Anda di halaman 1dari 28

A.

Konsep Pembelajaran Mandiri


1. Pengertian Pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (61: 2009) pembelajaran adalah “membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan”.Jadi pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah.
Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik., sedangkan belajar oleh peserta
didik.
Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seeorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dalam
kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.[3] Jadi
pembelajaran terjadi dalam suatu kondisi lingkungan yang diciptakan untuk
mempeloleh hasil dalam bentuk sikap(dapat dalam pengembangan potensi ).

MenurutTrianto “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks,


yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.[4] Jadi pembelajaran
terjadi karena usaha guru mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran


adalah proses komunikasi antara pendidik, dengan peserta didik dengan kondisi
lingkungan yang diciptakan untuk mengarahkan peserta didik dalam mengubah
tingkah laku (sikap) sebagai hasil pencapaian tujuan belajar yang diusahakan oleh
peserta didik.

2. Pengertian Mandiri
Pengertian mandiri dapat ditinjau dari sudut pandang etimologi dan terminologi.
Mandiri secara etimologi diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak
tergantung pada orang lain. Sedang secara terminologi, mandiri dimaknai sebagai
kecenderungan untuk melakukan sesuatu tanpa minta tolong kepada orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
tidak tergantung kepada orang lain.[5] Mandiri sering di samakan dengan
kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau
tingkah laku mandiri

3. Pengertian Pembelajaran Mandiri


Pengertian belajar Mandiri menurut Dr.Rusman ,M.Pd yang dikutip dari beberapa
akhli seperti Wedemeyer adalah peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai
kebebasan unuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan oleh
pendidik di kelas.Menurut Kozma,Belle,Williams (1978)dalam Panen dan
Sekarwinahyu(1997)yang dikutif oleh Rusman dalam ,Model-Model Pembelajaran
mendefinisikan belajar mandiri adalah sebagai usaha individu peserta didik yang
bersifat otomatis untuk mencapai kompetensi akademis tertentu.[6]Menurut Haris
Mujiman, belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang diawali dengan kesadaran
adanya masalah, disusul dengan timbulnya niat melakukan kegiatan belajar secara
sengaja untuk menguasai sesuatu kompetensi yang diperlukan guna mengatasi
masalah.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar mandiri adalah kegiatan
belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi
guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan betul pengetahuan atau
kompetensi yang telah dimiliki.

Penjelasan untuk batasan di atas adalah sebagai berikut :


a. Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan
pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan
b. Motif, atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong
kegiatan belajar secara intensif, persistem, terarah dan kreatif
c. Kompetensi adalah pengetahuan, atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah.
d. Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang
diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun
keterampilan baru yang dibutuhkannya
e. Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar,
sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.

Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional, tujuan akhir
belajar dari setiap unit penugasan dapat ditetapkan oleh pengajar, tetapi tujuan-tujuan
antaranya ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Dari batasan itu dapat diperoleh
gambaran bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih
ditandai, dan ditentukan, oleh motif yang mendorongnya belajar. Pembelajar tersebut
secara fisik bisa sedang belajar sendirian, belajar kelompok dengan kawan-kawannya
atau bahkan sedang dalam situasi belajar klasikal dalam kelas tradisonal. Akan tetapi,
bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi yang ia inginkan, maka ia sedang menjalankan belajar mandiri.
4. Konsep Pembelajaran Mandiri
Sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat
a. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun
hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
b. Mengetahui konsep belajar mandiri
c. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau
dukungan.
d. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh
bantuan/dukungan.

Belajar mandiri memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran
maupun bahan rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan, istilah mandiri
menegaskan bahwa kendali belajar, serta keluwesan waktu, maupun tempat belajar,
terletak pada pembelajar yang belajar. Dengan demikian, belajar mandiri, sebagai
metode yang dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang memposisikan
pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau
inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau
tanpa bantuan dari orang lain.
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah bahwa setiap siswa harus
mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi sumber
informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar seorang siswa
pada saat siswa tersebut membutuhkan bantuan atau dukungan.
5. Karakteristik atau ciri pembelajaran Mandiri
Karakteristik pembelajaran Mandiri
a. Menekankan proses membelajarkan bagaimana belajar (learninghow to lern)
b. Mengutamakan strategi pembelajaran yang mendukung proses belajar yang
bermakna
c. Membantu peserta didik agar cakap dalam memikirkan dan memilih jawaban atas
persoalan yang dihadapkan kepadanya.
d. Pendidik tidak banyak menyampaikan informasi langsung kepada.

Dari karakteristik pembelajaran tersebut dapat dipahami beberapa hal.


