Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN PEMBELAJARAN INKLUSIF

Disusun Oleh:

Kelompok 6
1. Rika Eliza Matondang 201434155
2. Novia Rovalanda Sembiring 201434143
3. Sri Rahayu Murwaningsih 201434123

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKUTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUSLIM
NUSANTARA AL-WASHLIYAH
MEDAN
2024
Sekolah inklusi merupakan salah satu contoh bentuk pemerataan pendidikan tanpa
diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan
memperoleh pendidikan yang sama. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi, anak berkebutuhan
khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak istimewa lainnya, setiap anak mendapat
persamaan hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik lainnya. Kebijkan pendidikan
inklusi merupakan “sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya” (Permendiknas, Nomor 70 Tahun 2009
Tentang Pendidkan Inklusi).

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Pelaksanaan pendidikan inklusi merupakan salah satu syarat yang harus terpenuhi untuk
membangun tatanan masyarakat inklusi. Sebuah tatanan masyarakat yang saling menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman sebagai bagian dari realitas kehidupan.
Penyelenggaraan sekolah inklusi memang tidak sesederhana menyelenggarakan sekolah umum.
Kenyataan dilapangan dalah hal karakteristik anak berkebutuhan khusus yang diterima belum
sesuai dengan kebijakan, seperti dalam hal penerimaan jenis kekhususan, tingkat kecerdasan yang
masih dibawah rata, belum ada penentuan batas jumlah siswa yang diterima, serta belum memiliki
sarana prasaranan khusus. Dukungan dari orangtua anak berkebutuhan khusus, orangtua siswa
regular, maupun masyarakat baru berupa dukungan moral. Padahal seharusnya dukungan yang
dibutuhkan berupa dukungan material maupun keterlibatan langsung dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi. Dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah belum merata di semua
daerah dan masih sangat terbatas, baik dalam bantuan teknis (keterlibatan dalam pelaksanaan :
monitoring, pembimbingan maupun evaluasi pelaksanaan pendidikan inklusi) maupun bantuan
non-teknis (dana maupun peralatan).
KEUNTUNGAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF
Sekolah inklusi dianggap dapat memberi berbagai manfaat baik masyarakat umum
maupun bagi anak luar biasa sendiri. Masyarakat akan mulai mau menerima keberadaan anak
luar biasa. Selain itu di sekolah inklusi juga memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal (IG.A.K. Wardani,
2011:1.36). Hal tersebut berdampak pada psikologis anak berkebutuhan khusus, yaitu
memberikan kesempatan bagi perkembangan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus (self
esteem). Self esteem merupakan bagian dari self concept atau konsep diri. Self esteem adalah
perasaan seseorang tentang ketidaksesuaian antara dirinya dan ingin menjadi apa nantinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa self esteem adalah penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri baik itu kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya.

Sistem Belajar (1)


a. Sistem belajar pada sekolah inklusif tidak jauh berbeda dengan sekolah regular pada
umumnya.
b. Para siswa berada dalam satu kelas yang ideaalnya dalam satu kelas terdiri dari 1-6
anak berkebutuhan khusus dengan dua guru dan satu terapis yang bertanggung jawab
dibawah koordinasi guru untuk memberi perlakuan khusus kepada anak-anak
berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
c. Porsi belajar pada anak berkebutuhan khusus lebih FLEKSIBEL daripada yang
normal.

Sistem Belajar (2)


a. Pada waktu-waktu tertentu, bila perlu anak-anak tersebut akan ‘ditarik’ dari kelas
regular dan dibawa ke RUANG INDIVIDU untuk mendapatkan perlakuan
(bimbingan) khusus.
b. Dengan demikian diperlukan keberagaman metode pembelajaran supaya materi dapat
tersampaikan secara merata kepada semua anak didik.
c. Guru perlu memastikan bahwa semua siswa, terlebih mereka yang berkebutuhan
khusus, sudah memahami penjelasan dengan baik.
d. Ketika anak-anak berkebutuhan khusus belum bisa menerima materi dengan baik,
sekolah pun harus siap melaksanakan program pembelajaran individual (PPI) atau IEP
(individual educational program) untuk mendampingi satu persatu anak berkebutuhan
khusus secara lebih intensif.
e. Bentuk dari PPI atau IEP ini disesuaikan dengan kebutuhan yang perlu dikembangkan
oleh anak.
Yang perlu diperhatikan dalam mengelola kelas inklusif?
Siswa (memahami dirinya)
Materi (apa yang akan diajarkan)
Metode Mengajar (Bagaimana cara menagajar)
Guru (Memahami peran dan tugasnya)

