Anda di halaman 1dari 12

Implementasi Pembelajaran Mapel PAI Berdiferensiasi

Di SMP Muhammadiyah Al Mujahidin


Eko Tuanto, Wisnu Giri Antoro, Arif Rahman Yunar, Djamaluddin Perawironegoro

Abstrak
Penelitian ini memaparkan tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi di SMP
Muhammadiyah Al Mujahidin, Apa yang dimaksud pembelajaran berdiferensiasi, Bagaimana
implementasi pembelajaran berdiferensiasi di Sekolah. Metode penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan berbagai kondisi yang ditemukan di lapangan tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam berdiferensiasi di SMP
Muhammadiyah Al Mujahidin. Sumber data terdiri dari guru pengampu mata pelajaran pendidikan
agama Islam dan kepala sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian
pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah Al Mujahidin sudah
berdiferensiasi dengan baik. Adapun kekurangan dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi di
SMP Muhammadiyah Al Mujahidin yaitu; membutuhkan waktu yang lama baik dalam persiapannya
maupun pelaksanaannya.

1. Pendahuluan
Dalam upaya peningkatan pelayanan di sekolah khususnya proses pembelajaran, guru
memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru
harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendesain pembelajaran. Di antaranya
adalah melakukan asesmen awal, membuat bahan ajar, modul ajar atau rencana
pembelajaran. (Agustini Buchari, 2018) Hal itu dilakukan supaya proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan materi yang disampaikanpun dapat diterima dan dipahami oleh
peserta didik. Tidak hanya itu, proses pembelajaran juga menuntut adanya perubahan
tingkah laku sebagaimana yang disampaikan dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yang
menjelaskan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak sebagai insan yang beriman, bertaqwa kepada tuhan yang maha Esa,
berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab. (Sisdiknas,
2003)
Kita menyadari bahwa peserta didik memiliki berbagai tingkat kemampuan yang
berbeda, bakat minat yang berbeda dan kecerdasan yang berbeda-beda pula. Oleh karea itu
sebagai pendidik kita harus merespon keunikan dari masing-masing peserta didik sesuai
dengan kemampuannya masing-masing. (Nia Savira Febrianti, 2018) Seperti hanya di SMP
Muhammadiyah Al Mujahidin. Hasil asesmen diagnostic non kognitif yang dilakukan pada
tanggal 24 juli 2021 menunjukkan gaya belajar dari seluruh peserta didik kelas 7
menunjukkan 57,80% memiliki gaya belajar Visual, 24,28% gaya belajar Auditorial dan
sisanya 17,92% memiliki gaya belajar Kinestetik. (Erwansyah, 2021) Melihat kondisi
demikian maka kegiatan pembelajaran semestinya juga dilakukan dengan beraneka ragam
kegiatan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
Fakta dilapangan menunjukkan beberapa guru masih mengabaikan keunikan ragam gaya
belajar peserta didik sehingga yang terjadi pembelajaran tidak jalan seimbang, peserta didik
merasa bosan, kreatifitas tidak muncul, eksplorasi anak terbatas dan tuntutan orientasi
pembelajaran hanya ditekankan pada kemampuan kognitif saja. Melihat kondisi demikian
maka sekolah melakukan evaluasi pada proses pembelajaran dikelas. dari evalusi yang
dilakukan menghasilkan rekomendasi bahwa perlunya penerapan pembelajaran yang
berdeferensiasi yaitu sebuah pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan peserta didik.
(Suwartiningsih, 2021)

2. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni memaparkan berbagai
kondisi yang ditemukan dilapangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam berdiferensiasi di SMP Muhammadiyah Al Mujahidin.
Proses penelitian dan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi, dimana observasi dilakukan dengan cara terjun langsung ke SMP
Muhammadiyah Al Mujahidin, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru pengampu
materi PAI dan dokumentasi sebagai dokumen peneliti.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi sebagaimana diungkapkan oleh Marlina dalam buku
Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdeferensiasi bahwa pembelajaran
terdifernsiasi merupakan proses siklus mencari tahu tentang siswa dan merespon belajarnya
berdasarkan perbedaan. (Marlina, 2019)
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berdiferensiasi
merupakan kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Saat guru merespon
kebutuhan belajar peserta didik, berarti guru telah mendiferensiasikan pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya proses pembelajaran yang memandang bahwa
peserta didik itu berbeda dan dinamnis, oleh karena itu sekolah harus memiliki perencanaan
tentang pembelajaran yang terdiferensiasi, antara lain:
1. Membuat perencanaan dan strategi yang sesuai dengan metode pembelajaran yang bisa
digunakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
2. Menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan peserta didik
3. Mengkaji dan melakukan penilaian pencapaian dan rencana sekolah secara berkala.
(Marlina, 2019)
Pembelajaran berdiferensiasi bisa terlaksana jika sekolah sudah memiliki kebijakan
tentang penerapan pada setiap rangkaian proses pembelajaran. Mulai dari asesmen awal,
pengelompokan dan penerapan pembelajaran dikelas. untuk lebih mengerucut kami
paparkan definisi mengenai pembelajaran yang terdiferensiasi dan bagaimana pembelajaran
yang tidak berdefirensiasi
Tabel 1. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi
PEMBELAJARAN YANG PEMBELAJARAN YANG TIDAK
NO
BERDIFERENSIASI BERDIFERENSIASI

Fleksibel, siswa belajar dengan teman


sebaya yang sama atau berbeda Labeling, siswa tidak disamakan dengan
1
kemampuan sesuai dengan kekuatan dan kemampuan kelompoknya
minatnya
Memberikan tugas belajar siswa sesuai Menganggap peserta didik tidak mampu
2 dengan kesiapan belajar dan minat mengerjakan tugas dan berfikir tingkat
belajar peserta didik tinggi
Pembelajaran yang didasarkan pada Pembelajaran tidak didasarkan pada
3
asesmen dan kebutuhan belajar asesmen dan kebutuhan belajar
Siswa menentukan sendiri cara Guru menentukan secara penuh cara
4
belajarnya belajar siswa
Kegiatan pembelajaran yang tidak
5 Kegiatan pembelajaran yang tersetruktur
tersetruktur

3.2. Identifikasi Peserta Didik


Di antara ciri pembelajaran berdiferensiasi adalah guru harus melakukan identifikasi
kebutuhan belajar peserta didik . ketika guru terus belajar tentang keberagaman peserta
didiknya, maka pembelajaran yang professional, efektif dan efisien akan terwujud. Tomlinson
menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar siswa pada 3 aspek,
(Wiwin Herwina, 2021) diantaranya :
1. Kesiapan belajar peserta didik
Kesiapan belajar peserta didik merupakan kapasitas untuk mempelajari materi baru.
Pemberian materi jika tidak melihat kesiapan peserta didik maka akan membawa
peserta didik keluar dari zona nyaman. Akan tetapi jika didesain dengan lingkungan
belajar yang tepat dan dukungan yang memadai apa lagi disesuaikan dengan gaya dan
kegemaran mereka maka peserta didik tetap dapat merasa nyaman dan mampu
menguasai materi yang diberikan dengan mudah.
2. Minat peserta didik
Kita perlu menyadari bahwa setiap orang meiliki bakat minat masingmasing. Siswapun
juga demikian, ada peserta didik yang minatnya sangat besar dibidang seni dan sains,
ada peserta didik yang minatnya di olahraga dan sebagainya. Minat merupakan
motivator penting bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Tomlinson menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat siswa dalam merancang
pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
a) Membantu peserta didik menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan
keinginan mereka sendiri untuk belajar
b) Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran dengan kemampuan yang
dimiliki
c) Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi peserta didik sebagai
jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang lain.
3. Profil belajar peserta didik
Profil belajar peserta didik terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya,
kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan
dengan gaya belajar seseorang. Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar siswa
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara natural dan efisien.
3.3. Gaya Belajar
Sebagai guru kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar
yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki gaya
belajar sendiri-sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat
menyelaraskan antara metode dan pendekatan mengajar. Secara umum gaya belajar dapat
dikelompokan menjadi 3 aspek diantaranya adalah gaya belajar Visual, Auditori dan
Kinestetik. . (Andri Priyatna, 2013) Adapun penjelasan masing-masing gaya belajar sebagai
berikut :
1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga penglihatan
memiliki peranan yang sangat penting. Gaya belajar visual biasanya lebih mudah
memahami informasi melalui diagram, peta, poster, grafik serta data teks seperti tulisan
dan huruf. (Muhammad Mukhlis, 2018)
2. Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar ini biasa disebut sebagai gaya belajar pendengar. Orang-orang yang
memiliki gaya belajar ini seringkali mengandalkan indera pendengarannya untuk proses
belajar. Pada umumnya seseorang yang memiliki gaya belajar auditori ini senang
mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, rekaman pembelajaran. Mereka senang
mendengarkan dan interaksi dengan orang lain. (Mega Dwi Susanti, 2020)
3. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar ini biasa disebut dengan gaya belajar penggerak. Hal ini disebabkan karena
anak-anak menggunakan dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses
belajar dan memahami sesuatu. Bagi pembelajar kinestetik ini biasnaya membaca dan
mendengarkan merupakan kegiatan yang membosankan. Instruksi yang diberikan
secara lisan maupun tertulis sering dilupakan. Mereka memiliki kecenderungan lebih
memahami sesuatu dengan mencobanya. Ciri tipe pembelajar ini biasanya selalu
berorientasi pada fisik dan banyak gerak, berbicara dengan perlahan, belajar dengan
praktik, banyak menggunakan israyat israyat tubuh. (Andri Priyatna, 2013)
3.4. Tujuaan Pembelajaran Berdifensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah upaya untuk menjalankan pembelajaran
yang responsive terhadap kekuatan dan kebutuhan peserta didik. Adapun tujuan penerapan
pembelajaran (Reski Idamayanti, 2022) ini diantaranya :
1. Membantu semua peserta didik dalam belajar
Agar guru meningkatkan kesadaran akan keberagaman peserta didik sehingga
pembelajaran dapat dilakukan secara dinamis sesuai dengan kekuatan dan gaya belajar
peserta didik. Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
2. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik
Agar peserta didik memperoleh hasil belajar sesuai dengan tingkat kesulitan materi yang
diberikan guru. Jika peserta didik dibelajarkan sesuai dengan tingkat kemampuannya
maka motivasi belajar akan meningkat.
3. Untuk menjalin hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik
Pembelajaran terdiferensiasi menjalin hubungn ynga sangat kuat antara guru dengan
peserta didik. Sehingga peserta didik semakin semangat dalam belajar.
4. Untuk membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri
Jika peserta didik sering dibelajarkan secara mandiri maka akan menumbuhkan rasa
percaya diri sehingga kemandirian peserta didik juga akan tumbuh.
5. Meningkatkan kepuasan guru
Jika guru menerapkan pembelajaran yang terdiferensiasi ini maka guru akan merasa
tertantang untuk mengembangkan kemampuan mengajarnya sehingga guru semakin
kreatif
3.5. Pelaksanaan Asesmen Diagnostik
Tahap awal yang dilakukan pada proses penerapan pembelajaran terdiferensiasi ini
adalah melakukan Asesmen diagnostik. Asesmen yang dilakukan adalah asesmen diagnostic
non kognitif . cakupan asesmen yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta
didik (IQ), gaya belajar peserta didik, bakat minat peserta didik dan kecerdasan majemuk /
multiple intelengences peserta didik. Asesmen ini dilakukan pada tahap awal peserta didik
memasuki tingkat awal pada fase D. Asesmen ini dilakukan oleh sekolah bekerjasame dengan
lembaga Achievement Motivation Training Psychology Group pada tanggal 24 Juli 2021.
Adapun hasil asesmen diagnostic non kognitif memperoleh hasil sebagai berikut :
1. Sasaran Asesmen
Sasaran asesmen yang dilakukan adalah seluruh peserta didik baru tahun ajaran 2021/2021
yang berjumlah 173 peserta didik
Tabel 2. Sasaran Asesmen
NO SASARAN JUMLAH SISWA TARGET PROSENTASE (%)
1 Siswa Kelas VII 173 siswa 173 siswa 100%

2. Hasil Asesmen kecerdasan (IQ)


Tabel 3. Hasil asesmen kecerdasan siswa kelas VII
NO KATEGORI IQ JUMLAH PROSENTASE (%)

1 140 – 169 (sangat cerdas) - -


2 120 – 139 (cerdas) 12 6,94%
3 110 – 119 (di atas rata-rata) 29 16,76%
4 90 – 109 (rata-rata) 132 76,30%
5 80 – 89 (di bawah rata-rata) - -
6 70 – 79 (boderline) - -
TOTAL 173 100%

3. Hasil Asesmen Gaya Belajar


Tabel 4. Hasil Asesmen Gaya Belajar Peserta Didik
NO GAYA BELAJAR JUMLAH PROSENTASE (%)

1 Visual 100 57,80%


2 Auditorial 42 24,28%
3 Kinestetik 31 17,92%
TOTAL 173 100%

Keterangan :
a) Gaya belajar visual yaitu lebih fokus pada penglihatan, lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan cara melihat
b) Gaya belajar kinestetik yaitu lebih fokus pada gerakkan tangannya,
sehingga membutuhkan untuk praktik langsung.
c) Gaya belajar auditorial yaitu lebih focus pada pendengaran, lebih mengutamakan apa
yang didengar bukan dengan apa yang dilihat.

4. Hasil Asesmen bakat minat


Tabel 5. Hasil Asesmen Gaya Belajar Peserta Didik
NO BIDANG MINAT BAKAT JUMLAH PROSENTASE (%)

1 Bidang literary 22 12,72%


2 Bidang Medical 30 17,34%
3 Bidang outdoor 33 19,08%
4 Bidang practical 22 12,72%
5 Bidang Personal contact 17 9,83%
6 Bidang computational 13 7,51%
7 Bidang aesthetic 6 3,47%
8 Bidang scientific 10 5,78%
9 Bidang musical 12 6,94%
10 Bidang Clerical 1 0,59%
11 Bidang social service 2 1,16%
12 Bidang mechanical 5 2,89%
TOTAL 173 100%

Keterangan :
1. Bidang literary yaitu aktivitas yang berhubungan dengan membaca, buku dan
mengarang.
2. Bidang Medical yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan, pengobatan,
perawatan penyakit, penyembuhan dan hal yang berkaitan dengan medis.
3. Bidang outdoor yaitu aktivitas yang dilakukan di luar, udara terbuka dan tidak
berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya rutinitas.
4. idang practical yaitu kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan, praktik dan
karya.
5. Bidang personal contact yaitu aktivitas yang berhubungan dengan manusia, diskusi,
bergaul dengan orang lain, dan membutuhkan kontak dengan orang lain.
6. Bidang computational yaitu aktivitas yang berhubungan dengan angka.
7. Bidang aesthetic yaitu aktivitas yang berhubungan dengan seni dan menciptakan
keterampilan.
8. Bidang scientific yaitu aktivitas yang menyangkut tentang analisis, penyelidikan,
penelitian, eksperimen, dan ilmu pengetahuan lainnya.
9. Bidang musical yaitu aktivitas yang berhubungan dengan memainkan alat musik, paduan
suara, apresiasi dan hal-hal yang berkaitan dengan music.
10. Bidang clerical yaitu aktivitas yang menuntut ketepatan, ketelitian dan kerapian.
11. Bidang social service yaitu aktivitas yang berkaitan dengan pelayanan terhadap
kepentingan masyarakat, kesejahteraan umum, membimbing, menasehati, memahami,
dan melayani masyarakat.
12. Bidang mechanical yaitu aktivitas yang berhubungan dengan teknik dan mesin.

5. Hasil Asesmen Multiple Intelegences (kecerdasan majemuk)


Tabel 6. Hasil Asesmen Multiple Intelegences (kecerdasan majemuk) siswa kelas VII
NO BIDANG KECERDASAN JUMLAH PROSENTASE (%)

1 Kecerdasan Linguistic 46 13,29%


2 Kecerdasan Matematic 30 8,67%
3 Kecerdasan Kinestetis 56 16,18%
4 Kecerdasan Musical 27 7,80%
5 Kecerdasan Spasial 37 10,69%
6 Kecerdasan Interpersonal 81 23,41%
7 Kecerdasan Intrapersonal 30 8,67%
8 Kecerdasan Naturalis 39 11,27%
TOTAL 173X2=346 100%

Keterangan :
1. Kecerdasan Linguistic yaitu kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tertutis.
2. Kecerdasan Matematic yaitu kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan,
pola serta pemikiran logis dan ilmiah
3. Kecerdasan Kinestetis yaitu kemampuan menggunakan olah tubuh atau gerak tubuh
untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan.
4. Kecerdasan Musical yaitu kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan
menikmati bentuk-bentuk musik dan suara.
5. Kecerdasan Spasial yaitu kemampuan untuk menangkap dunia ruang-spasial secara
tepat.
6. Kecerdasan Interpersonal yaitu kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap
perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain.
7. Kecerdasan Intrapersonal yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan
diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan
diri.
8. Kecerdasan Naturalis yaitu kemampuan untuk mengerti alam lingkungan dengan baik,
dapat membuat distingsi konsekuensial lain dalam alam naturaI; kemampuan untuk
memahami dan menikmati alam; dan menggunakan kemampuan tersebut secara
produktif.
3.6. Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi dan Capaian Hasil
Merujuk pada hasil asesmen peserta didik kelas 7 tahun ajaran 2021-2022 tersebut, dapat
dijadikan landasan awal untuk menerapkan pembelajaran terdiferensiasi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Marlina bahwa penerapan pembelajaran terdiferensiasi merupakan
sebuah upaya untuk menjalankan pembelajaran yang responsive terhadap kekuatan dan
kebutuhan peserta didik. (Marlina 2019) Oleh karena itu dari hasil asesmen tersebut
digunakan sebagai :
1. Penglompokkan Peserta didik
Hasil asesmen gaya belajar peserta didik dijadikan landasan untuk menglompokkan
anak dalam pembagian kelas. Asas yang digunakan dalam pembagian kelas adalah asas
keseimbangan yaitu masing-masing kelas diisi oleh peserta didik dengan beragam
kecerdasan yang relative seimbang antara anak-anak yang memiliki gaya belajar
kinestetik, visual dan auditori. Hal ini dilakukan supaya proses pembelajaran dikelas
berjalan lebih efektif. Dengan keseimbangan gaya belajar anak-anak tersebut juga akan
mempermudah guru dalam mengelola pembelajaran. Sehingga dalam proses
pembelajran guru dapat memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan gaya belajar
dan kebutuhan peserta didik.
2. Pedoman untuk menyusun rencana pembelajaran di modul ajar
Setelah melakukan analisa terhadap hasil asesmen diagnostic maka dalam pembuatan
rencana pembelajaran menghasilkan beberapa rekomendasi strategi pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Adapun rekomendasi yang diberikan merujuk pada teori multiple intelegences yang
dicetuskan oleh Howard Gardner yang kemudian dikembangkan oleh Munif Khatib
dalam bukunya yang berjudul Gurunya manusia “menjadikan semua anak istimewa dan
semua anak bisa juara”. Pandangan munif chatib terhadap multiple intelegences yakni
terdapat Sembilan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia dan kecerdasan akan terus
berkembang. Daiantaranya kecerdasan Eksistensialis, Linguistik, Logic Matematik,
Musikal, Spasial Visual, Kinestetik, Intrapersonal, Interpersonal, dan Naturalis. (Munif
2011) . dari hasil analisa yang dilakukan kemudian menghasilkan rekomendasi strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan peserta didik sebagai berikut :
a. Peserta didik yang memiliki kecerdasan Eksistensialis
Peserta didik yang memiliki kecerdasan Eksistensialis biasanya memiliki karakter
religius. Strategi pembelajaran yangdapat diterapkan adalah mengintegrasikan
kandungan agama dalam muatan materi, mendampingi anak dalam menekuni
berbagai profesi moral yang positif dan menceritakan tokoh-tokoh ilmuwan islam dan
dilanjutkan diskusi ringan.
b. Peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistic
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata
secara efektif, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna
yang kompleks. Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan ini direkomendasikan
pembelajaran dilakukan dengan cara mengajak anak berdialog dan berdiskusi,
