Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok :

1. Anggi Regina Cahyani 2005240010


2. Dela Lestari Sirait 2005240117
3. Fadhila Khaldania 2005240057
4. Kusmiarsih 2005240105
5. Salsabila Jannah 2005240002

Mata Kuliah : Pembelajaran Berdiferensiasi

Tugas : Demonstrasi Kontekstual

Artikel Pembelajaran Diferensiasi

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa


untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa
tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi juga
fokus pada proses dan konten/materi pembelajaran. Jika kita menengok kembali proses pembelajaran
dahulu dan mungkin sampai sekarang ini, pendidikan di Indonesia masih belum banyak perubahan.
Banyak yang masih menerapkan sistem pembelajaran lama yang beranggapan bahwa semua anak
adalah sama, lebih berpusat pada guru (teacher center), tanpa memberikan kesempatan kepada
setiap peserta didik untuk berpartisipasi aktif dan berkolaborasi dalam belajar.

Pendidikan tidak hanya sebatas transfer of knowledge saja. Perkembangan paradigma


pendidikan yang lebih humanism, dengan lahirnya pendidikan yang merdeka belajar memberikan
peluang bagi semua anak dalam mendapatkan pendidikan yang bermakna. Memberikan perhatian
dan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing peserta didiknya.

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk


menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap
murid. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 30 cara
yang berbeda untuk mengajar 30 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak
jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran
berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan
yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang
gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru
harus menghampiri setiap anak untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.

Kritik untuk dunia pendidikan juga pernah diungkapkan oleh seorang ilmuan yaitu Albert
Enstein. Enstein mengungkapkan argumentasinya terkait dengan bakat dan minat masing-masing
manusia dan memberikan ilustrasi atau gambaran sebagai berikut: “Semua orang adalah jenius,
namun jika anda memandang seekor ikan berdasarkan kemampuan memanjat pohon, maka
selamanya ikan itu akan merasa bodoh karena tidak bisa memanjatnya”. Hal tersebut menunjukan
bahwa manusia memiliki potensi dan bakatnya masing-masing sesuai dengan bagaimana dan dimana
manusia tersebut memperoleh pengalaman dan kematangan berfikir. Dengan demikian, substansi
dari pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memfasilitasi semua perbedaan yang
dimiliki siswa secara terbuka dengan kebutuhankebutuhan yang akan dicapai oleh siswa (Atik Siti
Maryam, 2021).

Pembelajaran berdiferensiasi pada hakikatnya pembelajaran yang memandang bahwa siswa itu
berbeda dan dinamis. Karena itu, sekolah harus memiliki perencanaan tentang pembelajaran
berdiferensiasi, antara lain.

1. Mengkaji kurikulum saat ini yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan siswa,
2. Merancang perencanaan dan strategi sekolah yang sesuai dengan kurikulum dan metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa,
3. Menjelaskan bentuk dukungan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa dan
4. Mengkaji dan menilai pencapaian rencana sekolah secara berkala (Marlina, 2020:3)

Berikut definisi dan pengertian pembelajaran berdiferensiasi dari beberapa sumber buku dan
referensi:

• Menurut Herwena (2021), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha utuk menyesuaikan


proses pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar setiap individu.
• Menurut Marlina (2019), pembelajaran berdiferensiasi adalah penyesuaian terhadap minat,
preferensi belajar, kesiapan siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar. Pada pembelajaran
beriferensiasi guru harus menggunakan berbagai metode saat mempelajari suatu pelajaran.

• Menurut Kamal (2021), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang


mengakomodasi kebutuhan setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar dan
penguasaan terhadap konsep yang dipelajari.

• Menurut Kristiani, dkk (2021), pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar
dimana siswa dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang
disukai dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal
dalam pengalaman belajarnya.

• Menurut Marlina (2019), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang


mengakomodir, melayani, dan mengakui keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai
dengan kesiapan, minat dan preferensi belajar peserta didik. Kepedulian pada peserta didik
dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan peserta didik menjadi fokus perhatian dalam
pembelajaran berdiferensiasi.

