Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS STRATEGI DAN GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui gaya belajar dari peserta didik dalam penerapan kurikulum
yang baru yaitu kurikulum merdeka adanya konsep merdeka belajar dengan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi bagi peserta didik dengan mengetahui pemetaan gaya belajar
karena peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Dapat dilihat dari lingkungan
dan juga dapat dilihat dari dominasi otak yang dimana dalam pembelajaran mengarah ke
pendengaran,penglihatan dan juga gerak tubuh.jenis penelitian ini…………… dengan
mengarah pada pendekatan berdiferensiasi siswa akan mendapatkan pembelajaran yang
sesuai dengan keinginan peserta didik.

Kata kunci : gaya belajar,kurikulum merdeka,berdiferensiasi.


PENDAHULUAN

Peningkatan mutu pembelajaran peserta didik di indonesia selalu ditingkatkan dan


selalu mengalami evaluasi dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu dalam
pembelajaran.dapat diketahui bahwa pembelajaran menurun sangat banyak dikarenakan
adanya virus covid 19 yang membuat pembelajarn terbengkalai mengalami penurunan yang
tinggi maka diadakan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka yang membuat pendidikan
harus mempelajari lagi perpindahan kurikulum dari kurikulum 13 menuju kurikulum merdeka
(kurikulum darurat) dan penyederhanaan secara mandiri (Sanjaya & Rastini, 2020). Sejak
tahun ajaran baru 2022/2023, penerapan kurikulum merdeka telah mulai diterapkan sebagai
respon dan hasil analisis pada penerapan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Fitriyah & Wardani (2022) menyatakan bahwa kurikulum merdeka adalah salah satu
alternatif kurikulum yang dapat menyesuaikan tujuan pendidikan dengan tuntutan global
yang tetap berakar pada nilai-nilai Pancasila. Penerapan kurikulum ini untuk memudahkan
peserta didik dalam melakukan keberlangsungan pembelajaran.guru tidak hanya sebagai
sumber belajar saja tetapi Sebagai guru harus menyusun strategi yang akan dilakukan dari
merancang pembelajaran,melaksanakan hingga mengevaluasi peserta didik dimana peserta
didik agar mudah untuk menangkap suatu pembelajaran yang dilakukan didalam kelas agar
suasana senang dalam melakukan pembelajaran dan guru juga harus menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi dengan menekankan pada peserta didik yang dilakukan didalam
kelas secara bersama-sama tidak melakukan pembelajaran yang terpisah,sehingga guru
memiliki peran yang lebih berat dalam melakukan pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi dibuat melalui perencanaan serangkaian kegiatan
yang didasarkan pada kebutuhan belajar dan karakteristik siswa. Tahapan pembelajaran
berdiferensiasi menurut Subhan (2022) mengatakan bahwa dimulai dengan melakukan
asesmen awal. Asesmen tersebut dapat berupa tes maupun nontes. Asesmen dilakukan
dengan tes diagnosis, tes gaya belajar, dan multiple intelegences yang selanjutnya digunakan
guru dalam mendesain rencana pembelajaran. Asesmen ini dilakukan untuk mengetahui
kesiapan belajar, minat, serta profil belajar siswa sehingga guru tahu dalam pembelajaran
seperti apa yang sebaiknya diterapkan agar siswa belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Menganalisis gaya belajar merupakan salah satu cara guru dalam penerapan
pembelajaran berdiferensiasi. Gaya belajar menurut Ningrat et al. (2018) adalah suatu cara
menyerap dan memahami informasi yang digunakan sebagai indikator untuk bertindak dan
berkaitan dengan lingkungan belajar. Seseorang mungkin akan lebih mudah belajar dengan
cara mencatatnya dengan detail, dengan menyimak penjelasan, atau dengan
mempraktekkannya langsung. Bire et al. (2014) mengartikan gaya belajar sebagai cara
termudah seseorang dalam memperoleh, menyerap, dan menganalisis informasi yang
diperolehnya. Secara umum, gaya belajar dikelompokkan menjadi gaya belajar visual,
auditori, dan kinestetik. Irawati et al. (2021) menyebutkan gaya belajar terbukti berpengaruh
pada hasil dan prestasi belajar siswa. Selanjutnya, Danaryanti & Noviani (2015)
menyampaikan kemampuan komunikasi matematis juga dipengaruhi oleh gaya belajar.
Tujuannya Pembelajaran berdiferensiasi memiliki manfaat bagi guru maupun siswa.
Guru dapat mengolah dan mengevaluasi pembelajaran dengan sesuai tanpa ada yang
direkayasa karena siswa mendapat perlakuan sesuai kebutuhannya. Selaras dengan pendapat
Santos dalam (Herwina, 2021) bahwa tersedianya akomodasi untuk berkreativitas, sedikit
pandangan mengenai kegagalan, mendukung penyesuaian siswa dalam belajar sesuai dengan
keahliannya, kemudian berkontribusi dalam perubahan perilaku siswa.

