Anda di halaman 1dari 19

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

JURNAL BELAJAR 3

Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Senin dan Sabtu, 4 dan 9 Pebruari 2019


Nama/NIM : Yanang Surya Putra H/160341606061
Kelas : A-AA 2016
Program Studi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Mengkritisi video dan mengimplementasikan
pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan
biologi yang berkaitan dengan Lingkungan,
Science-Enviroment-Technology-Society (SETS),
multikultural, kooperatif.

I. KONSEP BELAJAR

Lingkungan

SETS

PENDEKATAN BELAJAR
Multiultural

KELEBIHAN
ANALISIS KRITIS Kooperatif
VIDEO
KELEMAHAN

KELEBIHAN
ANALISIS
MODELLING
KELEMAHAN
II. BUKTI BELAJAR
A. PENDEKATAN BELAJAR
 Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan
lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan lingkungan adalah suatu strategi
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber
belajar, dan sarana belajar (Karli dan Margaretha, 2005:97).

Gambar 1. Siswa melakukan pengamatan mengenai ciri morfologi tumbuhan secara langsung
pada objek belajar (Sumber : mediaipa.wordpress.com)

Langkah-langkah Pendekatan Lingkungan, yaitu :


1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Menghadirkan model sebagai contoh belajar.
5. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.

2
6. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan melakukan berbagai cara
(Aptisoma, 2009:2).

Penerapan pendekatan lingkungan memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai


berikut:

1. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di


lingkungan.
2. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti
listrik, media elektronik, dll.
3. Memberikan pengalaman yang ril kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
konkrit, tidak verbalistik.
4. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontektual.
5. Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi pelajaran yang diperoleh
siswa melalui lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan
langsung, karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa
serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
6. Pendekatan lingkungan dalam pembelajaran memberikan pengalaman
langsung kepada siswa. Dengan pendekatan lingkungan, siswa dapat
berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa
sesungguhnya secara alamiah.
7. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan
siswa mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang
dikemas (didesain) (Aptisoma, 2009:3).

3
Penerapan pendekatan lingkungan memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada


kebutuhan siswa padahal dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya
berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi
pelajaran karena tingkat pencapaian siswa tadi tidak sama.
2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses
belajar.
3. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
lingkungan akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan
kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa
yang kurang kemampuannya.
4. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan lingkungan ini
akan terus tertinggal dan sulit mengejar ketertinggalan, karena dalam
model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan
usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap
pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang
tertinggal dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
pendekatan lingkungan.
6. Kemampuan yang didapat oleh siswa akan bereda-beda dan tidak
merata.
7. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam pendekatan
lingkungan ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing,
karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari

4
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan baru di
lapangan (Aptisoma, 2009:4).

 Pendekatan Science-Environment-Technology-Society
Menurut Binadja (2005) pengajaran SETS (Science, Environment,
Technology and Society) pada dasarnya harus dapat membuat siswa
melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang saling berkaitan.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peseta didik untuk
berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada
dimasyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan
pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik anatara elemen-
elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.

Gambar 2. Diagram keterkaitan unsur dalam pendekatan Science-Environment-Technology-


Society (Sumber : education.usask.ca)

5
Tujuan Pendekatan SETS adalah sebagai berikut:

1. Lebih menekankan untuk memperoleh kegiatan pembelajaran dan bukan


pengajaran;
2. Memperoleh dorongan dan menerima inisiatip serta otonomi;
3. Memperhatikan peserta didik sebagai makhluk hidup yang memiliki
keinginan dan tujuan;
4. Mengambil berat peranan pengalaman peserta didik dalam proses
pembelajaran;
5. Memperoleh bimbingan untuk mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam
dan segala hal;
6. Pendidikan memperhatikan model dan mental peserta didik;
7. Menekankan perlunya atau pentingnya kinerja dan pemahaman ketika
memulai pembelajaran;
8. Mendorong peserta didik untuk melibatkan diri dalam perbincangandengan
guru dan esama pelajar secara bersanma (cooperative);
9. Melibatkan peserta didik dalam situasi yang sebenarnya;
10. Mempertimbangkan keyakinandan sikap peserta didik.