Pertama pendidik harus memberikan arahan bagaimana cara belajar yang baik dan
sesuai pada peserta didik, agar peserta didik memahami cara belajar yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada dalam dirinya.Karena kesesuaian
cara belajar seseorang akan mempermudah untuk menyerap informasi dan
mengolahnya untuk membentuk suatu pemahaman dalam pikirannya.
Kedua pendidik dituntut untuk cermat dalam membuat konsep pembelajaran yang
efektif sehingga dapat dicerna dengan baik oleh peserta didik.
Ketiga pendidik harus membantu pada peserta didik menganalisis masalah ataupun
persoalan, sehingga peserta didik mampu untuk memikirkan dan memecahkan
persoalan yang akan dihadapinya.
Keempat pendidik tidak banyak memebrikan materi ataupun informasi secara
langsung kepada peserta didik untuk melatih penalaran serta mendorong rasa ingin
tahu dari peserta didik.Segala pemahaman dari pembelajaran yang telah dikemukakan
menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses untuk mengembangkan dan
membentuk kepribadian peserta didik, meliputi mental, pola berpikir, bersosialisasi
6. Ciri Model Pembelajaran Mandiri
Ciri Umum Model Pembelajaran Mandiri adalah :
a. Tujuan Berbentuk Piramid
Telah disinggung di atas bahwa dalam belajar mandiri terbentuk struktur tujuan
belajar (yang identik dengan struktur kompetensi) berbentuk piramid. Besar dan
bentuk piramid sangat bervariasi di antara para pembelajar. Sangat banyak faktor
yang berpengaruh. Di antaranya adalah kekuatan motivasi belajar, kemampuan
belajar, dan ketersediaan sumber belajar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
semakin kuat motivasi belajar, semakin tinggi kemampuan belajar, dan semakin
tersedia sumber belajar. Secara umum dapat dikatakan, bahwa keadaan ini
menunjukkan kemungkinan semakin tingginya kualitas kegiatan belajar, dan
semakin banyaknya kompetensi yang diperoleh
b. Sumber dan Media Belajar
Belajar mandiri dapat menggunakan berbagai sumber dan media belajar. Pengajar,
tutor, kawan, pakar, praktisi,dan siapapun yang memiliki informasi dan
ketrampilan yang diperlukan pembelajar dapat menjadi sumber belajar. Paket-
paket belajar yang berisi instruksi dan materi, buku teks, hingga teknologi
informasi , dapat digunakan sebagai media belajar dalam belajar mandiri.
Ketersediaan sumber dan media belajar turut menentukan kekuatan motivasi
belajar. Apabila sumber dan bahan belajar tersedia dalam jumlah dan kualitas
yang cukup di dalam mesyarakat, kegiatan belajar mandiri menjadi terdukung.
Lebih-lebih bila penguasaan kompetensi yang bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat mendapatkan reward yang sepadan, maka belajar mandiri akan
berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat
c. Tempat Belajar
Belajar mandiri dapat dilakukan di sekolah, di rumah, di perpustakaan, di warnet,
dan di mana pun tempat yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar.
Akan tetapi, memang ada tempat-tempat belajar tertentu yang paling sering
digunakan pembelajar, yaitu rumah dan sekolah. Lingkungan belajar di tempat-
tempat tersebut perlu mendapatkan perhatian, sehingga pembelajar merasa
nyaman melakukan kegiatan belajar
d. Waktu Belajar
Belajar mandiri dapat dilaksanakan pada setiap waktu yang dikehendaki
pembelajar, di antara waktu yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain.
Masing-masing pembelajar memiliki preserensi waktu sendiri-sendiri, sesuai
dengan ketersediaan waktu yang ada padan
e. Tempo dan Irama Belajar
Kecepatan belajar dan intensitas kegiatan belajar ditentukan sendiri oleh
pembelajar, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.
f. Cara Belajar
Pembelajar memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Ini antara lain
terkait dengan tipe pembelajar, apakah ia termasuk auditif, visual, kinestetik, atau
tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya, serta cara
belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuannya sendiri
g. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri. Dengan
membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya, pembelajar akan
mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil selfevaluation yang dilakukan
berulang-kali akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut.
Pada umumnya kegagalan yang terus menerus dapat menurunkan kekuatan
motivasi belajar. Sebaliknya keberhasilan-keberhasilan akan memperkuat
motivasi belajar.
h. Ciri khusus program belajar mandiri yang bermutu meliputi hal-hal berikut
1) Kegiatan belajar untuk siswa dikembangkan dengan cermat dan rinci.
Pengajaran sendiri berlangsung dengan baik apabila bahan disusun menjadi
langkah-langkah yang terpisah dan kecil, masing-maing membahas satu
konsep tunggal atau sebagian dari bahan yang diajarkan. Besar langkah bisa
berbeda-beda, namun urutannya perlu diperhatikan dengan teliti.
2) Kegiatan dan sumber pengajaran dipilih dengan hati-hati dengan
memperhatikan sasaran pengajaran yang dipersyaratkan.
3) Penguasaan pembelajar terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ia
melanjutkan ke langkah berikutnya.
4) Apabila muncul kesulitan, pembelajar mungkin perlu mempelajari lagi atau
meminta bantuan pengajar.