SISWA
Semua siswa memiliki:
a. Karakteristik khusus
b. Background, minat, bakat, potensi dan pengalaman siswa
c. Harapan dan kekhawatiran
d. Cara mengajar yang cocok untuk mereka.

PERANAN SISWA NON ABK


a. Peer Tutoring (anak sebagai tutor)
Kompetensi keduanya berbeda
 Anak tanpa kebutuhan khusus membagikan ilmu dan pengalamnnya kepada anak
dengan kebutuhan khusus
 Anak tanpa kebutuhan khusus menjadi model bagi anak dengan kebutuhan khusus
 ATAU SEBALIKNYA
b. Peer Collaboration (kolaborasi sebaya)
Kompetensi keduanya sama
 Anak berkebutuhan khusus dan tanpa berkebutuhan khusus menghadapi
permasalahan serupa yang harus dipecahkan bersama-sama.

PENGEMBANGAN POLA BELAJAR SISWA


 Kompetisi
a. Siswa berjuang dengan keras dan berkompetisi mengalahkan yang lain untuk
mendapatkan penghargaan dari guru.
 Individualis
a. Belajar dilihat sebagai kebutuhan individu. Ketika kebutuhan terpenuhi makai a
tidak memiliki tanggung jawab yang lain.
 Kooperatif
a. Siswa mencapai tujuan secara bersama-sama dan tujuan tersebut dapat dicapai
apabila ia bekerja sama dengan siswa lainnya.
b. Pendekatan ini sangat cocok diterapkan di Pendidikan Inklusif

METODE YANG AKAN DIAJARKAN DALAM PEMBELAJARAN INKLUSIF


a. Menciptakan kelas yang inklusif
b. Menerima setiap siswa
c. Memotivasi siswa
d. Menyusun silabus & RPP yang sesuai
e. Memberi pengertian semua siswa akan keberagaman
f. Penugasan
g. Manajemen kelas
h. Diskusi kelas
i. Kerja kelompok
j. Pembelajaran aktif
k. Metode ceramah
l. Menulis
m. Asesmen
n. Memberi feedback
o. Sumber pembelajaran

KUNCI PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF


1. Akomodasi Pembelajaran
2. Rencana Pembelajaran Individual

AKOMODASI PEMBELAJARAN
 Lingkungan fisik

 Pemberian intruksi
 Metode kegiatan

 Fasilitas pembelajaran

 Harapan terhadap performa siswa

1. Akomodasi Lingkungan Fisik


a. Jadwal dan tugas-tugas harus dimngerti oleh siswa
b. Mengurangi stimulasi dan faktor distruksi tunarungu duduk paling depan agar
mudah membaca gerak bibir guru, anak hiperaktif duduk di tempat yang tenang.
c. Siswa ABK ditempatkan di dekat siswa non-ABK yang bersedia ‘menemani’
d. Menata kursi dan meja dengan pola yang rileks.

2. Akomodasi Pemberian Instruksi


a. Pemberian instruksi harus mengingat keterbatasan anak, misalnya:
-Anak dengan gangguan pendengaran (instruksi memanfaatkan kemampuan
visual anak)
-Anak slow learner (instruksi jelas dengan intonasi dan gesture, diulang,
sederhana, Tunggal, dengan bantuan visual, sering mengingatkan tugas,
pancingan pertanyaan.