Tujuan Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk meningkatkan potensi yang dimiliki peserta didik sesuai
dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi peserta didik
bisa mendapatkan kebebasan belajar sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Menurut Marlina
(2020), pembelajaran berdiferensiasi memiliki beberapa tujuan, antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Untuk membantu peserta didik dalam belajar. Pendidik memberikan bantuan bagi semua
peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Untuk meningkatkan motivasi dan pemcapaian hasil belajar peserta didik. Pendidik dapat
meningkatkan motivasi peserta didik dengan bantuan rangsangan pembelajaran, sehingga
hasil belajar peserta didik meningkat.

3. Untuk menjalin hubungan harmonis terhadap pendidik dan peserta didik. Menjalin
hubungan harmonis dalam pembelajaran agar peserta didik lebih bersemangat dalam belajar.

4. Untuk membantu peserta didik menjadi pembelajar yang mandiri. Menstimulus peserta
didik agar menjadi pelajar yang mandiri dan memiliki sikap menghargai terhadap perbedaan.
5. Untuk meningkatkan kepuasan pendidik. Meningkatkan kepuasan pendidik karena merasa
tertantang untuk mengembangkan kemampuan mengajar-nya dan menjadikan pendidik lebih
kreatif dan inovatif

Aspek-Aspek Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Bayumi (2021), dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, terdapat aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam pemetaan kebutuhan belajar peserta didik, yaitu sebagai berikut:

a. Kesiapan belajar

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas
yang mempertimbangkan tingkat kesiapan peserta didik akan membawa peserta didik keluar dari
zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai,
mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. Kesiapan belajar siswa harus diketahui untuk
menentukan pengetahuan awal yang dimiliki siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Guru
perlu bertanya, apa yang dibutuhkan oleh siswa sehingga mereka dapat berhasil dalam
pelajarannya. Kesiapan siswa harus berhubungan erat dengan cara pikir guru-guru yaitu bahwa
setiap siswa memiliki potensi untuk bertumbuh baik secara fisik, mental dan kemampuan
intelektualnya. Kemudian, guru dapat menanyakan kepada siswa apa yang mereka minati.

b. Minat Peserta didik

Minat adalah salah satu motivator penting bagi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Mengetahui minat siswa juga menjadi hal penting bagi guru agar mampu
mengelompokkan siswa berdasarkan minat. Minat siswa mengacu pada hal-hal yang menarik
perhatian, rasa ingin tahu dan melibatkan siswa. Guru dapat menanyakan kepada siswa apa yang
mereka minati, hobi atau pelajaran yang disukai oleh siswa. Tentu saja siswa akan mempelajari
dengan tekun hal-hal yang menarik minat mereka masing-masing.

c. Profil Belajar

Tujuan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara natural dan efisien. Profil belajar
merupakan pendekatan yang disukai peserta didik untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya
berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Profil belajar siswa
mengacu pada pendekatan atau bagaimana cara yang paling disenangi siswa agar mereka dapat
memahami pelajaran dengan baik. Ada siswa yang senang belajar dalam kelompok besar, ada
yang senang berpasangan atau kelompok kecil atau ada juga yang senang belajar sendiri.

Di samping itu setiap siswa ternyata memiliki gaya belajar yang berbeda-beda yang
merupakan peranan penting dalam belajar siswa. Gaya belajar visual merupakan gaya belajar yang
lebih fokus pada penglihatan, melihat gambar-gambar, melihat tulisan-tulisan dan dapat mengerti
jika siswa memegang atau menyentuh benda-benda yang menjadi materi pelajaran atau yang
berhubungan dengan pelajaran yang sedang dipelajari-nya. Gaya belajar auditori merupakan gaya
belajar yang banyak mengandalkan pendengaran-nya untuk menerima pengetahuan dan materi
pelajaran. Gaya belajar kinestik merupakan gaya belajar yang perlu melakukan gerakan fisik agar
bisa mengingat sesuatu, memahami pelajaran dengan cara bergerak baik menggerakkan hanya
sebagian atau seluruh tubuhnya.