Jadi, pembelajar secara terus-menerus ditantang, harus menyelesaikan kegiatan


yang diikutinya, langsung mengetahui hasil belajar atau usahanya, dan merasakan
keberhasilan

7. Langkah langkah Model Pembelajaran Mandiri


Sedangkan dalam proses belajar mandiri ini ada beberapa langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh pembelajar baik satu orang atau kelompok yaitu :
a. Menetapkan tujuan Pembelajar memilih atau berpartisipasi dalam memilih, untuk
bekerja demi sebuah tujuan penting, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, yang bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Tujuan bukanlah akhir
semuanya. Tujuan itu akan memberikan kesempatan untuk menerapkan keahlian
profesional akademik kedalam kehidupan sehari-hari. Saat pembelajar mencapai
tujuan yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, proses tersebut membantu
mereka mencapai standar akademik yang tinggi.
b. Membuat rencana Pembelajar menetapkan langkah-langkah untuk mencapai
tujuan mereka. Merencanakan disini meliputi melihat lebih jauh ke depan dan
memutuskan bagaimana cara untuk berhasil. Rencana yang diputuskan siswa
tergantung pada apakah mereka ingin menyelesaikan masalah, menentukan
persoalan, atau menciptakan suatu proyek. Rencana yang dibuat seseorang
bergantung pada tujuannya. Baik tujuan tersebut melibatkan penyelesaian
masalah, menyelesaikan persoalan tersebut, semuannya membutuhkan
pengambilan tindakan, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan
dan menganalisa informasi, serta berfikir secara kritis, dan kritis. Kemampuan
untuk melakukan hal-hal tersebut memungkinkan keberhasilan pembelajaran
mandiri
c. Mengikuti rencana dan mengukur kemajuan diri. Sejak semula, pembelajar tidak
hanya menyadari tujuan mereka, tetapi mereka juga harus menyadari keahlian
akademik mereka yang harus dikembangkan serta kecakapan yang diperoleh
dalam proses belajar mandiri. Selain proses tersebut mereka harus mengevaluasi
seberapa baik rencana mereka berjalan
d. Membuahkan hasil akhir Pembelajar mendapatkan suatu hasil baik yang tampak
maupun yang tidak tampak bagi mereka. Ada ribuan cara untuk menampilkan
hasil-hasil dari pembelajaran mandiri. Yang paling jelas adalah sebuah kelompok
mungkin menghasilkan portofolio, dan dapat pula memberikan informasi
menggunakan grafik, atau tampil untuk mempresentasikan hasil belajar mereka
dan siap dikomentari oleh pembelajar yang lain
e. Menunjukkan kecakapan melalui penilaian autentik Para pembelajar menunjukkan
kecakapan terutama dalam tugas-tugas yang mandiri dan autentik. Dengan
menggunakan standart nilai dan penunjuk penilaian untuk menilai portofolio,
jurnal, presentasi, dan penampilan pembelajar sehingga pengajar dapat
memperkirakan tingkat pencapaian akademik mereka. Sebagai tambahan penilaian
autentik menunjukkan sedalam apakah proses belajar mengajar yang diperoleh
siswa dari pembelajaran mandiri tersebut. Proses belajar mandiri adalah proses
yang kaya, bervariasi, dan menantang. Keefektifan bergantung tidak hanya pada
pengetahuan dan dedikasi pembelajar, tetapi juga dedikasi dan keahlian pengajar.

8. Syarat-syarat Belajar Mandiri


Syarat-syarat belajar mandiri, diantaranya :
a. Adanya motivasi belajar
Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan syarat yang harus
dikembangkan dahulu. Tanpa motivasi belajar yang cukup kuat untuk menguasai
sesuatu kompetensi, belajar mandiri tidak mungkin dijalankan tetapi sebaliknya,
belajar mandiri diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Pengembangan motivasi belajar merupakan bagian tersulit dalam penyiapan dan
penumbuhan kemampuan belajar mandiri, sebab upaya pengembangan motivasi
belajar mempersyaratkan ketersediaan informasi tentang untung-ruginya belajar dan
kemampuan pembelajar mengolah informasi tersebut dengan benar. Informasi tentang
keuntungan dan kerugian melakukan kegiatan belajar, untuk menguasai sesuatu
kompetensi, harus tersedia selengkap dan setepat mungkin, agar pembelajar dapat
mengetahui dengan baik
b. Beban yang ia harus tanggung
Kesesuaian antara kompetensi yang akan dia akan dapatkan dengan kebutuhannya,
apakah pemilikan kompetensi itu akan dapat memenuhi kebutuhannya, Apakah ia
memiliki kemampuan yang diperlukan untuk belajar dan menguasai kompetensi itu,
dan Apakah kegiatan belajar itu kira-kira akan memberikan rasa senang atau tidak,
rasa senang dapat timbul apabila pengalaman belajar yang lalu memberikan hasil baik
dan cukup memuaskan.
c. Semua informasi itu diperlukan untuk membangun kekuatan motivasi belajar.
Kekuatan motivasi akan cukup kuat bila analisisnya terhadap informasi menghasilkan
jawaban-jawaban affirmative(setuju) atau positif. Apabila kekuatan motivasinya
cukup besar, ia akanmemutuskan untuk belajar guna mendapatkan kompetensi yang
dijanjikan oleh kegiatan itu. Bila kekuatan motivasinya lemah, ia akan memutuskan
untuk tidak belajar guna mencapai kompetensi itu. Dengan kata lain, informasi yang
lengkap dan tepat ia akan belajar, atau tidak belajar guna mencapai kompetensi itu.