3. Akomodasi Metode Kegiatan


a. Mengatur jarak materi satu dengan materi selanjtunya dengan jeda sehingga tidak
membingungkan siswa.
b. Memberi penugasan dengan lebih kreatif, tidak melulu dengan pertanyaan yang
dijawab di kertas.
c. Mengajari siswa cara mengatur dan menyelesaikan tugas
d. Tutor sebaya
e. Menerangkan hal abstrak dengan metode yang konkrit, misalnya : bermain peran.

4. Akomodasi Fasilitas
a. Menggunakan pembelajaran berbasis MULTISENSORY (visual, auditory,
kinestik, taktil) untuk alat peraga pembelajaran. Misalnya: peraga benda real jika
memungkinkan, video, audio, dsb.
b. Melibatkan guru pendamping khusus jika diperlukan
5. Akomodasi Harapan Terhadap Performa Siswa
a. Menambah atau mengurangi waktu belajar sesuai ketahanan siswa.
b. Mengurangi muatan materi dan tugas sesuai dengan kemampuan siswa.
c. Tingkat kesulitan tugas disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d. Modifikasi cara pemberian tugas/ evaluasi hasil belajar.

PENILAIAN HASIL BELAJAR


a. Tidak semua anak belajar melalui cara yang sama
b. Penilaian alternatif dipakai untuk
c. Hasil penilaian yang baik
Mudah diinterpretasikan (interpretative)
Menggambarkan kondisi (descriptive)
Mengidentifikasi permasalahan (diagnostic)

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL


Program pembelajaran individual (PPI) dan Individuaized Educational Program
(IEP)
Dalam kelas inklusif perlu direncanakan secara individual
 Model pembelajaran

 Muatan materi

 Evaluasi, metode dan kriteria pada siswa dalam pembelajaran

 Lingkungan belajar

 Materi pembelajaran

PERLU DIPERHATIKAN DALAM PPI


a. Mengetahui level capaian AKADEMIK siswa, dan PERFORMA FUNGSINALNYA.
b. Mengetahui prosedur pengukuran tujuan pembelajaran berkala, baik secara
AKADEMIK maupun FUNGSIONAL.
c. Mengetahui dengan rinci kemajuan siswa dalam mencapai capaian akademik dan
fungsinal, dan melaporkannya pada tim pelaksana PPI (guru kelas, guru pendamping
khusus, kepala sekolah, ahli psikolog dan media yang terlibat, orangtua, dan siswa
sendiri).
d. Merancang program Pendidikan khusus dan layanan pendukung lain yang akan
diberikan pada ssiwa, dan berbasis pada penelitian dan pengembangan tim PPI dan
diterapkan pada proses Pendidikan.
e. Pertimbangan apakah siswa harus mengikuti sekolah khusus (SLB) atau sekolah
inklusif, atau kedua-daunya sesuai dengan kapasitas dan potensi siswa.
f. Mempersiapkan beberapa akomodasi yang diperlukan untuk melakukan asesmen
capaian AKADEMIK dan FUNGSINAL siswa
g. Program PPI ditetapkan pada awal layanan Pendidikan dan intervensi perilaku anak,
serta merancang Langkah antisipasi layanan atau intervensi.

ALUR PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL


1. Asesmen akademik dan karakter pembelajaran
2. Hasil asesmen
3. Penetuan materi
4. Penyusunan rencana program
5. Penentuan prioritas program
6. Pelaksanaan program
7. Evaluasi berkala

CATATAN REFLEKSI
1. Pencapaian Target Pembelajaran
 Apakah tujuan kelas inklusif telah tercapai?

 Apakah integrasi anak berkebutuhan khusus ke dalam kelas meningkatkan


performansi mereka?
 Apakah respon siswa biasa cukup positif?
2. Strategi Pembelajaran
 Model pembelajaran apa yang tepat dikenakan di kelas inklusif?

 Media pembelajaran apa yang sesuai dengan karakter kelas?

 Apakah desain yang disusun sudah tepat mengenai sasaran?


3. Dukungan dan Sumber Daya
 Apakah guru memiliki kesiapan menghadapi anak dengan kebutuhan khusus?

 Apakah kompetensi guru sudah memadai untuk kelas inklusif?

 Fasilitas apa saja yang perlu ditingkatkan oleh sekolah?

Anda mungkin juga menyukai