METODE

Penelitian ini menggunakan review literatur. Artikel atau jurnal penelitian yang
digunakan diperoleh dari database sekolah Google. Tinjauan pustaka adalah kajian atau
pratinjau konsep, pengetahuan, atau penemuan yang kritis dari literatur dengan berorientasi
akademik. Ini dimulai dengan mencari artikel literatur yang sesuai dengan topik yang
diinginkan dan kemudian dievaluasi kembali.

Untuk menghasilkan temuan dan diskusi yang menarik, peneliti memeriksa secara
menyeluruh artikel-artikel yang diambil sesuai dengan penelitiannya. Penelitian Literature
Review ini dirancang untuk menggunakan analisis deskriptif, menguraikan data secara
teratur, dan menjadikan data atau artikel sebelumnya sebagai bahan utama. Kemudian,
memberikan pemahaman yang mudah dipahami kepada pembaca.
HASIL DAN PEMBAHASAN

pembelajaran berdiferensiasi (Differentiated learning) merupakan investasi atau strategi


pembelajaran yang dikembangkan dengan menitikberatkan pada analisis kebutuhan siswa. Di
sini tentunya diperlukan guru yang kreatif untuk pembelajaran yang berdiferensiasi, yang
mengantarkan siswa pada keberhasilan belajar dan kebahagiaan belajar. Pembelajaran yang
dibedakan adalah pembelajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa,
yang mungkin berbeda-beda, termasuk kemauan belajar, minat, potensi, atau gaya belajar
mereka. Bentuk pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas dapat terdiri dari tiga jenis, yaitu
diferensiasi isi, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi isi mengacu pada
perbedaan isi materi yang diajarkan kepada siswa sebagai tanggapan atas kemauan belajar
siswa, minat atau profil belajar (visual, auditori, kinestetik), atau bahkan kombinasi dari
ketiganya.

Guru menyiapkan siswa untuk pembelajaran yang ditargetkan dan membuat diagnosis awal
untuk menentukan kebutuhan belajar siswa. Dengan cara ini, guru dapat belajar dan melihat
perbedaan antara siswa. Guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki
keberanian menjawab pertanyaan, menyampaikan apa yang diinginkannya, dan siswa
memiliki kesempatan untuk mengikuti pembelajaran dan penilaian bersama dengan guru.
Oleh karena itu, guru tidak hanya fokus pada pengetahuan siswa, tetapi juga menguji
kemampuan siswa.