membacakan cerita, membuat bulletin, cerpen, pantun, permainan kosakata, menulis
naskah wawancara dan presentasi.
c. Peserta didik yang memiliki kecerdasan logic mathematic
Kecerdasan Logic Matemetik adalah peserta didik yang memiliki kemampuan dalam
menghitung, mengukur dan memperimbangkan proposisi dan hipotesis serta
menyelesaikan operasi-operasi angka. Strategi pembelajaran yang direkomendasikan
adalah dengan memainkan grafik, kode, pembuatan pola perhitungan, tebak angka,
diagram, hipotesis, analogi, pengukuran, klasifikasi, studi kasus dan analisa data.
d. Kecerdasan Musikal
Peserta didik yang memiliki kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentukbentuk musik. Kecerdasan ini
meliputi kepekaan atau sensitivitas pada pola nada, ritme, melodi dan timbre dari
musik yang didengar. Peserta didik yang memiliki kecerdasan tersebut
direkomendasikan bagi guru untuk mengemas pembelajaran dengan strategi
mengajak anak bermain alat musik, baik alat musik sungguhan maupun buatan
sendiri, meminta anak untuk mencipta irama, meminta anak untuk mengarang lagu
sesuai dengan materi dan mengajak anak bernyanyi.
e. Peserta didik yang memiliki kecerdasan Spasial Visual
Kecerdasan Spasial Visual adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia
visual dan spasial secara akurat. Dapat kita maknai visual adalah gambar dan spasial
adalah hal-hal yang berkaitan dengan tempat atau ruang. Kecerdasan ini melibatkan
kecerdasan akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran dan lain sebagainya.
Rekomendasi strategi pembelajaran yang diberikan bagi anak yang memiliki
kecerdasan tersebut adalah mengajak anak melukis, menggambar, mewarnai,
memberikan kesempatan anak untuk mencoret-coret, membuat hasta karya,
menggambarkan benda-benda, bermain balok, lego, puzzle.
f. Peserta didik yang memiliki Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan mengungkapkan ide, perasaan, pemikiran
dengan menggunakan gerakan tubuh. Belajar melalui tindakan langsung dan
pengalaman melalui praktik langsung. Bagi peserta didik yang memiliki karakteristik
iini guru direkomendasikan menggunakan strategi pembelajaran dengan
memperbanyak gerakan salah satu diantaranya menari, pantonim, bermain peran,
kerja tangan, olah tubuh, gerakan kreatif, adu kecepatan, senam dan outbond.
Pembelajaran juga bisa dilakukan secara outdoor class.
g. Peserta didik yang memiliki kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan Intrapersonal adalah kemampuan memahami persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakanya untuk merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memtovisasi
dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Peserta didik yang memiliki kecerdasan
ini, guru direkomendasikan menggunakan strategi berbagi kasih, motivasi diri,
refleksi diri, ekspresikan dirimu, merenungi lagu atau materi disesuaikan dengan
pengalaman pribadi, kunjungan ketempat tertentu yang berhubungan dengan materi,
bercakap-cakap tentang cita-cita, mengisi buku harian, mengisi jurnal, membuat
jadwal kegiatan harian.
h. Peserta didik yang memiliki kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan
oranglain secara efektif. Peka terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh
oranglain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Strategi yang direkomendasikan
untuk anak Interpersonal adalah marketing day, business day, kerja kelompok,
negosiasi, melobi, memenegement konflik, menumbuhkan sikap ramah dan peduli
sesama, memberi kesempatan bertanggungjawab.
i. Peserta didik yang memiliki kecerdasan Naturalis
Kecerdasan Naturalis adalah kecerdasan yang berhubungan dengan lingkungan, flora
dan fauna yang tidak hanya menyenangi alam tetapi juga peduli untuk melestarikan.
Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan ini guru direkomendasikan
menggunakan strategi menceritakan apa yang dilihat melalui jendela kelas, koleksi
tumbuhan, wisata alam, penelitian lingkungan membawa hewan atau tumbuhan ke
kelas kemudian diminta mengamati dan menjelaskan, koleksi daun, menanam pohon,
pembelajaran outdoor class.

3. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas


Implementasi pembelajaran berdiferensiasi merupakan bagian dari pembelajaran
paradigma baru. Sebagaimana yang telah digaungkan oleh kurikulum sekolah penggerak.
Ada 5 intervensi program sekolah penggerak diantaranya 1. Pendampingan konsultatif
dan asimetris, 2. Penguatan SDM, 3. Pembelajaran dengan paradigma baru, 4.
Perencanaan berbasis data dan 5. Digitalisasi Sekolah.
Dari 5 intervensi di atas maka penelitian ini fokus pada intervensi ke 3 yaitu penerapan
pembelajaran paradigma baru yaitu dengan menjalankan pembelajaran yang
berdifetensiasi.

Tabel 7. Daftar Guru Pendidikan Agama Islam


NO NAMA MATA PELAJARAN
1 Jaka Prayitna, M.Pd PAI Domain Akidah Akhlak
2 Abdul Razak, Lc PAI Domain Akidah Akhlak
3 Fathur Rahman, Lc., MM PAI Domain Akidah Akhlak
4 Eko Tuanto, S.Pd.I PAI Domain Fikih
5 Hanasto, M.S.I PAI Domain Fikih
6 Nisa Fahmi Huda, M.Pd PAI Domain Qur’an Hadits
7 Andicha Dian Saputra, S.Pd PAI Domain Tarich
8 Sumpono PAI Domain Tarich
9 Milzam PAI Domain Tarich
10 Saeful Millah, S.Pd Pendidikan Bahsa Arab
11 Ismi Aini Lathifah, S.Pd Pendidikan Bahsa Arab

Dari daftar diatas yang sudah menerapkan pembelajaran terdiferensiasi dikelas sebagai
berikut :
1. Jaka Prayitna, M.Pd. pada pembelajaran Pendidikan agama Islam domain Akidah Akhlak.
Orientasi diferensiasi terletak pada proses dan produk pembelajaran yang dihasilkan.
Materi yang dipelajari bab 4 yaitu tetang larangan perjudian, pertengkaran dan larangan
meminum minuman keras. Sesuai dengan hasil asesmen diagnostic gaya belajar peserta
didik dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok Visual, Auditory dan
Kinestetik.
a) Kelompok visual diberikan kesempatan untuk memvisualisasi materi dengan
membuat poster larangan minuman keras beserta kata-kata mutiara larangan miras.
b) Kelompok Auditory diberikan kesempatan untuk merefleksi materi dengan
membuat rekaman penjelasan mengenai larangan perjudian, pertengkaran dan
larangan meminum minuman keras degan menggunakan perangkat HP/Android
c) Kelompok kinestetik diberikan kesempatan untuk membuat naskah drama tentang
larangan pertengkaran.
Hasil pembelajaran yang diperoleh dari penerapan pembelajaran diatas adalah 42%
mahir, 51% mahir, 7% sedang berkembang dan yang kategori mulai mencoba 0%.

2. Hanasto, M.S.I pada pembelajaran PAI domain Ibadah.


Khusus Hanasto, M.S.I dikarenakan Ia mengampu dua mata pelajaran, yaitu PAI domain
Ibadah dan TIK, maka best practice yang dilakukan sebagai penerapan pembelajaran
terdiferensiasi memilih salah satu mata pelajaran. Pada kali ini pembelajaran yang di
praktikan adalah PAI. Proses yang dilakukan beroriantesi pada diferensiasi konten yaitu
peserta didik diminta untuk mempelajari materi dan memahai materi sesuai dengan
gaya belajar masing-masing. Hasil yang ditampilkanpun juga beragam. Pembelajaran
nampak menyenangkan dan anak merasa leluasa untuk berkreasi.

3.7. Kendala
Kendala yang dihadapi pada penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini diantaranya adalah :
1. Untuk menerapkan pembelajaran terdiferensiasi membutuhkan waktu lama dalam
mempersiapkan proses pembelajaran
2. Keterbatasan sarana untuk memenuhi minat bakat dan gaya belajar peserta didik.
3. Terkendala waktu pembelajaran yang singkat untuk memberikan layanan menyeluruh
kepada peserta didik.
4. Model pembelajaran guru yang masih terbawa kebiasaan masa lalu yang belum
menempatkan guru sebagai fasilitator sehingga masih dominan teacher centered.
5. Belum semua guru menerapkan pembelajaran terdiferensiasi

3.8. Tindak Lanjut


1. Disediakan waktu bagi para guru untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran
sebelum kegiatan pembelajaran aktif dimulai
2. Pemenuhan sarana prasarana untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran
3. Memberi motivasi dan pembekalan terhadap guru tentang penerapan pembelajaran
terdiferensiasi
4. Menekankan pembelajaran yang selalu berorientasi pada gaya belajar, bakat minat dan
kebutuhan peserta didik

4. Kesimpulan
A. Kesimpulan
Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah upaya respon guru terhadap keadaan peserta
didik. Keadaan peserta didik menjadi pertimbangan penting untuk mejalankan proses
pembelajaran karena pembelajaran yang berdiferensiasi selalu berorientasi pada kebutuhan,
kekuatan, gaya belajar dan bakat minat peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi pada
hakikatnya sebuah proses pembelajaran yang memandang bahwa peserta didik itu berbeda
dan dinamis.
Tahapan yang dilakukan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini yang pertama;
melakukan asesmen diagnostic kepada peserta didik untuk mengetahui kondisi awal mereka,
seperti gaya belajar, bakat minat dan kecerdasan yang dimilki. Selanjutnya menggunakan
hasil asesmen sebagai acuan penerapan strategi pembelajaran di kelas yang disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik.
SMP Muhammadiyah Al Mujahidin sebagai satu di antara sekolah yang ditunjuk oleh
kemdikbud menjadi piloting project menjalankan KOS kurikulum sekolah penggerak
merespon positif dengan menjalankan proses pembelajaran paradigma baru yaitu dengan
penerapan pembelajaran yang berdiferensiasi, yang termasuk di dalamnya adala guru-guru
PAI.