Penerapan SETS dalam pembelajaran untuk tingkat sekolah disesuaikan


dengan jenjang pendidikan siswa. Sebuah program untuk memenuhi kepentingan
peserta didik harus dibuat dengan menyesuaikan tingkat pendidikan peserta didik
tersebut. Topik-topik yang menyangkut isi SETS di luar materi pengajaran
dipersiapkan oleh guru sesuai dengan jenjang pendidikan siswa. Adapun metode
pendekatan SETS yaitu diskusi, observasi, wawancara, karya wisata,
eksperimenn, cerita, problem solving, tanya jawab, curah pendapat (Saputra,
2010).

Di dalam pengajaran menggunakan pendekatan SETS murid diminta


menghubungkan antar unsur SETS. Maksudnya adalah murid

6
menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda
yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga
memungkinkan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan
konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan
maupun kekurangannya (Saputra, 2010).

 Pendekatan Multikultural
Pendekatan Multikultural sendiri berangkat dari suatu keadaan yang baru, yaitu
keberadaan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda yang hidup berdampingan.
Awalan kata multi pada kata multikultural merujuk pada pengertian banyak atau
berbagai macam, sehingga menurut asal katanya, Pendekatan Multikultural
adalah sebuah pendekatan yang mengakui keberagaman budaya yang ada
(Portera, 2011)
Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak
mengenal sekat-sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan
potensi, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung tinggi nilai
kebudayaan,etnis, suku, dan agama.

Gambar 3. Kelas yang multikultural (Sumber : multiculturalkidblogs.com)

7
Pendidikan multikultural mencerminkan keseimbangan antara
pemahaman persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk
mempertahankandan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka
sendiri.Pendidikan multikultural adalah proses menjadi yang harus
dipandangsecara terus-menerus dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa

tercapai untuk memperbaiki prestasi secara utuh. arena tujuan Pendidikan

multikultur tidak akan pernah tercapai secara penuh, kita seharusnya bekerja
secara kontinyumeningkatkan persamaan pendidikan untuk semua siswa
(educational equality for all students) (Zubaedi, 2004).

 Pendekatan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan


siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen,
terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-
laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja
sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal (Slavin,
2005).

Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”;
2. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
3. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama;

8
4. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok;
5. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
6. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar;
7. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Isjoni, 2009).

Gambar 4. Implementasi pendekatan kooperatif dengan model NHT (Sumber : smamuh1solo.sch.id)

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai


macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game
Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition
(CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning
Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes


penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan

9
tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar
unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa
hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika
diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman
sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan
total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau
penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan
beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai
sempurna.

STAD (Student Teams Achievement Division)

Siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim.


Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model
pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa
tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya.

Jigsaw

Siswa diberi materi untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok


secara acak ditugaskan untuk menjadi “ahli (expert)” pada suatu aspek tertentu
dari materi. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok
berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik mereka dan kemudian kembali ke
kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik
yang diberikan.

Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)

Bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok


ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada

10
model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli
mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada
seluruh kelas.

NHT (Numbered Heads Together)

Siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai


dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawa pertanyaan guru
tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4) dan meminta seluruh
siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi.
Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman
siswa tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi

TGT (Team Game Tournament)

Siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu
digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.
Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti
efektif meningkatkan hasil belajar siswa.

Three-Step Interview

Dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama


guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian
mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas.
Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara
dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah
wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara
berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah

11
bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau
mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara
bergiliran.

TPS (Think Pairs Share)

Setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah


pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka
selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi
(hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan
pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.

B. ANALISIS VIDEO
 Pembelajaran dalam video menerapkan pendekatan lingkungan dengan mengajak
siswa mengamati lingkungan kebun sekolah dalam proses pembelajaran materi
lumut.
 Pendekatan SETS ditunjukkan dengan adanya pembuatan poster yang
memanfaatkan barang-barang bekas yang tidak terpakai untuk digunakan dalam
alat bantu presentasi.
 Dalam video ditunjukkan adanya kondisi kelas yang multikultural yaitu memiliki
siswa dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Guru menunjukkan sikap
toleransi dan tidak adanya diskriminasi dalam proses pembelajaran.
 Guru menekankan peserta didik mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dalam kelompok
 Siswa sebagai partisipan aktif dalam kelompok dan guru bertindak sebagai
fasilitator dan pembimbing kelompok.

