JURNAL BELAJAR 3
I. KONSEP BELAJAR
Lingkungan
SETS
PENDEKATAN BELAJAR
Multiultural
KELEBIHAN
ANALISIS KRITIS Kooperatif
VIDEO
KELEMAHAN
KELEBIHAN
ANALISIS
MODELLING
KELEMAHAN
II. BUKTI BELAJAR
A. PENDEKATAN BELAJAR
Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan
lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan lingkungan adalah suatu strategi
pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber
belajar, dan sarana belajar (Karli dan Margaretha, 2005:97).
Gambar 1. Siswa melakukan pengamatan mengenai ciri morfologi tumbuhan secara langsung
pada objek belajar (Sumber : mediaipa.wordpress.com)
2
6. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan melakukan berbagai cara
(Aptisoma, 2009:2).
3
Penerapan pendekatan lingkungan memiliki beberapa kelemahan yaitu:
4
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan baru di
lapangan (Aptisoma, 2009:4).
Pendekatan Science-Environment-Technology-Society
Menurut Binadja (2005) pengajaran SETS (Science, Environment,
Technology and Society) pada dasarnya harus dapat membuat siswa
melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan
dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang saling berkaitan.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peseta didik untuk
berpikir global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari. Masalah-masalah yang berada
dimasyarakat dibawa ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan
pendidikan SETS secara terpadu dalam hubungan timbal balik anatara elemen-
elemen sains, lingkungan, teknologi, masyarakat.
5
Tujuan Pendekatan SETS adalah sebagai berikut:
6
menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda
yang berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga
memungkinkan murid memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan
konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS baik dalam bentuk kelebihan
maupun kekurangannya (Saputra, 2010).
Pendekatan Multikultural
Pendekatan Multikultural sendiri berangkat dari suatu keadaan yang baru, yaitu
keberadaan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda yang hidup berdampingan.
Awalan kata multi pada kata multikultural merujuk pada pengertian banyak atau
berbagai macam, sehingga menurut asal katanya, Pendekatan Multikultural
adalah sebuah pendekatan yang mengakui keberagaman budaya yang ada
(Portera, 2011)
Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pengembangan yang tidak
mengenal sekat-sekat dalam interaksi manusia. Sebagai wahana pengembangan
potensi, pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
heterogenitas dan pluralitas, pendidikan yang menjunjung tinggi nilai
kebudayaan,etnis, suku, dan agama.
7
Pendidikan multikultural mencerminkan keseimbangan antara
pemahaman persamaan dan perbedaan budaya mendorong individu untuk
mempertahankandan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka
sendiri.Pendidikan multikultural adalah proses menjadi yang harus
dipandangsecara terus-menerus dan bukan sebagai sesuatu yang langsung bisa
multikultur tidak akan pernah tercapai secara penuh, kita seharusnya bekerja
secara kontinyumeningkatkan persamaan pendidikan untuk semua siswa
(educational equality for all students) (Zubaedi, 2004).
Pendekatan Kooperatif
1. para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang
bersama”;
2. para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
3. para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama;
8
4. para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota
kelompok;
5. para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
6. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar;
7. setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Isjoni, 2009).
9
tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar
unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan memeriksa
hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika
diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman
sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan
total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau
penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan
beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai
sempurna.
Jigsaw
10
model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok ahli
mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada
seluruh kelas.
Siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu
digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil.
Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti
efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Three-Step Interview
11
bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau
mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara
bergiliran.
B. ANALISIS VIDEO
Pembelajaran dalam video menerapkan pendekatan lingkungan dengan mengajak
siswa mengamati lingkungan kebun sekolah dalam proses pembelajaran materi
lumut.
Pendekatan SETS ditunjukkan dengan adanya pembuatan poster yang
memanfaatkan barang-barang bekas yang tidak terpakai untuk digunakan dalam
alat bantu presentasi.
Dalam video ditunjukkan adanya kondisi kelas yang multikultural yaitu memiliki
siswa dari berbagai latar belakang etnis dan agama. Guru menunjukkan sikap
toleransi dan tidak adanya diskriminasi dalam proses pembelajaran.
Guru menekankan peserta didik mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi
sosial dalam kelompok
Siswa sebagai partisipan aktif dalam kelompok dan guru bertindak sebagai
fasilitator dan pembimbing kelompok.
12
Guru memberikan kesempatan siswa dalam kelompoknya untuk
mengkomunikasikan hasil dari pengamatan, pengumpulan data dan analisis dari
lingkungan sekolah.
Terjadi kegiatan diskusi antar kelompok sehingga terjadinya pertukaran informasi
pengetahuan berupa masukan ataupun sanggahan.
C. ANALISIS MODELLING
13
III. RELEVANSI
Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengukuti perkuliahan membahas tentang
pendekatan lingkungan, pendekatan SETS, pendekatan multikultural, dan pendekatan
kooperatif.
Sebelum Sesudah
Sebelum saya mengikuti perkuliahan ini, Pendidikan SETS pada hakekatnya akan
saya belum mengetahui mengenai membimbing peseta didik untuk berpikir
pendekatan SETS. global dan bertindak lokal maupun global
dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi sehari-hari. Masalah-
masalah yang berada dimasyarakat dibawa
ke dalam kelas untuk dicari pemecahannya
menggunakan pendidikan SETS secara
terpadu dalam hubungan timbal balik
anatara elemen-elemen sains, lingkungan,
teknologi, masyarakat.
14
pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang menghargai heterogenitas dan
pluralitas, pendidikan yang menjunjung
tinggi nilai kebudayaan,etnis, suku, dan
agama.
15
(personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan
berfikir rasional (thinking skill). Kecakapan diri itu pada dasarnya merupakan
penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga
negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,
sekaligus menjadikannya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
2. Bagaimana peran guru dalam memaksimalkan kegiatan belajar mengajar pada
pembelajaran kooperatif?
Jawab : merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan
memimpin/mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar
dan menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata
pelajaran yang dipegangnya/dibinanya.
V. ELEMEN MENARIK
Elemen yang menarik dari perkuliahan Strategi Belajar Mengajar ini kita belajar
implementasi dari pendekatan lingkungan, pendekatan SETS, pendekatan multikultural, dan
pendekatan kooperatif. dengan kajian literatur, video pembelajaran dan modelling.
16
pembelajaran dan modelling sehingga saya dapat menuntaskan tugas dan mendapatkan ilmu
serta nilai yang memuaskan.
DAFTAR RUJUKAN
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karli H., Margaretha, 2002. Pendekatan Lingkungan Memanfaatkan Media Alam. Rineka Cipta
Portera, Agostino. 2011. Intercultural and Multicultural Education. p. 19. New York : Routledge
Saputra, Jamal (2010) Pendekatan SETS (Science Environment Technology and Society) dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Biologi materi pokok sistem ekskresi pada
manusia kelas XI di SMA Nasima Semarang tahun ajaran 2009/2010. Undergraduate (S1)
thesis, IAIN Walisongo.
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media
Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Bandung: Nusa Media
Zubaedi. 2004. Telaah konsep multikulturalisme dan implementasinya dalam dunia pendidikan.
Hermenia Vol. 3. No. 1. Januari-Juni 2004. hal. 170-174
17
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
SEMESTER GENAP 2018-2019
Skor Penilaian
No. Elemen
Maks DS T D
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5 5 5
II. Sistematika
Belajar
18
7 Terdapat pernyataan yang menunjukkan relevansi dan 10 10 10
keter-
Belajarnya 5
Umum (terkait dengan hal-hal yg sifatnya umum)
19