Karakteristik Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Bayumi, dkk (2021), pembelajaran berdiferensiasi memiliki karakteristik tertentu yang
membedakan dengan sistem pembelajaran lain, yaitu sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik

Artinya, pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada
upaya memahami peserta didik secara utuh, serta menempatkan gaya, inteligensi, kemampuan
awal dan berbagai cara belajar peserta didik sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran.

b. Berpusat pada kurikulum

Pembelajaran berdiferensiasi tidak mengubah konsep dan tujuan kurikulum. Pembelajaran ini
lebih menekankan kreativitas dalam menyelaraskan perangkat pembelajaran.

c. Diferensiasi materi pembelajaran

Diferensiasi materi pembelajaran berarti materi pembelajaran yang diberikan tidak bersifat
sama rata untuk semua peserta didik. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyiapkan materi
pembelajaran sesuai dengan minat, pengetahuan awal dan gaya belajar peserta didik.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang memperhatikan kegiatan


pembelajaran agar dapat mengakomodasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan profil belajar-
nya. Menurut Bayumi, dkk (2021), terdapat tiga strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan
pembelajaran berdiferensiasi, yaitu:

a. Diferensiasi Konten

Isi atau konten, mencangkup tentang kurikulum dan materi pembelajaran yang dipelajari
peserta didik. Dalam aspek ini pendidik melakukan perubahan kurikulum dan materi
pembelajaran yang mendasar pada model pembelajaran. Isi kurikulum akan disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Melakukan perubahan kurikulum tidak semua peserta
didik dapat mengerti, melainkan dengan penyesuaian yang tepat peserta didik dapat beradaptasi
dengan materi dan gaya belajar.

b. Diferensiasi Proses

Diferensiasi proses menekankan pada pendidik terkait dengan pemahaman proses belajar
peserta didik secara berkelompok atau mandiri. Dalam aspek ini berhubungan dengan cara
peserta didik memproses ide dan informasi, bagaimana peserta didik berinteraksi melalui proses.
Peserta didik memproses ide dan informasi melalui aktivitas belajar, kegiatan belajar, dan
kegiatan pengelompokan.

c. Diferensiasi Produk

Produk merupakan hasil akhir dalam pembelajaran dengan menunjukkan kemampuan


peserta didik melalui pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman dalam menyelesaikan
pembelajaran. Dalam aspek ini pendidik mengevaluasi materi dan memberikan materi pada
peserta didik sesuai dengan gaya belajar yang menentukan hasil belajar.

d. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar ini harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik untuk belajar, minat,
dan profil belajar dalam meningkatkan motivasi belajar. Dalam aspek ini pendidik harus
menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Bayumi, dkk (2021), prinsip-prinsip pembelajaran berdiferensiasi adalah sebagai berikut:

1. Asesmen yang berkesinambungan dalam pembelajaran. Guru secara terus menerus


mengumpulkan informasi tentang bagaimana siswa belajar sehingga dapat menyusun
rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

2. Guru menjamin proses pembelajaran yang mengakui keberadaan semua siswa. Siswa
dibelajarkan berdasarkan kesamaan minat, merangkul semua siswa. Guru memandang tugas
siswa berharga dan bermanfaat.

3. Pengelompokan siswa secara fleksibel. Guru merancang pembelajaran yang memungkinkan


semua siswa bekerja sama dengan berbagai teman sebaya pada waktu tertentu. Siswa juga
bekerja dengan teman sebaya yang memiliki tingkat kesiapan sama dan berbeda dengan
dirinya. Siswa juga bekerja dengan teman sebaya yang sama minatnya, kadang dengan teman
sebaya yang berbeda minatnya.

4. Adanya kolaborasi dan koordinasi yang terus menerus antara guru kelas dan guru bidang
studi.

5. Guru dan siswa bekerja bersama membangun komitmen untuk mewujudkan hasil belajar yang
diharapkan.

6. Penggunaan waktu yang fleksibel dalam merespon proses dan hasil belajar siswa.

7. Strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti pusat belajar, pusat pengembangan bakat dan
minat dan lain sebagainya.

8. Siswa dinilai dengan berbagai cara sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap
siswa.

Komponen Pembelajaran Berdiferensiasi

Ada empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan lingkungan
belajar.

1) Isi meliputi apa yang dipelajari siswa. Isi berkaitan dengan kurikulum dan materi
pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran
berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan siswa. Umumnya, guru tidak mampu mengontrol isi
kurikulum yang spesifik (yang tidak bisa dipahami semua anak) berdasarkan gaya belajar siswa
serta menyesuaikan materi pembelajaran berdasarkan jenis disabilitas yang dimiliki.
Diferensiasi dalam isi pembelajaran meliputi:
a) Merefleksikan standar kurikulum nasional
b) Topik, konsep, atau tema kurikulum
c) Menyajikan fakta dan keterampilan penting
d) Membedakan melalui asesmen awal pemahaman dan keterampilan siswa, lalu
mencocokkan siswa dengan kegiatan yang sesuai
e) Memberikan pilihan kepada siswa untuk menambah kedalaman pembelajaran,
f) Memberikan siswa dengan sumber daya tambahan yang sesuai dengan tingkat
pemahamannya.

