2. Pengertian Mandiri
Pengertian mandiri dapat ditinjau dari sudut pandang etimologi dan terminologi.
Mandiri secara etimologi diartikan sebagai keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak
tergantung pada orang lain. Sedang secara terminologi, mandiri dimaknai sebagai
kecenderungan untuk melakukan sesuatu tanpa minta tolong kepada orang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
tidak tergantung kepada orang lain.[5] Mandiri sering di samakan dengan
kemandirian yang diwujudkan melalui tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau
tingkah laku mandiri
Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional, tujuan akhir
belajar dari setiap unit penugasan dapat ditetapkan oleh pengajar, tetapi tujuan-tujuan
antaranya ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Dari batasan itu dapat diperoleh
gambaran bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih
ditandai, dan ditentukan, oleh motif yang mendorongnya belajar. Pembelajar tersebut
secara fisik bisa sedang belajar sendirian, belajar kelompok dengan kawan-kawannya
atau bahkan sedang dalam situasi belajar klasikal dalam kelas tradisonal. Akan tetapi,
bila motif yang mendorong kegiatan belajarnya adalah motif untuk menguasai sesuatu
kompetensi yang ia inginkan, maka ia sedang menjalankan belajar mandiri.
4. Konsep Pembelajaran Mandiri
Sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat
a. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun
hubungan tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
b. Mengetahui konsep belajar mandiri
c. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau
dukungan.
d. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh
bantuan/dukungan.
Belajar mandiri memungkinkan siswa belajar secara mandiri dari bahan cetak, siaran
maupun bahan rekam yang telah terlebih dahulu disiapkan, istilah mandiri
menegaskan bahwa kendali belajar, serta keluwesan waktu, maupun tempat belajar,
terletak pada pembelajar yang belajar. Dengan demikian, belajar mandiri, sebagai
metode yang dapat didefinisikan sebagai suatu pembelajar yang memposisikan
pembelajar sebagai penanggung jawab, pemegang kendali, pengambil keputusan atau
inisiatif dalam memenuhi dan mencapai keberhasilan belajarnya sendiri dengan atau
tanpa bantuan dari orang lain.
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah bahwa setiap siswa harus
mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi sumber
informasi ini sangat dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar seorang siswa
pada saat siswa tersebut membutuhkan bantuan atau dukungan.
5. Karakteristik atau ciri pembelajaran Mandiri
Karakteristik pembelajaran Mandiri
a. Menekankan proses membelajarkan bagaimana belajar (learninghow to lern)
b. Mengutamakan strategi pembelajaran yang mendukung proses belajar yang
bermakna
c. Membantu peserta didik agar cakap dalam memikirkan dan memilih jawaban atas
persoalan yang dihadapkan kepadanya.
d. Pendidik tidak banyak menyampaikan informasi langsung kepada.
D. Adanya masalah
Syarat kedua adalah harusnya ada masalah yang menarik dan bermakna bagi siswa.
Masalah harus riil, actual dan memiliki kaitan dengan kehidupan, sehingga akan
memudahkan siswa untuk mencari jawabannya dan pembelajar pun lebih semangat
untuk memecahkan masalahnya. Belajar mandiri ini memberikan kebebasan kepada
pembelajar untuk mencari, mengidentifikasikan, memecahkan, mencari solusi,
membandingkan, dan menilai sesuatu masalah yang berkaitan dengan dirinya.
Menghargai pendapat pembelajar
Masih banyak sekali pembelajaran yang mana guru mendominasi kelas, sebagian
pembelajar menerima apa yang diperintahkan oleh pengajar. Padahal banyak
pembelajar yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan banyak juga siswa
yang aktif, kreatif, dinamis, idealis yang merupakan hasil dari belajar mandiri
pembelajar tersebut.
9. Peran pengajar
a. Pengajar sebagai Demostrator
Dalam perananya sebagai demonstrator hendaknya pengajar senantiasa
mengembangkan dalam artian meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa
b. Pengajar sebagai Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola akademik, silabus, jadwal pelajaran, dll.
Komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua
diorganisasikan dengan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas,
dan efisien belajar pada diri pembelajar.
c. Pengajar sebagai Motivator
Peranan pengajar sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar
d. Pengajar sebagai Pengarah
Dalam hal ini, pengajar harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar pembelajar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Pengajar sebagai Transmitter
Dalam kegiatan mengajar pengajar juga akan bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
10. Kelebihan dan Kelemahan Belajar Mandiri
a. Kelebihan Belajar Mandir
Terdapat berbagai fakta yang menyatakan bahwa siswa yang ikut dalam program
belajar mandiri belajar lebih keras, lebih banyak, dan mampu lebih lama
mengingat hal yang dipelajarinya dibandingkan dengan siswa yang mengikuti
kelas konvensional. Belajar mandiri memberikan sejumlah keunggulan unik
sebagai metode pengajaran
1) Pola ini memberikan kesempatan, baik kepada siswa yang lamban maupun
yang cepat, untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing dalam, kondisi belajar yang cocok.
2) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa oleh
program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam
kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan, dan tingkah laku
pribadi.
3) Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian tercurah
kepada siswa perseorangan dan memberi kesempatan yang lebih luasuntuk
berlangsungnya interaksi antar siswa.
4) Kegiatan dan tanggung jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar
mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan ia
mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan
kelompok dan untuk konsultasi perseorangan.
5) Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode
tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan diatas.
b. Kelemahan Belajar Mandiri
Terdapat juga beberapa kelemahan belajar mandiri yang harus diketahui :
1) Mungkin kurang terjadi interaksi antara pengajar dengan pembelajar atau
antara pembelajar dengan pembelajar apabila program belajar mandiri dipakai
sebagai metode satu-satunya dalam mengajar. Kerena itu, perlu direncanakan
kegiatan kelompok kecil antara pengajar dan pembelajar secara berjangka
2) Program mandiri tidak cocok untuk semua pembelajar atau semua pengajar.
Amatan menunjukkan bahwa karena perbedaan gaya belajar dan mengajar,
kira-kira 20% mahasiswa perguruan tinggi lebih menyukai belajar dalam
kelompok melalui ceramah dan kegiatan interaksi daripada melalui kegiatan
perseorangan.
3) Kurangnya disiplin diri, ditambah lagi dengan kemalasan, menyebabkan
kelambatan penyelesaian program oleh beberapa siswa. Kebiasaan dan pola
perilaku baru perlu dikembangkan sebelum dapat berhasil dalam belajar
mandiri. Karena alasan ini, lebih baik menetapkan batas waktu (mingguan atau
bulanan) yang dapat disesuaikan oleh siswa menurut kecepatannya masing-
masing.
4) Metode belajar mandiri sering menuntut kerja sama dan perencanaan tim yang
rinci di antara staf pengajar yang terlibat. Juga, koordinasi dengan pelayanan
penunjang (sarana, media, percetakan, dll) mungkin diperlukan atau bahkan
merupakan suatu keharusan. Semuanya ini berlawanan dengan ciri pengajaran
tradisional yang hanya dilakukan oleh seorang guru saja.
B. Model pembelajaran Berbasis Web (E-Learning)
1. Pengertian
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebuta Web-Based Education
(WBE) atau kadang disebut e-learning (electronic learning) dapat didefinisikan
sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses
pendidikan . secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi
oleh yang mengikutinya, maka kegiatan it dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.
kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya
tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah
dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta
didik tersebut. batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit
untuk dipecahkan
Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyaratan utama yang pelru dipenuhi,
yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui internet. Selanjutnya, adanya
informasi tentang letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan. Ada beberapa
sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis tanpa proses administrasi
pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi yang memang telah diberi
otorosiasi pemilik sumber informasi
Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah proses belajar sedang
berlangsung. Berapa banyak diantara peserta didik aktif terlibat dalam diskusi dan sesi
tanya-jawab? Apa yang mereka dilakukan di kelas? Dan tentunya masih banyak lagi
prtanyaan lain yang sebenarnya kita sudah mengetahui jawabanya.
Satu hal yang perlu di ingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat membantu
proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu di kemas berbeda dengan
penyampain yang berbeda pula.
Kerja sama antarahli dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik
dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu seseorang harus berkelana atau berjalan
jauh untuk menemui seseorang pakar untuk mendiskusiakn sebuah masalah. Saat ini
hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan e-mail. Makalah dan
penelitian dapat dilakukan dengan silang tukar menukar data melalui internet, via
email, ataupun dengan mengggunakan mekanisme file sharing, jadi disini batasan
geografis bukan menjadi masalah lagi
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan
yang kuat untuk menjadikan internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Dalam
kegiatan pembelajaran dengan munculnya berbagai software yang dapat digunakan
untuk kepentingan pembelajaran, sekarang ini para guru dapat merancang
pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan salah satu bahasa pemograman
seperti delphi, pascal, makromedia flash, swiss MX dan lainya. Hal ini dapat
memberikan variasi dalam mengajar.Seorang guru tidak harus menjejali siswa dengan
informasi yang membosankan. Dengan menggunakan teknologi informasi seorang
guru dapat memanfaatkan komputer sebagai total teaching, dimana guru hanya sebagai
fasilitator dan sisiwa dapat belajar dengan berbasis komputer baik dengan
menggunakan model pembelajaran driils, tutorial, simulasi ataupun, instrucsioanl
games.
Selanjutnya hubungi provider terdekat jika, andaikan semua prasarat tadi tidak
dimiliki, cukup mendatangi warnet terdekat yang banyak terdapat di kota-kota besar,
bahkan sampai ke desa-desa, kita dapat mengakses situs-situs apa saja sesuai dengan
kebutuhan kita. Bahkan Rusman menyebutkan bahwa internet merupakan
perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber
informasi, sehingga kita dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan.