12
 Guru memberikan kesempatan siswa dalam kelompoknya untuk
mengkomunikasikan hasil dari pengamatan, pengumpulan data dan analisis dari
lingkungan sekolah.
 Terjadi kegiatan diskusi antar kelompok sehingga terjadinya pertukaran informasi
pengetahuan berupa masukan ataupun sanggahan.

C. ANALISIS MODELLING

Kelompok modelling telah mengimplementasikan seluruh pendekatan belajar mulai dari


pendekatan lingkungan, SETS, multikultural, dan kooperatif namun belum dilakukan
secara maksimal. Hal tersebut tentu menjadi sebuah hal yang wajar sebagai seorang
praktikan belajar. Hal tersebut harus menjadi point perhatian mahasiswa untuk belajar
dari pengalaman. Kelompok modelling menggunakan model NHT dalam kegiatan
pembelajarannya terdapat kegiatan apersepsi, merumuskan masalah, menganalisis
masalah, mengkomunikasikan. Aspek pendekatan lingkungan ditandai dengan guru
memberikan apersepsi siswa mengenai fenomena pencemaran sunga akibat sampah dan
guru mengajak siswa untuk tidak membuang sampah di sungai. Aspek SETS ditandai
dengan analisis masalah yang terdapat di LKS mengintegrasikan pengetahuan,
permasalahan di lingkungan, solusi berupa teknologi dan aplikasinya di masyarakat.

13
III. RELEVANSI
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengukuti perkuliahan membahas tentang
pendekatan lingkungan, pendekatan SETS, pendekatan multikultural, dan pendekatan
kooperatif.

Sebelum Sesudah

Sebelum saya mengikuti perkuliahan ini, Pendekatan lingkungan merupakan suatu


saya belum mengetahui mengenai pendekatan pembelajaran yang berusaha
pendekatan lingkungan. untuk meningkatkan keterlibatan peserta
didik melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar.

Sebelum saya mengikuti perkuliahan ini, Pendidikan SETS pada hakekatnya akan
saya belum mengetahui mengenai membimbing peseta didik untuk berpikir
pendekatan SETS. global dan bertindak lokal maupun global
dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi sehari-hari. Masalah-
masalah yang berada dimasyarakat dibawa
ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya
menggunakan pendidikan SETS secara
terpadu dalam hubungan timbal balik
anatara elemen-elemen sains, lingkungan,
teknologi, masyarakat.

Sebelum saya mengikuti perkuliahan ini, Pendidikan multikultural adalah sebuah


saya belum mengetahui mengenai proses pengembangan yang tidak mengenal
pendekatan multikultural. sekat-sekat dalam interaksi manusia.
Sebagai wahana pengembangan potensi,

14
pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang menghargai heterogenitas dan
pluralitas, pendidikan yang menjunjung
tinggi nilai kebudayaan,etnis, suku, dan
agama.

Sebelum saya mengikuti perkuliahan ini, Pembelajaran kooperatif adalah model


saya belum mengetahui mengenai pembelajaran yang menempatkan siswa
pendekatan kooperatif. dalam kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari
siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan
rendah, perempuan dan laki-laki dengan
latar belakang etnik yang berbeda untuk
saling membantu dan bekerja sama
mempelajari materi pelajaran agar belajar
semua anggota maksimal

IV. IDENTIFIKASI MASALAH


Berikut ini permasalahan yang dapat diidentifikasi dari presentasi dan diskusi pada
pertemuan pekan lalu :
1. Bagaimana cara melakukan evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran
kooperatif?
Jawab : guru menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses
kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan
lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran
terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memunculkan kecakapan personal

15
(personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan
berfikir rasional (thinking skill). Kecakapan diri itu pada dasarnya merupakan
penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga
negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,
sekaligus menjadikannya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
2. Bagaimana peran guru dalam memaksimalkan kegiatan belajar mengajar pada
pembelajaran kooperatif?
Jawab : merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar
dan menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata
pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.