Selaras dengan pendapat Corley dalam (Lailiyah, 2016) mengenai pengertian pembelajaran
berdiferensiasi yakni suatu pendekatan yang memungkinkan guru merancang strategi
pemenuhan kebutuhan masing-masing siswa. Begitu pun pendapat (Wahyuningsari D, 2022)
dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa pembelajaran diferensiasi sebagai strategi
guru untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam belajar. Saat proses pembelajaran dilakukan di
kelas maka siswa mempelajari materi sesuai dengan kemampuannya, kesukaannya, dan
kebutuhan individu sehingga siswa tidak merasa kesulitan serta tidak merasa kalah dalam
belajar

Guru harus mengoptimalkan kebutuhan dan kesempatan siswa agar pembelajaran efektif dan
siswa merasa senang karena kebutuhan belajarnya terpenuhi secara optimal. Perbedaan gaya
belajar merupakan cara terbaik untuk memproses informasi yang diterima.
Adapun metode agar guru dapat melaksanakan strategi pembelajaran berdiferensiasi harus
menggunakan cara yang tepat. De Petter dan Hearchi dalam (Zagoto, 2019) mengemukakan
cara untuk memfasilitasi gaya belajar siswa, untuk memfasilitasi siswa dengan gaya belajar
visual dipenuhi kebutuhannya dengan memutarkan video, memaksimalkan penggunaan
gambar, serta guru lebih sering menuliskan materi di papan tulis. Sedangkan untuk
memfasilitasi siswa dengan gaya belajar auditori dengan cara guru lebih aktif dalam membuat
diskusi kelompok dan meminta siswa untuk membaca nyaring. Sementara itu untuk
memfasilitasi siswa dengan gaya belajar kinestetik dengan cara melakukan demontrasi dan
perbanyak praktik secara langsung.

Guru menjadi sosok yang harus mendukung siswa dalam belajar. Merencanakan
pembelajaran dengan strategi pembelajaran yang berdiferensiasi memerlukan perencanaan
yang matang melalui pemantauan siswa dan lingkungan belajar, wawancara dan survei untuk
mengetahui kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu, guru satuan pendidikan selalu menjadi
pemimpin bagi dirinya dan anak didiknya. Guru harus menciptakan suasana belajar dengan
mendukung siswa untuk memperoleh kesempatan belajar sebanyak-banyaknya.

Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, guru harus merencanakan pembelajaran terlebih
dahulu. Namun, untuk menerapkan RPP yang efektif, guru harus terlebih dahulu memahami
karakteristik siswa sehingga mereka dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan
dan kemampuan belajar mereka. Salah satu cara untuk memahami kebutuhan siswa adalah
dengan memahami gaya belajar mereka, disebut juga gaya belajar. Siswa yang antusias
secara visual lebih suka menggambar, membaca, mengatur, dan menjaga penampilan mereka.
Untuk pembelajaran campuran, merupakan praktik yang baik untuk memberikan rangsangan
visual seperti tabel warna-warni, ikon, gambar dan diagram, dan membuat peta konsep untuk
menjaga agar semuanya tetap teratur. Selain itu, perhatian harus diberikan pada kondisi
ruangan seperti pencahayaan yang cukup dan lingkungan belajar harus digunakan yang dapat
digunakan untuk memvisualisasikan konsep materi yang berbeda, seperti majalah, proyektor,
poster, dan kolase. (Sari, 2014).

Jika guru sudah menyiapkan media dan pendekatan yang sesuai untuk video pembelajaran
siswa, maka guru sudah memfasilitasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kecenderungan belajar auditori ditandai dengan belajar dengan mendengarkan orang lain,
berbicara secara internal dan eksternal, menggunakan pola atau ritme bicara, dan mudah
teralihkan.
Metode pembelajaran yang tepat meliputi tanya jawab dengan materi berulang-ulang,
meminta siswa mengulang penjelasan konsep tertentu, menggunakan media dengan suara
atau musik, dan menggunakan singkatan atau mnemonik untuk menghafal (Sari, 2014).

Siswa yang belajar secara kinestetik merasa lebih nyaman ketika belajar melibatkan gerakan
dan latihan langsung, seperti ketika berjalan atau melakukan aktivitas fisik di luar ruangan.

