Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR ”

Dosen Pengampu :
Soeci Izzati Adlya, S.Pd., M.Pd.

Nama : Siti Mutmainah


Nim : 22045082

DEPARTEMEN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
MIND MAPPING
A. Gaya Belajar
Sukadi (dalam Papilaya, 2016) mengungkapkan bahwa gaya belajar yaitu
kombinasi antara cara seseorang dalam menyerap pengetahuan dan cara
mengatur serta mengolah informasi atau pengetahuan yang didapat. DePorter dan
Hernacki (2007: 110) mengemukakan gaya belajar seseorang adalah kombinasi
dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Sedangkan Sehertian (dalam Rejeki, 2012) mengemukakan gaya belajar atau
learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif, dan perilaku psikomotorik,
sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pembelajar
saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar. Pengertian gaya
belajar menurut Rahman (2016) yaitu perilaku spesifik dalam menerima
informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru, serta proses menyimpan
informasi atau keterampilan baru. Keefe (dalam Bintarini, 2013:3) mengungkapkan,
gaya belajar adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan psikomotor, sebagai
indikator yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan
dan bereaksi terhadap lingkungan belajar. Berdasarkan beberapa pendapat ahli
mengenai pengertian gaya belajar di atas, maka dapat disimpulkan gaya belajar
adalah suatu cara untuk menyerap dan mengolah informasi yang diperoleh,
yang digunakan sebagai indikator untuk bertindak dan berhubungan dengan
lingkungan belajar.
Antara siswa yang satu dengan siswa yang lain memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda. Hal ini tergantung dari kenyamanan masing-masing siswa
dalam menerima informasi yang diperoleh dalam proses belajar. Menurut DePorter
dan Hernacki (2007: 112) ada tiga tipe gaya belajar yaitu:
1. visual: belajar melalui apa yang mereka lihat,
2. audititorial: belajar melalui apa yang mereka dengar dan
3. kinestik: belajar lewat gerakan maupun sentuhan.
Setiap siswa pasti memiliki salah satu gaya belajar tersebut dan tidak
menutup kemungkinan satu siswa memiliki dua gaya belajar sekaligus. Guru
tidak bisa memaksakan kehendak bahwa siswa harus belajar sesuai dengan
kemauan guru tanpa memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa.
B. Siswa beresiko
Siswa berisiko dalam konteks pembelajaran adalah mereka yang memiliki potensi
atau kemungkinan menghadapi kesulitan atau hambatan dalam mencapai keberhasilan
akademis. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa berisiko bisa berasal dari berbagai
aspek, baik dari lingkungan, kondisi pribadi, maupun kurangnya dukungan yang
diterima. Beberapa faktor yang umumnya terkait dengan siswa berisiko dalam belajar
meliputi :
1. Kurangnya Dukungan dan Lingkungan Belajar yang Tidak Mendukung
Kurangnya dukungan atau keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak bisa
menjadi salah satu faktor utama. Faktor-faktor lingkungan seperti keadaan rumah
yang kurang kondusif untuk belajar, kurangnya akses terhadap bahan bacaan, atau
gangguan di lingkungan sekitar juga dapat menghambat pembelajaran siswa.
2. Tantangan Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang sulit, seperti kesulitan finansial, dapat menghalangi
akses terhadap sumber daya pendidikan yang diperlukan dan menyebabkan siswa
harus bekerja paruh waktu.
3. Faktor Kesehatan
Masalah kesehatan fisik atau mental bisa mengganggu konsentrasi dan partisipasi
siswa di lingkungan belajar.
4. Kurangnya Motivasi dan Dukungan Emosional
Siswa mungkin kehilangan minat pada pendidikan karena kurangnya rasa
relevansi materi pelajaran dengan kehidupan mereka. Siswa yang mengalami
masalah emosional atau sosial mungkin kesulitan untuk fokus dan berpartisipasi
aktif di kelas.
5. Keterbatasan Keterampilan Akademik
Kesulitan dalam keterampilan dasar seperti membaca, menulis, atau memahami
konsep matematika dapat menjadi hambatan dalam memahami pelajaran.
C. Anak berkebutuhan khusus
Anak dengan kebutuhan khusus adalah kelompok yang memiliki perbedaan yang
signifikan dalam proses belajar mereka dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Mereka mungkin menghadapi tantangan yang unik dalam mencapai potensi akademis
mereka karena adanya gangguan perkembangan atau kecacatan. Dalam konteks