V. ELEMEN MENARIK
Elemen yang menarik dari perkuliahan Strategi Belajar Mengajar ini kita belajar
implementasi dari pendekatan lingkungan, pendekatan SETS, pendekatan multikultural, dan
pendekatan kooperatif. dengan kajian literatur, video pembelajaran dan modelling.

VI. REFLEKSI DIRI (UMUM)


Secara umum melalui sudut pandang klasikal, semua mahasiswa belajar implementasi dari
pendekatan lingkungan, pendekatan SETS, pendekatan multikultural, dan pendekatan
kooperatif dengan kajian literatur, video pembelajaran dan modelling.

VII. REFLEKSI DIRI (KHUSUS)


Secara pribadi saya merasa tersulut semangat untuk belajar dalam perkuliahan Strategi
Belajar Mengajar mengenai implementasi dari pendekatan lingkungan, pendekatan SETS,
pendekatan multikultural, dan pendekatan kooperatif dengan kajian literatur, video

16
pembelajaran dan modelling sehingga saya dapat menuntaskan tugas dan mendapatkan ilmu
serta nilai yang memuaskan.

DAFTAR RUJUKAN

Aptisoma. 2009. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. http://simbos.web.id/berita-


pendidikan/pemanfaatan-lingkungansebagaisumber-belajar/. Diakses tanggal 9 Pebruari
2019

Binadja, Achmad. 2005. Pedoman Pengembangan SilabusPembelajaran Berdasarkan Kurikulum


2004 Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Environment, Technology and Society).
Semarang: Laboratorium SETS UNNES Semarang.

Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Karli H., Margaretha, 2002. Pendekatan Lingkungan Memanfaatkan Media Alam. Rineka Cipta

Portera, Agostino. 2011. Intercultural and Multicultural Education. p. 19. New York : Routledge

Saputra, Jamal (2010) Pendekatan SETS (Science Environment Technology and Society) dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Biologi materi pokok sistem ekskresi pada
manusia kelas XI di SMA Nasima Semarang tahun ajaran 2009/2010. Undergraduate (S1)
thesis, IAIN Walisongo.

Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media

Zubaedi. 2004. Telaah konsep multikulturalisme dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
Hermenia Vol. 3. No. 1. Januari-Juni 2004. hal. 170-174

17
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
SEMESTER GENAP 2018-2019

YANANG SURYA PUTRA HARDYANTO

160341606061/ S1 Pendidikan Biologi/Off A-AA Jurnal Minggu ke- 2

Skor Penilaian
No. Elemen
Maks DS T D

I. Identitas

1 Nama dicantumkan 5 5 5

2 Seluruh masukan dibubuhi tanggal 5 5 5

3 Konsep yang dipelajari dicantumkan 5 5 5

II. Sistematika

4 Jurnal terorganisasi dengan baik dan lengkap 10 10 10

III. Isi Jurnal

5 Mengeksplor beragam konsep yang dipelajari 10 10 10

6 Menyajikan hasil eksplorasi berupa informasi sebagai 10 10 10


bukti

Belajar

18
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi dan 10 10 10
keter-

kaitan terhadap konsep yang dipelajari

8 Mengidentifikasi permasalahan beserta pemecahannya 15 14 15

9 Mengidentifikasi elemen yang menarik beserta alasannya 15 13 14

10 Jurnal menunjukkan bahwa mahasiswa dapat melihat 5 5


dirinya

sendiri sebagai pembelajar, menemukan dan


menyelesaikan

masalah serta bekerja untuk meningkatkan kebiasaan

Belajarnya 5
 Umum (terkait dengan hal-hal yg sifatnya umum)

 Khusus (terkait dengan hal-hal yang sudah dibahas/ 10 8 8


substansial)
95 97

Jumlah Skor Maksimal 100

KETERANGAN DAN KOREKTOR


DS : penilaian dirisendiri : Yanang Surya Putra Hardyanto/160341606061
T: penilaian teman : Rosita Andria Dewi/160341606072
D: penilaian dosen :

19

Anda mungkin juga menyukai