Menurut Sari (2014), metode pembelajaran yang tepat untuk siswa dengan gaya belajar
kinestetik adalah penggunaan alat yang dapat digunakan secara langsung, pemberian tugas
proyek, pemberian kebebasan bergerak sambil diatur, dan penerapan praktis pada
pembelajaran. Guru dapat mengembangkan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-
masing siswa, sehingga siswa merasa lebih nyaman selama proses belajar mengajar. Dalam
hal ini, upaya tersebut diintegrasikan ke dalam pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan
untuk memenuhi berbagai kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran yang dibedakan
adalah upaya dan tindakan guru untuk memastikan bahwa kebutuhan belajar setiap siswa
terpenuhi secara memadai. Konsep diferensiasi pada hakikatnya memungkinkan siswa
mempelajari mata pelajaran dengan memperhatikan kemampuan, kecenderungan dan
kebutuhan individunya, sehingga siswa tidak merasa putus asa atau tidak berhasil selama
proses pembelajaran, menurut pemikiran Tomlinson (dikutip dari Swadewi, 2021).

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru harus berinovasi dalam penggunaan model,


metode, dan strategi pembelajaran agar siswa lebih semangat dan termotivasi dalam belajar
dalam melanjutkan pembelajaran. Untuk menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
pembelajaran, peran guru dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran di kelas sangatlah
penting. Strategi pembelajaran yang dibedakan memiliki empat komponen untuk dipahami:
diferensiasi konten, diferensiasi proses, diferensiasi produk, dan diferensiasi lingkungan
belajar.

Marlina (2019) menjelaskan bahwa aspek pembelajaran yang dibedakan ini terdiri dari empat
aspek yaitu isi, proses, produk dan lingkungan belajar yang masing-masing memiliki
pengaruh tersendiri terhadap keberhasilan belajar.

A. Diferensiasi konten mengacu pada upaya guru untuk menyesuaikan materi pembelajaran
dengan kebutuhan individu siswa, termasuk gaya belajar dan keterbatasan kecacatan. Guru
menyesuaikan kurikulum dan bahan pelajaran agar mudah dipahami oleh siswa dalam situasi
yang berbeda, memungkinkan mereka untuk belajar secara efektif.
B. Diferensiasi proses mengacu pada cara siswa berinteraksi dengan pengetahuan dan ide.
Apa interaksi antara siswa dan konten atau materi dan bagaimana interaksi ini mempengaruhi
definisi pembelajaran siswa? Hasil yang ditunjukkan oleh siswa tentunya sangat berbeda
sesuai dengan gaya belajar dan pilihan pembelajarannya, sehingga guru harus dapat
merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar yang berbeda
tersebut.

C. Diferensiasi produk terkait dengan hasil yang ditunjukkan siswa atau bukti pembelajaran.
Produk pembelajaran memberikan petunjuk kepada guru tentang sejauh mana siswa telah
memahami materi pembelajaran dan dapat membimbing materi pembelajaran selanjutnya.
Gaya belajar siswa juga mempengaruhi bentuk produk pembelajaran yang disajikan kepada
guru, karena setiap gaya belajar mengungkapkan pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari dengan cara yang berbeda-beda.

D. Diferensiasi lingkungan belajar mencakup kondisi fisik dan sosial tempat siswa belajar
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan dan partisipasi mereka dalam belajar.
Kondisi lingkungan yang sesuai dapat meningkatkan efisiensi belajar dan membantu siswa
merasa nyaman dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alhafiz, N. (2022). Analisis Profil Gaya Belajar Siswa untuk Pembelajaran Berdiferensiasi di
SD Negeri 23 Pekanbaru. J-Abdi Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(8), 1913–1922.
Fitriyah, C. Z., & Wardani, R. P. (2022). Paradigma Kurikulum Merdeka Bagi Guru Sekolah
Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 12(3), 236–243.
Danaryanti, L. L. (2015). Memahami Gaya Belajar untuk Meningkatkan Potensi Anak.
Martabat: Jurnal Perempuan dan Anak , 245-260

Anda mungkin juga menyukai