D. Adanya masalah
Syarat kedua adalah harusnya ada masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa.
Masalah harus riil, actual dan memiliki kaitan dengan kehidupan, sehingga akan
memudahkan siswa untuk mencari jawabannya dan pembelajar pun lebih semangat
untuk memecahkan masalahnya. Belajar mandiri ini memberikan kebebasan kepada
pembelajar untuk mencari, mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi,
membandingkan, dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.
Menghargai pendapat pembelajar
Masih banyak sekali pembelajaran yang mana guru mendominasi kelas, sebagian
pembelajar menerima apa yang diperintahkan oleh pengajar. Padahal banyak
pembelajar yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan banyak juga siswa
yang aktif, kreatif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari belajar mandiri
pembelajar tersebut.

9. Peran pengajar
a. Pengajar sebagai Demostrator
Dalam perananya sebagai demonstrator hendaknya pengajar senantiasa
mengembangkan dalam artian meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa
b. Pengajar sebagai Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran, dll.
Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua
diorganisasikan dengan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas,
dan efisien belajar pada diri pembelajar.
c. Pengajar sebagai Motivator
Peranan pengajar sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
d. Pengajar sebagai Pengarah
Dalam hal ini, pengajar harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar pembelajar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Pengajar sebagai Transmitter
Dalam kegiatan mengajar pengajar juga akan bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
10. Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri
a. Kelebihan Belajar Mandir
Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program
belajar mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama
mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik
sebagai metode pengajaran
1) Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun
yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing dalam, kondisi belajar yang cocok.
2) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh
program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam
kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan, dan tingkah laku
pribadi.
3) Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah
kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luasuntuk
berlangsungnya interaksi antar siswa.
4) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar
mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan ia
mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan
kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
5) Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode
tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan diatas.
b. Kelemahan Belajar Mandiri
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus diketahui :
1) Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau
antara pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai
sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu direncanakan
kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar secara berjangka
2) Program mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau semua pengajar.
Amatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya belajar dan mengajar,
kira-kira 20% mahasiswa perguruan tinggi lebih menyukai belajar dalam
kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui kegiatan
perseorangan.
3) Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan
kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola
perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar
mandiri. Karena alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu (mingguan atau
bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut kecepatannya masing-
masing.
4) Metode belajar mandiri sering menuntut kerja sama dan perencanaan tim yang
rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Juga, koordinasi dengan pelayanan
penunjang (sarana, media, percetakan, dll) mungkin diperlukan atau bahkan
merupakan suatu keharusan. Semuanya ini berlawanan dengan ciri pengajaran
tradisional yang hanya dilakukan oleh seorang guru saja.
B. Model pembelajaran Berbasis Web (E-Learning)
1. Pengertian
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebuta Web-Based Education
(WBE) atau kadang disebut e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan
sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses
pendidikan . secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi
oleh yang mengikutinya, maka kegiatan it dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.

kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya
tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah
dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta
didik tersebut. batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit
untuk dipecahkan

Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyaratan utama yang pelru dipenuhi,
yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui internet. Selanjutnya, adanya
informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan. Ada beberapa
sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis tanpa proses administrasi
pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi yang memang telah diberi
otorosiasi pemilik sumber informasi

Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan


informasi apa saja darimana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat. Informasi
yang tersedia diberbagai pusat data di berbagai komputer di dunia. Selama komputer-
komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan internet, dapat kita akses dari
mana saja. Ini merupakan salah satru keuntungan belajar melalui internet.

Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakkan materi belajar


pada web untuk kemudian diakses melelui komputer web, namun ia juga digunakan
hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai
dokumentasi dan informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi
telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media ker tas ataupun media lai
Banyak pihak mencoba mengggunakan teknologi web untuk pembelajaran dengan
meletakkan materi belajar secara online, lalu menugaskan peserta didik untuk
mendapatkan (downloading) materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelaha itu
mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas, dan lain-lain sebagainya,
kembali ke guru juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya tidak akan
menimbulkan proses belajar yang optim

Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah proses belajar sedang
berlangsung. Berapa banyak diantara peserta didik aktif terlibat dalam diskusi dan sesi
tanya-jawab? Apa yang mereka dilakukan di kelas? Dan tentunya masih banyak lagi
prtanyaan lain yang sebenarnya kita sudah mengetahui jawabanya.

Satu hal yang perlu di ingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat membantu
proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu di kemas berbeda dengan
penyampain yang berbeda pula.

2. Implementasi Pembelajaran  Berbasis Web


Model pembelajaran dirancang dengan mengintegerasikan pembelajaran berbasis web
dalam progam pembelajaran konvensional tatap muka. Proses pembelajaran
konvensional tatap muka dilakuakan dengan pendekatan student centered learning
(SCL) melauli kerja kelompok model ini menuntut partisipasi peserta didik yang
tinggi.

Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web, langkahnya


adalah sebagai berikut.
a. Sebuah progam pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan
kampus dengan berbasis web. Progam ini dilakukan idealnya selama 5-10 bulan
dan dibagi menjadi  5 tahap. Tahap 1, 3, dan 5 dilakukan secara jarak jauh dan
untuk dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangakan tahap 2 dan 4
dilakukan secara konvensional dengan tatap muka.
b. Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan tatap
muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh mingggu pertama. Setelah itu,
tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.
Dua progam pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan belajar
secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaberatif dalam kelompok
sangat dominan pada kedua progamtersebut.