Contoh diferensiasi isi adalah:

a) Menggunakan bahan bacaan dengan berbagai tingkat keter-bacaan


b) Menyediakan bahan ajar dalam kaset
c) Menggunakan daftar kosakata untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa
d) Menyajikan ide melalui sarana pendengaran dan penglihatan
e) Menggunakan teman bacaan
f) Menggunakan kelompok kecil untuk mengajarkan kembali ide atau keterampilan pada
siswa berkebutuhan khusus, serta memperluas keterampilan peserta didik yang sudah
menguasai.
2) Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi
dengan materi dan bagaimana interaksi tersebut menjadi bagian yang menentukan pilihan
belajar siswa. Karena banyaknya perbedaan gaya dan pilihan belajar yang ditunjukkan siswa,
maka kelas harus dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan belajar yang berbeda-beda
dapat diakomodir dengan baik.
3) Produk, bagaimana siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari. Produk pembelajaran
memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai siswa dan memberikan materi
berikutnya. Gaya belajar siswa juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan
ditunjukkan pada guru.
4) Lingkungan Belajar, bagaimana cara siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran.
Diferensiasi dalam lingkungan belajar, diartikan juga dengan “iklim kelas”. Termasuk di
dalamnya operasi dan nada ruang kelas. Aturan kelas, penataan furnitur, pencahayaan,
prosedur, dan semua proses memengaruhi suasana kelas.

Peran Guru dalam Pembelajaran Diferensiasi

Kelas yang berdiferensiasi menyediakan pembelajaran yang berbeda-beda untuk siswa yang berbeda.
Bagi beberapa guru, pembelajaran berdiferensiasi merupakan sebuah paradigma baru dalam
pembelajaran. Terjadi perubahan peran guru dalam kelas yang berdiferensiasi. Di samping
penguasaan materi pembelajaran, guru juga dikondisikan untuk "membaca siswa mereka". Guru di
kelas berdiferensiasi akan memfokus-kan perannya sebagai pelatih atau mentor, memberikan
tanggung jawab penuh kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Adapun peran guru di kelas berdiferensiasi adalah:

1) Menilai kesiapan siswa melalui berbagai cara.


2) Membaca dan menafsirkan kecenderungan minat dan preferensi belajarsiswa.
3) Membuat berbagai cara agar siswa dapat mengumpulkan informasi dan gagasan.
4) Mengembangkan berbagai cara agar siswa dapat mengeksplorasi dan "memiliki" ide.
5) Menyajikan sarana yang bervariasi di mana siswa dapat berekspresi dan memperluas
pemahaman.

Ada tiga metafora untuk menggambarkan peran guru di dalam kelas Berdiferensiasi:

1) Guru sebagai Pemimpin Orkestra.

Metafora ini menggambarkan citra seorang pemimpin yang tahu musik didekatnya, bisa
menafsirkan dengan elegan, dapat mengum-pulkan sekelompok orang yang mungkin tidak saling
mengenal dengan baik untuk mencapai tujuan bersama, meskipun mereka semua memainkan
instrumen yang berbeda. Ada waktu untuk gladi bersih untuk latihan individu, ada waktu untuk
latihan bagian, dan ada waktu untuk seluruh kelompok untuk bekerja bersama. Ada kebutuhan
untuk memoles penampilan masing-masing musisi sehingga karya dari keseluruhan berkualitas.
Pada akhirnya, setiap musisi berkontribusi pada penampilan yang bermakna dan mendapatkan
tepuk tangan dari penonton. Pemimpin orkestra membantu para musisi membuat musik, tetapi
tidak membuat musik itu sendiri.

2) Guru sebagai Pelatih.

Pelatih yang baik tidak hanya punya tujuan yang jelas untuk timnya, tetapi juga untuk setiap
individu dalam tim. Pelatih akan memoles kelemahan anggotanya menjadi sebuah kekuatan.
Pelatih harus mengerti apa yang dapat memotivasi setiap anggota dan menggunakan alat motivasi
tersebut untuk untuk mengembangkan keterampilan anggotanya. Pelatih harus bisa membangun
semangat tim, memberikan arahan, dan mengatur strategi.