B. Rekomendasi
1. Untuk Kemdikbud
Kebijakan penerapan kurikulum sekolah penggerak pada satuan pendidikan untuk lebih
dimatangkan lagi sehingga implementasi di sekolah makin terarah serta dapat terealisasi
dengan efektif dan efisien.
2. Bagi Guru
a) Penelitian ini dapat dijadikan motivasi bahwa penerapan pembelajaran
terdiferensiasi sebagai satu diantara cerminan pembelajaran paradigma baru dapat
dilaksanakan meskipun memerlukan persiapan yang lebih lama.
b) Hasil Asesmen diagnostic untuk selalu diperhatikan sebagai rujukan dalam
menentukan strategi pembelajaran
c) Bagi guru yang belum menerapkan pembelajaran terdiferensiasi untuk mulai
mencoba menerapkan pada proses pembelajaran di kelas

Daftar Pustaka
Agustini Buchari. (2018). Peran Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Ilmiyah Iqra’.
Ali, M. (2009). Cultural Construction of Illness, Festival and Music in Southeast Asia. Journal
of Southeast Asian Studies, 40(2), 409–415.
https://doi.org/10.1017/S0022463409000198
An, S. A., & Tillman, D. A. (2015). Music Activities as a Meaningful Context for Teaching
Elementary Students Mathematics: A Quasi-Experiment Time Series Design with
Random Assigned Control Group. European Journal of Science and Mathematics
Education, 3(1), 45–60.
Andri Priyatna. (2013). Pahami Gaya Belajar Anak, Memaksimalkan Potensi Anak Dengan
Modifikasi Gaya Belajar. PT Elex Media Komputindo.
Erwansyah, M. (2021). Hasil Pemeriksaan Psikologis Siswa Kelas 7 Tahun Pelajaran 2021-
2022.
Jankowsky, R. C. (2007). Music, Spirit Possession and the In-Between: Ethnomusicological
Inquiry and the Challenge of Trance. Ethnomusicology Forum, 16(2), 185–208.
https://doi.org/10.1080/17411910701554021
Klein, B. (2005). Dancing About Architecture: Popular Music Criticism and the Negotiation of
Authority. Popular Communication, 3(1), 1–20.
https://doi.org/10.1207/s15405710pc0301_1
Marlina. (2019). Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdeferensiasi Di Sekolah
Inklusif.
Mega Dwi Susanti. (2020). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik
pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dirosah.
Muhammad Mukhlis. (2018). Gaya Belajar Mahasiswa Thailand di Universitas Islam Riau.
Geram, Jurnal Pendidikan, Bahasa Dan Sastra.
Nia Savira Febrianti. (2018). Pengaruh Perbedaan Gaya Belajar dan Keikutsertaan Organisasi
Terhadap Pemahaman Hasil Pembelajaran Mahasiswa. SceienceEdu Jurnal Pendidikan
IPA.
Sisdiknas. (2003). UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .
Departemen Pendidikan Nasional.
Suwartiningsih. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah Dan Keberlangsungan
Kehidupan Di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta Tahun Pelajaran 2020/2021.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia.
Waller. (2010). Language Literacy and Music Literacy: A Pedagogical Asymmetry. Philosophy
of Music Education Review, 18(1), 26. https://doi.org/10.2979/pme.2010.18.1.26
Wiwin Herwina. (2021). Optimalisasi Kebutuhan Siswa dan Hasil Belajar Dengan
Pembelajaran Berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan.
Yampolsky, P. (2013). Three Genres of Indonesian Popular Music: Genre, Hybridity, and
Globalization, 1960-2012. Asian Music, 44(2), 24–80.
https://doi.org/10.1353/amu.2013.0018

Anda mungkin juga menyukai