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analisis, tidak hanya
konsumen informasi saja. Mereka menganilisis informasi yang relavan dengan
pembelajaran IPS dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehiduapan nyatanya
(real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secar fisik di kelas (classroom meeting),
karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengajarkan tugas-tugas
pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah
ditetapkan secara online. Siswa juga dapat bekerja sama satu sama lain. Mereka
dapat saling berkirim e-mail untuk mendiskusikan bahan ajar. Kemudian, selain
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan guru siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya.
Web course adalah penggunaan untuk keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa
dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh
bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainya sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak
jauh dan tatap muka. Sebagaian materi disampaikan melalui internet, dan sebagaian
lagi melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi
C. Lesson Study
1. Pengertian Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru
pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah
kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam
mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam
mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara
lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan
oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang
sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan
untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses
pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski
pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan
pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi
merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan,
dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil
pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan
terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan
prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil
pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan
kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning
society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada
tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan
tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada
prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa “lesson study is a simple
idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than
collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it
may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative
goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable
productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat)
tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang
dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3)
meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4)
membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba
pengetahuan dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang
ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi
terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
a. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya
kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam
kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya
tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan
individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam
belajar, dan sebagainya.
b. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau
bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam
pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
c. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study
adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah
siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa
bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang
diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi,
serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan
demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru
dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang
dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
d. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat
dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang
proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang
detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja
digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan
konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study :
a. Tahapan Perencanaan (Plan)\
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study
berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang:
kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan
sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata
yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara
bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan
ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi
bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP
menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya
sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai
dengan tahap akhir pembelajaran.
b. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah
disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh
anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah,
atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai
pengamat/observer). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan
pelaksanaan, diantaranya:
1) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
2) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.
3) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
4) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,
siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan
instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-
sama.
5) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk mengevalusi guru
6) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan
diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya
proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP.
c. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para
perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan
umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,
misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam
menjalankan RPP yang telah disusun.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan
pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi
para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk
mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta
Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang
berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya
secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan
hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson
Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh
guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala
sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah.
3. Kelebihan & Kekurangan Lesson Study
a. Keuntungan
1) Guru dapat memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu
yang akan dibelajarkan kepada siswa
2) Guru dapat mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan
Lesson Study)
3) Guru belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat
menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa
4) Guru dapat mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat
merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran
5) Guru dapat membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam
arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang,
baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan
siswa
6) Guru dapat mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru
me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan
tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
7) Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya
8) Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson
Study, yaitu dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik
untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.
9) Model pembelajaran ini dapat diterapkan di setiap bidang, mulai dari seni,
bahasa, sampai matematika dan olahraga pada setiap tingkat kelas.
10) Dapat dilaksanakan antar atau lintas kelas
b. Kekurangan
1) Belum seragamnya pemahaman tentang lesson study, terjadinya devasiasi
dalam memahami kegiatan lesson study
2) Perihal kesiapan bekerja sama, muncul saat membuat keputusan siapa yang
akan menjadi penyaji pembelajaran yang siap diobservasi. Jarang guru yang
mengajukan diri karena masih ada perasaan bahwa sebagai penyaji harus
menyiapkan sendiri pembelajaran yang biasa tidak dilakukannya.
3) Koordinasi, secara teoretis keinginan meningkatkan mutu pembelajaran
seharusnya ke luar dari niat para guru. Akan tetapi, menginat kesibukan
kegiatan sekolah, terkadang niat ini terlupakan. Dengan demikian, kadang saat
implementasi observer datang terlambat karena harus mengajar dulu dan
banyak alasan lainnya.
4) Ketersediaan sarana dan dukungan finansial, agar kegiatan ini berjalan lancar
perlu membuat kesepakatan bersama bahwa biaya kebutuhan guru harus
ditanggung sekolah dan kebutuhan pihak dosen ditanggung oleh pihak
fakultas.
5) Fasilitas sekolah, apabila seorang guru ingin melakukan suatu pembelajaran
yang menuntut eksperimen kelompok, terkadang jumlah alat yang tersedia
tidak memadai jumlah siswa dan kondisi bangku diruangan kelas juga tidak
mendukung mobilitas dan interaksi siswa.
6) Kurang terbiasa mengembangkan budaya saling belajar,
Elaine B. Johnson, 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar
Moh. Uzer Usman, 2006. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zakiah Drajat, 1992, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,Bill Cerbin & Bryan
Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online: http
://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online:
sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/lesson-study-untuk-meningkatkan-
pembelajaran/
http://anekamodelpembelajaran.blogspot.co.id/2017/03/langkah-langkah-pembelajaran-
lesson-study.html
https://superthowi.wordpress.com/2013/07/21/pengertian-dan-tahapan-tahapan-pembelajaran-
lesson-study/
https://www.academia.edu/7624797/MODEL-MODEL_PEMBELAJARAN
http://www.smabpi2bandung.sch.id/index.php/component/k2/item/39-pengertian-dan-
tahapan-tahapan-pembelajaran-lesson-study
http://ceritaku-intaneka.blogspot.co.id/2015/04/lesson-study.html