3) Guru sebagai Musisi Jazz

Improvisasi digabungkan dengan kompetensi musik tingkat tinggi memungkinkan musisi jazz
berpikir baik di dalam maupun di luar kotak. Musisi jazz memiliki gambaran besar, dapat
menambahkan nada baru, mengubah tempo, mundur. Sepotong menjadi lebih panjang atau lebih
pendek, lebih banyak sedih, atau lebih menyenang-kan sebagai suasana hati kelompok mendikte.
Ruang kelas yang baik adalah jazz. Pada intinya, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang memiliki tantangan, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, dilakukan oleh
guru yang menghargai dan mengakomodir perbedaan individu siswa.

Contoh Keberagaman Siswa Pembelajaran Diferensiasi

Berbagai keragaman siswa tersebut dapat didasarkan dalam beberapa teori:

1) Yang pertama adalah teori sistem ekologi. Teori ini menekankan bahwa lingkungan sekitar
siswa akan terus menerus memengaruhi segala aspek perkembangan siswa tersebut.
Lingkungan ini terdiri dari lingkungan mikrosistem (interaksi dengan orang tua, teman,
tetangga, sekolah), mesosistem (hubungan dalam mikrosistem seperti interaksi dalam sistem
sekolah antara orang tua dan guru), ekosistem (sistem kondisi yang memengaruhi
perkembangan siswa secara tidak langsung, semisal kesejahteraan), makrosistem (ideologi,
hukum masyarakat, budaya politik), dan kronosistem (peristiwa hidup individu dan sosial
kultral).
2) Kedua adalah teori multiple intelligence yang menekankan bahwa setiap siswa memiliki
kecerdasan yang khas dalam bidang tertentu. Misalnya kecerdasan verbal linguistik
(kemampuan berbahasa), logis matematis (mengolah angka), spasial visual (ruang dan
gambar), kinestetik jasmani (kemampuan mengoordinasikan anggota tubuh), musikal
(pemahaman dan kemampuan bermusik), intrapersonal (memahami diri sendiri),
interpersonal (bermasyarakat), dan naturalis (kemampuan mengenal dan minat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan alam).
3) Ketiga teori zone of proximal development, yang menekankan pada pembelajaran mandiri dan
terbimbing. Terdapat dua tingkat perkembangan siswa dalam teori ini, yakni tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual
adalah kemampuan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan tugas secara mandiri. Sementara
itu, tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas
pembelajaran secara optimal apabila terdapat bantuan oleh fasilitator atau orang lain.
4) Keempat teori learning modalities, yang pada intinya menekankan pada keberagaman gaya
belajar. Gaya belajar ini menekankan pada tiga hal, yakni visual, auditori, dan kinestetik. Gaya
belajar visual adalah gaya belajar siswa yang lebih mudah menerima informasi visual, seperti
gambar dan foto, dibandingkan harus mengingat apa yang dikatakan atau dituliskan oleh guru.
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar siswa yang lebih mudah menerima pembelajaran
dengan indra pendengarannya, bisa jadi gaya belajar ini lebih lamban untuk menangkap
informasi dengan cara membaca. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar siswa yang lebih
menyukai pembelajaran yang bersifat fisik, seperti belajar sambil melakukan sesuatu (learning
by doing).

Dengan ragam keempat teori yang mendasari pembelajaran berdiferensiasi tersebut, semakin
jelas apabila tiap siswa memiliki keistimewaan masing-masing. Dengan demikian, tiap siswa
memerlukan perhatian yang berbeda-beda pula. Dengan pemahaman yang baik akan latar belakang
siswa, kecerdasan yang tampak ia miliki, kemampuan memahami pembelajaran tiap individu, dan gaya
belajar tiap siswa, guru sebagai fasilitator akan dapat membawa siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal. Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning)
adalah kunci dalam pembelajaran berdiferensisasi.

Contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran
guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksplorasi isi kurikulum, guru juga
memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki
informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan
apa yang mereka pelajari.

Contoh kelas yang belum menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih
memaksakan kehendaknya sendiri. Guru kurang memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan
belajar murid tidak semuanya terpenuhi karena ketika proses pembelajaran menggunakan satu cara
yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan beragam kegiatan dan beragam pilihan.

Anda mungkin juga menyukai