3. Interaksi Tatap Muka Dan Virtual


Sekalipun teknologi web memungkinkan pembelajaran dialkukan virtual secar penuh,
namun kesempatan itu tidak dipilih. Interaksi satu sama lain untuk dapat
berkomunikasi langsung secara tatap muka masih dibutuhkan. Ada tiga alasan
mengapa forum tatap muka masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran ini.
Alasan tersebut adalah:
a. Perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang akan
dilalui      bersama secara langsung dengan semua peserta didik. Keberhasilan
sebuah proses pembelajaran juga ditentukan oleh pemahaman peserta didik tentang
apa, mengapan dan bagaimana proses belajar dan mengerjakan tugas berlangsung.
Peserta didik perlu mengetahui keluaran dan kompetensi apa yang akan didapat
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.
b. Perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan
mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaberatif pada setiap peserta didik.
Karena model pembelajaran yang dirancang menuntut kerja kelompok, maka
peserta didik perlu memiliki kompetensi dan komunikasi. Iklim partisipatoris dan
aktif terlibat dalam berbagai kegiatan perlu dikenalkan sekaligus dialami oleh
setiap siswa. Untuk itu, mengenal pribadi satu dengan yang lain perlu dilakukan
secara langsung guna membangun suatu kelompok yang kokoh, selama kerja
secara virtual.
c. Perlunya pemberian pelatihan sekupnya dalam mengggunakan komputer yang akan
digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap peserta didik.
Dengan menyertakan berbagai kegiatan menggunakan komputer beserta fasilitas
sistem komunikasi pendukungnya, maka setiap pesrta didik harus mempunyai
ketrampilan mengoperasikanya.
Di negara-negara maju seperti Amerika seriakat, teknologi informasi sudah betul-betul
merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai hal dapat kita lihat
implikasinya
Sejarah teknologi informasi tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Di
Amerika      TI mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET). Demikian di
Indonesia, TI mulai tumbuh di lingkungan akademis seperti di ITB, UPI, dan UI.
Adanya TI atau internet membuka sumber informasi yang tadinya susah di akses .
Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan merupakn
salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya jaringan TI atau internet
memungkinkan seseorang di indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika
Serikat. Tanpa adanya internet banyak tugas akhir, tesis dan disertasi yang mungkin
membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.

Kerja sama antarahli dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik
dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu seseorang harus berkelana atau berjalan
jauh untuk menemui seseorang pakar untuk mendiskusiakn sebuah masalah. Saat ini
hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan e-mail. Makalah dan
penelitian dapat dilakukan dengan silang tukar menukar data melalui internet, via
email, ataupun dengan mengggunakan mekanisme file sharing, jadi disini batasan
geografis bukan menjadi masalah lagi

Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan
yang kuat untuk menjadikan internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan munculnya berbagai software yang dapat digunakan
untuk kepentingan pembelajaran, sekarang ini para guru dapat merancang
pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan salah satu bahasa pemograman
seperti delphi, pascal, makromedia flash, swiss MX dan lainya. Hal ini dapat
memberikan variasi dalam mengajar.Seorang guru tidak harus menjejali siswa dengan
informasi yang membosankan. Dengan menggunakan teknologi informasi seorang
guru dapat memanfaatkan komputer sebagai total teaching, dimana guru hanya sebagai
fasilitator dan sisiwa dapat belajar dengan berbasis komputer baik dengan
menggunakan model pembelajaran driils, tutorial, simulasi ataupun, instrucsioanl
games.

4. Pemanfaatan Internet Sebagai Media Pembelajaran


Internet, sigkatan dari  interconnectian and networking, adlah jaringan informsi
global, yaitu “The largest global network of computers, that enables people troughout
the world to connnect with each other”. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R
Licklider dari MIT (massachusetts institute technologi) pada agustus 1962. Untuk
dapat mengggunakan internet diperlukan sebuah komputer yang memadai, harddisk
yang cukup, modem, sambungan telepon, aada progam windows, dan sedikit tahu
cara mengoperasikanya.

Selanjutnya hubungi provider terdekat jika, andaikan semua prasarat tadi tidak
dimiliki, cukup mendatangi warnet terdekat yang banyak terdapat di kota-kota besar,
bahkan sampai ke desa-desa, kita dapat mengakses situs-situs apa saja sesuai dengan
kebutuhan kita. Bahkan Rusman menyebutkan bahwa internet merupakan
perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber
informasi, sehingga kita dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk


belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doars, as well
as thinkers” (cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai
pustakawan , museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai
peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, dat statistik, (Gordin et. Al., 1995).

Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analisis, tidak hanya
konsumen informasi saja. Mereka menganilisis informasi yang relavan dengan
pembelajaran IPS dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehiduapan nyatanya
(real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secar fisik di kelas (classroom meeting),
karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengajarkan tugas-tugas
pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah
ditetapkan secara  online.  Siswa juga dapat bekerja sama satu sama lain. Mereka
dapat saling berkirim e-mail untuk mendiskusikan bahan ajar. Kemudian, selain
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan


sebagai berikut.
a. Dimungkinkan terjadinya distribusii pendidikan ke semua penjuru tanah air dan
kapasitas daya tampung yang tidak  terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
b. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
c. Pembelajaran dapat memilh topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan masing-masing.
d. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
e. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
f. Pembelajran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan
memungkinkan pihak berkepentingan(orang tua siswa maupun guru) dapat turut
serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang
dikerjakan siswa secara online
Perkembangan/ kemajuan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah
keseluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi d.an ahli
untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pendidikan/pembelajaran.
Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak (progam aplikasi) yang
dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus dilakukan.