perbedaan individu dalam belajar, anak-anak berkebutuhan khusus menunjukkan
variasi besar dalam cara mereka menyerap, memproses, dan merespons informasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait anak berkebutuhan khusus dalam
konteks perbedaan individu dalam belajar:
1. Kebutuhan yang Beragam
Anak-anak dengan kebutuhan khusus sering memiliki kebutuhan belajar yang
unik dan beragam. Mereka mungkin memerlukan strategi pembelajaran yang
disesuaikan dan pendekatan yang lebih individual.
2. Variasi dalam Gaya Belajar
Seperti anak-anak pada umumnya, anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda. Beberapa mungkin lebih responsif terhadap
pendekatan visual, sementara yang lain mungkin memerlukan metode
pembelajaran yang lebih praktis atau sensorik.
3. Peran Penting Guru atau Fasilitator Pendidikan
Penting bagi guru atau fasilitator pendidikan untuk memahami kebutuhan dan
gaya belajar unik setiap anak berkebutuhan khusus. Mereka dapat menggunakan
diferensiasi pembelajaran atau strategi yang disesuaikan untuk mendukung
keberhasilan belajar mereka.
4. Kurikulum Berbasis Kompetensi
Implementasi kurikulum yang berbasis kompetensi dapat membantu dalam
menyusun program pembelajaran yang lebih terfokus pada pengembangan
kemampuan individual anak berkebutuhan khusus.
5. Pendekatan yang Bersifat Holistik
Mendukung anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan yang
holistik yang tidak hanya fokus pada aspek akademis, tetapi juga memperhatikan
aspek sosial, emosional, dan fisik mereka.
6. Kolaborasi dengan Spesialis dan Orang Tua
Kerjasama yang erat antara guru, spesialis pendidikan, dan orang tua sangat
penting untuk merancang dan melaksanakan program pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan potensi anak berkebutuhan khusus.
D. Pendekatan pembelajaran berdasarkan keberagaman peserta didik
Pendekatan pembelajaran yang memperhatikan keberagaman peserta didik adalah
strategi yang mengakui dan menghormati perbedaan-perbedaan individu dalam kelas.
Pendekatan ini berfokus pada menciptakan lingkungan belajar yang inklusif,
responsif, dan mempertimbangkan kebutuhan serta gaya belajar yang beragam dari
setiap siswa. Beberapa contoh pendekatan yang dapat diterapkan dalam konteks
keberagaman peserta didik meliputi:
1. Diferensiasi Pembelajaran
a. Penyesuaian Kurikulum, Mengadaptasi materi, metode, dan penilaian untuk
memenuhi gaya belajar dan kebutuhan individu.
b. Kelompok Fleksibel, Pembentukan kelompok yang berbeda-beda untuk
memungkinkan siswa bekerja dengan teman sekelas yang memiliki kecepatan
belajar atau tingkat pemahaman yang serupa.
c. Tugas yang Dapat Disesuaikan, Memberikan pilihan tugas yang bervariasi
untuk memfasilitasi keberagaman pemahaman dan minat siswa.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek atau Kolaboratif:
a. Proyek Kelompok, Menghadirkan proyek kolaboratif yang memungkinkan
siswa dengan berbagai keahlian dan minat bekerja bersama.
b. Diskusi Terbimbing, Mendorong diskusi kelompok yang memperbolehkan
siswa berbagi perspektif mereka tentang topik pembelajaran.
3. Pemanfaatan Teknologi dan Sumber Daya yang Beragam:
a. Platform Pembelajaran Online, Memanfaatkan platform online yang
memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan dan gaya yang sesuai dengan
preferensi mereka.
b. Sumber Daya Multimedial, Menggunakan sumber daya seperti video, gambar,
artikel, atau sumber daya daring lainnya untuk mengakomodasi gaya belajar
yang berbeda.
4. Pembelajaran Berbasis Pengalaman
a. Eksperimen dan Demonstrasi, Memberikan kesempatan bagi siswa untuk
belajar melalui pengalaman langsung atau percobaan
b. Kunjungan Lapangan atau Tamu Ahli, Mengundang tamu ahli atau melakukan
kunjungan lapangan untuk memperkaya pemahaman siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Ningrat, S. P., Tegeh, I. M., & Sumantri, M. (2018). Kontribusi gaya belajar dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 2(3),
257-265.
Ivanti, A. (2009). IDENTIFIKASI SISWA BERESIKO MENGALAMI KESULITAN
BELAJAR SPESIFIK DI TAMAN KANAK-KANAK. Jurnal Universitas
Paramadina Vol, 6(1), 37-48.
Dermawan, O. (2013). Strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di slb.
Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 886-897.
Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai