenforcement/penguatan). Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya. Konsisten memiliki arti Tetap, bila diartikan secara bebas konsisten mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu. 5) Kontinue, pendidikan dan pengajaran bagi anak autisme sebenarnya tidak jauh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi anak autisme. Kontinyu disini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya di sekolah, tetapi juga harus di tindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan sekitar anak. 6) Pendidikan dan pengajaran bagi anak autisme menggunakan pendekatan dan program individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran anak autisme adalah

metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang sesuatu, sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang sesuatu tersebut. 7) Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses pembelajaran dan membantu pembentukan konsep pengertian secara kongkrit bagi anak autisme. Pola pikir anak autisme pada umumnya adalah pola pikir kongkrit. sehingga sarana belajar mengajar juga harus kongkrit. Beberapa anak autisme dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka dilatih dengan sarana belajar yang kongkrit. Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005: menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna. Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah diberikan, maka media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SD NEGERI GEJAYAN

LATAR BELAKANG MASALAH Sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu, dalam hal ini termasuk didalamnya adalah anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Sistem Pendidikan Inklusi memberikan kesempatan belajar pada anak-anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak pada umumnya, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan nyata sehari-hari. Tamatan SLB tidak mudah diterima oleh masyarakat, hal ini antara lain disebabkan oleh penyelenggaraan pendidikan yang terpisah dari anak-anak pada umumnya sehingga kurang sosialisasi. Dengan adanya Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi ini akan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar di sekolah umum yang dekat dengan tempat tinggalnya, maka diharaapkan upaya menuntaskan wajib belajar yang didalamnya termasuk anak berkebutuhan khusus akan dapat terlaksana. SD N Gejayan pada awalnya hanya mendidik anak-anak normal, yang kemudian pada kurang lebihtahun 1982 ditunjuk menjadi rintisan sekolah terpadu bagi anak Tuna Netra dimana anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam hal Dria Penglihatan dapat ikut dilayani pendidikannya di sekolah bersama anak-anak yang normal. Hingga saat ini dalam perkembangannya SD Negeri Gejayan ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi dengan dilandasi payung hukum Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 089 Tahun 2005 tanggal 30 Juni 2005. Anak berkebutuhan khusus yang ada disekolah ini mendapatkan layanan pendidikan bersama-sama dengan anak yang normal dengan mengacu pada kebutuhan khusus anak dan segala potensi yang dimiliki anak. Letak SD Gejayan yang strategis menjadi akses terdekat bagi keluarga yang mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus di wilayah sekitar Kecamatan Depok untuk dapat mengikutsertakan anak bersekolah di SD terdekat dengan rumah dikarenakan letak SLB yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak cukup jauh, juga banyak diantaranya karena kesulitan ekonomi sehingga pilihan untuk menyekolahkan anak berkebutuhan khusus di SD Negeri Gejayan dirasa lebih murah atau lebih terjangkau dari pada menyekolahkannya di SLB.

RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah Cara Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi ? 2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran Inklusi ? 3. Bagaimanakah cara pembelajaran Inklusi yang sudah ditempuh di SD Negeri Gejayan ? STRATEGI PEMECAHAN MASALAH 1. Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi akan mendapatkan hasil yang optimal bila dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan 2. Tahapan Operasional Pelaksanaan a. Persiapan b. Pelaksanaan c. Monitoring Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi khususnya di SD Negeri Gejayan dalam mengakses siswa berkebutuhan khusus sejak siswa baru (kelas I) masuk sekolah, diidentifikasi dengan pengamatan melalui kegiatan proses belajar mengajar. Untuk para anak berkebutuhan yang nota bene lamban dalam mengikuti proses belajar mengajar memang tidak bisa langsung kita ketahui bahwa anak tersebut tergolong lamban belajar (slow learner). Ini perlu membutuhkan waktu, perlu proses. Anak tersebut bisa dikategorikan slow learner, bila sulit mengikuti kegiatan belajar mengajar (kegiatan akademik), dan anak tersebut akan terus tertinggal dengan teman-teman yang lain (yang normal). ALASAN PEMILIHAN STRATEGI PELAKSANAAN Prinsip Management Berbasis sekolah yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi SD Negeri Gejayan mempunyai beberapa kekuatan, diantaranya Sekolah mempunyai keleluasaan dalam segi perencanaan program, proses penyelenggaraan, pemantaauan atau pengawasan hingga evaluasi dan penyusunan rencana tindak lanjut penyelenggaraan program sekolah. Tahap operasional pelaksanaannya meliputi :

1. Persiapan yang memuat hal-hal sebagai berikut : a. Pendataan jumlah anak berkebutuhan khusus, jenis kebutuhan khusus dan lokasi tempat tinggal anak. b. Sosialisasi tentang sistem pendidikan Inklusi. c. Penetapan Model Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi yang sesuai dengan Satuan Pendidikan yang ada (SD). d. Penyiapan Guru Pendamping Khusus dari Tenaga PLB (Pendidikan Luar Biasa). e. Pemenuhan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh peserta didik berkebutuhan khusus yang ada. 2. Pelaksanaan a. Asesmen anak berkebutuhan khusus dan penempatannya. b. Pelaksanaan pembelajaran dan layanan pendidikan lainnya dengan prinsip inklusi (menghargai perbedaan). c. Pendampingan dan peningkatan kapasitas lembaga maupun Tenaga Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi. d. Penjadwalan pendampingan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. 3. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai hasil serta kinerja pelaksana program penyelenggaraan sistem pendidikan Inklusi.

HASIL ATAU DAMPAK YANG DICAPAI DARI STRATEGI YANG DIPILIH 1. Adanya kerjasama dan hubungan yang sinergis antara Kepala sekolah, Guru/ Tenaga Kependidikan, Pustakawan, Karyawan, Peserta didik reguler, Peserta didik berkebutuhan khusus, Orang tua peserta didik berkebutuhan khusus, Orang tua peserta didik reguler, Para ahli terkait (Psikolog, Dokter Anak, dan sebagainya) dan Masyarakat Sekolah. 2. Terwujudnya proses pembelajaran dengan lingkungan pembelajaran yang kondusif, komunikatif, aksesibel, ramah dan bersahabat untuk semua.

KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MELAKSANAKAN STRATEGI YANG DIPILIH

Dana : Kurang adanya asupan dukungan dana yang memadai bagi SPPI Sarana dan Prasarana : Kurang tersedianya Sarana dan Prasarana yang memadai terutama dalam hal pengadaan alat bantu pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus anak. Misal : Reaglet + Stylus + Kertas, Globe Timbul maupun Peta Timbul. Banyaknya jenis kebutuhan khusus anak yang di SPPI SD Negeri Gejayan yang menyebar di setiap kelas dari kelas 1 sampai dengan 6 sehingga kadang menyulitkan guru dalam memberikan pelayanan pendidikan yang optimal.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG Adanya Tenaga Guru Pembimbing Khusus dari SLB Citra Mulia Mandiri yaitu Ibu Anastasia Murtiningsih yang siap membantu menangani Anak Berkebutuhan Khusus di SPPI SD Negeri Gejayan. Beberapa Guru Reguler telah mengikuti Diklat Orientasi Pelaksanaan Pendidikan Inklusi. Kesiapan dan penerimaan yang baik bagi Anak Berkebutuhan Khusus oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar. Diterapkannya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. ALTERNATIF PENGEMBANGAN 1. Memberikan kesempatan pada guru untuk lebih inovatif dalam memberikan pelayanan pendidikan (khususnya untuk anak berkebutuhan khusus). 2. Mengadakan kerjasama dengan Resource Centre, SLB terdekat untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi anak didik khususnya Anak Berkebutuhan Khusus. 3. Mencari Bantuan Dana. 4. Guru-guru yang sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan menindaklanjuti dengan menerapkan ilmunya di kelas. 5. Menggunakan alat-alat yang ada untuk mengoptimalkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus. KESIMPULAN

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melayani pendidikan khususnya bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi SD Negeri Gejayan dapat kami simpulkan sebagai berikut : 1. Prinsip Management berbasis sekolah yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di SPPI SD Negeri Gejayan mempunyai beberapa kekuatan. 2. Pelaksanaan pembelajaran dan layanan pendidikan di SPPI SD Negeri Gejayan dilaksanakan dengan prinsip inklusi (menghargai perbedaan). 3. Monitoring dan evaluasi selalu dilakukan untuk mengukur dan menilai hasil serta kinerja pelaksanaan program penyelenggara sistem pendidikan inklusi di SPPI SD Negeri Gejayan. 4. Adanya kerjasama dan hubungan yang sinergis dari warga sekolah dan masyarakat sekitar. 5. Terwujudnya proses pembelajaran dengan lingkungan pembelajaran yang kondusif, komunikatif, aksesibel ramah dan bersahabat untuk semua. 6. Guru-guru sudah menerapkan hasil pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan khusus yang dialami siswa. 7. Alat peraga yang ada sudah digunakan oleh guru. Untuk menindaklanjuti upaya penyelenggaraan pendidikan inklusi di SPPI SD negeri Gejayan kami mengajukan rekomendasi sebagai berikut : a. Dinas Pendidikan Provinsi DIY, Resource Centre, dan Instansi terkait untuk terus mengadakan diklat/ pelatihan secara berkelanjutan bagi guru reguler, untuk dapat meningkatkan pelayanan bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi. b. Sekolah memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada untuk lebih mengoptimalkan dalam hal pelayanan pendidikan khususnya bagi ABK. c. Memberikan motivasi dan dukungan kepada guru untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan dan kinerja secara terus menerus. d. Sekolah melalui RAPBS mengalokasikan dana untuk meningkatkan pelayanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SPPI.

Anda mungkin juga menyukai