5. Penggunaan Internet Dalam Pembelajaran


Internet merupakan sebuah jaringan global yang merupakan kumpulan dari jaringan-
jaringan komputer di seluruh dunia. Internet mempermudah para pemakainya untuk
mendaptkan informasi-informasi di dunia  cyber, lembaga-lembaga milik pemerintah,
dan institusi pendidikan dengan menggunakan kumunikasi protokol yang terdapat
pada komputer, seperti  transmisssion Control protocol  (TCP), TCP merupkan suatu
protokol yang sanggup memungkinkan sistem apapun sehingga antar sisitem jaringan
komputer dapat berkomunikasi baik secara lokal maupun internasional dengan modus
koneksi serial line internet protocol (SLIP)  point to point protocol (PPP). Tahun
1983 merupakan tahun kelahiran internet yang ditandai dengan  diadopsinya
transmission control (TCP) sebagai standar bagi aparnet. Protokol yang lainya adalah
IP (Internet protocol).
Berikut ini hal-hal yang dapat difasilitasi oleh adanya internet, yaitu:
a. Discovery (penemuan), ini meloputi browsing dan pencarian nformasi-informasi
tertentu
b. Communication ( komunikasi), internet menyediakan jaringan komunikasi yang
cepat dan murah mulai dari pesan-pesan yang berupa buletin sampai dengan
pertukaran komunikasi yang bersifat kompleks antar atau inter organisasi. Juga
termasuk diantaranya transfer informasi (antarkomputer) dan proses informasi.
Adapun contoh-contoh media komunikasi yang utama seperti e-mail, chat group
(percakapan secar berkelompok), dan news group (gabiungan kelompok yang
bertukar berita).
c. Collaboration (kolaborasi), seiring dengan semakin meningkatnya komunikasi
dan kolaborasi antar media elektronik, baik itu antar individu maupun
antarkelompok, maka beberapa fasilitas canggih dan modern pun digunakan mulai
dari screen sharing (pertukaran sumber-sumber informasi), yang menyediakan
akses pada server-server  yang sesuai dengs bidangnya masing-masing.

6. Internet Sebagai Sumber Belajar.


Peranan internet dalam pendidian sangat menguntungkan karena kemampuanya dalam
mengelola data dengan jumlah yang sangat besar. Teknologi sudah menjadi jaringan
komputer terbesar di dunia, yang dapat berfungsi dengan baik jika didukung oleh
perangkat komputer dengan perangkat lunak yang baik dan dengan guru yang terlatih
baik. Mengguakan internet dengan segala fasilitasnya akan memberikan kemudahan
untuk mengakses berbagai informasi untuk pendidikan yang secar langsung dapat
meningkatkan pengetahuan siswa bagi keberhasilanya dalam belajar. Karena internet
merupakan sumber informasi utama dan pengetahuan,melalui teknologi ini kita dapat
melakukan beberapa hal, diantaranya untuk;
a. Penulusuran dan pencarian bahan pustaka
Memberi kemudahan untuk mengakses apa yang disebut dengan  virtual
classroom atau virtual university
b. Pemasaran dan promosi hasil karya penelitian.
Kegunaaan-kegunaan seperti diatas itu dapat diperluas bergantung pada peralatan
komputer yang dimiliki, jaringan dan fasilitas telepon yang tersedia, serta provider
yang bertanggung jawab agar penggunaan jaringan komunikasi dan informasi
tersebut tetap terpelihara. Dari waktu ke waktu, jika dilihat dari jumlah pemakaian
yang makin meningkat secar eksponensial, setiap tahunya memungkinkan fasilitas
yang pada mulanya hanya dinikmati segelintir orang, dan sekelompok kecil
sekolah terkemuka dengan biaya operasional yang tinggi, ke depan besar
kemungkinan biaya yang besar itu akan dapt ditekan, sehingga pemanfaatanya
benar-benar dapt menjadi penunjang utama bagi pengelola pendidikan khususnya
bagi pusat sumber belajar bagi kegiatan pendidikan di daerah.

7. Internet Untuk Manajemen Pembelajaran


Kita telah maklumi bersama bahwa perkembangan dunia saat ini memasuki era
informasi sebagai konsekuensi dari revolusi digital yang berdampak mengubah
masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Oleh karena itu, diperkirakan pada
masa datang kehidupan manusia akan banyak ditandai dengan munculnya fenomena
information superhighway, semakin meleburnya information apppliance,
tergunakanya digital and virtual libraries  dalam proses pendidikan dan
pembelajaran, dan terwujudnya teleworking yang mengurangi pergerakan manusia ke
perkantoran.

Agar pemanfaatan teknologi informasi tersebut dapat memberikan hasil yang


maksimal, maka dibutuhkan kemampuan pengelola teknologi komunikasi dan
informasi yang baik yang dapat di peroleh melalui pendidikan dan pelatihan baik
untuk tingkat pembuat kebijakan pendidikan di daerah maupun pada tingkat sekolah.
Pemahaman dan kemampuan manejerial kepala sekolah berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi tersebut merupakan salah satu
persyaratan pokok dalam pemilihan kepala sekolah. Henry Mintzberg misalnya dalam
tulisanya yang berjudul “The manager’s job;  folklore and fact”,  mengemukakan tiga
pemimpin yang meliputi: (1) peran interpesonal, yaitu peran yang dituakan, peran
sebagai pemimpin, dan peran sebagai penghubung; (2) peran informasional, yaitu
peran sebagi monitor , peran sebagai disseminator, peran sebagai juru bicara; dan (3)
peran pengambilan keputusan, yaitu peran sebagai wirausaha, peran sebagai
pengendali gangguan, peran sebagai yang mengalokasikan sumber daya , dan peran
sebagai negosiator.

Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning  adalah pembelajaran yang


menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan
isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning
sebagi bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet,
sedangkan Dong mendefinisikan e-learning  sebagai kegioatan belajar asynchronous
melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai
dengan kebutuhanya

Rosenberg (2001)menekankan bahwa e-learning  merujuk pada penggunaan teknologi


internet untuk mengirimkan seraingkain solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan. Hal ini senada dengan Campbell (2002), Kamarga (2002) yang
intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-
learning

Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas tradisional. Guru


dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu
pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning  fokus
utamanya adalah pelajar. Pelajar mandri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab
untuk pembelajaranya. Suasana pembelajaran e-learning   akan memaksa pelajar
memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajaranya. Pelajar membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Sedangkan karakteristik e-learning , antara lain; pertama, memanfaatkan jasa


teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan
sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh
hal-hal yang protokol. Kedua, memanfaatkan keunggulan komputer . ketiga,
menggunakan bahan ajar bersifat mandiri disimpan dikomputer sehingga dapat di
akses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan
memerlukanya. Keempat, memanfaatkan jadwal pembelajaran , kurikulum, hasil
kemajuan belajar, dal hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat
dilihat setiap saat di komputer.

8.  Pengembangan Model E-Learning  


Pendapat haughey(Rusman, 2007) tentang pengembangan e-learning  adalah ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web enhanced course

Web course adalah penggunaan untuk keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa
dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainya sepenuhnya disampaikan melalui internet.

Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak
jauh dan tatap muka. Sebagaian materi disampaikan melalui internet, dan sebagaian
lagi melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi

Web enhanced course  adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan


kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, sesama
mahasiswa, anggota kelompok, atau  mahasiswa dengan narasumber lain.

9. Kelebihan Dan Kekurangan  E-Learning


a. Kelebihan e-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain;
1) tersedianya fsilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapaat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regulir atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat, dan waktu.
2) pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya
dapat saling menilai seberapa jauh bahan ajar dipelajar
3) peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan
dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4) bila peserta didik memerlikan tambahan informasi yang berkaitan dengan
bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih
mudah.
5) baik pendidik maupun peserta didik dapat melkukan diskusi melalui internet
yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak
6) berubahnya peran peserta didik dari yang pasif menjadi aktif dan lebuh
mandiri.
7) relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jau dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
b. Kekurangan e-learning, berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain;
1) kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antara
sesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interksi ini bisa memperlambat
terbentuknya values dalam proses pembelajaran
2) kecendrungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3) proses pembelajaran cenderung kearah pelatihan dari pada pendidikan.
4) berubahnya peran pendidik dari semula menguasai semua teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT/medium computer
5) peserta didik yang tidak mempunyai motivasi yang tinggi cenderung gagal.
6) tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7) kurangnya tenaga yang mengeetahui dan memiliki keterampilan
mengoperasikan internet.
8) kurangnya personal dalam hal penguasaan bahasa pemrograman komputer.

C. Lesson Study
1. Pengertian Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru
pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah
kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam
mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam
mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara
lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan
oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang
sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan
untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski
pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan
pendidikan tinggi.

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi
merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan,
dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil
pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan
terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan
kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning
society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada
tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan
tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada
prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa “lesson study is a simple
idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than
collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it
may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative
goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable
productive discussion of difficult issues”.

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat)
tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang
dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3)
meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4)
membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba
pengetahuan dari guru lainnya.

Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang
ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi
terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya
kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam
kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya
tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan
individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam
belajar, dan sebagainya.
b. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau
bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam
pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study
adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah
siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang
diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi,
serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan
demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru
dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
d. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat
dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang
proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang
detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja
digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007)


mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study
berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah
dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang
bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua
mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan
Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman
kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat
dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia
University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala
sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan
terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya
dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang
penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada
mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang
pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran
siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
2. Tahapan-tahapan Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa
pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat
tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu,
Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1)
Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill
Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan
dalam Lesson Study, yaitu:
a. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang
bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
b. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan
dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
c. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai
tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
d. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan
pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan
bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
e. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan
dalam pencapaian tujuan belajar siswa
f. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-
tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana
dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan
konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study :
a. Tahapan Perencanaan (Plan)\
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study
berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang:
kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan
sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata
yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara
bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan
ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi
bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP
menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya
sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai
dengan tahap akhir pembelajaran.
b. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah
disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh
anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah,
atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai
pengamat/observer). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan
pelaksanaan, diantaranya:
1) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
2) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.
3) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
4) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,
siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan
instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-
sama.
5) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk mengevalusi guru
6) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan
diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya
proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP.
c. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para
perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan
umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,
misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam
menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak


terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang
bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung
oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan
opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan
umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan
proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki
catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
d. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-
keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik
pada tataran indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan
pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi
para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk
mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta
Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang
berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya
secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan
hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson
Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh
guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala
sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah.
3. Kelebihan & Kekurangan Lesson Study
a. Keuntungan
1) Guru dapat memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu
yang akan dibelajarkan kepada siswa
2) Guru dapat mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan
Lesson Study)
3) Guru belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa
4) Guru dapat mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat
merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran
5) Guru dapat membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam
arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang,
baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan
siswa
6) Guru dapat mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru
me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan
tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
7) Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya
8) Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson
Study, yaitu dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik
untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
9) Model pembelajaran ini dapat diterapkan di setiap bidang, mulai dari seni,
bahasa, sampai matematika dan olahraga pada setiap tingkat kelas.
10) Dapat dilaksanakan antar atau lintas kelas
b. Kekurangan
1) Belum seragamnya pemahaman tentang lesson study, terjadinya devasiasi
dalam memahami kegiatan lesson study
2) Perihal kesiapan bekerja sama, muncul saat membuat keputusan siapa yang
akan menjadi penyaji pembelajaran yang siap diobservasi. Jarang guru yang
mengajukan diri karena masih ada perasaan bahwa sebagai penyaji harus
menyiapkan sendiri pembelajaran yang biasa tidak dilakukannya.
3) Koordinasi, secara teoretis keinginan meningkatkan mutu pembelajaran
seharusnya ke luar dari niat para guru. Akan tetapi, menginat kesibukan
kegiatan sekolah, terkadang niat ini terlupakan. Dengan demikian, kadang saat
implementasi observer datang terlambat karena harus mengajar dulu dan
banyak alasan lainnya.
4) Ketersediaan sarana dan dukungan finansial, agar kegiatan ini berjalan lancar
perlu membuat kesepakatan bersama bahwa biaya kebutuhan guru harus
ditanggung sekolah dan kebutuhan pihak dosen ditanggung oleh pihak
fakultas.
5) Fasilitas sekolah, apabila seorang guru ingin melakukan suatu pembelajaran
yang menuntut eksperimen kelompok, terkadang jumlah alat yang tersedia
tidak memadai jumlah siswa dan kondisi bangku diruangan kelas juga tidak
mendukung mobilitas dan interaksi siswa.
6) Kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar,

4. Contoh “Lesson Study”


Contoh Kasus Pelaksanaan Lesson Study

a.          Menilai Aktualisasi pembelajaran dengan lesson study


b. Membina Guru persiapan pembelajaran LS
c. Memantau Proses pembelajaran dengan LS
d. Alokasi waktu 1 jam eksplorasi LS, 30 menit diskusi, 40 menit
simulasi, 40 menit refleksi, 10 menit menyimpulkan
e. Standar kompetensi Pengembangan profesi akademik
f. Kompetensi dasar Melaksanakan LS sebagai upaya perbaikan
pembelajaran
g. Tujuan Membina LS dengan konfirmatif beserta peserta diklat
h. Indikator Menguasai konsep dan prinsip LS
keberhasilan
i. Strategi Kerja Ceramah, eksplorasi, tanya jawab, dan simulasi LS
j. SD yang diperlukan Instrumen : laptop, LCD dan alat tulis
k. Skenario Kegiatan Pendahuluan dan kegiatan inti
l. Tindak Lanjut Hasil penelitian ini bisa ditindaklanjuti melaui
Supervisi Sekolah pemantauan atau supervisi ke sekolah
m Catatan Observer ketika LS
. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA

Astawan I Gede, 2010 ,Model-Model Pembelajaran Inovatif, Singaraja: Universitas


Pendidikan Ganesha.

Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar

Haris Mudjiman, 2008. Belajar Mandiri, Surakarta : UNS Press.

Moh. Uzer Usman, 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman, 2014. Model-Model PembelajaranMengembangkan Profesionalisme Guru edisi ke-


2 Jakarta:raja grafindo Persada.

Saiful sagala, 2009.Konsepdan Makna Pembelajaran,Bandung:alfabeta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,.

W.J.S.Poerwa darminta, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka.

Zakiah Drajat, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,Bill Cerbin & Bryan
Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http
://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online:
sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm

Lesson Study Research Group online: tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Wikipedia.2007. Lesson Study. en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkan-
pembelajaran/

http://anekamodelpembelajaran.blogspot.co.id/2017/03/langkah-langkah-pembelajaran-
lesson-study.html

https://superthowi.wordpress.com/2013/07/21/pengertian-dan-tahapan-tahapan-pembelajaran-
lesson-study/

https://www.academia.edu/7624797/MODEL-MODEL_PEMBELAJARAN

http://www.smabpi2bandung.sch.id/index.php/component/k2/item/39-pengertian-dan-
tahapan-tahapan-pembelajaran-lesson-study

http://ceritaku-intaneka.blogspot.co.id/2015/04/lesson-study.html

Anda mungkin juga menyukai